Uda 2 hari ne g’ pernah nyempetin ngurusin ne ngblog….
Pa lagi nyempetin u/ yM-Yman....
Tapi klo Ym-Ym-Ym ginian tetep donk……
Karena kerjaan buaaaaNyaK bgd….
Ne kerjaan yg dua hari ne pOOl yg membuat q g’ beranjak dri PC...... kecuali pergi *S+M*
Truz ne jg rangkuman dri buku melayu Riau untuk kelas 1 SLTP
Ntar u/ kelas 2nya nyusul the…
Karena ne malem rie bener2 cape...
Mmm,,,, rie selalu ngarepin semoga apa yg rie kerjain selama ne bermanfaat…..
BAB I
KEBUDAYAAN
A. Pengertian
Kebudayaan, secara popular diartikan sebagai karya seni yang indah seperti gambar musik, dan sebagainya. Secara etimologi, kata kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu budhayah dari kata budhi yang berarti “mengolah” atau “mengerjakan”, terutama yang berkaitan dengan tanah.
Jadi pengertian kebudayaan adalah segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam.
Menurut ahli antropologi budaya, yang dimaksud kebudayaan itu tidak hanya berupa benda-benda hasil karya seperti kesenian saja. Akan tetapi termasuk sikap, tingkah laku manusia, cara berfikir, pandangan hidup, penilaian tentang baik buruk, semuanya termasuk pengetian kebudayaan. Secara sederhana, kebudayaan dapat diartikan sebagai cara orang bersikap dan bertingkah laku yang dipelajari yang sudah menjadi adapt kebiasaan masyarakat.
B. Pengertian Kebudayaan Menurut para Ahli Antropologi
Beberapa ahli antropologi merumuskan pengertian kebudayaan seperti berikut.
1. E.B Tyler
Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2. Raplh Linton
Kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dan hasil dari tingkah laku yang unsur-unsur pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu.
3. White
Kebudayaan adalah suatu organisasi dari gejala-gejala tingkah laku, alat-alat, kepercayaan dan pengetahuan, serta nilai-nilai dan sikap yang menggunakan symbol.
4. Dr. J. Ph. Duyvendah
Kebudayaan adalah kumpulan dan cetusan jika manusia yang beraneka ragam dalam suatu masyarakat tertentu.
5. Melville J. herskovits
Kebudayaan adalah bagian dari lingkungan buatan manusia.
6. Prof. Dr. Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan dari kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang harus didapatnya dari belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan mayarakat.
7. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soewardi
Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Berdasarkan rumusan-rumusan yang dikemuakan oleh ahli tersebut, pengertian kebudayaan dapat kategorikan menjadi tiga wujud berikut ini.
a. Kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma, dan peraturan-peraturan
b. Kebudahaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
c. Kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia sebagai anggota masyarakat yang mempunyai fungsi tertentu.
C. Unsur-Unsur Kebudayaan
Menurut antropologi budaya, unsur-unsur kebudayaan bersifat universal. Artinya, suatu kebudayaan tertentu memiliki unsur-unsur pembangunan yang berlaku umum, meskipun dalam bentuk dan oleh masyarakat pendukungnya yang berbeda-beda. Unsur-unsur kebudayaan yang dimaksud meliputi bahasa, system pengetahuan, organisasi sosial, system teknologi, system mata pencaharian, system religi, dan kesenian.
1. Bahasa
Bahasa merupakan suatu perlambang manusia untuk berinteraksi satu dengan yang lainnya, baik tulisan maupun lisan.
2. Sistem pengetahuan
Pengetahuan dapat diartikan sebagai apa yang dikenal atau hasil pekerjaan tahu. Jadi, yang dikenal atau hasil dari kenal, sadar, dan sebagainya dapat disebut pengetahuan.
3. Organisasi sosial
Organisasi social adalah penggolongan –penggolongan atau pengelompokan masyarakat yang beraneka ragam. Pengelompokan tersebut dapat mencakup lambing-lambang yang menentukan kedudukan pria dan wanita dalam masyarakat, dapat juga mengelompokkan berdasarkan usia. Organisasi merupakan lembaga-lembaga yang berfungsi mengatur hubungan antarindividu dalam kelompoknya.
4. Sistem teknologi
System teknologi yang dimaksud adalah pada teknologi tradisional, yaitu menyangkut system peralatan yang digunakan manusia dalam hidupnya. Misalnya pada masyarakat pedesaan yang agraris, yang mempunyai berpindah-pindah. System peralatan tersebut meliputi berbagai hal berikut ini.
a. Alat-alat produksi, yaitu alat untuk melaksanakan pekerjaan.
b. Senjata, diklasifikasikan menurut bahannya, cara pembuatannya, serta fungsi dan lapangan pemakaiannya.
c. Wadah, yaitu tempat untuk menimbun, memuat, dan menyimpan barang-barang. Wadahini juga diklasifikasikan menurut bahannya, misalnya kayu, bamboo, kulit kayu, tempurung, seratan-seratan, atau tanah liat.
d. Makanan, yaitu cara mengolah, memasak dan menyajikannya, serta bahan dan cara memperolehnya.
e. Alat penyala api, yaitu alat-alat berupa batu, besi, dan bamboo, yang di gosok sehingga mengeluarkan panas api.
f. Tempat berlindung dan perumahan, yaitu alat dan bahannya dapat terbuat dari jerami, kayu, alang-alang, kulit kayu, tanah liat, kulit binatang, serta batu.
g. Alat-alat transportasi, dapat berupa sampan, sepatu, binatang, alat seret, kereta beroda, dan rakit.
5. Sistem mata pencaharian
a. Berburu
Beberapa hal yang berkaitan dengan mata pancaharian berburu adalah wilayah berburu, teknik dan cara berburu, serta adapt atau kebiasaan dalam pembagian hasil.
b. Beternak
Yang menjadi perhatian adalah cara-cara berternak, cara pemeliharaan ternak, serta cara pengawasan dan pemasarannya.
c. Bercocok tanam
d. Menangkap ikan
Mempelajari masyarakat penangkap ikan (nelayan), yang perlu menjadi perhatian adalah daerah-daerah penangkap ikan.
6. Sistem Religi
Religi merupakan kepercayaan dan hubungan manusia dengan sang pencipta.
7. Kesenian
Kesenian dipandang dari sudut ekspresi hasrat manusia akan keindahan. Keseindahan dapat dikelompokkan seperti berikut ini.
a. Seni rupa, meliputi seni patung, seni relief, seni lkis dan gambar, dan seni rias.
b. Seni suara meliputi seni vocal, seni instrument, dan seni sastra.
D. Ciri-Ciri Kebudayaan
Ciri-ciri kebudayaan tersebut adalah senantiasa berubah, tingkah laku yang dipalajari, pola tingkah laku yang dipelajari, hasl dari tingkahlaku orang yang dipelajari, dibagi oleh anggota masyarakat, dan dialihkanoleh para anggota.
1. Senantiasa berubah
Kebudayaan itu bersifat dinamis, selalu berubah sesuai dengan perkembangan situasi atau zaman yang membingkainya.
2. Tingkahlaku yang dipelajari
Kebudayaan sangat mempengaruhi pembentukan manusia. Anggota masyarakat terus melakukan proses belajar, misalnya dari orang tua, teman, lingkungan sekolah, lembaga keagamaan, dan sebagainya.
3. Pola tingkah laku yang dipelajari
Bahwa tingkah laku yang dipelajari mempunyai hubungan di antara unsur-unsur pola tersebut.
4. Hasil dari tingkah laku yang dipelajari
Ide dari seseorang merupakan hasil dari apa yang ia pelajari orang atau kelompok yang lain. Ada tiga wujud hasil kebudayaan yang dipalajari, yaitu menyangkut nilai-nilai, gagasan-gagasan, norma dan sebagainya; kompleks tindakan-tindakan berpola; dan pengetahuan untuk menghasilkan benda-benda hasil karya manusia.
5. Dibagi oleh anggota masyarakat
Tingkah laku yang dipelajari itu hasil-hasilnya tidak milik seseorang atau kelompok tertentu. Ia merupakan milik masyarakat secara menyeluruh. Nilai dan sikap itu dipelajari dari masyarakat.
6. Dialihkan para anggota
Tingkah laku yang dipelajari dialihkan atau ditularkan dari satu generasi berikutnya melalui bermacam-macam cara, misalnya melalui tulisan di tembok atau prasasti, dan sebagainya.
Di samping ciri utama tersebut, kebudayaan juga memiliki ciri-ciri, antara lain dapat memuaskan, bersifat adaptif, bersifat integrative, dan sebagai abstraksi dasar manusia.
1. Kebudayaan itu dapat memuaskan
Ia memuaskan kebutuhan-kebutuhan manusia, bukan hanya menyangkut makanan dan pakaian, tetapi juga membantu dan memilihara hubungan dengan pihak-pihak lain, baik penyesuaian maupun kelompok.
2. Kebudayaan bersifat adaptif
Kebudayaan memiliki sifat dapat menyesuaikan diri dengan kekuatan-kekuatan luar yang beraneka ragam.
3. Kebudayaan bersifat intergratif
Meskipun memiliki unsur-unsur pembangunan yang berbeda, tetapi kebudayaan mampu mengikat masyarakat secara meneluruh.
4. Kebudayaan merupakan suatu abstraksi kenyataan dasar manusia
Tingkah laku manusia dan hasil-hasilnya merupakan bentuk kebudayaan hasil abstraksi kenyataan dasar manusia.
E. Keutuhan (Integrasi) Kebudayaan
Telah diterangkan di muka, bahwa unsur-unsur kebudayaan banyak sekali jumlah dan macamnya. Meskipun demikian, unsur-unsur kebudayaan itu saling berhubungan satu dengan lainnya. Artinya, kebudayaan suatu suku bangsa atau bangsa tertentu tampak utuh tidak terpecah-pecah, contohnya adalah keris.
Keris merupakan hasil kebudayaan Jawa. Keris memiliki hubungan dengan unsur-unsur kebudayaan Jawa lainnya,misalnya menyangkut kepercayaan. Orang Jawa percaya, keris tertentu yang memiliki kekuatan gaib dapat berpengaruh pada kehidupan pemilik keris tersebut. Keris dapat bersifat baik, dan dapat pula bersifat jelek seringkali, sifat keris tersebut tergambar pada kehidupan pemiliknya.
Keris juga mempunyai hubungan denganp akaian adapt Jawa. Ada yang beranggapan keris sebagai benda seni, pusaka nenek moyang, benda bertuah, dan sebagainya. Dengan demikian, keris sebagai hasil budaya mempunyai keterkaitan dengan unsur-unsur kebudayaan lain dalam masyarakat Jawa.
Dengan demikian, keris sebagai hasil budaya mempunyai keterkaitan dengan unsur-unsur kebudayaan lain dalam masyarakat Jawa.
Pergaulan hidup suku bangsa Indonesia berdasarkan gotong royong. Kita dapat melihat lebih jelas kalau kebudayaan Indonesia itu dikaitkan dengan keadaan lingkungan alam.
Kepulauan Indonesia terletak di daerah tropis dengan tumbuh-tumbuhan dan hewn khas daerah tropis. Keadaan lingkungan alam tropis ikut menyebabkan kesamaan-kesamaan dalam kebiasaan, cara hidup, dan mata pencaharian hidup.
F. Pembentukan Kebudayaan
Kebudayaan terdiri dari banyak sekali unsur pembangunan. Bagaimanakah unsur-unsur itu terjadi?
Unsur-unsur kebudayaan itu dapat terjadi melalui adanya perubahan yang timbul oleh kekuatan dari dalam masyarakat itu sendiri, yaitu adanya penemuan-penemuan baru. Penemuan-penemuan baru tersebut dapat dikelompokkan menjadi discovery dan invensi.
