tag:blogger.com,1999:blog-22855915170063697832024-03-14T02:42:43.861-07:00Mijitin kibot sadjakulingetikhttp://www.blogger.com/profile/13154004340632680631noreply@blogger.comBlogger70125tag:blogger.com,1999:blog-2285591517006369783.post-71123932434688943862010-11-20T23:55:00.000-08:002010-11-20T23:56:33.858-08:00psykologiBAB I<br />PENDAHULUAN<br /><br />Altruisme. Sebuah sikap tidak mementingkan diri sendiri sebagai negasi dari sikap egoisme, sebenarnya sebuah nilai dasar yang diusung oleh banyak tradisi dan bahkan juga agama. Sikap altruis ini muncul biasanya karena keterpanggilan atas sebuah tanggung jawab moral, bisa karena sebuah habit ataupun kedudukan atau kemampuan seseorang. <br />Dalam buku Psikologi Sosial karangan David O. Sears, altruisme adalah tindakan sukarela untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun atau disebut juga sebagai tindakan tanpa pamrih. Altruisme dapat juga didefinisikan tindakan memberi bantuan kepada orang lain tanpa adanya antisipasi akan reward atau hadiah dari orang yang ditolong (Macaulay dan Berkowitz, 1970). Definisi lain dari altruisme yaitu peduli dan membantu orang lain tanpa mengharap imbalan (Myers, 1993). Menurut Batson; 1991, altruisme adalah keadaan motivasional seseorang yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan orang lain.<br />Menurut Cialdini (1982) anak adalah individu yang berusia antara 10-12 tahun, yang merupakan masa peralihan antara tahapan presosialization (tahap dimana anak tidak peduli pada orang lain, mereka hanya akan menolong apabila diminta atau ditawari sesuatu agar mau melakukannya,tapi menolong itu tidak membawa dampak positif bagi mereka), tahap awareness (tahap dimana anak belajar bahwa anggota masyarakat di lingkungan tempat tinggal mereka saling membantu, mengakibatkan mereka menjadi lebih sensitif terhadap norma sosial dan tingkah laku prososial).<br />Pada tahap ini perilaku menolong bisa memberikan kepuasan secara intrinsik dan membuat orang merasa nyaman. Norma eksternal yang memotivasi menolong selama tahap kedua sudah diinternalisasi.<br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />BAB II<br />PEMBAHASAN<br />Altruisme diartikan sebagai kewajiban yang ditujukan pada kebaikan orang lain. Dari kata Latin alter, artinya orang lain.Jadi, Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. Perilaku ini merupakan kebajikan yang ada dalam banyak budaya dan dianggap penting oleh beberapa agama. Gagasan ini sering digambarkan sebagai aturan emas etika. Beberapa aliran filsafat berpendapat bahwa altruisme adalah suatu keburukan. Altruisme adalah lawan dari sifat egois yang mementingkan diri sendiri. Lawan dari altruisme adalah egoisme.<br />Altruisme dapat dibedakan dengan perasaan loyalitas dan kewajiban. Altruisme memusatkan perhatian pada motivasi untuk membantu orang lain dan keinginan untuk melakukan kebaikan tanpa memperhatikan ganjaran, sementara kewajiban memusatkan perhatian pada tuntutan moral dari individu tertentu (seperti Tuhan, raja), organisasi khusus (seperti pemerintah), atau konsep abstrak (seperti patriotisme, dsb). Beberapa orang dapat merasakan altruisme sekaligus kewajiban, sementara yang lainnya tidak. Altruisme murni memberi tanpa memperhatikan ganjaran atau keuntungan.<br />Suatu tindakan altruistik tidak berhenti pada perbuatan itu sendiri. Keberlanjutan tindakan itu sebagai produknya dan bukan sebagai kebergantungan merupakan salah satu indikasi dari moralitas altruistik. Moralitas altruistik tidak sekadar mengandung kemurahan hati atau belas kasihan. Ia diresapi dan dijiwai oleh kesukaan memajukan sesama tanpa pamrih. Karena itu, tindakannya menuntut kesungguhan dan tanggung jawab yang berkualitas tinggi. <br />Ciri utama moralitas altruistik adalah pengorbanan. Pemberian bantuan yang didasarkan pada kebutuhan sesama disebut sebagai tindakan filantropik. Karena itu, tindakan altruistik menjadi suatu yang diidealkan dalam ajaran-ajaran agama. Bahwa sesama manusia harus dikasihi. <br />Dalam bidang politik, bisnis, dan kehidupan sosial lainnya, acapkali dibutuhkan suatu bentuk pengorbanan untuk kemajuan bersama yang lebih baik. Kebiasaan pejabat tertentu mundur demi memberi kesempatan pada orang lain yang<br /><br />lebih muda atau lebih potensial, adalah bentuk kerja sama dan pengorbanan yang diperlukan untuk memberi manfaat yang berharga dan untuk tujuan lebih luhur bagi kemanusiaan. <br />Walaupun Darwin mengajarkan survival of the fittest sebagai hukum evolusi, ternyata bahwa hukum itu tidak semata-mata dijalani dengan berkompetisi dan cenderung mengorbankan pihak lain dan orang lain, tetapi juga, secara alamiah hukum itu mengandung makna pengorbanan. Memang tidak mudah memahami ada manusia bersedia mengorbankan kepentingannya sendiri untuk kebaikan orang lain. Nietzsche umpamanya menyebut kesediaan berkorban dan kerendahan hati sebagai suatu mental budak, mental orang-orang yang tak sanggup berjuang dan orang-orang yang mudah menyerah. <br />Dalam era globalisasi sekarang ini, memang muncul paradoks dalam relasi antarmanusia. Di satu pihak, persaingan atau kompetisi begitu kuat dipacu oleh pemimpin-pemimpin politik dan bisnis. Namun di pihak lain, muncul orang- orang yang merelakan dirinya, menempuh bahaya dan risiko untuk kepentingan orang lain. <br />Ketika terjadi bencana yang begitu besar, kita menyaksikan dengan penuh haru kesediaan banyak orang menyediakan diri menolong sesama tanpa pamrih. Kita sering menjadi malu sebagai bangsa, solidaritas dari mereka yang sering kita anggap sebagai manusia individualistik dan egoistik justru memperlihatkan praktik hidup altruistik atau sekurang-kurangnya filantropik. <br />Sebenarnya tindakan altruistik masih sangat banyak kita temukan pada para pengabdi kemanusiaan yang tulus dan ikhlas membantu sesamanya: para dokter, guru, pekerja sosial, agamawan dan lain-la- in golongan manusia yang menjalankan tugas dan profesinya tanpa pamrih. <br />Contohnya orang-orang yang berjuang untuk kepentingan sesama, menjadi bukti bagi kita bahwa sebenarnya tindakan altruistik masih menjadi suatu kerangka moral manusia yang bernilai tinggi. Filantropis memang berbeda dengan altruistik. Filantropis berarti kesediaan membantu sesama yang membutuhkan, baik dalam bentuk uang, barang maupun waktu. Namun, tindakan filantropis memang sangat tipis bedanya dengan tindakan altruistik. <br /><br /><br /><br />Di seluruh dunia, lembaga-lembaga agama, perusahaan dan perkumpulan orang perorangan telah lama mengorganisir usaha-usaha kemanusiaan filantropis. Usaha-usaha filantropis ini telah memunculkan banyak organisasi kemanusiaan yang dikenal dengan LSM. <br />Lepas dari adanya “bisnis” dalam usaha-usaha kemanusiaan ini, jelaslah bahwa tindakan-tindakan filantropis baik yang dilakukan oleh organisasi maupun oleh perorangan dalam memberi dana, harta dan waktunya, dapat menjadi cikal bakal tindakan altruistik. <br />Menurut Hipotesis Empati Altruisme yang dinyatakan oleh Batson bahwa dengan menyaksikan orang lain yang sedang dalam keadaan membutuhkan akan menimbulkan kesedihan atau kesukaran pada diri orang yang melihatnya seperti kecewa dan khawatir.Mekanisme utama dari model empati Batson ini adalah reaksi emosio <br />Batson mengusulkan bahwa empati concern mengurangi stress atau tekanan terhadap orang lain. Empathy concern merupakan penyebab motivasional altruistik yang situasinya terletak pada identifikasi dermawan terhadap situasi genting bagi korban. Batson (1991) mengidentifikasi bahwa ada 3 cara untuk menolong. <br /><br />Dua cara utama bersifat egoistik. Cara pertama didasarkan pada pembelajaran sosial dan reinforcement. Cara kedua melibatkan pengurangan ketegangan dan cara ketiga mewakili altruisme. Pada cara ini persepsi kebutuhan orang lain berhubungan dengan ikatan khusus dengan orang tersebut (contohnya karena kesamaan dengan orang itu atau usaha yang disengaja untuk menempatkan diri pada posisi orang itu) menggeneralisasikan empathy concern.<br />B.Teori Altruisme <br />Altruisme dapat didefinisikan sebagai hasrat untuk menolong orang lain tanpa memikirkan kepentingan sendiri (Myers, 1996).<br /><br /><br />1.Teori Altruisme Behavioris<br />Kaum Behavioris murni mencoba menjawab pertanyaan “mengapa orang menolong” adalah melaluui proses kondisioning klasik dari Pavlov. Menurut pendapat mereka, <br /><br /><br />manusia menolong karena dibiasakan oleh masyarakat untukmenolong dan untuk perbuatan itu masyarakat menyediakan ganjaran yang positif.<br />2.Teori Pertukaran Sosial.<br />Menurut teori ini, setiap tindakan seseorang dilakukan dengan mempertimbangkan untung ruginya. Bukan hanya dalam bentuk material atau financial, akan tetapip juga dalam bentuk psikologis seperti memperoleh informasi,pelayanan, status, penghargaan, perhatian, kasih saying, dan sebagainya.<br />Yang dimaksudkan dengan keuntungan adalah hasil yang diperoleh lebih besar dari pada usaha yang dikeluarkan. Berdasarkan prinsip sosial ekonomi ini, setiap perilaku pada dasarnya dilaksanakan dengan strategi minimax, yaitu meminimalkan usaha dan memaksimalkan hasil agar diperoleh keuntungan atau laba yang sebesar-besarnya.<br />3.Teori Empati.<br />Egoisme dan simpati berfungsi bersama-sama dalam perilaku menolong. Dari segi egoism, perilaku menolong dapat mengurangi ketegangan diri sendiri, sedangkan dari segi simpati, perilaku menolong tersebut dapat mengurangi penderitaan orang lain. Gabungan dari keduanya dapat menjadi empati, yaitu ikut merasakan penderitaan orang lain sebagai penderitaanya sendiri. Dalam empati, focus usaha menolong terletak pada penderitaan orang lain, bukan pada penderitaan diri sendiri.<br />4.Teori Norma Sosial.<br />Menurut teori ini, orang menolong karena diharuskan oleh norma-norma masyarakat. Ada tiga macam norma sosial yang biasanya dijadikan pedoman untuk perilaku menolong.<br />a. Norma timbal balik (reciprocity norm). Intinya adalah kita harus membalas pertolongan dengan pertolongan. Jika kita sekarang menolong orang lain, lain kali kita akan ditolong orang atau karena di masa lampau kita pernah ditolong orang, sekarang kita harus menolong orang.<br /><br />Norma ini khususnya berlaku antara orang-orang yang setara atau sekelas, yang kemampuannya lebih kurang seimbang. Dalam hubungan dengan orang-orang yang kemampuannya lebih rendah (dengan anak-anak, orang miskin, orang sakit, orang cacat, orang yang mengalami kecelakaan, dan sebagainya) berlaku norma tanggung jawab sosial.<br />b. Norma tanggung jawab sosial. Intinya adalah kita wajib menolong orang lain tanpa mengharapkan balasan apapun di masa depan. Oleh karena itu kita mau menolong orang buta menyeberang jalan, mengambilkan barang yang jatuh dari orang berkursi roda, menunjukkan jalan kepada orang yang menanyakan jalan, dan sebagainya.<br />c. Norma keseimbangan. Norma ini berlaku di dunia bagian timur. Intinya adalah bahwa seluruh alam semesta harus berada dalam keadaan seimbang, serasi, dan selaras. Manusia harus membantu untuk mempertahankan keseimbangan itu, antara lain dalam bentuk perilaku menolong.<br />5.Teori Evolusi.<br />Teori ini intinya beranggapan bahwa altruism adalah demi surviaval (mempertahankan jenis dalam proses evolusi).<br />a. Perlindungan kerabat. Secara alamiah orang memang cenderung membantu orang lain yang mempunyai pertalian darah dan orang-orang yang dekat dengan diri sendiri. Dari pengamatan dalam berbagai bencana alam, musibah, dan peperangan diketahui bahwa orang cenderung member pertolongan dalam urutan prioritas tertentu, yaitu anak-anak lebih diutamakan dari pada orang tua, keluarga lebih didahulukan dari pada teman atau tetangga, dan kenalan lebih didahulukan daripada orang asing. Hal ini membuktikan adanya naluri perlindungan kerabat dalam perilaku menolong.<br />b. Timbal balik biologik. Prinsip yang digunakan adalah menolong untuk memperoleh pertolongan kembali. Pertolongan diberikan kepada orang yang juga suka menolong.<br />c. Orientasi seksual. Dalam rangka mempertahankan jenis, ternyata kaum homoseksual, yang selalu merupakan minoritas dalam masyarakat manapun, mempunyai kecenderungan altruism yang lebih besar daripada orang-orang heteroseksual.<br /><br />5.Teori Evolusi.<br />Teori ini intinya beranggapan bahwa altruism adalah demi surviaval (mempertahankan jenis dalam proses evolusi).<br />kewajipan moral untuk berkhidmat bagi kepentingan orang lain atau kebaikan kemanusiaan yang lebih besar. Dalam karyanya, Catechisme Positiviste, Comte mengatakan bahawa:<br />"sudut pandangan sosial tidak boleh mentoleransi tanggapan-tanggapan hak disebabkan tanggapan in berasaskan faham perseorangan. Kita dilahirkan di bawah berbagai-bagai jenis kewajipan kepada pendahulu-pendahulu dan pewaris-pewaris kita, serta orang-orang yang hidup sezaman.<br /> Selepas kelahiran kita, kewajipan-kewajipan ini bertambah atau berkumpul buat satu tempoh sebelum kita dapat memulangkan sebarang perkhidmatan... Ini [iaitu hidup untuk orang-orang lain"], rumusan yang paling sahih untuk kesusilaan manusia, memberi kebenaran langsung secara eksklusif kepada naluri-naluri sifat suka membuat kebaikan, punca yang sama untuk kebahagiaan dan kewajipan. [Manusia harus berkhidmat untuk] Kemanusiaan, yang kita merupakan sepenuhnya."<br />2,Altruisme dan agama<br />Kebanyakan, jika bukan kesemua, agama sejagat menggalakkan altruisme (konsep bahawa manusia mempunyai kewajipan etika untuk membantu atau melanjutkan kebajikan orang-orang lain) sebagai suatu nilai kesusilaan yang amat penting. Bukan sahaja agama Kristian dan Buddhisme yang amat menekankan kesusilaan altruisme, tetapi agama Yahudi, Islam, Hinduisme dan banyak lagi agama yang lain juga mempromosikan tingkah lakunya.<br />3.Altruisme dalam politik.<br />Berdasarkan keyakinan-keyakinan politik, penyokong-penyokong altruisme boleh dibahagikan kepada dua kumpulan:<br />• mereka yang mempercayai bahawa altruisme merupakan suatu pilihan peribadi <br />• mereka yang mempercayai bahawa altruisme merupakan idaman kesusilaan yang harus dipeluk oleh semua manusia<br />. Altruisme sering termasuk juga oleh orang-orang yang bukan penyokong altruisme sebagai jenis dianggap etika yang harus memandu tindakan ahli-ahli politik serta orang-orang lain yang memegang jawatan-jawatan berkuasa. Orang-orang sebegitu biasanya dijangka harus mengetepikan kepentingan-kepentingan diri dan berkhidmat untuk manfaat penduduk-penduduk. <br />Apabila mereka tidak berbuat demikian, mereka akan dikritik sebagai telah gagal dalam apa yang dipercayai sebagai kewajipan etika untuk mengutamakan kepentingan-kepentingan orang lain berbanding kepentingan diri.<br />4. Altruisme dalam psikologi dan sosiologi<br />Jika seorang melakukan sesuatu perbuatan yang memanfaatkan orang-orang lain dengan tujuan untuk mendapat sesetengah manfaat peribadi, jadi perbuatan itu bukannya sesuatu yang didorong oleh altruisme. Terdapat beberapa sudut pandangan tentang bagaimana "manfaat" (atau "faedah") harus ditakrifkan. Keuntungan kebendaan (umpamanya uang, ganjaran fizikal, dan sebagainya) jelas merupakan satu bentuk manfaat, sedangkan orang-orang lain mengenal pasti dan memasukkan kedua-dua keuntungan kebendaan serta yang bukan kebendaan (kasih sayang, rasa hormat, kebahagiaan, kepuasan, dan sebagainya) sebagai manfaat-manfaat yang serupa dari <br />Menurut segi falsafah.egoisme falsafah, sedangkan orang-orang dapat menonjolkan tingkah laku altruisme, mereka tidak boleh mempunyai dorongan altruisme. Ahli-ahli egoisme falsafah mengatakan bahawa sedangkan mereka mungkin menghabiskan masa hidup mereka untuk memanfaatkan orang-orang lain tanpa sebarang manfaat kebendaan (atau kerugian kebendaan bersih) kepada diri mereka, tujuan mereka yang paling asas untuk berbuat demikian sentiasa merupakan pengejaran kepentingan diri.<br />Umpamanya, mereka akan mengatakan bahawa tujuan asas seseorang untuk bertindak sedemikian adalah untuk memajukan kesejahteraan psikologi ("perasaan baik") diri mereka. <br />Berbeda dengan egoisme psikologi, hipotesis altruisme empati menyatakan bahawa ketika seorang individu mengalami empati terhadap seseorang yang memerlukan bantuan, individu itu akan didorong oleh altruisme untuk membantu orang ini; iaitu, individu itu akan mengambil berat, terutamanya, tentang kebajikan orang ini dan bukan kebajikan diri sendiri. <br />Perilaku ini merupakan kebajikan yang ada dalam banyak budaya dan dianggap penting oleh beberapa agama. Gagasan ini sering digambarkan sebagai aturan emas etika. Beberapa aliran filsafat, seperti Objektivisme berpendapat bahwa altruisme adalah suatu keburukan. Altruisme adalah lawan dari sifat egois yang mementingkan diri sendiri. Lawan dari altruisme adalah egoisme.