Discovery adalah penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik berupa alat baru atau suatu ide yang diciptakan oleh seorang individu atau suatu rangkaian individu dalam masyarakat yang bersangkutan. Discovery merupakan penemuan secara tidak sengaja.
Contoh : 1. Sistem bibit unggul dalam bidang pertanian, system okulasi, dan system setek.
2. Penemuan kertas penghisap tinta atau ait.
Invensi merupakan usaha sungguh-sungguh untuk memperoleh hal-hal yang baru. Discovery akan menjadi invensi kalau masyarakat sudah mengakui, menerima, dan mengharapkan penemuan baru tersebut. Discovery sampai menjadi invensi memerlukan waktu yang cukup lama dan melibatkan banyak manusia.
BAB 2
TINGKAT KEBUDAYAAN
A. Pengertian
Yang dimaksud dengan tingkat kebudayaan adalah perkembangan suatu kebudayaan yang berjalan terus menerus secara teratur. Dalam proses perkembangannya, kebudayaan dapat dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu tingkat kebudayaan bersahaja, tingkat kebudayaan peralihan, dan tingkat kebudayaan modern.
B. Kebudayaan Bersahaja
Kata bersahaja digunakan untuk pengertian yang sama dengan kata Primitif. Masyarakat seperti ini, menurut Schoorl, adalah masyarakat yang agak rendah perkembangan pengetahuan dan teknologinya, tingkat produktivitas yang mereka hasilkan agak rendah, dan tidak banyak sisa bahan makanan, ekonomi berburu, menangkap ikan, dan mengumpulkan bahan makanan.
Ciri-Ciri Kebudayaan Bersahaja :
1. Masyarakat kecil
Masyarakat pada kebudayaan bersahaja hanya terdiri dari beberapa puluh atau ratus jiwa saja.
2. Hubungan dengan dunia luar terbatas
Masyarakat pada kebudayaan bersahaja memiliki hubungan dengan dunia luar dari kelompok yang berbeda masih sangat terbatas.
3. Bergantung pada alam
Masyarakat pada kebudayaan bersahaja tingkat kebergantungannya pada alam sangat tinggi. Masyarakat bersifat menerima apa yang diberikan alam kepadanya.
4. Kurang ada pembagian kerja dan spe-sialisasi
Masyarakat pada kebudayaan bersahaja belum ada pembagian kerja. Biaanya, pembagian kerja dilakukan berdasarkan perbedaan seks dan kelompok umur.
5. Hubungan lebih bersifat tatap muka
Masyarakat pada kebudayaan bersahaja memiliki hubungan lebih bersifat tatap muka. Artinya, skala pergaulan masing-masing anggota masyarakat saling mengenal satu sama lainnya secara dekat. Hubungan kekerabatan memegang peranan penting dalam menentukan susunan hubungan pada umumnya.
6. Sifat gotong royong
Masyarakat pada kebudayaan bersahaja mempunyai sifat gotong royong masih sangat tinggi. Hal ini disebabkan system kekerabatan yang mendasari kehidupan bersama.
7. Orde moral
Masyarakat pada kebudayaan bersahaja mempunyai suatu aturan atau kesepakatan bahwa setiap orang atau individu terikat oleh nilai (tatanan, norma) baik dan buruk.
C. Kebudayaan Peralihan
Dikatakan kebudayaan peralihan karena dalam masyarakat tersebut telah mengalami perkembangan dari kebudayaan bersahaja kea rah kebudayaan modern, tetapi ciri-ciri kebudayaan bersahaja masih tampak.
Ciri-Ciri Kebudayaan Peralihan
1. Agak Ramai
Masyarakat pada kebudayaan peralihan mulai membuka diri terhadap dunia luar. Hubungan dengan dunia luar mulai terasa.
2. Mulai menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi
Masyarakat pada kebudayaanp eralihan telah menggunakan (memanfaatkan) ilmu dan teknologi untuk mengurangi ketergantungan pada alam.
3. Diferensiasi mulai tampak
Dalam masyarakat dan kebudayaan peralihan diferensiasi mulai tampak, artinya dalam masyarakat dan kebudayaan peralihan diferensiasi mulai diterapkan walaupun tidak setegas dan setajam dalam masyarakat modern. Individu mulai mengarahkan dirinya pada cabang atau ranting ilmu pengetahuan khusus. Hal ini dikarenakan pengetahuan masyarakat yang semakin maju dan kompleks.
4. Mulai meninggalkan sifat statis
Masyarakat dan kebudayaan peralihan sifat statis mulai ditinggalkan. Hal ini disebabkan adanya hubungan dengan dunia luar yang semakin terbuka. Nilai-nilai dan cara-cara baru yang selama ini belum dikenal, mulai memasuki kehidupan masyarakat. Pengaruh nilai-nilai dan cara-cara baru itu memasuki kehidupan masyarakat khususnya golongan muda dan terpelajar.
5. Ciri ketegangan
Masyarakat pada kebudayaan peralihan memiliki ciri keterangan. Artinya, dalam masyarakat dan kebudayaan peralihan banyak muncul ketegangan-ketegangan karena adanya pertentangan-peretntangan di dalam masyarakat. Pertentangan dalam masyarakat dapat menimbulkan krisis kehidupan masyarakat. Krisis tersebut akan berakhir melalui nilai-nilai dan ciri-ciri modern dan pada fase demikian ini, kebudayaan mencapai tingkat yang modern.
D. Kebudayaan Modern
Kebudayaan tidak terbentuk dengan tiba-tiba, tetapi melalui proses. Tidak mungkin ada suatu kebudayaan yang murni modern, dalam arti tidak ada kebudayaan yang benar-benar baru sama sekali. Melainkan, kebudayaan modern adalah kebudayaan yang diwarnai dengan unsur-unsur yang baru, yang paling dominant
Ciri-Ciri Kebudayaan Modern
1. Hubungan yang ramai dan kompleks
Masyarakat pada kebudayaan modern mempunyai hubungan yang ramai dan kompleks. Biasanya, kebutuhan pada masyarakat demikian mengalami peningkatan. Keadaan ini mendorong adanya hubngan yang luas dengan dunia luar.
2. Penggunaan ilmu pengetahuan secara luas
Dalam masyarakat dan kebudayaan modern, penggunaan ilmu pengetahuan ada di semua aktivitas, dan di semua aspek kehidupan masyarakat.
3. Diferensiasi yang semakin seakin tajam
Dalam masyarakat dan kebudayaan modern, pelaksanaan fungsi-fungsi tertentu lebih memadai. Spesialisasi semakin berkembang sehingga penempatan individu-individu atau seseorang pada bidang pekerjaan tertentu bias secara tepat.
4. Ciri Progresif
Cirri progresif yang dimaksud bahwa masyarakat selalu maju, berkembang, dan bergerak ke depan. Cirri kebudayaan modern selalu dalam gerak yang dinamis dan cepat.
5. Sikap sekulerisme yang berlebihan
masyarakat pada kebudayaan modern menganut pola sikap pemisahan secara jelas antara agama dengan bidang-bidang kehidupan lainnya. Jika dulu agama dianggap mampu menjawab segala sesuatu, bagi dunia modern fungsi agama malah dipersoalkan.
BAB 3
RAGAM SENI BUDAYA
Daerah-daerah di Riau memiliki ragam seni budaya. Tiap ragam seni budaya tersebut dapat dilihat di daerah-daerah kota/kabupaten dan dapat pula dibandingkan antara daerha yang satu dengan daerah yang lainnya. Ragam seni budaya yang terdapat di
A. Tarian
Di Kota Pekanbaru terdapat tiga jenis tarian, yaitu tari Zapin di Kecamatan Limapuluh, tari Lukah di Kecamatan Limapuluh dan SEnapelan, dan tari mayang di Kecamatan Limapuluh dan Senapelan.
Tari Zapin berkembang dalam masyarakat Melayu yang meliputi berbagai daerah di Riau. Pada awalnya, tarian ini hanya dimainkan oleh kaum laki-laki, tetapi dalam perkembangannya menjadi tari muda-mudi, yaitu tarian yang dimainkan oleh pria dan wanita. Biasanya, tarian ini diiringi dengan alat musik marwas, gambus, dan gong.
Tarian Lukah merupakan tarian yang berhubungan dengan upacara magis. Dalam tarian ini di pergunakan mantera untuk membuat Lukah bias menari. Yang memegang peranan dalam tarian Lukah adalah bomo. Bomo merupakan sebutan untuk seorang dukun. Bomo membacakan mantera-mantera yang membuat Lukah menjadi bergerak. Gerakan-gerakan Lukah ini disebut Lukah menari, yang kemudian disebut dengan tari Lukah. Alat – alat yang digunakan untuk tari Lukah ialah mayang ping dan wangi-wangian.
Tari mayang pada mulanya juga dilakukan untuk upacara-upacara magis. Karena tari mayang menyangkut dengan upacara magis maka tari Mayang juga dimainkan oleh bomo, dukun dak kamanten. Biasanya, tari Mayang dipakai untuk pengobatan tradisional. Alat-alat yang dipakai untuk tari Mayang adalah gendang, nafiri, suling, suling, mayang pinang, dan wangi-wangian.
B. Drama
Di Pekanbaru dapat dijumpai seni drama, misalnya randai Minangkabau. Permainan drama ini muncul karena banyak penduduk
C. Nyanyian
Bersyair yang dijumpai di Kecamatan Limapuluh dan Senapelan. Langgam Melayu dijumpai di Kecamatan Limapuluh dan Senapelan. Berdah terdapat di Kecamatan Limapuluh dan Senapelan, kasidah dan gambus dijumpai di Kecamatan limapuluh dan Senapelan.
Bersanandung merupakan nyanyian pelipur lara. Biasanya, dinyanyikan oleh anak muda dengan perkataan-perkataan yang berisi kerinduan atau perasaan sedih karena berpisah dengan kekasih. Kerinduan dan kesedihan inilah yang memberi inspirasi terciptanya karya seni bersenandung tersebut.
Bersyair adalah membaca hikayat atau syair dengan lagu yang merdu. Biasanya, pola lagunya sederhana, sehingga baris atau baitnya mudah diulang-ulang. Syair dan hikayat dibacakan dengan membayangkan suasana keislaman dan banyak bermanfaat bagi pendidikan.
Langgam Melayu merupakan nyanyian yang berisi kisah percintaan. Karena langgam Melayu merupakan nyanyian – nyanyian kisah percintaan, dulu Langgam Melayu banyak disukai oleh kalangan muda-mudi.
Kasidah dan Berdah merupakan nyanyian bernuansa Islami. Nyanyian kasidah dan berdah berisi cerita tentang Nabi Muhammad saw. Selain itu, kasidah dan berdah juga berisi pujian-pujian terhadap Tuhan. Biasanya, nyanyian ini diiringi dengan alat musik rebana atau talam.
D. Musik Tradisional
Kompang adalah alat musik yang sering dimainkan dalam upacara pernikahan (perkawinan). Biasanya, musik kompang dimainkan dalam jumlah tertentu (beberapa buah). Kompang ada dua jenis, yaitu kompang besar dan kompang kecil. Kompang kecil disebut rifai.
Gambus merupakan alat musik petik yang terbuat dari kayu cempedak, kulit kambing, dan diberi tali atau senar empat pasang (8 lembar). Dulu, alatmusik ini sangat disukai oleh orang Melayu.
Calempong banyakdimainkan oleh puak Melayu Rantau kuantan, Kampar, Pasir Pengaraian dan orang-orang Melayu Petalangan. Alat musik calempong ada yang dimainkan sebanyak 2 buah, 5 buah, dan 6 buah. Masing-masing mempunyak lagu-lagu tersendiri.
Rebana adalah alat musik pukul yang terbuat dari kulit binatang. Rebana terdiri dari beberapa macam, yaitu berdasarkan besar dan bentuknya. Alat musik rebana sering dipergunakan untuk mengiringi musik kasidah dan berdah.
Suling adalah alat musik tiup yang terbuat dari bambo. Biasanya, alat musik ini dimainkan bersama dengan alat musik lainnya. Alat musik suling tidak dimainkan sendiri, tetapi merupakan kelengkapan alat musik dalam suatu permainan musik tradisional.
E. Kerajinan Tradisional
Pada mulanya, tenunan Siak menjadi pekerjaan rumah tangga oleh gadis-gadis dan sekaligus menjadi sumber mata pencaharian tambahan. Kegiatan bertenun di rumah dulu menjadi suatu cara agar anak perempuan, terutama gadis – gadis tidak berkeliaran ke mana-mana agar mereka terhindar dari pergaulan bebas yang dapat mendatangkan aib.
Dengan bertenun di rumah, mereka mempunyai waktu yang bernilai produktif dan ekonomis. Sekarang ini, mereka mempunyai waktu yang bernilai produktif dan ekonomis. Sekarang ini, kegiatan bertenun ini masih terpelihara dengan baik. Harga kain tenun saat ini sangat mahal karena bahan bakunya masih didatangkan dan dibeli dari luar negeri.
Tenunan tekat merupakan kain bludru yang disulam timbul dengan benang emas. Kain sulaman ini biasanya dipakai untuk pelaminan dalam upacara pernikahan. Anyaman yang terdapat di kota Pekanbaru terbuat dari berbagai macam bahan, seperti rotan, bamboo, rumbai, dan purun. Anyaman ini dulu juga merupakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Ukiran serupa seni pahat dulu dipergunakan untuk hiasan-hiasan perahu atau perabot rumah tangga, seperti kursi meja, alat-alat dapur.
F. Upacara Tradisional
Berbagai jenis upacara tradisional yang dapat dijumpai di kota Pekanbaru. Di antara upacara tradisional itu adalah upacara tradisional nikah kawin, baik upacara nikah kawin puak Melayu, Jawa, Minangkabau, Kampar dan Rantau Kuantan, serta Pasir Pengaraian. Di samping upacara perkawinan, di Pekanbaru juga dapat dijumpai upacara tradisional sunat rasul, mandi belimau, halanggang perut, dan upacara potong rambut.
1. Upacara sunat rasul
Dilakukan hamper oleh seluruh warga Puak melayu serta warga perantau lainya, yang beragama Islam. Biasanya, rangkaian kegiatan dalam upacara sunat rasul ini juga dilakukan upacara tepung tawar. Upacara ini dilakukan untuk memberi kias agar tidak terjadi apa-apa atau bencana upacara tersebut.
2. Upacara mandi belimau
Kegiatan mandi dengan menggunakan wangi-wangian. Mandi belimau dilakukan sewaktu akan memasuki bulan suci Ramadan, termasuk sehari sebelum bulan Ramadan (bulan puasa). Jika dicermati, upacara mandi belimau ini adalah kemungkinan berasal dari mandi suci agama Hindu, seperti yang dilakukan penganut agama Hindu agama Hindu du Sungai Gangga. Setelah Islam masuk maka upacara ini diberi warna keislaman. Oleh karena itu, jika tidak hati-hati upacara ini dapat dibelokkan kepada faham hinduisme.
3. Upacara Halanggang perut
Upacara yang dilakukan terhadap perempuan hamil sulung atau anak pertama.
4. Upacara turun mandi
Upacara seorang bayi yang berumur baru beberapa hari. Biasanya masyarakat berdiam atau tinggal di pinggir sungai tidak langsung membawa anaknya mandi ke sungai. Untuk membawa anak mandi ke sungai terlebih dahulu dilakukan upacara turun mandi. Barulah seorang anak boleh di bawa mandi ke sungai. Sebelumnya tidak diperbolehkan dan orang tua si bayi tidak akan melakukannya. Pada upacara turun mandi, biasanya sekaligus peresmian nama si bayi. Nama anak tersebut diumumkan kepada masyarakat. Upacara potong rambut sebenarnya sama dengan upara turun mandi.
G. Cerita Rakyat
Di Pekanbaru, terdapat beberapa cerita rakyat yang sangat terkanal di masyarakat, yaitu cerita Batin Senapelan. Batin Senapelan merupakan cerita rakyat yang bercerita tentang pembangunan sebuah desa yang terjalin dalam bentukc inta asmara. Selain cerita Batin Senepelen, dikenal juga cerita Sukma hilang. Cerita ini mengisahkan tentang seorang Sukma yang hilang begitu rupa sehingga desa itu sekarang diberi nama Sukmahilang. Cerita Pintu Angin berisi cerita tentang seorang gadis yang hilang secara misterius. Pintu angina sekarang menjadi nama sebuah kampong di Pekanbaru.
H. Permainan Rakyat
Di Pekanbaru, terdapat berbagai permainan rakyat yang selalu dimainkan, baik oleh orang dewasa maupun oleh anak-anak. Di antara permainan rakyat itu adalah sebagai berikut :
1. Layang-layang
2. Permainan Gasing
3. pacu sampan
4. Galah panjang
5. Sepak raga
6. Main congkak
7. Main guli
8. Trop keeling
9. Bang senebu
10. Enjit-enjit semut
11. Tuk lele
I. Peninggalan Sejarah
Berbagai peninggalan sejarah dapat dijumpai di
1. Makam Sultan Alamudin Syah (Marhum Bukit) di SEnapelan. Sultan Alamuddin Syah merupakan Sultan Siak IV (1761-1766) yang membangun kota Pekanbaru. Makam ini terletak dekat Mesjid Raya Pekanbaru.
2. Makam Tengku Muhammad Ali Panglima Besar. Tengku Muhammad Ali Panglima Besar bergelar Sultan Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (Marhum Pekan). Beliau merupakan Sultan Siak V yang mempersatukan pesisir tinggi dengan Kerajaan Siak. Makam tengku Muhammad Ali Panglima besar terdapat di Kepenghuluan Sago, SEnapelan.
3. Makam Haji Muhammad Amin. Beliau adalah perintis kemerdekaan. Pernah dibuang di Digul, tetapi akhir hayatnya di Pekanbaru tahun 1965, dalam usia 100 tahun.Makamnya terdapat di Senapelan.
4. Mesjid Raya Pekanbaru. Mesjid ini dibangun oleh Sultan Siak XIII, yakni Sultan Syarif Qasim pada tahun 1925.
5. Rumah tinggi Datuk Syah Bandar. Rumah tersebut merupakan tempat kediaman Datuk Syah Bandar Kerajaan Siak. Sekarang, kondisinya sudah rusak, terdapat di Senapelan.
J. Organisasi Kesenian
Ada beberapa organisasi kesenian terdapat di kota Pekanbaru. Organisasi-organisasi kesenian tersebut merupakan kelompok-kelompok kesenian tradisional. Berbagai macam kelompok kesenian tradisional yang dapat dijumpai di kota Pekanbaru adalah rebana, berdah, silat, randai, ketoprak, wayang kulit, wayang golek, reog ponorogo, dan kuda lumping.
Kelompok kesenian tradisional tersebut ada yang berkembang dari masyarakat Melayu dan ada juga yang berkembang akibat dibawa oleh masyarakat pendatang. Mereka bermukim di Pekanbaru, kemudian mereka mengembangkan kesenian tradisional masing-masing.
K. Pengarang dan Seniman
Di Pekanbaru telah menetap sejumlah pengarangan seniman. Di antara mereka ini kebanyakan terdiri dari anak jati Riau, yaitu lahir dan dibesarkan di Riau serta umumnya berasal dari puak Melayu. Dua orang pemain drama di Pekanbaru yang patut disebutkan adalah Idrus Tintin dan Ibrahim Sattah (Almarhum 1997). Kemudian pemain drama dari generasi muda ialah Dasri, Al Azhar, Fakhri, dan Syafrudin. Fakhri, Syafrudin, dan Otong sukses dengan grup lawaknya, yaitu Semekot Grup. Semekot merupakan akronim dari “semester kotor”, karena para pemain grup ini orang pendek-pendek.
Para pelukis di Pekanbaru antara lain adalah Armawi K.H., Amrun, Tenas Efendi, OK, Nizami Jamil, Budi, Sedi Harni, dan M. Sidik. Dalam seni musik tercatat nama A. Solaiman Syafie, M. Daud Kadir, Hasymi, Ny. Mayor Noyar Hamzah, Emy Sagala, Syahrial, T. Saadi, dan R.P. Marpaung.
Sementara itu, di bidang kreografi atau seniman tari adalah A. Rahim MBY, Johan syarifudin, umar Umayah, Yusma Anoum Samin, OK, Nizami Jamil, Tengku Rahimah, Yan Anthony dan Tengku Syamsudin.
Beberapa sastrawan atau penulis tercatat nama – nama Soeman HS dan Sariamin Ismail. Sedangkan penyair ada nama Idrus Tintin, Ibrahim sattah, Edi Ruslan P Amanriza, Dasri Al Mubari, Taufik Ikram jamil, Aris Abeba, Fakhrunnas M.A. Jabbar, Husna Abdi, Eddy Ahmad RM, Tien Marni, Syafrudin Saleh, Al Azhar, Kazzaini, Mosthamir Talib, Rivai Talud, Wunuldhe Syafinal, dan Syamsul Bahri Judin.
Pada Khazanah budaya Riau juga dikenal seorang penulis ternama, yaitu Hasan Yunu. Beliau masih tergolong dalam silsilah keturunan Raja Ali Haji. B. M Syamsudin juga dikenal sebagai penulis fiksi (meninggal 1997). BM. Syamsudin ini banyak melahirkan karya – karya cerita pendek maupun cerita drama. Edi Ruslam. P. Amanriza di samping menulis puisi, juga menulis novel novelnya, antara lain adalah apnggil aku sakai yang sangat kental nuansa melayu- nya di samping itu, masih ada pengarang – pengaran lainnya, yaitu Tenas Efendy, Sudarno Mahyudin Umar Ahmad Tambusai, Tengku Nazir, Wan Saleh Tamin, Iskandar Leo, Ita Octavia, Irsadi Nurdin Yasan Eddy Wawuntu, serta Wise Marwin.
BAB 4
RAGAM SENI BUDAYA DAERAH KAMPAR
Sebagai dalah satu wilaya di daerah Riau, Kabupaten Kampartermasuk daerah – daerah kabupaten pengembangan, seperti Kabupaten Rokan Hulu(Rohul), Rokan Hilir (rohil), dan Kabupaten Pelalawan. Kabupaten Kampar memiliki berbagai ragam seni budaya. Ragam seni budaya tersebut meliputi tarian, drama (teater rakyat), nyanyian, musik tradisional kerajinan rakyat, upacara tradisional, cerita rakyat, permainan rakyat, peninggalan sejarah, dan organisasi social.
A. Tarian
Di Kabupaten Kampar dan daerah – daerah pengembangan seperti Kabupaten Rokan Hilir, Rokan Hulu, dan Kabupaten Pelalawan dapat dijumpai beberapa jenis taraian seperti berikut ini.
1. Tari Lukah, dapat dijumpai didaerah kecamtan Bunut(sekarang termasuk daerah kabupaten pelalawan).
2. Tari Piring, dapat dijumai di Kecamatan Kampar dan Bangkinang
3. Silat, hamper di seluruh daerah kampar.
B. Drama
Beberapa drama tradisional atau teater rakyat yang terdapat di kampar, termasuk daerah – daerah pengembangan seperti kabupaten rokan hulu, rokan hilir, dan kabupaten pelalawan adalah seperti berikut ini :
1. Randai, terdapat di Bangkinang dan Kampar. Pertunjukan ini merupakan kesenian rakyat yang terdiri dari cerita rakyat dalam bentuk dialog, nyanyian, dan tarian. Pertunjukan randai diiringi oleh alat musik calempong dan gong. Semua pemain lazimnya kaum laki-laki. Untuk pemeran wanita, juga dimainkan atau diperankan oleh laki-laki.