<br />Altruisme dapat dibedakan dengan perasaan loyalitas dan kewajiban. Altruisme memusatkan perhatian pada motivasi untuk membantu orang lain dan keinginan untuk melakukan kebaikan tanpa memperhatikan ganjaran, sementara kewajiban memusatkan perhatian pada tuntutan moral dari individu tertentu (seperti Tuhan, raja), organisasi khusus (seperti pemerintah), atau konsep abstrak (seperti patriotisme, dsb). Beberapa orang dapat merasakan altruisme sekaligus kewajiban, sementara yang lainnya tidak. Altruisme murni memberi tanpa memperhatikan ganjaran atau keuntungan.<br /><br /><br />BAB III<br /><br />PENUTUP<br /><br />A.Kesimpulan<br /><br />Altruisme diartikan sebagai kewajiban yang ditujukan pada kebaikan orang lain. Dari kata Latin alter, artinya orang lain.Jadi, Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. Perilaku ini merupakan kebajikan yang ada dalam banyak budaya dan dianggap penting oleh beberapa agama. Gagasan ini sering digambarkan sebagai aturan emas etika. Beberapa aliran filsafat berpendapat bahwa altruisme adalah suatu keburukan. Altruisme adalah lawan dari sifat egois yang mementingkan diri sendiri. Lawan dari altruisme adalah egoisme.<br /><br /><br />B.Saran<br /><br /> Bahwa kita sebagai mahasiswa harus mencontoh prilaku altruisme,dan menerapkan dalam kehidupan sehari –hari<br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br /> http://id.wikipedia.org/wiki/Altruisme<br /> http://maulanusantara.wordpress.com/2008/12/18/altruisme-dan-filantropis/<br /> http://www.parkourindonesia.web.id/artikel/the-spirit-of-altruism-semangat-dari- altruisme.htmlkulingetikhttp://www.blogger.com/profile/13154004340632680631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2285591517006369783.post-15809661359646141142010-11-20T18:16:00.000-08:002010-11-20T18:30:11.361-08:00MENJAUHI PERBUATAN RIYA/SYIRIK KECIL (BM : 1512)<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAtJxthMEqGmHXCB3sTszjiaWBe80pd2YAWC55rRE5TaRPmEwpWGh5H3tIspL5Hz6qFvJBa_Wd1uv_siIhiEY24MSXpOhnHTmc1bBr3rXB7Z35JM9HoUyQNdCddY7ydmwXh4yg2J-10lp1/s1600/1.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 157px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAtJxthMEqGmHXCB3sTszjiaWBe80pd2YAWC55rRE5TaRPmEwpWGh5H3tIspL5Hz6qFvJBa_Wd1uv_siIhiEY24MSXpOhnHTmc1bBr3rXB7Z35JM9HoUyQNdCddY7ydmwXh4yg2J-10lp1/s320/1.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5541824027733290706" border="0" /></a><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraph, li.MsoListParagraph, div.MsoListParagraph {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:.5in; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpFirst, li.MsoListParagraphCxSpFirst, div.MsoListParagraphCxSpFirst {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:0in; margin-left:.5in; margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpMiddle, li.MsoListParagraphCxSpMiddle, div.MsoListParagraphCxSpMiddle {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:0in; margin-left:.5in; margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpLast, li.MsoListParagraphCxSpLast, div.MsoListParagraphCxSpLast {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:.5in; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:1819152224; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-836837778 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l0:level1 {mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:.25in; text-indent:-.25in;} ol {margin-bottom:0in;} ul {margin-bottom:0in;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin-top:0in; mso-para-margin-right:0in; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]--> <p class="MsoListParagraph" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Terjemahan Hadis <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%;"><i style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">“Dari Mahmud bin Lubaid bahwa Rasulullah SAW. Bersabda, “Sesuatu yang paling aku khawatirkan di antara kamu adaah syirik kecil, yaitu riya.” <o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%;"><i style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></i></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Penjelasan Singkat <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Riya artinya usaha dalam melaksanakan ibadah bukan dengan niat menjalankan kewajiban dan menunaikan perintah Allah SWT., melainkan bertujuan untuk dilihat orang, baik untuk kemasyhuran, mendapat pujian, atau harapan – harapan lainnya dari selain Allah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Sebagaimana telah disinggung dalam bahasa niat, orang yang beribadah dengan riya tidak akan mendapat pahala dari Allah SWT. Hal itu karena dalam ibadahnya tidak lagi murni karena Allah melainkan karena makhluk-Nya. Tak heran kalau riya sebagaimana bunyi hadis di atas dikategorikan sebagai syirik kecil. Artinya dia mempercayai Allah SWT. Sebagai Tuhannya, tetapi pengabdiannya tidak utuh kepada-Nya, melainkan kepada Makhluk-Nya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Dengan kata lain, hakikat amal mereka adalah penipuan belaka. Mereka melakukan ibadah bukan karena menjalankan perintah-Nya, apalagi demi mengharapkan rida-Nya, melainkan untuk mendapatkan pujian dari manusia, dan itulah di antara perbuatan yang biasa dilakukan oleh orang-orang munafik : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Allah SWT. Berfirman : <o:p></o:p></span></p>
<br />
<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQE-qTmAg8rmDC5_YJxQHQJN54aqBBI93EPkGmOmHrUlgtqi_veGeqG70RYq_5GnlvjJYKmCYKnxMyw-PLrmySClfEhmza5RPME0-b2IxsdyL4poRtRUdkQBU39jA6nU8GbhEddwWHbX_2/s1600/2.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 106px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQE-qTmAg8rmDC5_YJxQHQJN54aqBBI93EPkGmOmHrUlgtqi_veGeqG70RYq_5GnlvjJYKmCYKnxMyw-PLrmySClfEhmza5RPME0-b2IxsdyL4poRtRUdkQBU39jA6nU8GbhEddwWHbX_2/s320/2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5541823979078843570" border="0" /></a>
<br /><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraph, li.MsoListParagraph, div.MsoListParagraph {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:.5in; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpFirst, li.MsoListParagraphCxSpFirst, div.MsoListParagraphCxSpFirst {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:0in; margin-left:.5in; margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpMiddle, li.MsoListParagraphCxSpMiddle, div.MsoListParagraphCxSpMiddle {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:0in; margin-left:.5in; margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpLast, li.MsoListParagraphCxSpLast, div.MsoListParagraphCxSpLast {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:.5in; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin-top:0in; mso-para-margin-right:0in; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]--> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><i style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Artinya : <o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><i style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">“Bahwasanya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka, ketika mereka berdiri melaksanakan sholat, mereka malas melakukannya, hanya pujian manusialah tujuan utamanya. Mereka tidak mengingat Allah kecuali hanya sedikit.” <o:p></o:p></span></i></p>
<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiM4SZKLK9S70C9vZ1Ykh5IVfd_4Hgr2XPwVwVE5wiUofIgS2gk5Hsq1AP-h8_ipsOKQ-vkdg_QU32ZwScqF35d6uCGyEWuEw3ggf50a68ZRwRRof8wPHIqjoTUvFs5ZLWT7AX9-TEeH9D/s1600/3.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 49px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiM4SZKLK9S70C9vZ1Ykh5IVfd_4Hgr2XPwVwVE5wiUofIgS2gk5Hsq1AP-h8_ipsOKQ-vkdg_QU32ZwScqF35d6uCGyEWuEw3ggf50a68ZRwRRof8wPHIqjoTUvFs5ZLWT7AX9-TEeH9D/s320/3.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5541823840355577730" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEMJqx4qtKzd-e17gBBsMD98viOPrmOGYnfaxftxWKUq3ditROJ9GjwYlCNx6BJm9z15jcXpCx2l25HvgX3ANSWtu18BvdBleMO6mdXDZEO0iQTvELiKby7M0c7wUNe01mPnxDsY5CtEiI/s1600/4.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 210px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEMJqx4qtKzd-e17gBBsMD98viOPrmOGYnfaxftxWKUq3ditROJ9GjwYlCNx6BJm9z15jcXpCx2l25HvgX3ANSWtu18BvdBleMO6mdXDZEO0iQTvELiKby7M0c7wUNe01mPnxDsY5CtEiI/s320/4.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5541823776523985938" border="0" /></a><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtZJSc0iBRQi1pv7VSAyUStdT7_rqCjLnDdHmWxSEWXTsZJsuqDPwUkc4S4dwjpofl4RWrHo9ofzK49Zfy99IUwcdqDCgKBc2nbT-O5k3awFryybKwpTyVbzL02mkf-qFThq4Ad0RwqIen/s1600/5.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 319px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtZJSc0iBRQi1pv7VSAyUStdT7_rqCjLnDdHmWxSEWXTsZJsuqDPwUkc4S4dwjpofl4RWrHo9ofzK49Zfy99IUwcdqDCgKBc2nbT-O5k3awFryybKwpTyVbzL02mkf-qFThq4Ad0RwqIen/s320/5.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5541823692403694290" border="0" /></a>
<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNs0oMyhN1gC1MIvrNrcT8vqCGhduIf7nyHq00CMUnk5yoGC_R27w8a8IZN5pVCjKfMNBNWet94Qfw1ofvqE7mepJuQyAP9q6gPulrcnbY9O6KYzXpxHbRkwBmQb4iBvPDj29XjaH9Dhdo/s1600/6.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 44px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNs0oMyhN1gC1MIvrNrcT8vqCGhduIf7nyHq00CMUnk5yoGC_R27w8a8IZN5pVCjKfMNBNWet94Qfw1ofvqE7mepJuQyAP9q6gPulrcnbY9O6KYzXpxHbRkwBmQb4iBvPDj29XjaH9Dhdo/s320/6.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5541823585833608850" border="0" /></a>
<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkOzYI0ugLAH0oKbcKe305hd0TCMHGfNjt_NuG3L6JV4KpySawu7qTpyCFb81p56jYm1aVOjF3x-dnBsLuTtfoIue9d8U_xE5b5J31csVDlAG_Tdii6Fw27KU6aCkNXjAK4TC4pZm4OkKM/s1600/7.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 169px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkOzYI0ugLAH0oKbcKe305hd0TCMHGfNjt_NuG3L6JV4KpySawu7qTpyCFb81p56jYm1aVOjF3x-dnBsLuTtfoIue9d8U_xE5b5J31csVDlAG_Tdii6Fw27KU6aCkNXjAK4TC4pZm4OkKM/s320/7.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5541823508862990722" border="0" /></a>
<br /><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraph, li.MsoListParagraph, div.MsoListParagraph {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:.5in; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpFirst, li.MsoListParagraphCxSpFirst, div.MsoListParagraphCxSpFirst {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:0in; margin-left:.5in; margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpMiddle, li.MsoListParagraphCxSpMiddle, div.MsoListParagraphCxSpMiddle {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:0in; margin-left:.5in; margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpLast, li.MsoListParagraphCxSpLast, div.MsoListParagraphCxSpLast {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:.5in; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:464734330; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-970268524 -1851238372 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l0:level1 {mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:1.0in; text-indent:-.25in;} @list l1 {mso-list-id:1976370147; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1446818264 -1729591800 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l1:level1 {mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:1.0in; text-indent:-.25in;} ol {margin-bottom:0in;} ul {margin-bottom:0in;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin-top:0in; mso-para-margin-right:0in; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]--> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><i style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Artinya : <o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><i style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">“Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW. Bersabda, “Sesungguhnya manusia yang pertama kali diadili di hari kiamat adalah seseorang yang mati syahid di jalan Allah, maka ia didatangkan dan diperlihatkan nikmat-nikmat (sebagai pahalanya), kemudian ia melihatnya seraya dikatakan (kepadanya),” amalan apakah yang engkau lakukan sehingga memperoleh nikmat-nikmat itu?” ia menjawab, “Aku berperang karena-Mu (Ya Allah), sehingga mati aku mati syahid.” Allah menjawab, “Dusta engkau, sesungguhnya kamu berbuat (yang demikian itu) supaya kamu dikatakan sebagai pahlawan. Dan kemudian (malaikat) diperintahkan kepadanya lalu menyeret mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka; seseorang yang diberi oleh allah SWT. Bermacam-macam harta benda, kemudia ia didatangkan dan diperlihatkan nikmat itu (sebagai pahalanya) lalu ia melihatnya seraya dikatakan (kepadanya), “Amal apakah yang engkau lakukan sehingga memperoleh nikmat itu?” ia menjawab, “Aku tidak pernah meninggalkan infak dari jalan yang Engkau Ridai (ya Allah), melainkan aku berinfak hanya karena-Mu.” Lalu allah SWT. Menjawab, “Dusta engkau, sesungguhnya kamu berbuat (yang demikian itu) "supaya kamu dikatakan sebagai orang dermawan, kemudian (malaikat) diperintahkan untuk menyeret mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka : dan seorang lagi menuntut ilmu dan mengajarkan atau membaca Al-Qur’an, maka ia didatangkan dan diperlihatkan nikmat-nikmat itu (sebagai pahalanya) lalu ia melihatnya seraya dikatakan (kepadanya), <span style=""> </span>“Amal apakah yang engkau lakukan sehingga memperoleh nikmat itu? Ia menjawab, “Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, dan membaca Al-Quran (hanya) untuk-Mu (ya Allah). Kemudian Allah SWT. Menjawab, “Dusta engkau sesungguhnya engkau menuntut ilmu supaya dikatakan engkau pintar dan engkau membaca (Al-Qur’an) itu supaya dikatakan sebagai Qari,” kemudian (malaikat) diperintahkan untuk menyeret mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.”<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: right; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;" align="right"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">(H.R. Muslim)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Imam al-Ghazali, dalam kitab Ihya Ulum Ad-Din, membagi riya menjadi beberapa tingkat, yaitu : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Tingkatan paling berat, yaitu orang tujuan setiap ibadahnya hanyalah untuk riya semata-mata dan tidak mengharapkan pahala, misalnya, seseorang yang melakukan sholat kalau di hadapan orang banyak, sedangkan apabila sendirian dia tidak melaksanakannya, bahkan kadang-kadang sholat tanpa berwudu terlebih dahulu. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Orang yang beramal dan mengharapkan pahala, tetapi harapannya sangat lemah karena dikalahkan oleh riya. Dia beramal ketika dilihat orang, sedangkan bila sendirian amalnya sangat sedikit. Misalnya seseorang yang memberikan sedekah banyak dihadapan orang, tetapi kalau sendiri (tidak ada yang melihat), ia memberikan sedikit saja sedekahnya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Niat memperoleh pahala dan riya seimbang. Kalau dalam suatu ibadah hanya terdapat salah satunya saja, misalnya mendapat pahala, tetapi ia tidak bias riya, ia tidak mau melakukan ibadah. Demikian pula sebaliknya. Hal itu berarti merusak perbuatan baik, yakni bercampurnya pahala dan dosa. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Riya (dilihat orang) hanya pendorong untuk melakukan ibadah, sehingga jika tidak dilihat orangpun, dia tetap melakukan ibadah. Hanya saja ia merasa lebih semangat kalau dilihat orang. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Menurut Sayyidina Ali r.a tanda-tanda orang riya ada tiga : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Malas beramal kalau sendirian.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Semangat bermal kalau dilihat banyak manusia. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Amalnya bertambah banyak kalau dipuji oleh manusia dan berkurang kalau dicela manusia. <o:p></o:p></span></p> <meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraph, li.MsoListParagraph, div.MsoListParagraph {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:.5in; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpFirst, li.MsoListParagraphCxSpFirst, div.MsoListParagraphCxSpFirst {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:0in; margin-left:.5in; margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpMiddle, li.MsoListParagraphCxSpMiddle, div.MsoListParagraphCxSpMiddle {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:0in; margin-left:.5in; margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpLast, li.MsoListParagraphCxSpLast, div.MsoListParagraphCxSpLast {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:.5in; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:1819152224; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-836837778 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l0:level1 {mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:.25in; text-indent:-.25in;} ol {margin-bottom:0in;} ul {margin-bottom:0in;}</style>
<br /><div style="text-align: justify;"><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraph, li.MsoListParagraph, div.MsoListParagraph {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:.5in; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpFirst, li.MsoListParagraphCxSpFirst, div.MsoListParagraphCxSpFirst {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:0in; margin-left:.5in; margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpMiddle, li.MsoListParagraphCxSpMiddle, div.MsoListParagraphCxSpMiddle {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:0in; margin-left:.5in; margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpLast, li.MsoListParagraphCxSpLast, div.MsoListParagraphCxSpLast {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:.5in; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:1819152224; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-836837778 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l0:level1 {mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:.25in; text-indent:-.25in;} ol {margin-bottom:0in;} ul {margin-bottom:0in;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin-top:0in; mso-para-margin-right:0in; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]--> </div>kulingetikhttp://www.blogger.com/profile/13154004340632680631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2285591517006369783.post-64120843917576631822010-11-20T18:15:00.002-08:002010-11-20T18:16:37.297-08:00MANUSIA DAN KEBUDAYAAN<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraph, li.MsoListParagraph, div.MsoListParagraph {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:.5in; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpFirst, li.MsoListParagraphCxSpFirst, div.MsoListParagraphCxSpFirst {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:0in; margin-left:.5in; margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpMiddle, li.MsoListParagraphCxSpMiddle, div.MsoListParagraphCxSpMiddle {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:0in; margin-left:.5in; margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpLast, li.MsoListParagraphCxSpLast, div.MsoListParagraphCxSpLast {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:.5in; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:595.45pt 841.7pt; margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:315718862; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1109405394 -1732456180 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l0:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:.75in; text-indent:-.25in;} @list l1 {mso-list-id:432671487; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1871134112 -378919808 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l1:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:.75in; text-indent:-.25in;} @list l2 {mso-list-id:516390179; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-2081109130 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l2:level1 {mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in;} @list l3 {mso-list-id:799029258; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-77824028 1102477318 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l3:level1 {mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:76.5pt; text-indent:-.25in;} @list l4 {mso-list-id:800659100; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:137242626 1642862364 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l4:level1 {mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:76.5pt; text-indent:-.25in;} @list l5 {mso-list-id:958561948; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1990212772 1277215514 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l5:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:.75in; text-indent:-.25in;} @list l6 {mso-list-id:1250308876; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:672544618 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l6:level1 {mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in;} @list l7 {mso-list-id:1531264587; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1575103994 67698709 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l7:level1 {mso-level-number-format:alpha-upper; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:.25in; text-indent:-.25in;} @list l8 {mso-list-id:1757088105; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:703990770 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l8:level1 {mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in;} @list l9 {mso-list-id:1881284607; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1210849998 -1628527128 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l9:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:.75in; text-indent:-.25in;} ol {margin-bottom:0in;} ul {margin-bottom:0in;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin-top:0in; mso-para-margin-right:0in; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></b> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><b style=""><u><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">MATERI POKOK : <o:p></o:p></span></u></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Menjelaskan manusia dan kebudayaan <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><b style=""><u><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">MATERI PRASYARAT :<o:p></o:p></span></u></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Menjelaskan manusia, hakekat manusia dan kebudayaan <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><b style=""><u><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">INDIKATOR KOMPETENSI : <o:p></o:p></span></u></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Setelah mempelajari materi ini mahasiswa dapat diharapkan menjelaskan manusia, hakekat manusia dan kebudayaan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">A.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Wujud Kebudayaan <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Dilihat dari sistemnya kebudayaan dapat dibagi dalam tiga wujud : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Kebudayaan dalam wujud gagasan/ide bersifat abstrak dan tempatnya ada dalam alam pikiran tiap warga pendukung budaya yang bersangkutan tidak dapat diraba atau difoto. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Kebudayaan dalam wujud perilaku berpola menurut ide/gagasan yang ada. Wujud perilaku ini bersifat kongkrit dapat dilihat dan bisa di dokumentasikan. Contoh : petani sedang menanam pada sawah. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Kebudayaan sebagai benda hasil karya manusia. Contoh : piramida, tembok cina, menhir, candi Borobudur dan lain-lain.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Dalam kenyataannya sehari-hari ketiga wujud tersebut yaitu gagasan, perilaku dan benda hasil budaya tidak terpisahkan dan saling mempengaruhi. Contoh : salah satu unsur kebudayaan adalah sistem religi maka wujud budaya sistem religi adalah sebagai berikut :<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 202.5pt; text-align: justify; text-indent: -166.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Gagasan<span style=""> </span>:<span style=""> </span>Konsep tentang dewa-dewa, roh <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 202.5pt; text-align: justify; text-indent: -166.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Perilaku<span style=""> </span>:<span style=""> </span>Upacara keagamaan yang dilakukan oleh satu bangsa dengan konsep kepercayaan tersebut, misalnya pemujaan terhadap roh nenek moyang pada masyarakat Indonesia. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 202.5pt; text-align: justify; text-indent: -166.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Benda hasil budaya <span style=""> </span>:<span style=""> </span>Dapat ditemukan contohnya pada masyarakat prasejarah di Indonesia berupa menhir, patung perwujudan nenek moyang. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">B.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Orientasi Nilai Budaya <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 40.5pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Kalau kita berbicara tentang orientasi maka kita akan berfikir sedang berada ditempat yang baru, dengan lingkungan yang baru, masyarakat baru. Kita dituntut untuk beradaptasi menyesuaikan diri dengan lingkungan kita yang baru tersebut. Begitu juga dengan kebudayaan, apabila dalam suatu masyarakat ada unsur-unsur budaya baru maka akan terjadi suatu proses penyesuaian, di terimakah atau tidak budaya baru di lingkungan masyarakat tersebut. Ada lima faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya budaya baru dalam suatu masyarakat : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";">Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan dengan budaya dan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam suatu budaya ditentukan oleh nilai-nilai agama. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";">Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan budaya baru tersebut.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";">Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";">Apabila unsur baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas, dapat dengan mudah dibuktikan kegunaannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 40.5pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Namun secara universal orientasi nilai budaya menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";">Hakekat hidup manusia<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";">Hakekat karya manusia <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";">Hakekat waktu manusia<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";">Hakekat alam manusia<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 200%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">e.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 200%; font-family: "Times New Roman","serif";">Hakekat hubungan manusia <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">C.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Perubahan Kebudayaan<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 40.5pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Perubahan kebudayaan pada dasarnya lain dari para perubahan manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan itu sendiri, perubahan yang terjadi karena manusia mengadakan hubungan dengan manusia lainnya atau karena hubungan antara kelompok manusia dalam masyarakat. Tidak ada kebudayaan yang statis, setiap perubahan kebudayaan mempunyai dinamika, mengalami perubahan; perubahan itu akibat perubahan dari masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan tersebut. Dibawah ini penulis akan menguraikan factor-faktor yang mempengaruhi proses perubahan kebudayaan, antara lain :<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Kontrak dengan Negara lain <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">System pendidikan formal yang maju <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Sikap menghargai karya orang lain dan keinginan untuk maju<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Penduduk yang heterogen <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Sedangkan faktor-faktor penghambat proses kebudayaan ialah : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Faktor dari dalam masyarakat <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Bertambah dan berkurangnya penduduk<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Penemuan-penemuan baru <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pertentangan-pertentangan didalam masyarakat<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Terjadinya pemberontokan didalam tubuh masyarakat itu sendiri <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Faktor dari luar masyarakat <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Berasal dari lingkungan dan fisik yang ada disekitar manusia <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Peperangan dengan Negara lain<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pengaruh kebudayaan masyarakat lain. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">D.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Kaitan atau Hubungan Manusia dengan Kebudayaan <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 40.5pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan segala norma dan nilai dalam masyarakat yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan, alam dalam arti luas. Didalamnya termasuk agama, ideology, kebatinan, kesenian dan semua unsur yang merupakan hasil dari ekspresi jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat. Selanjutnya cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan pihak dari orang yang hidup bermasyarakat antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan, rasa dan cipta itulah yang dinamakan kebudayaan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 40.5pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Dari pengertian diatas menunjukkan bahwa kebudayaan itu merupakan keseluruhan dari pengetahuan manusia sebagai lingkungan makhluk social, yang digunakan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan yang dihadapi, untuk memenuhi segala kebutuhannya serta mendorong terwujud kelakuan manusia itu sendiri. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 40.5pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Dalam kaitannya manusia dan kebudayaan kelakuan manusia itu sendiri : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Eksternalisasi <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Internalisasi <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Suatu proses dimana manusia mempelajari kembali masyarakatnya sendiri. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Obyektivitas <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Adalah proses dimana masyarakat menjadi realitas objektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dan manusia dan berhadapan dengan manusia itu sendiri. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <span class="fullpost"> </span>kulingetikhttp://www.blogger.com/profile/13154004340632680631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2285591517006369783.post-48015728646191793262010-11-20T18:15:00.001-08:002010-11-20T18:15:43.396-08:00LEMBAGA EKSEKUTIF, LEGISLATIF DAN YUDIKATIF<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:Wingdings; panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:2; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;} @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} a:link, span.MsoHyperlink {mso-style-priority:99; color:blue; mso-themecolor:hyperlink; text-decoration:underline; text-underline:single;} a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed {mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; color:purple; mso-themecolor:followedhyperlink; text-decoration:underline; text-underline:single;} p.MsoListParagraph, li.MsoListParagraph, div.MsoListParagraph {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:.5in; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpFirst, li.MsoListParagraphCxSpFirst, div.MsoListParagraphCxSpFirst {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:0in; margin-left:.5in; margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpMiddle, li.MsoListParagraphCxSpMiddle, div.MsoListParagraphCxSpMiddle {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:0in; margin-left:.5in; margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpLast, li.MsoListParagraphCxSpLast, div.MsoListParagraphCxSpLast {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:.5in; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:440219945; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-392259172 -1425004904 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l0:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:.75in; text-indent:-.25in;} @list l1 {mso-list-id:746457117; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1763126032 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l1:level1 {mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in;} @list l2 {mso-list-id:1041396550; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1280853690 -989300828 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l2:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:.75in; text-indent:-.25in;} @list l3 {mso-list-id:1152210767; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-275238582 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l3:level1 {mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:.25in; text-indent:-.25in;} @list l4 {mso-list-id:1245187830; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:828942332 2082108974 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l4:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:.75in; text-indent:-.25in;} @list l5 {mso-list-id:1310020439; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1952919618 -25788326 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l5:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:.75in; text-indent:-.25in;} @list l6 {mso-list-id:1357151587; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-364445996 1174454190 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;} @list l6:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:-; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin;} @list l7 {mso-list-id:1621912945; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1847531014 -99563832 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l7:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:.75in; text-indent:-.25in;} @list l8 {mso-list-id:2087996975; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1327638986 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l8:level1 {mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in;} @list l9 {mso-list-id:2109227344; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1610781898 67698713 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l9:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in;} ol {margin-bottom:0in;} ul {margin-bottom:0in;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin-top:0in; mso-para-margin-right:0in; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">SUPRA STRUKTUR POLITIK INDONESIA <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">LEMBAGA EKSEKUTIF, LEGISLATIF DAN YUDIKATIF <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Supra Struktur <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Prof. Sri Sumantri, sistem politik adalah kelembagaan dari hubungan antara supra struktur dan infra struktur politik, supra struktur sering disebut juga bangunan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Montesquieu, membagi lembaga dalam 3 kelompok : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Eksekutif <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Kekuasaan eksekutif berada di tangan presiden, presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintahan negara. Presiden di bantu oleh wakil presiden dan mentri-mentri, untuk melaksanakan tugas sehari-hari. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Wewenang, kewajiban, dan hak presiden antara lain : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Menetapkan peraturan pemerintah<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Mengangkat memberhentikan menteri-menteri; dll <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Legislatif <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Indonesia menganut sistem bikameral. Di tandai dengan adanya lembaga perwakilan, yaitu DPR dan DPD. Dengan merujuk asas trias politika. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Kekuasaan legislatif terletak pada MPR dan DPD. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">MPR <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Kewenangan : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Mengubah menetapkan UUD <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Melantik presiden dan wakil presiden dll <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">DPR <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Tugas : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Membentuk UU <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Membahas RAPBN bersama presiden, dll. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Fungsi :<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Fungsi legislasi <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Fungsi anggaran<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Fungsi pengawasan <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.5in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Hak-hak DPR <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Hak interpelasi <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Hak angket <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Hak menyampaikan pendapat <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Hak mengajukan pertanyaan <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">e.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Hak Imunitas <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">f.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Hak mengajukan usul RUU <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">DPD<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Fungsi :<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Mengawas atas pelaksanaan UU tertentu <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pengajuan usul <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.75in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Yudikatif <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pasal 24 UUD 1945 menyebutkan tentang kekuasaan kehakiman dan memiliki tugas masing-masing. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Mahkamah Agung (MA) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Mahkamah Konstitusi (MK) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Komisi Yudisial (KY) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Insfektif <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Daftar Pustaka : <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraph" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">-<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><a href="http://indolisme.blogspot.com/2009/09/supra-struktur-politik-indonesia_03.html"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: windowtext;">http://indolisme.blogspot.com/2009/09/supra-struktur-politik-indonesia_03.html</span></a><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <span class="fullpost"> </span>kulingetikhttp://www.blogger.com/profile/13154004340632680631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2285591517006369783.post-29019688247821283782010-11-20T18:14:00.000-08:002010-11-20T18:15:02.151-08:00DASAR-DASAR LOGIKA<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraph, li.MsoListParagraph, div.MsoListParagraph {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:.5in; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpFirst, li.MsoListParagraphCxSpFirst, div.MsoListParagraphCxSpFirst {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:0in; margin-left:.5in; margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpMiddle, li.MsoListParagraphCxSpMiddle, div.MsoListParagraphCxSpMiddle {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:0in; margin-left:.5in; margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpLast, li.MsoListParagraphCxSpLast, div.MsoListParagraphCxSpLast {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:.5in; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:595.35pt 842.0pt; margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; border:windowtext 23.0pt; mso-page-border-art:papyrus; padding:1.0pt 4.0pt 1.0pt 4.0pt; mso-page-border-offset-from:text; mso-page-border-display:first-page; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:435096536; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1478438494 67698705 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l0:level1 {mso-level-text:"%1\)"; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in;} @list l1 {mso-list-id:818230285; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1772300810 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l1:level1 {mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-.25in;} @list l2 {mso-list-id:1055617546; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1292656300 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l2:level1 {mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:.25in; text-indent:-.25in;} ol {margin-bottom:0in;} ul {margin-bottom:0in;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin-top:0in; mso-para-margin-right:0in; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Logika berasal dari kata logos yang berasal dari bahasa yunani yang berarti perkataan. Logika diartikan hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Berdasarkan proses penalarannya dan juga sifat kesimpulan yang dihasilkannya, logika dibedakan antara logika dedukatif dan logika induktif. Logika deduktif adalah system penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian diturunkan dari penghal pikirnya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Logika induktif adalah system penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah dari hal khusus ke umum. Logika ini sering disebut juga logika material, yaitu berusaha menemukan prinsip-prinsip penalaran yang bergantung kesesuaiannya dengan kenyataan, oleh karena itu kesimpulannya hanyalah keboleh-jadian, dalam arti selama kesimpulannya tidak ada bukti yang menyangkal maka kesimpulan itu benar. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Sejarah perkembangan logika <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Logika pertama-tama disusun oleh aristoteles (384-322 SM). Sebagai sebuah ilmu tentang hukum-hukum berpikir guna memelihara jalan pikiran dari setiap kekeliruan. Kumpulan karya tulis aristoteles mengenai logika diberi nama organon, terdiri atas enam bagian. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Theoprastus (371-287 SM) member sumbangan terbesar dalam logika ialah penafsirannya tentang pengertian yang mungkin dan juga tentang sebuah sifat asasi dari setiap kesimpulan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Tokoh logika pada zaman Islam adalah Al-Farabi (873-950 M) yang terkenal mahir dalam bahasa griktua.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Petrus Hispanus (meninggal 1277 M) melancarkan serangan sengketa terhadap logika dan menganjurkan penggunaan system induksi secara lebih luas. Pembaruan logika di Barat disusul oleh penulis lain yaitu Gottfried Wilhem von Leibniz. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Demikian juga Leonard Euler, seorang ahli matematika dan logika suliss melakukan pembahasan tentang term-term dengan menggunakan lingkaran-lingkaran untuk melukiskan hubungan antar term yang terkenal dengan sebutan circle – euler. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Perkembangan logika simbolik mencapai puncaknya pada awal abad ke-20.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Kegunaan logika : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Membantu setiap orang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir, kekeliruan serta kesesatan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">6.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">7.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Terhindar dari klenik, gugon – Tuhon (bahasa Jawa) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">8.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Apabila sudah mampu berpikir rasional, kritis, jurus, metodis dan analitis. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Macam-macam logika <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">1)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Logika alamiah<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dipengaruhi kecenderungan-kecenderungan yang subyektif kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">2)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Logika ilmiah <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan, berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">REFERENSI<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pengantar logika. Azaz-Azaz Penalaran Sistematis oleh Jan Hendrik Rapar. Penerbit Kanisius. ISBN 979 – 497 – 676 – 8. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Logika selayang pandang oleh alex lanur ofm. Penerbit kanisius 1983. ISBN 979 – 413 – 124 – 5 <o:p></o:p></span></p> <span class="fullpost"> </span>kulingetikhttp://www.blogger.com/profile/13154004340632680631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2285591517006369783.post-63542812590446629912010-11-20T18:13:00.000-08:002010-11-20T18:14:16.387-08:00DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF MODERNISASI DAN GLOBALISASI<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p {mso-style-priority:99; mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin-top:0in; mso-para-margin-right:0in; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]--><span style="font-size: 13pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><b style=""><span style="font-size: 13pt; line-height: 150%;">Dampak positif dan negatifnya dari segi teknologi, dll <o:p></o:p></span></b></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 150%;">Melihat kondisi bangsa Indonesia saat ini, menjadikan kita untuk lebih nyata melihat tantangan masa depan bangsa Indonesia. Karena dengan melihat nyata seperti itu, kita menjadi lebih tau terhadap apa yang sedang benar benar terjadi sekarang dan bagaimana cara-cara untuk menghadapi tantangan tersebut. Yang dapat dilihat dari dampak positif dan negatifnya. Salah satu dampak negatifnya adalah penayangan film yang terlalu mengambil unsur kebaratan yang tidak semuanya baik dan penggunaan fasilitas internet yang tidak semua informasi ada yang baik untuk dipergunakan. Budaya barat yang masuk ke Indonesia, ada yang menganggap sebagai penjajahan lewat budaya. Di satu sisi, setiap bangsa tidak ingin tergilas oleh arus globalisasi yang akan melunturkan identitas jati diri bangsa.<o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 150%;">Namun di sisi lain, tidak mungkin bagi bangsa untuk menutup diri ditengah ketergantungan kepada bangsa lain. Tetapi tidak berarti bahwa mereka tengah meninggalkan tradisi, keluarga, ajaran agama atau identitas nasional bangsa, bahkan ketika bangsa mampu melakukannya, namun kebanyakan tidak. Dan pada kenyataannya, keterlibatan mereka dalam budaya global menyebabkan bangsa memiliki pilihan yang lebih beragam. Pola pendidikan yang masih kurang baik, karena dipengaruhi oleh salah satu bidang yaitu dari segi ekonomi.<o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 150%;">Melihat kondisi bangsa Indonesia yang sekarang dipermainkan oleh modernisasi dan globalisasi, menjadikan tantangan masa depan bagi bangsa Indonesia lebih sulit karena begitu luasnya komunikasi seperti hilangnya jarak penyekat. Dengan masuknya modernisasi dan globalisasi membawa dampak yang sangat besar bagi bangsa Indonesia. Dari satu sisi, kita secara tidak langsung saling ketergantungan pada bangsa lain, terutama dari segi bidang ekonomi. Dari segi ekonomi kita harus saling menjalin kerja sama dengan bangsa lain. Kerja sama Negara-negara ini harus dapat mendorong juga hadirnya aturan yang dapat mengatur aktivitas perusahaan-perusahaan multinasional di suatu Negara. Caranya bisa dimulai dengan memberikan apresiasi yang baik kepada setiap kalangan yang mengusahakan perkembangan kebudayaan daerahnya. Dengan demikian, akan tumbuh kreasi-kreasi baru dari mereka yang tidak mustahil akan diminati pula oleh orang-orang asing.