2. Bakoba, dapat dijumpai di Pasir Pengaraian, Kabupaten Rokan Hulu (kabrohul). Koba yang terkenal adalah Koba Buyung Adil, Koba Dolong
3. Drama masa transisi, terdapat di Bangkinang dan Kampar (Kabupaten Kampar) dan Rambah (Kabupaten Rokan Hulu). Drama ini dimainkan oleh beberapa orang. Ceritanya adalah cerita klasik dan diiringi dengan alat gambus.
C. Nyanyian
Di daerah Kampar dan daerah-daerah pengembangannya seperti Kabupaten Rokan Hulu, Rokan Hilir, dan Kabupaten Pelalawan ada beberapa ragam nyanyian yang dapat ditemui seperti berikut ini.
1. Berdendang
Yaitu semacam nyanyian rakyat yang biasanya dilakukan oleh para ibu tangga untuk menidurkan anaknya.
2. Bersyair
Terdapat di seluruh daerah Kabupaten Kampar.
3. Berdah
Terdapat juga di seluruh daerah di Kabupaten Kampar
4. Kasidah
Terdapat hamper di seluruh daerah Kabupaten Kampar dan daerahp engambangannya.
5. Nanyian panjang
Yaitu suatu nyanyian yang berisi cerita zaman dahulu, terutama yang mengisahkan asal-usul persukuan dan adat.
6. Kutang barendo,
Semacam nyanyian rakyat yang amat popular di daerah Kampar, terutama oleh muda-mudi. Nyanyian ini semacam senandung sedih rakyat baisa menghadapi nasibnya.
D. Musik Tradisional
Di kabupaten kampar dan daerah-daerah pengembangan seperti Kabupaten Rokan Hulu, Rokan Hilir, dan Kabupaten Palalawan dapat dijumpai beberapa jenis musik tradisional seperti berikut ini :
1. Salung
Yaitu bamboo dengan empat buahlubang yang ditiup pada bagian pangkalnya, kemudian lagunya dimainkan dengan empat lubang tersebut Alat musik ini terdapat di Kampar dan Bangkinang.
2. Bansi
Yaitu sejenis alat musik tiup yang terbuat dari bamboo kecil. Di beberapa daerah alat ini disebut serunai. Alat musik ini terdapat di Bangkinang dan Kampar.
3. Gambus
Yaitu alat musik yang terbuat dari kayu cempedak dan kulit kambing dengan tali delapan lembar. Alat musik ini terdapat di Siak Hulu (Kabupaten Kampar) dan (BUnut Kabupaten Pelalawan).
E. Kerajinan Rakyat
Di Kabupaten Palelawan dapat dijumpai beberapa jenis seni kerajinan tradisional seperti berikut ini.
1. Tudung saji, yaitu suatu kerajinan yang terbuat dari kelopak daun palam hutan.
2. Tikar pandan, tikar rotan, dan tutup kepala. Kerajinan ini dapat dijumpai di kecamatan Kampar.
3. Gaba-gaba, yaitu seni hias untuk berbagai keperluan, misalnya upacara perkawinan dan berbagai pertemuan untuk keramaian.
4. Ukiran, yaitu kerajinan yang dapat dijadikan hiasan gaba-gaba
F. Upacara Tradisional
Di Kabupaten Kampar dan daerah-daerah kabupaten pengembangan seperti Kabupaten Rokan Hulu, Rokan Hilir dan Kabupaten Palelawan dapat juga dijumpai beberapa jenis upacara tradisional, antara lain sebagai berikut :
1. Pacu perahu, yaitu suatu upacara yang diadakan untuk meramaikan berbagai hari besar
2. Mengilang tebu, yaitu suatu upacara tradisional yang biasanya dilakukan setelah menuai padi.
3. Batobo, yaitu suatu organisasi atau kelompok tani tradisional yang dibentuk setiap musim berladang.
4. Potang balimau, yaitu suatu upacara yang dilakukan petang hari sesuai memasuki bulan puasa Raman.
5. Menumbai, yaitu sejenis upacara yang dilakukan untuk mengambil madu lebah dari pohon sialang.
G. Cerita Rakyat
Di Kabupaten Kampar dan daerah-daerah pengembangan seperti Kabupaten Rokan hulu, Rokan Hilir, dan Kabupaten Palelawan banyak dijumpai cerita-cierta rakyat, antara lain seperti berikut ini.
1. Pak pander, yaitu cerita seorang laki-laki yang bodoh, tetapi jujur. Cerita rakyat ini berbentuk komedi. Cerita rakyat ini dapat dijumpai di Kecamatan Kampar dan Bunut, Kabupaten Pelalawan.
2. Basijobang, yaitu cerita rakyat yang dibacakan begitu rupa dengan irama iringan korek api sebagai alat musik. Cerita rakyat ini dapat dijumpai di Kampar Kiri.
3. Nenek Kelambai, yaitu sebuah dongeng yang sangat popular di masyarakat Kampar.
4. Anak Durhaka Menjadi Hantu, yaitu cerita rakyat yang menceritakan seorang anak yang durhaka kepada orangtuanya sehingga terkutuk menjadi hantu. Cerita ini merupakan cerita rakyat di Kecamatan Kampar.
5. Si Lancang Anak Durhaka, yaitu cerita yang mengisahkan seorang anak yang terbenam di dalam danau. Danau tersebut diberi nama Danau Lancing. Cerita rakyat ini dapat dijumpai di Kampar.
6. Nenek Suku Domo, yaitu cerita rakyat yang berisi tentang wilayah hutan dan tanah yang dikuasai oleh suku domo.
7. Asal-usul Burung Hantu, asal – usul kambing bertanduk, asal-usul ayam berkokok, yaitu cerita rakyat yang menceritakan asal mula burung hantu, kambing bertanduk dan ayam berkokok.
8. Cerita Burung Gasing, yaitu cerita pelipur lara yang dapat dijumpai di Kecamatan Kampar.
9. Danau Beriah, yaitu suatu dongeng yang menceritakan tujuh orang bersaudara yang durhaka kepada orang tuanya, kemudian mendapat hukuman dari Tuhan terbenam ke dalam danau.
10. Naga Beralih, yaitu cerita rakyat tentang asal-usul nama negeri yang ada di Kampar.
11. Harimau Jadi-jadian. Cerita ini merupakan cerita rakyat Rambah, kabupaten Rokan Hulu. Cerita rakyat ini mengisahkan tentang pasangan orang yang berzina, setelah mati akan keluar dari kuburnya menjadi harimau.
H. Permainan Rakyat
Di Kabupaten Kampar dan daerah-daerah pengembangan seperti Kabupaten Rokan Hulu, Rokan Hilir, dan Kabupaten Pelalawangan banyak dijumpai permainan rakyat, antara lain seperti berikut ini :
1. Gasing, yaitu permainan rakyat yang terbuat dari kayu keras, bahkan terbuat dari ters kayu.
2. Main beruk, yaitu permainan seorang yang disulap menjadi beruk, kemudian berperilaku seperti beruk.
3. Main lukah, yaitu suatu permainan membuat lukah gila. Lukah gila artinya luka bergerak-gerak yang disebut lukah menari. Dari Kabupaten Pelalawan.
4. Main tali, yaitu suatu permainan yang menggunakan tali diputar-putar oleh dua orang, yang masing-masing memegang ujung tali.
5. Main layang-layang, yaitu permainan rakyat yang terbuat dari bahan-bahan dan alat tertentu.
6. Sepak raga, yaitu permainan rakyat yang menggunakan bola raga. Permainan ini mulanya menggunakan sejenis rumput.
7. Main Hoseng, yaitu permainan rakyat yang terkenal di Rambah, Kabupaten Rokan Hulu.
I. Peninggalan Sejarah
Di kabupaten Kampar dan daerah-daerah pengembangan seperti Kabupaten Rokan Hulu, Rokan Hilir, dan Kabupaten Pelalawan banyak dijumpai peninggalan sejarah, antara lain seperti berikut ini :
1. Mesjid Jamik, yaitu sebuah mesjid yang terdapat di Kecamatan Kampar, mesjid ini didirikan pada tahun 1904.
2. Istana Kerajaan Kampar Kira, yaitu suatu peninggalan Kerajaan Gunung Sahilan karena istana ini terletak di Desa Gunung Sahilan.
3. Makam Syekh Burhanuddin (Baharudin), yaitu sebuah makam seorang ulama besar penyebar agama Islam di Kampar.
4. Makam Maharaja Sinda, yaitu peninggalan sebuah makam Raja Pelalawan. Peninggalan ini dapat ditemui di Bunut, Kabupaten Palelawan.
5. Bukit Hiyang Komala, yaitu peninggalan yang terletak di XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar.
6. Istana dan Benteng Kerajaan Pelalawan. Peninggalan ini terdapat di Bunut, Kabupaten Pelalawan. Istana ini berbentuk sebuah rumah biasa. Zaman dulu, benteng tersebut menjadi benteng pertahanan Palelawan saat diserang oleh Kerajaan Siak.
7. Istana Kerajaan Rokan, peninggalan ini terdapat di Kecamatan IV Koto Kampar.
8. Benteng Tuanku Tambusai. Peninggalan ini terletak di Kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu.
9. Candi Muara Takus, yaitu peninggalan sebuah candi yang terletak di Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar.
10. Makam Bergading dua, yaitu peninggalan keturunan raja Aceh, yang dapat ditemui di Rambah, Kabupaten Rokan Hulu.
11. Makam Sultan Mahmud Syah I, yaitu sebuah peninggalan yang terletak di Bnut, Kabupaten Pelalawan.
12. Makam Datuk Sultan Tabano, yaitu peninggalan yang dapat ditemui di Bangkinang. Beliau adalah seorang pahlawan dalam sejarah daerah. Beliau meninggal terbunuh oleh ibunya sendiri karena durhaka.
13. Makam Tengku Said Husin dan Said Bidin, yaitu sebuah peninggalan yang terletak di Bangkinang. Sebagai masyarakat menyebutkan bahwa kedua orang ini berasal dari Pagaruyung yang diangkat menjadi raja di sana.
J. Organisasi Kesenian
Di kampar dan daerah-daerah pengembangan seperti Kabupaten Rokan Hulu, Rokan Hilir, dan Kabupaten Pelalawan mempunyai organisasi-organisasi kesenian, terutama organisasi yang merupakan kelompok-kelompok kesenian tradisional.
Dalam perjalanannya, kelompok-kelompok kesenian ini sangat disayangkan terlalu longgar. Kebanyakan mereka berkumpul apabila akan menghadapi suatu kegiatan saja. Setelah kegiatan, kelompok kesenian tersebut pun berhenti pula. Kelompok-kelompok kesenian yang masih dapat dijumpai di daerah ini adalah berdah, kasidah, rebana, randai, dan silat.
Dewasa ini beberapa seniman masih mengikuti kegiatan kesenian lainnya, terutama jika hal itu diperlukan. Jadi, seorang seniman tidak hanya ikut serta dalam satu kegiatan kesenian, tetapi ikut pula dalam kegiatan kesenian yang sebenarnya bukan kesenian yang sepesialisasinya.
BAB 5
RAGAM SENI BUDAYA BENGKALIS DAN SIAK
A. TARIAN
Di Kabupaten Bengkalis termasuk daerah kabupaten pengembangan, yaitu Kabupaten Siak memiliki ragam seni budaya berbentuk tarian, yaitu tari Zapin, berenjong, Celabang, Olang-olang, tari Lukah, tari Mayang, dan tari joget.
1. Tari Zapin
Tari zapin ini dijumpai hamper merata diseluruh Bengkalis.
2. Berenjong
Tarian ini merupakan tarian puak Melayu tua, yaitu suku asli dan suku akit.