<o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 150%;">Secara tidak langsung, modernisasi dan globalisasi masuk lewat perfilman di Indonesia ataupun dari musik yang diperdengarkan karena ada campuran-campuran musik baratnya yang dapat melunturkan atau meninggalkan tradisi yang sebagai identitas nasional bangsa Indonesia. Begitu seimbangnya dampak positif dan dampak negatifnya kita harus pandai memilah-milah. Memang film dan musik barat bisa menghiburkan bahkan menambah pengalaman kehidupan luar yang sangat canggih. Tetapi dari dampak negatifnya dari contoh kecil saja, jika tidak terlalu sering menonton dan mendengarkan budaya luar secara tidak langsung hidup kita akan seperti kabisaan orang luar. Dari musik dan tarian luar terlalu di tonton dan diperdengarkan maka secara tidak langsung pula kita melunturkan atau bahkan meninggalkan tarian dan musik tradisional banga kita sendiri.<o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 150%;">Dari berbagai macam kejadian seperti itu, baik dari segi positif dan dari segi negatifnya. Maka dari segi ekonomi, kita bisa bekerja sama dengan negara lain. Dari segi budaya, lebih memperketatnya budaya yang masuk ke Indonesia. Dan bisa menemukan orang yang dapat merespon pemilihan budaya dan pertumbuhan ekonomi, maka dapat dilakukan dengan pendidikan yang baik dengan meminta perhatian yang cukup dari pemerintah untuk penataan pendidikan. Karena pendidikan merupakan jembatan emas menuju suatu masyarakat yang cerdas, bermoral, dan berbudaya. Dengan bekal yang cukup lewat pendidikan dan di dukung juga dari kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pemilihan dampak positif dan negatif dari modernisasi dan globalisasi dari segi bidang apapun.<o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 150%; color: black;">Nina Armando, Staf Pengajar Jurusan Komunikasi FISIP UI, mengatakan bahwa kemunculan teknologi komputer sendiri sesungguhnya bersifat netral. Pengaruh positif atau negatif yang bisa muncul dari alat ini tentu saja lebih banyak tergantung dari pemanfaatannya. Bila anak-anak dibiarkan menggunakan komputer secara sembarangan, pengaruhnya bisa jadi negatif.Sebaliknya, komputer akan memberikan pengaruh positif bila digunakan dengan bijaksana, yaitu membantu pengembangan intelektual dan motorik anak.<o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 150%;">Diantara manfaat yang dapat diperoleh adalah penggunaan perangkat lunak pendidikan seperti program-program pengetahuan dasar membaca, berhitung, sejarah, geografi, dan sebagainya. Tambahan pula, kini perangkat pendidikan ini kini juga diramu dengan unsur hiburan (entertainment) yang sesuai dengan materi, sehingga anak semakin suka.<o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 150%;">Dalam kaitan ini, komputer dalam proses belajar, akan melahirkan suasana yang menyenangkan bagi anak. Gambar-gambar dan suara yang muncul juga membuat anak tidak cepat bosan, sehingga dapat merangsang anak mengetahui lebih jauh lagi. Sisi baiknya, anak dapat menjadi lebih tekun dan terpicu untuk belajar berkonsentrasi.<o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 150%;">Namun, sisi negatif penggunaan komputer tak juga bisa diabaikan. Salah satunya adalah dari kemungkinan anak, kemungkinan besar tanpa sepengetahuan orangtua, ‘mengkonsumsi’ games yang menonjolkan unsur-unsur seperti kekerasan dan agresivitas. Banyak pakar pendidikan mensinyalir bahwa games beraroma kekerasan dan agresi ini adalah pemicu munculnya perilaku-perilaku agresif dan sadistis pada diri anak.<o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 150%;">Akses negatif lewat internet Pengaruh negatif lain, adalah terbukanya akses negatif anak dari penggunaan internet. Mampu mengakses internet sesungguhnya merupakan suatu awal yang baik bagi pengembangan wawasan anak. Sayangnya, anak juga terancam dengan banyaknya informasi buruk yang membanjiri internet.<o:p></o:p></span></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 42.55pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 150%;">Meski demikian, mengajarkan internet bagi anak di zaman sekarang merupakan hal penting. Hanya saja, demi mencegah dampak negatifnya, ada beberapa hal yang harus dilakukan orangtua.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <span class="fullpost"> </span>kulingetikhttp://www.blogger.com/profile/13154004340632680631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2285591517006369783.post-79970636642480979632010-11-20T18:12:00.000-08:002010-11-20T18:13:52.460-08:00CINTA EROTIS<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} @font-face {font-family:"High Tower Text"; panose-1:2 4 5 2 5 5 6 3 3 3; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 0 0 0 1 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin-top:0in; mso-para-margin-right:0in; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></b> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "High Tower Text","serif";">KEKASIH MENJUAL PACAR <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">INI adalah kisah seorang wanita yang mau menginjak kedewasaan, umurnya baru 17 tahun. Dia tampak cantik dan seksi walaupun kulitnya sawo matang tapi dia tampak kelihatan sangat manis dan menggoda. Wajahnya mirip sekali dengan salah satu artis Indonesia. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Sebenarnya dia termasuk anak dari keluarga berada tapi karena dari dulu dia tak begitu mendapatkan perhatian yang lebih dari orangtuanya yang selalu sibuk dengan kesibukannya/kegiatannya masing-masing.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Sebut saja namanya Ina (samaran). Dia begitu bebasnya bergaul dengan siapa saja. Sampai-sampai dia tak pernah lagi menghiraukan kemarahan orangtuanya. Terkadang dia sporing dari rumah dan mencari kesenangan sendiri.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Dia terlalu mengikuti canggihnya dunia ini. Selalu tak mau ketinggalan dengan ngetrennya anak muda sekarang. Terlarut dan terlena dia di luaran sana sampai dia pun tak bisa menjaga kevirginannya. Dia telah melepasnya seiring dengan kenakalannya sehingga dia tak dapat mengontrolnya lagi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Dia telah memberikan kevirginannya dengan pacarnya. Sebut saja nama pacarnya Junet (samaran). Yang sampai sekarang ini mereka masih berhubungan. Tingkat kejahatna yang Ina lakukan semakin hari semakin meninggi. Pada saat dia di luar (melarikan diri dari rumah). Dia selalu tidur di hotel. Sudah begitu banyak hotel yang penah dia singgahi di Medan ini. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Dan untuk tetap bisa menginap di hotel maka diapun berpikir gimana caranya untuk membayar uang hotelnya karena uangnya semakin menipis. Gimana tak habis uangnya, dia selalu mencari kesenangan seperti halnya dia sering mengkonsumsi narkoba bersama pacarnya dan yang lebih sering mengeluarkan uang tuk keperluan mereka berdua itu adalah Ina. Maka Ina harus mencari uang sementara pacarnya hanya bisa duduk manis sambil menunggu sesajian. Emang sih pacarnya dari keluarga lumayan juga. Tapi namanya juga anak kuliah. Dia hanya mendapat jatah perbulannya. Karena pacarnya itu bukan orang asli medan, jadi pacarnya tidak tinggal bersama orang tuanya. Makanya mereka bisa sebebas itu. Ina mempunyai banyak kenalan dan relasi. Apalagi teman yang bergelut di dunia seperti itu. Akhirnya diapun memutuskan untuk menjual diri melalui mami. Diapun membuat bugjet yang tinggi karena dia merasa cantik. Dia telah menghalalkan segala cara tuk menyenangkan dirinya itu. Disamping pacarnya yang selalu tampak senang dengan keadaan yang seperti itu. Dia pun segera bergegas mempercantik diri bersiap-siap untuk dijual. Ina pun pergi ke tempat tujuan yang telah ditunjuk mami sebelumnya dan diantar oleh Junet. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Junetpun menunggu Ina di dalam mobilnya sendiri sampai Ina selesai dalam urusan memuaskan hasrat tamu tersebut. Setelah Ina selesai melakukan tugasnya diapun segera menghampiri pacarnya yang berada di parkiran yang sedang menunggunya. Setelah bertemu dengan pacarnya, merekapun bergerak cepat menuju hotel tempat mereka menginap. Di kemudian hari, setiap mami ada tamu dia sering menghubungi Ina dan menawarkannya ke Ina. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Setelah dia memegang uang yang agak banyak, karena dia sudah mendapatkan panggilan beberapa kali akhirnya Inapun membuat party. Dia memesan sebuah KTV ruang karaoke yang berkualitas bagus yang terletak di salah satu sebuah mall di Medan ini. Di mana ruangan itu juga bisa dipakai untuk dugem alias dunia gemerlap. Sudah pastinya party mereka tidak lepas dari barang ‘setan’.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Inapun semakin merasakan kesenangannya. Walaupun sebenarnya sangat menyedihkan bagi yang melihatnya. Ditambah lagi dengan minumannya. Ina dan teman-temannyapun sudah pada tinggi hampir lupa menginjak tanah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Waktu sudah menunjukkan jam 2 tengah malam saatnya KTV untuk ditutup. Merekapun pulang ke tempat masing-masing. Ina bersama pacarnya menuju tempat peristirahatan mereka di hotel tersebut. Merekapun menghabiskan malamitu dengan indah. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Dibawah pengaruh obat yang dipakainya, Ina sangat eksotis dan kelihatan sangat bergairah pada saat melakukan kencannya dengan Junet. Mereka berdua sangat bringas sekali saat melakukannya. Setelah mencapai puncaknya, merekapun kecapekan dan langsung tertidur. Saat memuaskan bagi keduanya saat malam itu. Sudah seminggu lamanya dia sporing/lari dari rumah dan sudah sering dia mendapatkan panggilan dari mami yang dikenalnya.. uangpun semakin menipis. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Dia pun menghubungi mami itu dan menanyakan tentang tamu. Nggak berapa lama mami itu menelponnya kembali dan menyuruh Ina untuk segera bersiap-siap. Diapun disuruh datang ke salah satu hotel. Merekapun jumpa disana. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Inapun menuju kesana dengan pacarnya. Pacarnya pun menunggu lagi di mobil. Mami itu juga menunggu Ina sampai dengan selesai karena seperti biasa mami akan mendapatkan komisi yang baik dari tamu ataupun Ina. Sungguh mami sangat licik sekali. Tapi bagaimanapun juga kalau tidak ada mami itu, dia susah tuk mendapatkan tamunya. Setelah selesai Inapun menghampiri pacarnya yang selalu menunggunya. Merekapun meninggalkan tempat itu. Uang itupun dipakainya tuk membiayai keperluan mereka berdua disaat bersama. Merekapun membeli Narkoba yang biasa dikonsumsinya. Hampir setiap hari dia mengkonsumsinya. Sampai-sampai badannya jadi kurus sekali. Begitulah selalu yang dibuatnya. Dia bilang ‘uang setan dimakan hantu’. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Ina masih melakukan hal tersebut sampai sekarang. Orangtuanya angkat tangan melihat tingkah anaknya yang selalu keluyuran nggak jelas. Pada akhirnya orangtuanya sudah memutuskan bulan 5 ini. Dia akan dikuliahkan di Bandung. Dia ditempatkan di rumah saudaranya yang bisa mengontrolnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Dalam hati Ina berkata, “Belum kudapatkan jati diriku sebenarnya”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">“Ha….ha….ha lucu sekali kata itu”.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Dia sangat sering sekali berkata itu saat dia ditanya mengapa dia mengkonsumsi Narkoba ini. Dia bilang kalau dia ingin mencari jati diri dengan cara berkeliaran nggak jelas begini. Diapun terpaksa mau dengan keinginan orangtuanya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Tapi sebelum berangkat, dia memuaskan party-partynya dengan paca dan teman-temannya. Sungguh anehnya harus bisa dipercaya atau tidak, begitupun tingkah mereka tapi pacar Ina sangat mencintai Ina dan merasa sangat berat saat tuk berpisah. Selama ini Ina yang memegang kendali selama jalan dengan Junet. Junet harus selalu menurut semua kemauan Ina.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Ina sangat keras orangnya, mulutnya juga sangat lantam. Omongannya selalu omongan kotor. Sehingga orangpun yang kenal dengan dia harus bisa memaklumi dia. Tidak tau harus dibilang apalah kisah orang ini. Yang pasti hubungan mereka ini benar-benar tidak wajar. Inapun akhirnya harus siap menerima segala sesuatu yang diperintahkan orangtuanya. Dia harus berpisah dengan pacarnya ‘Junet’. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">CINTA EROTIS<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Dalam cerita “kekasih menjual pacar” ini menceritakan tentang sepasang kekasih terjerumus di dalam dunia bebas. Ina (sang cewek) seorang gadis yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Junet (sang cowok) adalah anak kuliahan, bebas bergaul di dunia malam, karena dia tidak tinggal bersama orang tuanya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Ina trlalu mengikuti canggihnya dunia ini. Tanpa dia sadari ia semakin senang bergaul ke dunia bebas, sampai-sampai pulang kerumahpun hampir tidak pernah. Ina pun rela melepaskan kevirginannya kepada pacarnya Junet.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Merekapun semakin terjerumus kedunia bebas, sehingga mereka menjadi pengonsumsi (narkoba) barang-barang setan. Dan yang lebih parah nya lagi, Ina menjual kewanitaannya melalui mami perantaranya dan Junet sang pacarpun menyetujui itu, dikarenakan mereka berdua membutuhkan uang untuk membeli narkoba dan kesenangan-kesenangan yang mereka sering lakukan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Melihat Ina yang semakin parah dan terjermus kedunia bebas, orang tuanya memutuskan akan menguliahkan Ina ke Bandung ditempatkan dirumah saudaranya agar bias dikontrol dan Inapun mau tidak mau harus menuruti seua perintah dari orang tuanya. Hubungan Ina dan Junet memang sangat-sangat tidak wajar dan pada akhirnya Ina dan Junet harus berpisah meskipun mereka tidak mau berpisah. <o:p></o:p></span></p> <span class="fullpost"> </span>kulingetikhttp://www.blogger.com/profile/13154004340632680631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2285591517006369783.post-49614551534096255382010-11-20T18:10:00.000-08:002010-11-20T18:11:31.289-08:00KEBANGKITAN ISLAM DI WILAYAH PERSIA<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} a:link, span.MsoHyperlink {mso-style-priority:99; color:blue; text-decoration:underline; text-underline:single;} a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed {mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; color:purple; mso-themecolor:followedhyperlink; text-decoration:underline; text-underline:single;} p.root, li.root, div.root {mso-style-name:root; mso-style-unhide:no; mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin-top:0in; mso-para-margin-right:0in; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><o:p></o:p></span> <p class="root" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><strong><span style="color: black;">Iran</span></strong><span style="color: black;"> (atau <strong>persia</strong>) (</span><a href="http://wapedia.mobi/id/Bahasa_Persia"><span style="color: black;">bahasa persia</span></a><span style="color: black;">: ایران) adalah sebuah </span><a href="http://wapedia.mobi/id/Negara"><span style="color: black;">negara</span></a><span style="color: black;"> </span><a href="http://wapedia.mobi/id/Timur_Tengah"><span style="color: black;">timur tengah</span></a><span style="color: black;"> yang terletak di </span><a href="http://wapedia.mobi/id/Asia_Barat_Daya"><span style="color: black;">asia barat daya</span></a><span style="color: black;">. Meski di dalam negeri negara ini telah dikenal sebagai iran sejak zaman kuno, hingga tahun </span><a href="http://wapedia.mobi/id/1935"><span style="color: black;">1935</span></a><span style="color: black;"> iran masih dipanggil </span><a href="http://wapedia.mobi/id/Persia"><span style="color: black;">persia</span></a><span style="color: black;"> di </span><a href="http://wapedia.mobi/id/Dunia_Barat"><span style="color: black;">dunia barat</span></a><span style="color: black;">. Pada tahun </span><a href="http://wapedia.mobi/id/1959"><span style="color: black;">1959</span></a><span style="color: black;">, </span><a href="http://wapedia.mobi/id/Mohammad_Reza_Shah_Pahlavi"><span style="color: black;">mohammad reza shah pahlavi</span></a><span style="color: black;"> mengumumkan bahwa kedua istilah tersebut boleh digunakan. Nama iran adalah sebuah </span><a href="http://wapedia.mobi/id/Kognat"><span style="color: black;">kognat</span></a><span style="color: black;"> perkataan "arya" yang berarti "tanah bangsa arya".