3. Celabang
Tarian ini masih termasuk tarian puak melayu tua.
4. Olang-olang
Tarian ini disukai oleh puak Melayu sukai. Tarian ini bercerita bagaimana seorang pemuda menemui seorang gadis dari kayangan. Akan tetapi hubungan mereka terputus karena sang gadis melanggar pantangan, yaitu tidak boleh menari. Tari olang-olang menggambarkan gerak bulung elang yang sedang melayang.
5. Tari Lukah
Tari Lukah ini sama dengan tari Lukah di daerah – daerah lain di Tiau. Tarian ini dapat dijumpai di Siak, Merbau, Sungai Apit, dan Bukit Batu.
6. Tari Mayang
Tari Mayang merupaakn tari magis yang digunakan oleh seorang dukun (bomo atau pawang) untuk pengobatan tradisional.
7. Tari Joget
Tarian ini merupakant arian rakyat yang banyak disukai oleh para nelayan. Tarian ini akhirnya berkembang menjadi tarian muda-mudi.
B. Drama (Teater Tradisional)
Di Kabupaten Bengkalis dan Siak terdapat beberapa jenis drama atau teater tradisional, antara lain seperti berikut ini.
1. Sandiwara atau drama transisi
Sandiwara ini dapat dijumpai di beberapa kecamatan dan masih didukung oleh beberapa kelompok kesenian.
2. Berondong
Berondong merupakan sejenis seni campuran tarian dengan dialog. Kesenian ini dapat dijumpai di Tebing Tinggi, Merbau, dan Bengkalis.
C. Nyanyian
Di Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak terdapat beberapa nyanyian, antara lain seperti berikut :
1. Bersenandung
Bersenandung yang terdapat di Kabupaten Bengkalis ini sama dengan yang ada di daerah lain di Riau.
2. Bersyair
Bersyair adalah membaca berbagai syair dan hikayat yang banyak mengandung nilai-nilai ajaran agama Islam.
3. Langgam Melayu
Langgam Melayu merupakan nyanyian yang paling banyakd isukai ramai, terutama kalangan anak muda, sebab berisi kisah percintaan.
4. Berdah dan kasidah
Berdah dan kasidah merupakan nyanyian yang bernilai dakwah.
5. Bergambus
Bergambus biasanya dilakukan sewaktu bulan purnama.
6. Lagu burung pungguk putih dan lagu kiambang
Lagu ini semacam syair yang mengisahkan tentang burung pungguk.
D. Musik Tradisional (Peralatannya)
Di Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak terdapat beberapa musik tradisional, di antaranya seperti berikut ini.
1. Kompang
Kompang merupakan gedang tipis yang biasanya dipakai untuk mengarak pasangan mempelai lelaki dan mempelai perempuan dalam upacara perkawinan.
2. Nafiri
Alat musik nafiri terbuat dari batang kelapa, kulit kambing, dan rotan.
3. Marwas
Marwas merupakan alat musik yang lebih kecil dari gedung biasa.
4. Tambur
Tambur adalah marwas yang besar. Alat musik ini terdapat di berbagai tempat di Bengkalis
5. Rebana
Rebana ukurannya lebih besar dari tambur.
6. Gambus
Gambus merupakan alat musik yang bentuknya sama dengan gambus di daerah-daerah lain di daerah Riau.
7. Gong
Gong Merupakan alat musik yang bentuknya sama dengan gambus di daerah-daerah lain di daerah Riau.
8. Celempong
Alat musik ini terbuat dari perunggu.
9. Rebab
Rebab merupakan alat musik yang terbuat dari tempurung kelapa, kayu, tali dua helai, dan penggesek.
10. Suling
Suling merupakan alat musik yang terbuat dari bumbu dan diberi lubang sebanyak 6 buah.
E. Kerajinan Tradisional
Di Kabupaten Bengkalis dan kabupaten Siak dapat dijumpai beberapa kerajinan tradisional, antara lain seperti berikut ini.
1. Tenunan Siak
Tenunan siak dikerjakan di rumah oleh kalangan perempuan, terutama oleh gadis-gadis.
2. Tenunan Bukit Batu
Tenunan ini dapat dijumpai di Kecamatan Bukit Batu. Tenunan ini merupakan industri rumah tangga, tetapi kualitasnya tidak sebaik tenunan Siak.
3. Tekad
Tenunan Tekad adalah tenunan yang terbuat dari benang emas yang disulam timbul di atas kain bludru. Tekad dikenal di Bengkalis
4. Anyaman dan Ukiran
Kerajinan anyaman memakai bahan dari pandan, rotan, bamboo, dan purun yang dikerjakan sebagai pekerjaan sampingan di rumah tangga, terutama oleh puak melayu suku asli. Sedangkan ukiran banyak dijumpai pada perahu-perahu.
F. Upacara Tradisional
Di Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak dapat dijumpai beberapa ragam seni budaya upacara tradisional, antara lain seperti berikut ini :
1. Penyemahan ikan terubuk
Upacara ini dapat dijumpai di Kecamatan Bengkalis dan Bukit Batu. Pada masa lampau penyemahan itu konon dipersembahkan seorang gadis sebagai korban ke dalam laut.
2. Mengompang
Mengompang adalah upacara yang dilakukan semasa menuai padi.
3. Upacara nikah kawin (upacara perkawinan)
Upacara nikah kawin yang disebut juga upacara perkawinan merupakan mata rantai yang panjang.
4. Upacara halenggang perut
Upacara halenggang perut adalah upaara untuk wanita hamil pertama. Upacara ini sama dengan daerah-daerah lainnya di Riau.
5. Upacara membuai anak
Upacara membuai anak adalah upacara yang dilakukan setelah anak berumur 7 hari.
6. Upacara potong rambut (bercukur) dan turun mandi)
Upacara ini biasanya dilakukan setelah anak berumur 7 hari.
7. Upacara sunat rasul
Upacara sunat rasul adalah upacaran diperuntukkan hanya untuk anak-anak laki-laki.
8. Upacara mandi safar
Upacar mandi safar adalah upacara yang dilakukan pada bulan safar.
9. Upacara mandi belimau
Upacar mandi belimau merupakan upacara mandi yang menggunakan limau sebagai alat pembersh badan atau rambut.
10. Upacara pengobatan tradisional
Upacara ini dilakukan untuk mengobati orang yang sakit.
G. Cerita Rakyat
Di Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Siak terdapat beberapa cerita rakyat, antara lain adalah seperti berikut ini.
1. Awang Mahmuda
Awing Mahmuda yaitu suatu cerita rakyat yang mengisahkan tentang percintaan. Cerita rakyat ini terdapat di Kecamatan Bengkalis.
2. Si Lalang
Si Lalang yaitu suatu cerita yang menceritakan tentang anak durhaka kepada ibu bapaknya. Cerita rakyat ini terdapat di Kecamatan Kubu.
3. Batu Belah Batu Betangkup
Batu Belah Batu Betangkup yaitu suatu cerita yang mengisahkan seorang anak yang tidak membalas jasa kepada ibu bapaknya. Cerita rakyat ini terdapat di Kabupaten Bengkalis
4. Si Kantan
Si Kantan adalah cerita rakyat tentang anak durhaka. Cerita ini terkenal di Siak.
5. Dedap Durhaka
Dedap durhaka juga menceritakan seorang anak yang durhaka. Cerita ini terkenal di Bengkalis
6. Panglima Layar
Sebuah kisah yang terkenal di Kubu. Cerita ini berisi tentang kepahlawanan mempertahankan Pulau Lalang dari serangan musuh.
7. Cik Embong Beruk dan Cik Engah Benang
Sebuah kisah yang terkenal di Kubu. Tentang kepahlawanan mempertahankan Pulau Lalang dari serangan musuh.
8. Mayang Diumbut
Cerita ini mengisahkan percintaan seekor beruk dengan putrid. Cerita ini terkenal di Bengkalis, Bukit Batu, dan Siak.
9. Lancang Kuning
Cerita Lancang Kuning merupakan cerita rakyat yang paling terkenal dari sekian banyak cerita rakyat di daerah Ria. Cerita Lancang Kuning sejenis cerita yang mengisahkan penurunan sebuah lancing (sejenis sampan) warna kuning yang terjalin dalam percintaan yang dihadang oleh kezaliman raja.
10. Perang Siak
Perang Siak menceritakankisah peperangan Kerajaan Siak Melawan Belanda.
11. Mambang Limau
Cerita ini mengisahkanpercintaan pemuda dengan seorang putrid dari kayangan. Cerita ini terkenal di Siak dan mandau.
12. Mandau bersiram Darah
Cerita ini merupakan suatu cerita peperangan antara Merbau dengan Senggono. Cerita ini terkenal di Tebing Tinggi.
13. Sri Serawak
Cerita rakyat yang romantis sehingga cerita ini menjadi sebuah lagu Melayu yang sangat popular. Cerita ini terkenal di Tebing Tinggi.
14.
Pinang Beribut merupakan cerita rakyat di Bengkalis, menceritakan seorang putrid yang selalu disisihkan oleh saudara-saudaranya di tuduh melakukan berbagai kejahatan. Akan tetapi, akhirnya terbukti bahwa putrid itulah yang benar.
15. Sri Bunian
Sri Bunian merupakan cerita rakyat di Tebing Tinggi, menceritakan tentang anak yang berbakti kepada ibu bapaknya dengan tulus dan ikhlas serta mengabdi kepada Tuhan.
16. Pak Pandir
Cerita rakyat Pak pander terkenal di Bengkalis.
17. Putri Kaca Mayang
Mengisahkan kecantikan putri yang sulit dicari tandingannya sehingga menjadi rebutan oleh Aceh melawan nasib dalam suatu peperangan.
18. Putri Tujuh
Merupakan cerita di Kecamatan Dumai, mengisahkan 7 orang putrid yang terbunuh dalam peperangan batin Dumai melawan Aceh.
19. Sungai Patah Kail
cerita rakyat di Bengkalis yang menceritakan tentang kegagahan seorang putrid mempertahankan darahnya dari panjajahan Belanda.
20. Cik Puan Ratu Perkasa
Cerita rakyat Cik Puan Ratu Perkasa merupakan cerita rakyat yang menyebutkan kepahlawanan seorang putrid di
21. Keris Sempena Riau
Dikenal luas di Siak, Bengkals, dan Tebing Tinggi. Cerita ini berisi tentang kesaktian keris tersebut.
22. Hang Tuah
Cerita yang sangat terkenal di Bengkalis. Cerita ini mengisahkan kesetiaan Hang Tuah serta ketangguhannya setiap menghadapi
H. Permainan Rakyat
Di Bengkalis dan Kabupaten Siak terdapat beberapa permainan rakyat,
1. Permainan anak-anak yang terdiri dari galah panjang, enjit-enjit semut, bang senabu, lulu cina buta, jengkit-jengkit, congkak, guli, main tali, dan setatak.
2. Permainan orang dewasa terdiri dari gasing, laying-layang, perang layer, pacu sampan, dan sepak raga.
I. Peninggalan Sejarah
Di Bengkalis dan Kabupaten Siak ada beberapa peninggalan sejarah,
1. Balai Datuk Laksmana Bukit Batu di Bukit Batu. Datuk Laksamana adalah seorang pembesar Kerajaan Siak, yang diberi kekuasaan di Selat Malaka. Balai ini didirikan tahun 1970 sebagai tempat kediaman datuk tersebut.
2. Balai Kerapatan Tinggi Siak. Balai ini didirikan tahun 1986, merupakan Mahkamah Syariah Kerajaan Siak. Balai ini terbuat dari batu dan kayu..
3. Istana Hasyimiah Sultan Siak, di kKecamatan Siak. Istana ini menjadi semacam museum peninggalan Kerajaan siak.
4. Candi Sintong, di Kecamatan Tanah Putih. Candi ini tinggal runtuhan batu batanya karena banyak diambil orang.
5. Candi Sendinginan, di Tanah Putih candi ini sama keadaannya Candi Sintong.
6. Makam DAra Sembilan, di Kecamatan Bengkalis. Panjang makam kira-kira 12 meter, lebar 8 meter, dan terbuat baru batu bata.
7. Kuburan Panjang, terdapat di Kecamatan Rupat. Kuburan ini terbuat dari batu dengan nisan berbentuk bulat.
8. Makam Koto Tinggi, di Kecamatan Siak. Makam Koto Tinggi merupakan kompleks makam raja-raja Siak.
9. Makam Marhum Buatan, di Siak. Makam ini dikenal sebagai makam Raja Siak yang pertama, yakni raja Kecik.
10. Benteng (Kubu) pertahanan rakyat di Senggoro, Kecamatan Bengkalis. Benteng ini merupakan benteng pertahanan rakyat ketika melawan Belanda menyerang Siak kira-kira tahun 1800.
11. Pesanggaran Sultan Siak di
12. Senjata, perhiasan, dan peralatan upacara (missal tepak sirih) masih dijumpai di Bukit Batu
J. Organisasi Kesenian
Di daerah Bengkalis dan Siak terdapat berbagai organisasi atau kelompok seniman yang mendukung berbagai kesenian. Organisasi kesenian yang masih dapat dijumpai, antara lain orkes gambus (orkes melayu), ketoprak, joget, silat, berdah, kompang, dan sebagainya.
BAB 6
ADAT PERKAWINAN
A. Perkawinan dan Adat Perkawinan
Sebelum upacara perkawinan dilaksanakan, diberlakukan ketentuan adapt istiadat yang disebut adapt sebelum perkawinan.
1. Tujuan Perkawinan
Berkaitan dengan tujuan perkawinan, perlu disimak ungkapan berikut ini.
Di dalam nikah banyak faedah
Di dalam kawin banyak diingin
Ungkapan tersebut menunjukkan keragaman tujuan, keinginan, dan manfaat (faedah) yang diharapkan dari suatu perkawinan. menurut adapt, ada beberapa tujuan perkawinan, antara lain seperti berikut ini.
a. Menyambung tali darah
Menyambut tali darah maksudnya, adalah melanjutkan keturunan. Sebagaimana tersirat dalam ungkapan berikut.
Tuah hidup beranak pinak
Tuah kaum berketurunan
Ungkapan tersebut dapat diartikan bahwa melalui perkawinan diharapkan keturunan keluarga akan terus berlanjut, berkembang biak. Hal ini sesuai dengan ungkapan adapt yang berbunyi seperti berikut.
Kayu besar berkayu kecil
Kayu kecil beranak laras
Tuah bersaling muda berganti
b. Mendekatkan yang jauh dan merapatkan yang renggang
Mendekatkan yang jauh, merapatkan yang renggang artinya melalui perkawinan hubungan kekerabatan dan kekeluargaan semakin dekat dan akrab. Sebagaimana tersirat dalam ungkapan berikut ini.
Nikah berdua kawin beramai
Bersambung hendak panjang
Bertampun hendak lebar
Arti ungkapan tersebut adalah perkawinan mempunyai tujuan mendekatkan kekerabatan dan keluarga, sekaligus memperluas kaum kerabat kedua belah pihak.
c. Menjunjung sunnah
Menjunjung sunnah, maksudnya mengikuti Nabi Muhammad saw. Yang menganjurkan kepada umatnya untuk kawin bagi yang telah patut dan mampu. Ungkapan adapt tentang hal tersebut berbunyi seperti berikut ini
Tegak nikah menurut sunah
Tegak adapt menurut syarak
Ungkapan tersebut menunjukkan kemurnian perkawinan dalam kehidupan, yang sekaligus menunjukkan betapa tingginya harkat perkawinan tersebut.
2. Perkawinan Ideal
Ungkapan adapt mengatakan seperti berikut ini.
Nikah langsung tuah sekampung
Nikah usai gelah mengurai
Sirih balik ke gagangnya
Hutang lepas hajat terkabul
Kaum kerabat mendapat berkat
Dengan demikian, yang dikatakan perkawinan ideal adalah perkawinan yang benar-benar mendatangkan kebahagiaan, kesejahteraan bagi semua pihak, sesuai dengan kedudukan mereka dalam masyarakat. Misalnya, status sosial, tujuan, adat istiadat, agama, kepercayaan, dan norma-norma sosial lainnya.
Gambaran perkawinan ideal tercermin dalam ungkapan seperti berikut ini.
Yang disebut kawin mulia
Sepadan kaji dengan alimnya
Setara duduk dengan tegaknya
Seukur suku dengan bangsanya
Elok bersanding dengan cantik
Bagai balam dua selenggak
Bagai bulan dengan matahari
Dalam ungkapan lain disebutkan seperti berikut ini.
Kalau emas sama karatnya
Kalau intan sama asahnya
Kalau diukur sama tingginya
Kalau dipandang sama eloknya
Kalau dirasa samaperasanya
Bagai pinang pulang ke tampuk
Bagai sirih pulang ke gagangnya
Satu terbilang satu terpandang
Satu mulia satu ternama
Keris sesuai dengan sarungnya
Cembul sesuai dengan tudungnya
3. Jenis-jenis perkawinan
Adat tradisi masyarakat di daerah Riau mengenal beberapa jenis-jenis perkawinan. ada yang sempurna dan baik, ada pula yang digolongkan buruk dan tidak diinginkan atau dilakukan secara terpaksa yang menimbulkan aib dan malu.
Adapun jenis-jenis perkawinan sempurna dan baik, yang telah menjadi adapt dan tradisi di daerah ini adalah sebagai berikut.
a. Kawin biasa
Adalah perkawinan yang dilakukan secara normal, dilaksanakan melalui ketentuan dan adapt istiadat, serta menuruti berbagai urutan acara yang lazim. Contoh perkawinan biasa adalah perkawinan seorang bujang dan gadis yang dilaksanakan menurut tata cara adapt. Tentang perkawinan biasa ini ungkapan adapt mengatakan seperti berikut.
Nikahnya menurut syarak
Kawinnya menurut adapt
Sesuai alur dengan patutnya
Sesuai langkah dengan niatnya
Perkawinan yang dilakukan menurut tata cara adapt juga diungkapkan oleh pepatah adat seperti berikut ini.
Nikah berjenjang naik
Kawin bertangga turun
Yang adapt sama diisi
Yang lembaga sama dituang
Helot langsung niat terkabul
b. Kawin Gantung
Perkawinan disebut nikah gantung jika suatu perkawinan yang dilakukan dengan jarak relative lama antara pelaksanaannya menurut hukum dengan pesta (upacaranya).
c. Kawin janda atau kawin duda
Adalah perkawinan antara laki-laki bujang dengan wanita janda atau sebaliknya.
d. Kawin bertukar anak panah
Adalah perkawinan dua orang adik beradik, apakah keduanya laki-laki atau seorang laki – laki dengan seorang perempuan kawin dengan dua orang adik beradik lainnya.
e. Kawin ganti tikar
Adalah suatu perkawinan apabila seseorang laki-laki kematian istrinya kemudian ia kawin dengan adik istrinya (iparnya)
f. Kawin balam dua selenggek
Adalah perkawinan dilakukan oleh dua orang adik beradik dengan dua orang adik beradik lainnya.
g. Kawin membayar nazar
Perkawinan membayar nazar disebut juga kawin menembus niat.
h. Kawin menebus budi
Perkawinan terjadi untuk menebus hutang budi terhadap seseorang, baik itu pihak-laki-laki maupun pihak perempuan.
i. Kawin sekandang
Adalah perkawinan antarsesama anggota keluarga sepanjang dibenarkan oleh syarak dan adapt.
j. Kawin berkat
Adalah perkawinan yang mengundang maksud untuk memperoleh berkat, tuah, atau meningkatkan status sosial keluarga.
k. Kawin negeri
Adalah perkawinan yang dilakukan dengan tujuan politis.
B. Upacara Sebelum Perkawinan
1. Upacara Meminang
a. Tujuan
Upacara meminang bertujuan menyampaikan niat baik pihak laki-laki untuk menjodohkan anaknya dengan anak pihak perempuan.
b. Tempat
Upacara meminang dilakukan di rumah orang tua peremuan, atau di rumah keluarganya yang telah mereka tentukan.
c. Waktu
Waktu ditentukan atas kesepakatan kedua belah pihak. Lazimnya pada malam hari sesudah magrib. Apabila siang hari, biasanya dilaksanakan sesudah salat zuhur atau salat ashar.
d. Pelaksanaan
1. Satu orang wakil pihak laki-laki, didampingi oleh beberapa orang keluarga terdekat yang sudah berumur, sahabat terdekat, serta para penjawatnya.
2. Satu orang wakil pihak perempuan didampingi oleh beberapa keluarga terdekat, sahabat dekat, tetangga dekat, jemputan khusus, dan penjawat.
3. Seorang ulama atau lebih sebagai pembaca doa selamat dan penutup upacara.
4. Para pemangku atau pemuka adat tempatan, sekurang-kurang satu orang sebagai saksi.
e. Kelengkapan Upacara (alat-alat)
1. Peralatan pokok adalah tepak sirih, yang terdiri dari tepak induk dan tepak pendamping
2. Peralatan pelengkap adalah berbagai macam penganan, makanan, bunga-bungaan, buah-buahan, dan wangi-wangian.
3. Peralatan kebesaran yaitu peralatan yang menjadi tanda atau lambing kebesaran pihak peminang. Misalnya, keris panjang, tombak, pedang, paying, panji, dan sebagainya.
2. Upacara antar tanda
a. Tujuan
Upacara antar tanda bertujuan untuk menyerahkan tanda ikatan pertunangan dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan.
b. Tempat
Upacara antar tanda yang disebutkan juga melahirkan tanda dilaksanakan di rumah pihak perempuan atau rumah yang ditentukan oleh pihak perempuan.
c. Waktu
Waktu pelaksanaan upacara antar tanda, biasanya atas kesepakatan kedua belah pihak. Lazimnya pada malam hari. Jika dilakukan siang hari maka biasanya pagi hari yang disebut kegika matahari naik (pukul 09.00-11.00) atau sore hari (pukul 14.00-17.00). waktu yang terbaik adalah malam atau pagi hari.
d. Pelaksanaan
Upacara antar tanda intinya sama dengan upacara meminang, yakni masing-masing pihak menunjuk wakilnya, didampingi oleh sahabat karib, disaksikan oleh pemangku dan pemuka adapt, alim ulama, para penjawat, jemputan, tetangga dekat, serta kerabat.
e. Kelengkapan upacara (alat-alat)
Kelengkapan pokok tanda pertunangan sesuai kesepakatan kedua belah pihak dan sesuai pula dengan ketentuan adapt dan statusnya. Untuk golongan raja-raja dan kalangannyatanda itu terdiri berikut ini.
1. tujuh (7) bentuk cincin emas
2. tujuh (7) susun dokoh
3. tujuh (7) pasang gelang
4. tujuh (7) lilit rantai
5. tujuh (7) pasang anting-anting
6. tujuh (7) pesalin pakaian wanita.
Kelengkapan di atas disebut dengan kelengkapan serba tujuh.
Untuk golongan orang besar kerajaan dan datuk-datuk, terdiri dari :
1. Tiga hingga
2. Tiga hingga
3. Tiga hingga
4. Tiga hingga lima (3-5) pasang anting-anting
5. Tiga hingga
6. Tiga hingga lima (3-5) pesalin pakaian wanita.
Jika kelengkapan semua tiga disebut dengan kelengkapan tiga dan yang serba lima disebut kelengkapan lima.
Untuk golongan masyarakat biasa terdiri berikut ini.