<o:p></o:p></span></p> <p class="root" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="color: black;">Pada tahun </span><a href="http://wapedia.mobi/id/1979"><span style="color: black;">1979</span></a><span style="color: black;">, sebuah </span><a href="http://wapedia.mobi/id/Revolusi_Iran"><span style="color: black;">revolusi iran</span></a><span style="color: black;"> yang dipimpin </span><a href="http://wapedia.mobi/id/Ayatollah_Khomeini"><span style="color: black;">ayatollah khomeini</span></a><span style="color: black;"> mendirikan sebuah </span><a href="http://wapedia.mobi/id/Republik_Islam"><span style="color: black;">republik islam</span></a><span style="color: black;"> </span><a href="http://wapedia.mobi/id/Teokrasi"><span style="color: black;">teokratis</span></a><span style="color: black;"> sehingga nama lengkap iran saat ini adalah <strong>republik islam iran</strong> (جمهوری اسلامی ایران).<o:p></o:p></span></p> <p class="root" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="color: black;">Sejarah menyebutkan peran para ilmuan dan ulama iran dalam mengembangkan peradaban islam. Mereka juga berperan besar dalam menyebarkan ajaran islam ke berbagai penjuru. Mengenai peradaban islam, bangsa iran yang memiliki peradaban tinggi memanfaatkannya demi perkembangan peradaban islam.<o:p></o:p></span></p> <p class="root" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="color: black;">Dengan mengamati sejarah islam, akan kita temukan dua periode yang menonjol. Pertama adalah periode pembentukan dan perluasan wilayah yang berakhir dengan runtuhnya kekuasaan bani umayah tahun 132 hijriyah. Kedua adalah periode pengukuhan pemerintahan islam dan penetrasi berbagai budaya. Pada periode ini lahir sebuah peradaban besar dan luas, yang terbentuk dan terkayakan berkat perkawinan budaya berbagai bangsa.<o:p></o:p></span></p> <p class="root" style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="color: black;">Setelah berdirinya pemerintahan islam di baghdad, batas-batas geografi negeri-negeri islam semakin samar, dan aktifitas keilmuan dan agama tidak terbatasi pada wilayah tertentu. Peradaban ini telah melahirkan ilmuan besar dalam sejarah semisal biruni, ibnu sina, dan razi yang hidup di kawasan timur wilayah islam, juga ibnu rusyd di wilayah barat. Darah, etnis dan wilayah tidak membatasi upaya aktivitas mereka, sebab mereka hanya berpikir untuk berbuat bagi umat dan masyarakat dengan mengembangkan ilmu pengetahuan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Dengan masuknya islam ke berbagai penjuru dunia, setiap orang bebas menuntut ilmu pengatahuan di kawasan tersebut tanpa memerhatikan status sosial, warna kulit dan ras mereka. Para pencinta ilmu dengan giat mencari ilmu ke berbagai penjuru dunia islam yang luas. Cepatnya kemajuan dan perkembangan peradaban islam mengundang decak kagum banyak pihak. Apalagi peradaban islam memiliki keistimewaan khusus karena keuniversalannya juga partisipasi berbagai lapisan masyarakat dan bangsa di dalamnya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: 150%;"><a href="http://muhsinlabib.wordpress.com/2007/09/07/melihat-bukti-kejayaan-islam-arsitektur-iran/" title="Permanent Link: Melihat Bukti Kejayaan Islam : Arsitektur Iran"><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black; text-decoration: none;">BUKTI KEJAYAAN ISLAM : ARSITEKTUR IRAN</span></b></a><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Sejak lama umat Islam di Indonesia dicekoki sejarah bahwa Islam pernah mengungguli bangsa Barat dalam hal sains, teknologi, dan perkembangan budaya. Namun, kita hanya mengenal karya tertulis mereka. Jika berkunjung ke Iran, kita bisa menyaksikan saksi dari kecanggihan perkembangan teknologi umat Islam abad pertengahan. Masjid Jami dan bangunan teknik di Iran adalah salah satu buah dari kecanggihan teknologi baik fisik, arsitektur, maupun budaya itu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Masjid Imam (Imam Mosque) yang berada di Grand Bazaar Esfahan menjadi contoh sebuah perpaduan yang sempurna dari masjid sebagai pusat kegiatan umat. Masjid ini dibangun pada tahun 1600-an masa Raja Abbasiah I (dinasti Safavid). Lokasinya di pasar terbesar yakni Grand Bazaar. Masjid Imam menjadi <i>center point</i> areal Grand Bazaar.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Arsitektur masjid ini dirancang oleh Ali Esfahani di atas lahan total seluas 12.264 meter pesegi. Masjid ini diperkirakan menghabiskan 18 juta batu bata dan 472.500 keramik. Hampir seluruh dinding masjid ditutup keramik mozaik dengan perpaduan warna biru (turquise) dan coklat, serta kuning. Ada juga penutup tiang dari marmer hijau yang tampak amat jernih. Motif keramik bervariasi dari bunga, geometris (perpaduan Indo Europian dan Sasanid).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Satu hal yang juga telah dipikirkan arsitek masjid pada abad ke-17 ini adalah bangunan tahan gempa. Arsitek Iran memahami bahwa wilayahnya termasuk <i>ring of fire</i> dan <i>ring of earthquake</i>. Jadi, mereka harus mendesain bangunan yang kokoh dan tak goyah oleh gempa. Buktinya, berabad-abad masjid itu masih tegak berdiri.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Di Masjid Imam, tiang-tiang utama penyangga bangunan dibuat beberapa lapis. Tiang dengan tinggi sekitar 50 meter dibagi menjadi empat bagian mulai dari dasar, bawah, tengah, dan penopang atap. Pada setiap pertemuan antarsisi terdapat besi dan kayu yang menyerupai per. Sehingga, jika gempa mengguncang, tiang hanya akan bergoyang dan bangunan pun tetap berdiri hingga sekarang.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Di Masjid Jami, pemisah tiang berupa kayu yang bisa bergeser jika terjadi gempa. Masjid Jami dibangun pada masa dinasti Seljuk sekitar abad ke-9 Masehi dan tampak masih sangat kokoh. Berbeda dengan Masjid Imam yang semua dinding ditutup keramik, Masjid Jami dibuat dari bata saja tanpa diplester dan diaci. Baik di Masjid Jami maupun di Masjid Imam, per dan kayu dapat terlihat jelas karena ada bagian beton yang terkelupas dan bagian kayu yang menjorok keluar.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Dahulu, pasti belum ada teknologi pengeras suara. Karena, teknologi modern baru berkembang setelah zaman renaisance. Tapi, sang arsitek Muslim telah memikirkan bagaimana caranya seluruh jamaah dapat mendengarkan suara imam dan bilal dengan jelas. <i>Dome</i> atau kubah masjid menjadi kunci utama. Kubah masjid yang bagian luarnya juga dihias dari keramik bermotif bunga dengan warna hijau dan biru turquoise, ternyata terdiri atas dua lapis kubah, luar dan dalam. Antara kedua bagian itu terdapat ruang kosong.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pada ruang shalat, di belakang imam, tepat di bawah titik tengah kubah terdapat batu hitam. Di situlah sang bilal (<i>muazin</i>) atau yang mengiringi imam shalat berdiri. Sehingga, ketika bilal mengumandangkan azdan, <i>iqamat</i>, atau <i>takbiratul ihram</i> mengikuti imam, suaranya bisa didengar di seluruh bagian masjid. Suaranya bergema dan itu masih bisa dilakukan hingga sekarang, beberapa abad setelah masjid dibangun. Masjid ini juga dilengkapi teknologi astronomi yang terkesan sederhana namun sulit bagi sebagian awam memikirkan hal itu. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pada salah satu sisi Masjid Imam, terdapat bagian beton fondasi yang menjorok ke luar. Tingginya sekitar 25 cm. Sepintas, beton itu adalah bagian dari fondasi biasa karena bentuknya mirip teras kecil. Tapi, ternyata fungsinya lebih dari itu. Bayangan beton itu memiliki fungsi astronomi yang masih tepat digunakan untuk menaksir shalat Dzuhur. Jika di sisi kanan beton masih terlihat bayangan, maka belum masuk waktu shalat Dzuhur. Orang akan mulai shalat, tepat saat di bawah atau sekitar beton itu tak ada bayangan lagi. Sehingga, bisa diartikan matahari tegak lurus di atas beton.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Posisi Iran yang berada di area subtropis, melahirkan ide tersendiri bagi para arsitek masjid. Namun, mereka hidup di zaman pertengahan sehingga teknologi tingkat tingginya tetap berdasarkan pada alam. Iran memiilki musim salju dan musim panas. Maka, biasanya ada ruang bawah tanah, dan lorong-lorong yang memanjang dari gerbang hingga ke tempat shalat utama. Sehingga, jamaah bisa berlindung dari panas terik jika musim panas atau salju yang tingginya bisa mencapai 10 cm pada musim dingin. Ruang terbuka biasanya digunakan jamaah untuk shalat Jumat saat musim semi atau musim gugur.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Untuk membuat udara di dalam masjid tetap sejuk maka dibuat tiang seperti menara yang cukup tinggi. Pada bagian atas menara terdapat lubang angin yang akan menangkap aliran angin di luar untuk dialirkan ke bagian dalam. Maka masjid pun tetap sejuk meski udara di luar amat panas.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pakar pembangunan masjid dari ITB, Ahmad Nu’man, menyatakan apa yang terjadi di Iran sebelum abad pertengahan menunjukkan bahwa arsitek masjid amat memperhatikan ilmu pengetahuan dalam merancang struktur masjid yang kokoh. ”Jadi, mereka sudah mempelajari zona gempa sehingga siap mengaplikasikan pada bangunan masjid,” tutur dia. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 35.45pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Menurut Nu’man, amat penting mempelajari bangunan yang rusak saat gempa terjadi. Soal suara yang memantul karena dome yang dibuat dua lapis, menurut arsitek Masjid At Tiin dan Masjid Salman ITB itu juga bentuk lain dari penguasaan teknologi akustik yang diterapkan juga pada musik. Tid (Republika, Jumat, 07 September 2007)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">DAFTAR PUSTAKA <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: 150%;"><a href="http://justrangga.multiply.com/journal/item/19"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">http://justrangga.multiply.com/journal/item/19</span></a><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">http://id.wikipedia.org/wiki/Iran<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <span class="fullpost"> </span>kulingetikhttp://www.blogger.com/profile/13154004340632680631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2285591517006369783.post-55478193108940496952010-11-20T18:09:00.000-08:002010-11-20T18:10:39.723-08:00NAMA-NAMA PERGURUAN TINGGI NEGERI YANG ADA DI INDONESIA<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0in; margin-right:0in; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.0in 1.0in 1.0in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin-top:0in; mso-para-margin-right:0in; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]-->1. Universitas Airlangga / UNAIR - Surabaya / Jawa Timur
<br /><p class="MsoNormal"> 2. Universitas Andalas - Padang / Sumatera Barat
<br />3. Universitas Bengkulu - Bengkulu
<br />4. Universitas Brawijaya / UNBRAW / UNIBRAW - Malang
<br />5. Universitas Cenderawasih / UNCEN - Jayapura
<br />6. Universitas Diponegoro / UNDIP - Semarang
<br />7. Universitas Gadjah Mada / UGM - Yogyakarta
<br />8. Universitas Haluoleo - Kendari
<br />9. Universitas Hasanuddin / UNHAS - Makassar
<br />10. Universitas Indonesia / UI - Depok
<br />11. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah - Jakarta
<br />12. Universitas Jambi - Jambi
<br />13. Universitas Jenderal Soedirman - Purwokerto
<br />14. Universitas Khairun Ternate - Ternate
<br />15. Universitas Lambung Mangkurat - Banjarmasin
<br />16. Universitas Lampung / UNILA - Bandarlampung
<br />17. Universitas Malikussaleh - Lhokseumawe / Nanggro Aceh Darussalam
<br />18. Universitas Mataram - Mataram
<br />19. Universitas Mulawarman / UNMUL - Samarinda
<br />20. Universitas Negeri Gorontalo - Gorontalo
<br />21. Universitas Negeri Jakarta / UNJ - Jakarta
<br />22. Universitas Negeri Jember / UNEJ - Jember
<br />23. Universitas Negeri Makassar - Makassar
<br />24. Universitas Negeri Malang - Malang / Jawa Timur
<br />25. Universitas Negeri Manado - Manado
<br />26. Universitas Negeri Medan - Medan / Sumatera Utara
<br />27. Universitas Negeri Padang - Padang
<br />28. Universitas Negeri Papua Manokwari - Papua
<br />29. Universitas Negeri Sebelas Maret - Solo
<br />30. Universitas Negeri Semarang - Semarang / Jawa Tengah
<br />31. Universitas Negeri Surabaya - Surabaya / Jawa Timur
<br />32. Universitas Negeri Yogyakarta - Yogyakarta
<br />33. Universitas Nusa Cendana - Kupang NTT
<br />34. Universitas Padjadjaran - Bandung
<br />35. Universitas Palangkaraya - Palangkaraya
<br />36. Universitas Pattimura - Ambon
<br />37. Universitas Pendidikan Indonesia - Bandung
<br />38. Universitas Riau - Riau
<br />39. Universitas Sam Ratulangi - Manado
<br />40. Universitas Sriwijaya - Palembang
<br />41. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Serang
<br />42. Universitas Sumatera Utara - Medan
<br />43. Universitas Syiah Kuala - Banda Aceh
<br />44. Universitas Tadulako - Palu
<br />45. Universitas Tanjungpura - Pontianak
<br />46. Universitas Terbuka - Jakarta
<br />47. Universitas Trunojoyo Madura - Bangkalan
<br />48. Universitas Udayana - Denpasar / Bali
<br />49. Institut Pertanian Bogor / IPB - Bogor / Jawa Barat
<br />50. Institut Teknologi Bandung / ITB - Bandung / Jawa Barat
<br />51. Institut Teknologi Sepuluh Nopember / ITS - Surabaya
<br />52. IAIN Alauddin - Makasar
<br />53. IAIN Antasari - Banjarmasin
<br />54. IAIN Ar-Raniry - Banda Aceh
<br />55. IAIN Imam Bonjol - Padang
<br />56. IAIN Jakarta - Jakarta
<br />57. IAIN Raden Intan - Bandar Lampung
<br />58. IAIN Raden Patah - Palembang
<br />59. IAIN Sultan Toha Syaifuddin - Jambi
<br />60. IAIN Sumatera Utara - Medan
<br />61. IAIN Sunan Ampel - Surabaya
<br />62. IAIN Sunan Kalijaga - Yogyakarta
<br />63. IAIN Walisongo - Semarang
<br />64. IKIP Negeri Singaraja - Bali
<br />65. Institut Ilmu Pemerintahan - Depdagri
<br />66. Institut Seni Indonesia (ISI) - Denpasar
<br />67. Institut Seni Indonesia (ISI) - Yogyakarta
<br />68. Politeknik Elektronika Negeri - Surabaya
<br />69. Politeknik Manufaktur - Bandung
<br />70. Politeknik Negeri Ambon - Ambon
<br />71. Politeknik Negeri Bali - Bali
<br />72. Politeknik Negeri Bandung - Bandung / Jawa Barat
<br />73. Politeknik Negeri Banjarmasin - Banjarmasin
<br />74. Politeknik Negeri Jakarta - Jakarta
<br />75. Politeknik Negeri Jember - Jember / Jawa Timur
<br />76. Politeknik Negeri Kupang - Nusa Tenggara Timur
<br />77. Politeknik Negeri Lampung - Lampung
<br />78. Politeknik Negeri Lhokseumawe - NAD
<br />79. Politeknik Negeri Makasar - Makassar
<br />80. Politeknik Negeri Malang - Jawa Timur
<br />81. Politeknik Negeri Manado - Manado
<br />82. Politeknik Negeri Medan - Sumatera Utara
<br />83. Politeknik Negeri Padang - Sumtra Barat
<br />84. Politeknik Negeri Pontianak - Pontianak
<br />85. Politeknik Negeri Samarinda - Samarinda
<br />86. Politeknik Negeri Semarang - Jawa Tengah
<br />87. Politeknik Negeri Sriwijaya - Palembang
<br />88. Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya - Jawa Timur
<br />89. Politeknik Pertanian Negeri Jember - Jawa Timur
<br />90. Politeknik Pertanian Negeri Kupang - Kupang NTT
<br />91. Politeknik Pertanian Negeri Lampung - Lampung
<br />92. Politeknik Pertanian Negeri Pangkep - Pangkep
<br />93. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh - Payakumbuh
<br />94. Politeknik Pertanian Negeri Samarinda - Samarinda
<br />95. Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) - Jakarta
<br />96. Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung - Jawa Barat
<br />97. Sekolah Tinggi Seni Indonesia Padang Panjang - Padang
<br />98. Sekolah Tinggi Seni Indonesia Surakarta - Surakarta
<br />99. STAIN Batusangkar - Sumatera Barat
<br />100. STAIN Cirebon - Jawa Barat
<br />101. STAIN Curup - Bengkulu
<br />102. STAIN Datokarama Palu - Sulteng
<br />103. STAIN Jawa Tengah - Sukoharjo / Jawa Tengah
<br />104. STAIN Jember - Jawa Timur
<br />105. STAIN Padang Sidempuan - Sumatera Utara
<br />106. STAIN Pamekasan - Jawa Timur
<br />107. STAIN Parepare - Sulawesi Selatan
<br />108. STAIN Pekalongan - Jawa Tengah
<br />109. STAIN Samarinda - Kalimantan Timur
<br />110. STAIN Tulungagung - Jawa Timur
<br />111. STAIN Watampone - Sulawesi Selatan