1. Satu (1) bentuk cincin emas
2. Satu (1) pasang gelang
3. Satu (1) pasang anting-anting
4. Satu (1) lilit rantai
5. Satu (1) susun dokoh
6. Satu (1) pesalin pakaian wanita.
Kelengkapan ini disebut dengan kelengkapan serba satu. Acuan tersebut tidak bersifat wajib, tetapi dapat dirundingkan oleh kedua belah pihak sesuai dengan kemampuan mereka.
3. Upacara antar belanja
a. Tujuan
Adalah untuk meringankan beban pihak wanita dalam menyelenggarakan perkawinan.
b. Tempat
Dilakukan di rumah pihak perempuan.
c. Waktu
Dilakuakn sebelum akad nikah, akan tetapi, adapula yang melaksanakannya sejalan dengan akad nikah.
d. Kelengkapan Upacara (alat-alat)
Alat pokok terdiri dari barang-barang berikut ini.
1. uang putaran
2. perhiasan
3. kain
4. kelengkapan rias pengantin wanita
5. kelengkapan tempat tidur
6. tepak sirih
C. Upacara Pelaksanaan Perkawinan
1. Upacara menggantung-gantung
a. Tujuan
Bertujuan untuk menghiasi rumah kediaman pengantin dengan menyiapkan kelengkapan upacara langsung.
b. Tempat
Dilaksanakan dirumah orang tua pengantin perempuan atau rumah tempat upacar aperkawinan dilaksanakan, ada kalanya dilaksanakan di rumah pengantin laki-laki.
c. Waktu
Biasanya, upacara menggantung-gantung dilakukan ketika matahari naik (pukul 09.00 – 11.00) sampai selesai,
d. Pelaksanaan
Dilakukan di dalam dan di luar rumah. Upacara ini dipimpin orang tua yang mengetahui dan ahli seluk-beluk adapt dan memiliki keahlian dalam mengatur kelengkapan.
e. Kelengkapan upacara (alat-alat)
Adalah peralatan yang dijadikan alat pokok dalam upacara perkawinan, yaitu kelengkapan pelaminan, kelengkapan tempat tdiru pengantin, kelengkapan tempat akad nikah, serta kelengkapan perhiasan pengantin.
2. Malam berinai
a. Tujuan
Bertujuan untuk menghiasi rumah kediaman pengantin dengan menyiapkan kelengkapan upacara langsung.
b. Tempat
Upacara berinai biasanya dilakukan di rumah kediaman pengantin
c. Waktu
Berinai dilakukan pada malam hari. Baik di rimah pengantin laki-laki maupun dirumah pengantin wanita.
d. Pelaksanaan
Upacara berinai dipimpin oleh mak andam dibantu oleh beberapa orang tua perempuan yang dipercayai oleh keluarga kedua belahpihak.
e. Kelengkapan upacara (alat-alat)
1. Alat pokok, terdiri dari inai yang sudah digiling halus, bedak dingin, lilin yang dibuat dari sarang lebah, lilin biasa, asam kandis maupun asam lainnya yang biasa dipakai, dan kelengkapan tepung tawar.
2. alat kelengkapan, terdiri dari penganan aneka ragam atau makanan serta buah-buahan.
3. Alat kebesaran, biasanya disesuaikan dengan status sosialnya di masyarakat.
3. Berendam
a. Tujuan
Bertujuan untuk mempercantik pengantin perempuan dengan cara membersihkan wajahnya.
b. Tempat
c. Waktu
Dilakukan di pagi hari sesudah malamnya dilakukan upacara berinai.
d. Pelaksanaan
Berandam dipimpin oleh mak adam dan dibantu oleh beberapa orang pembantunya, serta diikuti oleh beberapa jemputan.
e. Kelengkapan upacara (alat-alat)
1. Alat pokok, terdiri dariperalatan seperti berikut ini
a) Seperangkat alat andam, yaitu lilin, minyakmakan, minyak lebah, sisir, kain putih, sabun pisau cukur, dan gunting
b) Seperangkat alat tepung tawar
c) Poho atau semerit berisi padi, beras, kelapa, lilin, korek api, serta benang putih 7 lilin 7 warna.
d) Lilin lebah
e) Pebara (kemenyan dan setanggi)
f) Tepak sirih berisi lengkap.
2. Alat pelengkap, yaitu penganan, buah-buahan, sertatilam kecil tempat duduk pengantin.
3. Alat kebesaran, yaitu kelengkapan adapt yang disesuaikan dengan status sosial pengantin.
4. Upacara akad nikah
a. Tujuan
Adalah untuk mengesahkan suatu perkawinan, baik secara agama maupun secara adapt.
b. Tempat
Dilakukan di rumah pengantin perempuan.
c. Waktu
Dilakasnakan pada malam hari setelah magrib sampai selesai.
d. Pelaksanaan
Pemimpin upacara akad nikah ialah kadhi, yang biasa disebut tuan kadi.
e. Kelengkapan upacara (alat-alat)
1. Alat pokok, terdiri dari mahar dan tepak sirih (tepak induk dan tepak pengiring)
a) Berbagai jenis penganan, makanan, dan buah-buahan.
b) Kain baju, perhiasan, dan hadiah untuk pihak perempuan yang lazim disebut dengan pengiring mahar.
2. Alat kebesaran, terdiri dari peralatan seperti berikut ini.
a) Disesuaikan dengan status sosial di dalam masyarakat. Minimal ada dua orang pengiring yang disebut dengan gading-gading.
b) Seperangkat pemain musik, yaitu bebano, kompang, dan marwas.
5. Upacara berkhatam Quran
a. Tujuan
Adalah agar hidup berumah tangga di lengkapi dengan ilmu pengetahuan agama dan menjadi kehidupan rumah tangga yang baik yang diridai oleh Allah wt.
b. Tempat
Pelaksanaan berkhatam dilakukan di rumah pengantin perempuan
c. Waktu
Berkhatam dilakukan pagi hari sesudah malam dilakukan akad nikah. Lazimnya dilakukan lebih kurang pukul 09.00-11.00.
d. Pelaksanaan
Dipimpin oleh guru mengaji atau orang yang ditunjuk umumnya perempuan.
e. Kelengkapan upacara (alat-alat)
Kelengkapan utama dalam upacara berkhatam adalah seperti berikut ini.
1. Al-Quran beberapa buah
2. Air yang diisi dalam kelabang
3. Berbagai pengaman, makanan, dan buah-buahan
4. hadiah untuk guru mengaji, seperti kain, tikar sembahyang, wangi-wangian, dan sepesalinan pakaian.
6. Upacara langsung
a. Tujuan
Untuk memberikan penghormatan kepada kedua pengantin, menobatkan mereka sebagaikepala dan ibu rumah tangga,
b. Tempat
Pelaksanaan upacara langsung dilakukan di rumah pengantin perempuan.
c. Waktu
Dilakukan antara pukul 13.00-16.00, yakni sesuah upacara berkhatam Quran.
d. Pelaksanaan
Dilaksanakan oleh keluarga, kaum kerabat, dan sahabat kedua belah pihak.
e. Kelengkapan upacara (alat-alat)
1) alat pokok, yang terdiri dari tepak sirih (tepak induk), tepak pengiring, bungkusan pakaian-pengantin laki-laki, uncang duit pembuka pintu, dan payung.
2) Alat pelengkap, terdiri dari jenis epnganan, nasi kunyit dengan lauk pauknya, buah-buahan, serta benda-benda lain yang dijadikan hadiah untuk pengantin perempuan
3) Alat kebesaran, terdiri dari keris panjang, pedang, tombak, dan lain-lain sesuai menurut status sosialnya di dalam masyarakat.
7. Upacara bersanding
a. Upacara tepung tawar
Merupakan kegiatan menaburkan bunga-bungaan, wangi-wangian kepada kedua pengantin, yang lazim disebut menepung tawari kedua pengantin.
1) Unsur keluarga terdekat
2) Unsur pemerintah yang disebut raja kuasa
3) Unsur pemangku adapt yang disebut raja adapt
4) Unsur patut – patut
5) Unsur ulama yang disebut raja ibadat, sekaligus menutup dengan membaca doa selamat.
Peralatan yang lazimnya mempergunakan kelengkapan yang terdiri dari beberapa benda seperti berikut.
1. Daun Setawar
2. Daun sedingin
3. Daun ati-ati
4. Daun ganda rusa
5. Bedak limau
6. Air percung (air wangi-wangian)
7. Beras kunyit
8. Beras basuh
9. Bertih
b. Makam adap-adapan
Adalah makam berhadap-hadapan bersama keluarga terdekat dan orang yang patut-patut. Makam adap-adapan biasanya dilakukan selesai upacara tepung tawar, bertempat di depan pelaminan.
8. Upacara menyembah mertua
a. Tujuan
Suatu pernyataan sembah sujud, terima kasih, dan mohon doa restu kepada kedua orang tua pengantin laki-laki dan keluarganya.
b. Tempat
Di rumahp engantin laki-laki atau dirumah dimana pengantin laki-laki turun.
c. Waktu
Terbaik dilakukan sore hari setelah acara bersanding dilaksanakan.
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan upacara pemnyembah diikuti oleh keluarga kedua belah pihak, sahabat, handai tolan, dan yang patut-patut.
e. Kelengkapan upacara (alat-alat)
1) Alat okok
2) Alat pelengkap
3) Alat kebesaran
D. Upacara Sesudah Perkawinan
1. Upacara mandi damai
a. Tujuan
Untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa pengantin sudah selamat melakukan hubungan sebagai suami-isteri.
b. Tempat
Dilaksanakan dikediaman pengantin perempuan.
c. Waktu
Pelaksanaan upacara mandi damai lazimnya dilakukan tiga hari sesuah pelaksanaan upacara langsung atau bersanding.
d. Kelengkapan upacara (alat-alat)
a) Alat pokok, terdiri dari :
- Bangunan tempat upacara
- Naga-nagaan tempat mengalirnya air atau berfungsi sebagai saluran air
- Kain langit-langit disebut juga kain tapis mandi
- Kain basahan
- Air bunga tujh, terdiri dari tujuh jenis bunga
- Air siraman-siraman
- Air tolak bala
- Bunga kumbang tamam
- Bunga rampai
- Bunga gulang-gulang
- Pebara
- Kelapa muda yang sudah diukir kulit dan tampuknya
- Daun atau lilin lebah yang dihias, disebut juga lilin kelopak
- Cermin kecil
- Gelang cincin
- Talam berisi beras dan padi
- Pohon atau dulang berisi kelapa, lilin, beras, dan padi
- Ketur
- Kendi
b) Alat pelengkap, terdiri dari :
- Penganan, makanan, serta buah-buahan dengan hiasannya
- Air dalam kelalang
- Mayang pinang
- Buah nanas
c) Alat kebesaran, terdiri dari :
- Payung panji
- Keris panjang
- Pedang
- Tombak
- Alat tampan-tampan
e. Pelaksanaan
Pelaksanaan upacara mandi damai dipimpin oleh mak andam bersama dengan orang tua-tua. Pada cara ini yang hadir adalah sanak keluarga, sahabat, handai taulan, jemputan, yang patut-patut.
2. Upacara mengantuk gigi
a. Tujuan
Untuk meratakan gigi pengantin pengantin supaya kelihatan lebih indah
b. Tempat
Dilakukan di dalam rumah pengantin perempuan.
c. Waktu
Dilaksanakan sesudah upacara mandi damai.
d. Kelengkapan upacara (alat-alat)
1. Alat pokok, terdiri dari telur ayam 2 buah, kain putih, dulang berisi lilin lebah, kikir kecil, dan mangkuk putih.
2. Alat pelengkap, terdiri dari pebara dengan kemenyan atau setanggi, kapas, serta wangi-wangian.
3. Alat kebesaran, terdiri dari sesuaikan dengan status sosialnya di dalam masyarakat.
e. Pelaksanaan
Upacara mengantuk gigi dipimpin oleh mak andam disaksikan oleh seluruh peserta dalam upacara mandi damai. Pelaksanaan mengantuk gigi dilakukan di atas pelaminan atau di tengah ruangan di atas tilam khusus. Lazimnya di atas tilam yang digunakan untuk mengasah gigi.
BAB 7
PAKAIAN ADAT MELAYU
A. Perkawinan dan Adat Perkawinan
Dari segi kegunaan, pakaian tidak hanya berfungsi untukmenutup tubuh manusia dari sengatan matahari atau berfungsi untuk kesehatan, tetapi pakaian juga merupakan atribut, symbol bagi suatu daerah. Di samping itu, pakaian merupakan lambang kemuliaan, lambang kesucian, atau lambang kebesaran suatu daerah tertentu. Bahkan pakaian dapat menggambarkan tingkat status social kelompok atau seseorang dalam kehidupan masyarakat. Pakaian adapt juga memiliki makna tertentu baik dilihat dari bentuk, warna, dan orang yang memakainya.
Dalam kehidupan masyarakat, pakaian terdiri dari dua jenis, yaitu pakaian biasa dan pakaian khusus. Pakaian biasa adlaah pakaian yang dipergunakan dan dipakai sehari-hari. Pakai biasa ini pemakainya tidak terbatas pada waktu, tempat, dan dimana pakaian itu dipakao oleh pemakainya.
Pakaian khusus adalah pakaian tradisional yang pemakainya terbatas pada waktu, tepat, dan di mana pakaian itu dipakai. Artinya, pakaian khusus pemakainya berdasarkan tradisi atau kebiasaan-kebiasaan suatu daerah. Pakaian khusus menunjukkan adanya perbedaan suatu daerah dengan daerah lainnya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pakaian adat merupakan pakaian tradisional yang dipakai berdasarkan tradisi atau kebiasaan-kebiasaan daerah setempat. Atau dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa pakaian adapt merupakan atribut, simbol, lambang, atau cerminan suatu daerah.
B. Bentuk-Bentuk Pakaian Adat Melayu
Setiap upacara adat, apabilagi perkawinan adat, sangat diperlukan pakaian dan kelengkapan pakaian adat. Adat istiadat di daerah Riau, terutama Melayu Riau mengatur ketentuan-ketentuan tentang pakaian tempatan. Ketentuan bentuk-bentuk pakaian antara lain seperti berikut.
1. Pakaian laki-laki
Dalam masyarakat melayu Riau ada dua bentuk pakaian adat laki-laki, yaitu baju melayu teluk belanga dan baju melayu cekak musang. Perbedaan antara baju Melayu teluk belanga dengan baju cekak musang terdapat pada lehernya. Baju Melayu teluk belangan tidak memiliki krah sedangkan baju melayu cekak musang memiliki krah (krah tegak)_.
Di samping memakai baju dengan seluar panjang ada pula kebiasaanpemakaian baju dengan kain saja. Cara memakai baju dengan memakai kain disebut tanjak atau gumbang. Padanan pelengkap dari pakaian ini adalah tutup kepala yang disebut tanjak atau destar.
2. Pakaian Wanita
Dalam kehidupan orang Melayu Riau, ada beberapa jenis pakaian tradisional untuk wanita, antara lain baju kurung, baju kebaya, kain, dan selendang.
Baju kurung yang dipakai sampai kedalamnya ke bawah lutut disebut baju kurung labuh. Apabila dipakai dari lutut ke atas disebut baju kurung sengat. Baju kebaya yang dipakai sampai kedalaman ke bawah lutut disebut kebaya sengkat. Baju kebaya yang dipakai sampai kedalaman ke bawah lutut disebut kebaya panjang. Apabila dipakai sampai dipakai di atas paha ke atas disebut kebaya pandak (kebaya pendek).
C. Adat Memakai Pakaian Adat
1. Ketentuan Umum
a. Memakai menurut syarak, bahwa memakai pakaian hendaklah menutupi aurat
b. Memakai menurut adapt, maksudnya adlah memakai pakaian harus sesai dengan status social, kedudukan, umur, dan upacara yang dihadirinya, artinya memakai pakaian sesuai kriteria tertentu.
1. Menurut kelompok, artinya pemakai tersebut kaum bangsawan, orang besar kerajaan, atau tergolong masyarakat biasa
2. Menurut kedudukan, artinya pemakai tersebut termasuk penguasa, seperti raja, kepala daerah(datuk-datuk), dan kepala persukuan atau pemangku adat
3. Menurut umur, artinya pemakai tersebut orang tua, anak muda, sudah berkeluarga, bujang, dara, janda dan sebagainya.
4. Menurut upacara, artinya memakai pakaian harus sesuai dengan jenis upacara yang dihadirinya.
c. Memakai menurut adatnya, bahwa pakaian harus menurut padannya, sesuai dengan status sosialnya di dalam masyarakat,
2. Ketentuan Khusus
a. Ketentuan khusus pakaian laki-laki
1) Berbaju teluk belanga atau cekak musang
2) Berseluar panjang
3) Berkain samping
4) Bertanjak atau destar
5) Berkelengkapan perhiasan, seperti cincin, dokoh, bengkung, rantai, selempang, serta ikat bengkung yang disesuaikan dengan upacara yang dihadiri
6) Bersenjata, lazimnya keris.
b. Ketentuan khusus pakaian wanita
1) Berbaju kurung atau berkebaya
2) Berkain sarung
3) Bertudung
4) Berkelengkapan perhiasan, cincin, gelang rantai, dokoh, tajuk dan sunting, sanggul, pending, dan lain sebagainya sesuai dengan jenis upacara yang dihadirinya.
D. Pakaian Patut-patut
1. Pakaian laki-lak
a) Berbaju teluk belangan dan cekak musang
b) Berseluar panjang atau bergumbang
c) Berkain samping kalau berseluar panjang
d) Bertutup kepala, seperti kopiah, tanjak, destar, dan sorban
2. Pakaian wanita
a) Berbaju, baju kurung atau kebaya
b) Berkain sarung atau kain lepas
c) Berselendang
E. Adat Memakai Kain
1. Adat berkain samping
a. Orang patut-pautut atau yang sudah berumah tangga atau orang yang berumur, kedalaman kain sampingnya harus melewati bawah lutut walaupun hanya sedikit
b. Orang muda-muda atau orang yang akan masuk gelanggang (bersilat dan sebagainya) kedalaman kain sampingnya harus diatas lutut.
2. Adat berkain gumbang
Memakai kain gambang haruslah labuh, artinya paling tidak di bawah betis dan paling labuh hingga mata kaki. Semuanya berlaku bagi orang yang berkain gumbang.
3. Adat kepala kain
Memakai tenunan yang dipergunakan dalah pamakain upacara adapt mempunyai tenunan pekat, khususnya pada bagian kepala kain.
Ketentuan memakai kain :
a. Sebelah kanan, untuk orang patut-patut
b. Sebelah belakang, untukorang yang sudah berumah tangga dan masih berstatus sebagai istri
c. Sebelah kiri, untuk janda
d. Sebelah muka (depan), untuk anak gadis.
e. Untuk kaum laki-laki, sebaik-baiknya dipakai berparuh, yaitu seprauh di belakang dan separuhnya di sampingkanan.
F. Adat Memakai Warna
1. Kekuningan (kuning atau keemasan) khusus untuk raja dan keluarganya
2. Hijau biru (hijau dan biru) untuk golongan datuk
3. Peputihan (putih) untuk golongan ulama
4. Serbaga hitam (warna hitam) untuk golongan panglima dan hulubalang
5. Memerahan (warna merah( untuko rang biasa.
G. Makna Alat dan Kelengkapan Pakaian Adat Melayu
1. Makna Alat dan Kelengkapan Pakaian Pengantin Darah Riau
a. Keris, melambangkan keperkasaan dan penolak bala seperti ungkapan adat berikut ini :
Keris dipakai epngantin jantan
Berani tidak memilihlawan
Pemagar diri epmbela kawan
Pelapis diri penjaga kawan
b. Tali ikat pinggang/ikat bengkung lebar, mengandung makna pemagar diri
c. Pending (kepala bengkung), mengandung makna penutup aib penolak malu dan penangkal hantu.
2. Makna pakaian Pengantin Melayu Riau
a. Pengantin laki-laki bentuk dasar bajunya adalah baju kurung cekak musang atau baju kurung teluk belanga. Baju kurung cekak musang lehernya memakaikrah menganduk makna seperti ungkapan berikut
Lehernya tegak penolak
Marwah naik tuahpun datang
Hati bersih dadapun lapang
Rezeki tiba tiada berkelang
b. Baju kurng teluk belanga tidak berkrah mengandung makna seperti ungkapan berikut :
Leher berlingkar tulang
Belutnya tanda marwah berpalut tuah
Tanda rukun berumah tangga
Tanda menjauh silang sengketa
Tanda terlindung dari yang nista
c. Seluar (celana) adalah padanan baju kurung laki-laki, lazimnya seluar panjang dan pinggangnya diberi tali. Kedalamannyamenurut adat adalah sampai mata kaki. Ungkapan adat mengatakan baju kurung berseluar panjang labuhnya sampai ke mata kaki.
Tanda orang hidup berbudi
Tanda memegang sumpah dan janji
d. Kain saping mengandung makna seperti ungkapan berikut ini.
Menyarung syarak dengan adapt
Menyarung budi dengan pekerti
Dalamnya hingga-hingga
Ikatnya berpada-pada
Di
e. Tanjak dan destar melambangkan kejayaan, kemegahan, penolak bala, keselamatan, tuah, dan marwah termasuk status sosial
f. Pengantin perempuan memakai baju kurung lbauh mengandung makna berikut ini.
Disana tuah berlabuh
Disana marwah berteduh
Bala pergi celaka menjauh
Perangai elok kelakuan senonoh
g. Baju Kebaya mengandung makna seperti ungkapan adapt berikut ini
Elok ada tuahpun ada te
Tetapi jangan tersingkap dada
Belahnya tidak mengada-ngada
3. Makna Cara memakai pakaian pengatin
Dalam tradisi melayu, memakai pakaian memiliki makna tersendiri seperti ungkapan adat berikut ini
Adapt memakai yang sesuai
Adapt bersolek menuju yang baik
4. Cara memakai pakaian pengantin laki-laki
Kalau baju tidak sesuai
Disitu nampak buruk perangai
a. Memakai seluar (celana) harus menurut ukuran yang sesuai tidak boleh terlalup anjang dan terlalu pendek.
b. Pemakaian kain samping panjangnya telah ditentukan menurut adapt, yatiu orang ternama/tua-tua kainnya di bawah lutut; ulama kainnya sedikit di bawah lutut, dan anak-anak muda kainnya di atas lutut.
c. Pemakaian destar dan tanjak juga memiliki aturan, yaitu lurus ke depan dan lurus.
d. Keris dipakai dengan cara menyelipkannya pada bengkung (tali pinggang). Ulu keris ataukepala keris menghadap ke dalam.
5. Cara memakai pakaian pengantin perempuan
Pada hakikatnya cara memakai baju pengantin perempuan sama dengan pengantin laki-laki haruslah sesuai dengan ukurant ubuh si pemakai.
6. Makna warna pakaian pengantin
a. Warna kuning, biasanya untuk raja dan kaum bangwasan atau orang besar kerajaan melambangkan daulat yang didalamnya terkandung kekuasaan, marwah, kemuliaan,kesuburan, dan sebagainya.
b. Warna hijau dan biru, lazimnya digunakan oleh orang besar kerajaan yangmelambangkan kesuburan dan kemakmuran.
c. Warna merah, lazimnya dipakai oleh masyarakat umum, yang melambangkan keberanian, kesetiaan, dan pengabdian.
0 komentar:
Posting Komentar