<br />112. STPDN - Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri / IPDN - Institut Pemerintahan Dalam Negeri - Sumedang / Jawa Barat</p> <span class="fullpost"> </span>kulingetikhttp://www.blogger.com/profile/13154004340632680631noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-2285591517006369783.post-59476272772328547192010-10-14T23:32:00.000-07:002010-10-14T23:35:25.707-07:00Sejarah Peradaban Islam di Turki<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:Wingdings; panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:2; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;} @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-bidi-font-family:Arial;} p.MsoFooter, li.MsoFooter, div.MsoFooter {mso-style-priority:99; mso-style-link:"Footer Char"; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; tab-stops:center 234.0pt right 468.0pt; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-bidi-font-family:Arial;} p.MsoNoSpacing, li.MsoNoSpacing, div.MsoNoSpacing {mso-style-priority:1; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-bidi-font-family:Arial;} span.FooterChar {mso-style-name:"Footer Char"; mso-style-priority:99; mso-style-unhide:no; mso-style-locked:yes; mso-style-link:Footer; mso-ansi-font-size:11.0pt; mso-bidi-font-size:11.0pt;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; font-size:10.0pt; mso-ansi-font-size:10.0pt; mso-bidi-font-size:10.0pt; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-bidi-font-family:Arial;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:1013217404; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-524538840 67698699 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;} @list l0:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt; font-family:Wingdings;} ol {margin-bottom:0cm;} ul {margin-bottom:0cm;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif";} </style> <![endif]--> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Wingdings;"><span style="">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Era Utsmaniyah<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pada tahun 1453 saat Kesultanan Utsmaniyah mulai berkusa di Turki.<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Islam" title="Islam"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Islam</span></a> makin dominan di Turki.<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja" title="Gereja"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Gereja</span></a>-gereja di Turki yang merupakan peningalan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bizantium" title="Bizantium"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Bizantium</span></a> termasuk <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Wingdings;"><span style="">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Era Modern<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Saat Kesultanan Utsmaniyah runtuh dan diteruskan oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Republik_Turki" title="Republik Turki"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Republik Turki</span></a> pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/1923" title="1923"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">1923</span></a>.Islam menjadi sedikit mundur karena perubahan Turki dari kesultanan menjadi negera sekuler.Ataturk melarang emblem-emblem Islam dan memberi keleluasaan pada Agama non-Islam. Efek lainnya adalah dimulainya pengunaan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalender_Masehi" title="Kalender Masehi"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Kalender Masehi</span></a> seperti dinegara-negara Barat ketimbang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kalender_Hijriyah" title="Kalender Hijriyah"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Kalender Hijriyah</span></a>.dan pengunaan kata <a href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tanri&action=edit&redlink=1" title="Tanri (halaman belum tersedia)"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Tanri</span></a> ketimbang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Allah" title="Allah"><span style="color: windowtext; text-decoration: none;">Allah</span></a>,Lalu Hagia Sophia yang diubah lagi menjadi museum,pelarangan pengajaran Agama Islam,dan Pembatasan jumlah masjid.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pada masa Reformasi Turki pada 1945.Setelah peringanan kontrol politik otoriter pada tahun 1946, banyak orang mulai memanggil secara terbuka untuk kembali ke praktik keagamaan tradisional. Selama tahun 1950-an, bahkan pemimpin politik tertentu merasa bijaksana untuk bergabung dalam advokasi para pemimpin agama untuk menghormati agama. Tak pelak lagi, para reintroduksi agama ke dalam kurikulum sekolah mengangkat masalah pendidikan tinggi agama. Para elit sekuler, yang cenderung tidak percaya para pemimpin agama tradisional, percaya bahwa Islam bisa "direformasi" jika pemimpin masa depan telah dilatih dalam seminari yang dikontrol pemerintah. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Untuk lebih tujuan ini, pemerintah pada tahun 1949 didirikan sebuah fakultas keilahian di Universitas Ankara untuk melatih guru Islam dan imam. Pada tahun 1951 pemerintah mendirikan Partai Demokrat sekolah menengah khusus (okullari imam HATIP) untuk pelatihan imam dan pendeta. Awalnya, sekolah imam HATIP tumbuh sangat lambat, tetapi jumlah mereka berkembang pesat menjadi lebih dari 250 pada tahun 1970-an, ketika pro-Islam Partai Keselamatan Nasional berpartisipasi dalam pemerintahan koalisi. Setelah kudeta 1980, militer, meskipun sekuler dalam orientasi, agama dilihat sebagai cara yang efektif untuk melawan ide-ide sosialis dan dengan demikian dasar pembangunan sembilan puluh HATIP imam lebih sekolah tinggi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Selama tahun 1970-an dan 1980-an, Islam mengalami semacam rehabilitasi politik karena para pemimpin sekuler kanan-tengah agama dianggap sebagai benteng potensi dalam perjuangan ideologis mereka dengan pemimpin sekuler kiri-tengah. Sebuah kelompok advokasi kecil yang menjadi sangat berpengaruh adalah Hearth Cendekiawan, sebuah organisasi yang menyatakan bahwa budaya Turki benar merupakan sintesis tradisi Turki 'pra-Islam dan Islam. Menurut Hearth, Islam tidak hanya merupakan suatu aspek penting dari budaya Turki tetapi adalah kekuatan yang dapat diatur oleh negara untuk membantu mensosialisasikan orang-orang untuk menjadi patuh warga sepakat untuk tatanan sekuler secara keseluruhan. Setelah kudeta militer 1980, banyak usulan Hearth untuk restrukturisasi sekolah, perguruan tinggi, dan penyiaran negara diadopsi. Hasilnya adalah pembersihan dari lembaga-lembaga negara lebih dari 2.000 intelektual dirasakan sebagai mengemban ide-ide kiri tidak sesuai dengan visi Hearth tentang kebudayaan nasional Turki.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Meskipun tarikah (istilah ini kadang-kadang dapat digunakan untuk mengacu pada setiap 'kelompok atau sekte' yang beberapa di antaranya bahkan mungkin tidak Muslim) telah memainkan peran mani dalam kebangkitan agama Turki dan di pertengahan 1990-an masih terbit beberapa negara yang paling beredar luas jurnal keagamaan dan surat kabar, sebuah fenomena baru, Islamcı Aydın (intelektual Islam) yang tidak berafiliasi dengan perintah Sufi tradisional, muncul selama tahun 1980-an. Produktif dan penulis populer seperti Ali Bulaç, Rasim Özdenören, dan Ismet Özel telah diambil pada pengetahuan mereka tentang filsafat Barat, sosiologi Marxis, dan teori politik Islam radikal untuk melakukan advokasi perspektif Islam modern yang tidak ragu-ragu untuk mengkritik penyakit masyarakat asli sedangkan secara bersamaan sisa setia kepada nilai-nilai etika dan dimensi spiritual agama. Intelektual Islam kasar kritis para intelektual sekuler Turki, yang mereka kesalahan untuk mencoba melakukan di Turki apa yang intelektual itu di Eropa Barat: materialisme duniawi pengganti, dalam versi kapitalis atau sosialis, untuk nilai-nilai agama.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Wingdings;"><span style="">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pertempuran Heiromyak (Al Yarmuk)</span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pada pertempuran di sungai Yarmuk antara Arab dan Bizantin, Arab kalah dalam bagian perang pada tahap pertama. Saat kemenangan hampir dekat bagi pihak Bizantin, Arab berganti taktik dan memanfaatkan kontingen wanita yang seperti kesurupan menyerang pasukan Bizantin sambil berteriak2 histeris dan meng-ululu (macam wanita Palestina)... Karena tidak terbiasa menghadapi musuh wanita, tentara Bizantin bingung, apalagi saat jendral mereka memerintahkan agar pasukan tidak menyerang wanita dan sebaiknya mengundurkan diri.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Ketika Muslim melihat bahwa taktik ini berhasil, mereka mengirimkan tentara Arab yang mengenakan pakaian wanita agar menyerang Bizantin. Salah seorang jendral Arab, Khalid-ibn-Walid, juga berpura2 sebagai wanita, mendekati dan menyerang sang Jendral Bizantin, Harbis, mematahkan tulang rusuknya dan membunuhnya. Dengan matinya jendral mereka, tentara Bizantin kehilangan pemimpin dan perang mulai dimenangkan pihak Arab. Inilah caranya mereka memenangkan perang Yarmuk.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 22.5pt; text-align: justify; text-indent: -22.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Wingdings;"><span style="">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pertempuran Caesarea, Babylon (kota Bizantin Mesir), dan Alexandria</span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Taktik lain yang digunakan tentara2 Allah adalah dengan menyuap para penyapu jalan. Mereka itu memberitahu Muslim dimana letak saluran2 bawah tanah agar bisa dimasuki di malam hari, membuka gerbang dan menyerang kota itu. Taktik ini digunakan di Babylon (kota Bizantin Mesir, bukan di Mesopotamia). Kota dengan tembok2 setinggi 10 meter dengan menara2 tinggi yang sempat bertahan selama lebih dari 8 bulan, akhirnya diinfiltrasi Muslim secara licik dan berakhir dengan pembantaian setiap penduduknya, sampai tidak lagi ada yang tersisa.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Taktik pengikut Allah ini juga diterapkan di Caesarea, kota sibuk dengan lebih dari 300 jalanan sibuk. Kota ini merupakan kota pelabuhan, jadi serangan tidak bisa dilakukan dari bagian laut yang menghadap kota itu. Lagi2 pihak Arab menyuap para tukang sapu dan meng-infiltrasi lewat got2 kota itu. Ini menunjukkan bahwa Arab Muslim menghalalkan segala cara, termasuk merendahkan derajad mereka sedemikian rupa, demi kemenangan yang dibantu Allah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Begitu pasukan Muslim menyerang kota Caesarea, mereka tidak hanya membantai semua tentara, tetapi memenggali kepala mereka, dan untuk menakut2i kaum wanita, mereka membelah dada tentara, mencabut jantung dan segala isi tubuh mereka yang kemudian dipertontonkan di jalanan. Kebiadaban ini begitu membekas di ingatan kaum Bizantin Kristen selama berabad2. Saat perang salib membalas invasi Muslim pada abad 11 (1096- 1291M), para crusader membalas kekejaman Muslim dengan membakar tubuh tawanan dan bak kambing guling memakan daging Muslim saat tentara kekurangan suplai makanan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Wingdings;"><span style="">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Bagaimana Bizantin bertahan selama 8 abad sementara Persia jatuh di tangan Muslim dalam 17 tahun</span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Arab menyerang Konstantinopel dua kali, pada tahun 674 dan 717, namun kota itu berhasil dipertahankan dengan senjata baru bernama Greek Fire, Api Yunani. Ini adalah cairan panas yang mengakibatkan luka2 bakar menyakitkan bagi mereka yang dijadikan sasaran. Ini sama dengan senjata napalm jaman sekarang. Pihak Bizantin menggunakan senjata ini melawan invasi Arab pada tahun 674-678 dan 717-718. Pihak Arab mencoba keras untuk mempelajari rahasia Api Yunani itu tetapi tidak berhasil. Karena senjata ini, lebih dari 300.000 Arab yang menyerang Konstantinopel, dan hanya 20.000 yang kembali. Yang lainnya tewas akibat Api Yunani.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Bizantin juga berhasil membendung serangan Muslim di Cilicia di Turki Tenggara. Muslim2 Arab akhirnya memutuskan untuk mengambil rute laut dan menyerang pulau Rhodes dan menghancurkan patung raksasa Rhodes (patung yang didirikan orang Yunani jaman dulu). Masih ingat Taleban menghancurkan patung Budha Bameyan ? Persis sama kejadiannya !<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Wingdings;"><span style="">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Tongkat Jihad di-oper ke kaum Turki Seljuk</span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Jihad Arab kemudian patah semangat ketika pada tahun 732 di Poiters (Perancis) mereka dikalahkan kaum Franks. Serangan Arab berhenti pada pertengahan abad ke 8, ketika sesama kalif saling cekcok karena perbedaan shiah-sunni. Jihad kemudian dimulai lagi pada abad ke 11 dengan diserahkannya tongkat jihad kepada Turki Seljuk. Mereka menganut kepercayaan animisme dengan campuran Zoroastrian sebelum di-Islamisasi oleh Persia (yang juga di-Islamisasi) antara thn 651 dan 751.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Ketika orang Persia yang di-Islamisasi itu menyerang Turki, muncullah nama seorang pendekar bernama Abu Muslim. Ia lahir dari orang tua Zoroastrian dan ia berpura2 memeluk Islam karena ingin balas dendam terhadap penjajah Muslim di Persia. Selain pura2 sebagai muslim, ia juga menyerang bangsa non-Muslim Turki dan malah memaksa mereka memeluk Islam. Langkah berikutnya adalah melakukan kudeta terhadap kalifah Abbasid di Baghdad. Tetapi ia difitnah oleh teman2 terdekatnya dan sang kalif memberi perintah agar ia disiksa sampai mati. Begitulah mental berdarah Islam yang ditularkannya kepada rakyat2 yang dipaksa masuk Islam: dari Arab ke Persia, ke Turki dan lalu ke Bizantin.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 22.5pt; text-align: justify; text-indent: -22.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Wingdings;"><span style="">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pertempuran Manzikert antara Bizantin dan Turki Seljuk</span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pemeluk baru Islam ini mencampurkan keberingasan alami mereka dengan fanatisme Islam. Terbentuklah kombinasi maut. Kalau Arab gagal merebut Konstantinopel dengan mendobrak pagar Cilicia, kaum Turki Seljuk dengan pelan tapi pasti menggrogoti pinggir2 utara Bizantin di Armenia. Disana mereka memporakporandakan penduduk Kristen Armenia. Tirani berdarah Turki terhadap Armenia terulang kembali dalam abad berikutnya dan Turki tidak henti2nya menikmati pembantaian masal penduduk sipil Kristen Armenia.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Kawasan Caucasus (atau Kavkaz) ini bertubi2 menjadi garis depan tempat berlangsungnya bentrokan peradaban sejak saat itu sampai sekarang. Beslan di Russia bagian Ossetia, dimana anak2 sekolah dibantai teroris Muslim, tidak jauh dari Manzikert, tempat utama bentrokan antara Muslim-Kristen di tahun 1071. Kaisar Bizantin ketika itu adalah Romanus IV Diogenes. Ia menduduki tahta tahun 1068. Seperti biasanya, terdapat banyak komplotan kekuasaan di Bizantin. Ini semakin nampak karena selama 400 tahun dari 640-1068, kaum Bizantin memperkuat angkatan bersenjata mereka dengan menyewa tentara2 bayaran dari kaum Franks, Ostrogoths, Visigoths, Bulgar, Avar dan masyarakat2 Kristen lainnya ditambah dengan kaum Latin yang selalu merupakan lobby kuat di Konstantinopel. Tentara2 bayaran ini digunakan untuk menangani serangan Arab, tetapi dalam masa damai mereka menjadi lobby2 kuat dalam politik dalam negeri Bizantin. Untuk menjaga keseimbangan politik, beberapa raja daerah bagian Bizantin mengikutkan dalam kontingen mereka tentara cadangan berupa orang2 seljuk turki yang notabene muslim. Keputusan ini terbukti membawa celaka kepada Bizantin di Manzikert. Romanus membagi pasukannya menjadi dua. Ia memimpin yang satu dan yang lainnya dipimpin oleh Joseph Tarchaniotes, orang keturunan Turki (!!) yang secara rahasia memeluk Islam, kepercayaan yang dianut kebanyakan rakyatnya – kaum Seljuk Turki. Tarchaniotes mengkomando kontingen tentara bayaran terbesar, kaum Cuman Turki. Romanus merebut kembali kota2 yang dijajah kaum Seljuk Turki yang akhirnya berpuncak kepada Pertempuran Manzikert.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Jendral tentara pihak Islam (pihak Seljuk Turki) adalah Alp Arslan yang bermarkas di dekat Manzikert. Romanus menunggu jendralnya (Si Joseph yang Turki dan Muslim itu) untuk menyerang markas Turki milik Alp Arslan itu. Tapi sang jendral Joseph Bizantin itu membelot ke pihak musuh bersama dengan pasukannya. Seperti juga pembelotan tentara Persia pada Pertempuran Qadissiyah antara Sassanid dengan Arab Muslim, ini sekali lagi membuktikan bahwa tentara Muslim tidak pernah akan setia pada atasan non-muslim !<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Dan kemenangan Muslim lagi2 dicapai dgn kecurangan. Saat matahari terbenam, kedua pasukan menarik diri setelah seharian bertempur. Pihak Turki membunyikan trompet mereka, menandakan pengakhiran sementara pertempuran. Namun etika pertempuran ini tidak diperhatikan Turki. Saat tentara Bizantin mengundurkan diri ke markas mereka untuk beristirahat, Turki menyerang mereka. Dan sebelum lonceng menandakan pukul 12 malam, Romanus sudah menjadi tawanan Alp Arslan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Jendral Turki ini berjanji untuk melepaskan sang raja itu jika ia mengembalikan kepada Turki tanah2 Bizantin yang direbut Turki. Sang raja tidak memiliki pilihan lain dan terpaksa menarik tentaranya dari seluruh kawasan Anatolia sampai Konstantinopel. Ia hanya meminta agar Alp Arslan berjanji bahwa pihak Seljuk Turki tidak akan mengganggu penduduk sipil Bizantin. Romanus-pun kembali ke Konstantinopel sambil yakin bahwa Alp Arslan tidak akan mengancam perbatasan timur kekuasaannya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Perjanjian antara Alp Arslan dengan Romanus ini menjadikan tanah Bizantin, Anatolia, sebagai wilayah Turki yang kemudian dikenal sebagai Turkestan (tanah orang Turki) atau Turki. Karena tidak lagi menghadapi tantangan akan infiltrasinya kedalam Anatolia yang Kristen, dalam beberapa dekade mereka berhasil merebut kekuasaan Anatolia dari Bizantin, dan mendekati Konstantinopel dari selat Bosporus. Merekalah yang sekarang berkuasa atas rute para peziarah Kristen lewat Anatolia ke Tanah Suci Yerusalem. Dan bisa ditebak, mulai lagi cerita2 teror Turki terhadap para peziarah Kristen. Berita ini sampai ke raja2 Eropa, bersama dengan permintaan bantuan para raja Bizantin dan mulailah perjuangan Kristen merebut kembali Bizantin dan Tanah Suci dari penjajah Muslim. Inilah asal mula Perang Salib yang dimulai pada tahun 1096 (dan berlanjut sampai 1291). Secara tidak langsung ini merupakan akibat Pertempuran Manzikert tahun 1071.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Wingdings;"><span style="">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pelajaran dari Pertempuran Manzikert dan jatuhnya Konstantinopel (1453)</span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Kristen berhasil merebut kembali Antioch, Damascus, Jerusalem, Bethlehem, Nazareth dari tangan Muslim dan menyerahkannya kepada pemilik asli, Bizantin. Tapi kemudian di tahun 1184, para Salibi dikalahkan oleh orang Kurdi dan sekutu Turki bernama Saladin. Tetapi para Salibi masih bertahan sampai Konstantinopel pada tahun 1291 sampai pertengahan abad 14 dimana Turki dibawah dinasti Ottoman secara bertahap mendorong mundur Salibi. Serangan Muslin terhadap Bizantin berikutnya terhadap Konstantinopel terjadi tahun 1350 dan kemudian pada tahun 1453, saat Turki merebut Konstantinopel dan mengakhiri kerajaan Bizantin. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Wingdings;"><span style="">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Sejarah: Pembantaian oleh Khalifah TURKI</span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Memanglah sudah menjadi tujuan bagi kaum Muslim Sunni untuk membangun kembali Khalifah yang dihapuskan oleh Kemal Ataturk pada 1924. Dalam konteks yang modern, ini berkaitan dengan cita2 para tokoh utama Islam untuk membentuk sebuah kekuasaan hegemoni Islam yang global dan bersatu. Tentu saja tidak bisa terhindarkan apabila dalam wilayah yang sangat luas itu akan ada beragam kaum minoritas agama lain. Muslim selalu ngotot menyatakan bahwa masyarakat non-muslim selalu diperlakukan dengan adil dan hormat oleh para pemimpin Muslim sejati. Oleh karena itu tulisan ini akan menyelidiki apakah klaim muslim tersebut benar demikian berdasar bukti2 sejarah Islam.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Karena di bawah kekuasaan Ottoman (Turki)-lah sebuah negara Islam sampai mencakup wilayah yang berpenghuni banyak orang Kristennya, dan sesungguhnya juga menjajah wilayah yang sangat besar di Eropa, kita akan membatasi tulisan ini kepada beberapa kejadian-kejadian penting dalam sejarahnya, khususnya setelah Khalifah terakhir dipegang oleh bangsa Ottoman Turki. Titik berat studi ini adalah untuk menyelidiki pembantaian-pembantaian yang dilakukan oleh Khalifah Ottoman Turki. Tujuan kita adalah pembuktian, jika memang hak asasi manusia yang paling mendasar, yakni hak untuk hidup, dengan seringnya dilanggar oleh Khalifah Turki, maka kaum Muslim yang ingin menghidupkan kembali Khalifah dan menggembar-gemborkan bahwa non-Muslim itu hidupnya damai sejahtera diperlakukan manusiawi di bawah kekuasaan Islam, mestinya mempunyai penjelasan yang lebih baik dari sekedar mengibuli.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">1. Timbulnya Ottoman Turki dan Penaklukan Konstantinopolis (Istanbul sekarang)</span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Kaum Turki Osmanli atau Ottoman muncul sebagai sebuah kekuatan pada abad 14M, menggantikan Emirat Turki Seljuk Konya sebelumnya [1] Mereka adalah ‘…para Muslim fanatik…Para pemimpin suku mereka disebut sebagai Ghazi, pejuang pembela aqidah Islam. Menaklukan para kafir adalah bagi mereka sebuah kewajiban ilahi.’ [2] Sebab itu, ciri-ciri jihad bagi kaum Ottoman adalah sama saja baik offensive/menyerang maupun defensive, dan sudah menjadi keyakinan mereka bahwa non-Muslim harus ditundukkan oleh pedang. Pada 1354 mereka pun menduduki Gallipoli, dan lalu meluas ke seluruh jazirah Balkan, menaklukan bangsa Serbia pada Perang Kosovo 1389, lalu meneruskan penjajahan ke Bulgaria dan Thessalia, 1393. Ini berarti bahwa ibu kota Kekaisaran Byzantium (atau apalah yang tersisa daripadanya saat itu), Konstantinopolis, sekarang sudah terkepung. ‘Tutuplah gerbang-gerbang kotamu’ kata Sultan kepada Kaisar Byzantium Manuel II (1391-1425), ‘aku toh sudah memiliki semuanya di luar kotamu’ [3]<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Saat itu tinggal masalah waktu saja kapan Konstantinopolis akan diserang, dan di bawah kekuasaan Sultan Mehmet II yang enerjetik dan kejam, orang2 Ottoman mulai mengepung ibu kota Byzantium pada April 1453 – ini bahkan bertentangan dengan sumpahnya sendiri pada saat naik tahta sultan pada 1451, bahwa sultan bersumpah demi Al-Quran kepada duta besar Byzantium bahwa dirinya akan menghormati kedaulatan wilayah yang terakhir ini. [4]<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Rupa-rupanya, sebuah sumpah kepada seorang ‘infidel/kafir’ adalah omong kosong belaka. Tidak ada alasan untuk berkata bahwa pengepungan Konstantinopolis merupakan sebuah bentuk jihad yang membela-diri, malahan, ini jelas adalah tindakan agresi yang sepihak. Mati-matian membela diri, kalah jumlah dan kalah senjata, kota itu akhirnya jatuh pada hari Senin 28 Mei 1453 (atau sumber resmi lain: Selasa 29 Mei 1453). Harus dicatat di sini bahwa pada 6 April Sultan Mehmet II mengirimkan pesan kepada Kaisar Konstantin XI, tentang sebuah maklumat yang kemudian ditolak oleh Konstantin, ‘menyatakan bahwa, sebagai mana yang tertulis dalam hukum Islam, setiap warga kota akan dibiarkan hidup jika kota diserahkan tanpa perlawanan. Implikasi maklumat ini sangat jelas: jika kota melawan, jiwa para penduduk tentu akan terancam. Dan memang inilah yang terjadi pada saat kota itu jatuh pada hari Selasa 29 Mei 1453, pasukan-pasukan Muslim membantai, menjarah, dan memperbudak masyarakat Kristiani dalam jumlah yang sangat besar Kenyataan ini, yang jarang disebutkan oleh para Muslim pada saat mereka merayakan event kemenangan mereka, memperlihatkan betapa tertanamnya nilai pembantaian dan penindasan di dalam Khalifah Ottoman, dan wajar saja beralasan bagi non-Muslim untuk was-was prihatin kapan pun mereka mendengar Muslim bernostalgia mengenang ‘kejayaan’ masa lalu mereka. Mehmet II lalu memasuki gereja agung Agia Sofia, kathedral utama kaum Kristen Timur, alih-alih dari menghormati integritas religinya, dia malah mengislamkanya, mengubahnya secara resmi jadi masjid (sekarang namanya Aya Sofia di Istanbul). Menjelang abad ke-16, seluruh Balkan sudah dijajah oleh penguasa Muslim.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">2. Kebebasan dan Harga Diri Kaum Nasrani di bawah Kekuasaan Turki Ottoman</span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Gambarannya memang tidak melulu gelap. Bangsa Turki memang mengizinkan kaum Kristen Orthodox Yunani sebuah hak otonomi internal untuk mengatur sendiri urusan-urusan sosial dan agama mereka – konsep Millat namanya. Sultan sering mengangkat seorang Yunani sebagai Grand Vizier (Wasir Agung), dan panglima dari Angkatan Laut Ottoman seringkali adalah seorang Yunani [7]. Namun bagaimana pun, status kewarganegaraan penuh hanya diperuntukkan bagi mereka yang memeluk Islam. Sultan seringkali ikut campur dalam hal pemilihan ketua gereja Orthodox (patriarch), dan bahkan bisa-bisanya mengatur urusan mereka. Pada waktu-waktu tertentu, beberapa patriarch malah dieksekusi mati. Tidak ada kebebasan beragama penuh ataupun persamaan hak.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Salah satu yang praktek2 yang paling meyakinkan untuk mempertanyakan Keagungan Khalifah Ottoman yang ‘katanya’ merupakan Masa Keemasan bagi kaum minoritas agama lain adalah rekrutmen/caranya merekrut Janissariyah (pasukan khusus Ottoman), yang dimulai pada abad 14.’ …mereka secara paksa merampas anak-anak lelaki dari keluarga Kristen yang diperbudakkan (umumnya dari keluarga orang Yunani, tapi lalu juga dari bangsa2 Armenia, Bulgaria, Albania, dan Serbia), dan membesarkan anak2 ini dalam sebuah kamp khusus. Mereka lalu melatih anak2 ini menjadi Turki fanatik, penjagal2 berdarah dingin terhadap keluarga mereka sendiri. Anak2 ini dibesarkan untuk mempercayai bahwa ayah mereka adalah sang Sultan dan jika mereka sampai tewas di medan perang berarti mereka masuk surga. Jadi, karena Angkatan Perang baru ini, Janissariah (Yeni-ceri bahasa Turkinya) orang2 Turki melanjutkan penaklukan2 mereka.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pasukan2 Ottoman lalu menyerang desa-desa Kristen, menculik anak2 kecil, yang kemudian dibawa ke Konstantinopolis sebagai serdadu-budak, dan secara paksa di-Islamkan. Mereka ini dilarang berhubungan dengan wanita, kecuali saat mereka menyerang kota atau desa musuh, itulah saatnya diperkenankan untuk menjarah dan memperkosa sepuasnya selama tiga hari berturut-turut. Hal ini berlanjut terus sampai 1700, setelah keanggotaan lambat laun berubah menjadi tradisi turun-temurun, dan akhirnya berakhir dengan penghapusan Janissariyah, setelah timbul sebuah pemberontakan. Anak-anak orang Nasrani lainnya masih saja diculik untuk dijadikan budak sebagai pembantu-pembantu istana, kasim, dan gundik (harem). Praktek-praktek macam inilah yang meninggalkan kenangan pahit bagi penduduk Balkan dan Armenia tentang masa penjajahan Muslim yang berabad-abad itu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Praktek/kebiasaan2 ini tentulah akan menjadi budaya di Eropa Barat juga jika saja pengepungan Ottoman terhadap Vienna tahun 1683 itu sampai berhasil dengan kemenangan. Lagi-lagi, tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa ini adalah jihad membela diri. Inilah agresi sepihak. Tindakan Ottoman menyerang Austria mulai membuat orang Eropa sadar akan apa yang akan menimpa mereka jika sampai Khalifah berhasil memperluas wilayahnya sampai menguasai seluruh Eropah. Anggota2 pasukan Ottoman ‘membakar habis desa-desa, memperbudak kaum wanita dan anak-anak, dan kaum lelaki yang trampil. Yang sakit dan yang tua mereka penggal. Mereka membumiratakan gereja2 dan menginjak2 lambang2 salib di tanah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Mereka sibuk ‘membakar, memperkosa, menjagal, memperbudak. <span style=""> </span>Harus diingat bahwa pasukan Muslim ini dipimpin oleh Wasir Agung sendiri, Kara Mustafa. Sulit untuk dimengerti bagaimana perilaku2 semacam itu bisa dianggap sesuatu yang membuat orang tertarik kepada Islam. Diskriminasi terhadap kaum Nasrani terus berlanjut berabad-abad di bawah pemerintahan Khalifah Ottoman. Sebuah contoh akan hal ini ditemukan di dalam perjanjian damai yang mengakhiri Perang Krimea 1854-56. Perang dimulai dari pertengkaran antar Rusia dengan Khalifah Ottoman. Kesepakatan diulangi oleh Perjanjian Paris pada Maret 1856. Biasanya perhatian utama diberikan kepada pasal Inggris dan Prancis yang melarang kapal perang Rusia di Laut Hitam. Perhatian yang lebih kecil difokuskan pada Artikel 9 dari Kesepakatan itu, yang mengharuskan Khalifah Ottoman memperlakukan penduduk dengan adil ‘tanpa membedakan agama atau ras’. Ini membuktikan bahwa Khalifah Ottoman memang benar2 terlibat dalam sebuah upaya pen-diskriminasi-an yang sistematik. Alih-alih dari menghormati kesepakatan damai, Khalifah ini malah mengeluarkan sebuah maklumat pada tahun yang sama yang mewajibkan kaum non-Muslim untuk mendapatkan izin dahulu dari sang Khalif sendiri kalau ingin membangun atau memperbaiki tempat2 ibadah. Secara effektif, ini berarti sebuah kelanjutan dari prinsip2 hukum Syari’ah Islam, dan suatu pelanggaran dari Kesepakatan Damai Paris.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Tidak hanya kebebasan kaum Nasrani yang dibatasi oleh Khalifah, harga-diri kaum Kristen ini juga sering kali diinjak-injak. Sampai menjelang Perang Besar dan pembersihan etnis 1915, orang2 Nasrani Armenia mendandani anak2 perempuan mereka supaya kelihatan seperti anak2 lelaki agar jangan sampai diperkosa atau diculik (atau dua2nya) oleh Muslim2 Ottoman. Faktanya, setiap bocah berada di bawah bahaya penculikan. Sebuah contoh yang khas dari kedengkian Muslim Ottoman terhadap orang Kristen diperlihatkan oleh bukti dokumen izin-pemakaman yang dikeluarkan oleh seorang qadi (penggawa/lurah Muslim) dalam 1855 yang diperuntukkan bagi seorang Nasrani yang wafat: ‘Kami menyatakan ini kepada pendeta gereja Maryam, bahwa bangkai si Saideh yang najis, busuk, dan bau, terkutuklah hari ini, sudah boleh dimakamkan. Tidak diragukan lagi, jika sentimen2 yang tertulis sedemikian itu dimaksudkan untuk satu saja jasad Muslim, Muslim akan mengganggap ini sebagai kebencian dan tidak berprikemanusiaan; jadi tidak sepantasnyalah mereka kaget jika lalu orang2 Nasrani pun bisa bereaksi sama, dan sulit untuk meng-iya-kan Khalifah sebagi sebuah rejim-pemerintah idaman.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">3. Pembantaian-pembantaian oleh Khalifah</span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Menjelang abad 19 kekaisaran Ottoman memudar, dan gerakan2 ke arah kemerdekaan mulai bermunculan di antara bangsa2 Balkan. Masa ini adalah cikal-bakal nasionalisme modern, dan ada suatu keinginan besar di antara orang2 Nasrani Balkan untuk membebaskan diri mereka dari para penjajah Turki (dan dalam hal bangsa Romania, dari penguasa Phanariot Yunani yang dipakai Ottoman sebagai kaki-tangan mereka). Namun, nasionalisme saja tidak cukup untuk memotivasi Eropa untuk membebaskan diri dari Turki. Sebagai Kristen, orang2 Balkan paling tinggi derajatnya hanya sebagi warga kelas dua – barang rendahan, tidak punya persamaan derajat beragama. ‘Orang-orang Nasrani, sungguh, dijauhkan dari posisi politik, diwajibkan membayar sebuah pajak khusus [Jizyah] dan pelan-pelan dimusnahkan/dibasmi secara sistematis.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">3.1 Perlawanan Yunani</span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Kekalahan2 Ottoman di tangan bangsa Polandia dan Austria di 1683, dan dalam beberapa kesempatan selanjutnya oleh orang2 Rusia, dan pendudukan sementara Morea oleh orang2 Venesia pada masa 1690an sampai 1718 membuktikan bahwa Khalifah itu bukanlah super-jagoan tanpa tanding. Percobaan2 pertama membebaskan diri oleh bangsa Serbia dipimpin oleh Kara George pada 1804. Perlawanan berhasil, namun kekuasaan Ottoman terbentuk kembali pada 1813. Perlawanan lainnya pada 1815 di bawah Milosch Obrenovitch menjadikan Serbia mendapatkan hak otonomi, dan bahkan dirinya diberi gelar ‘Pangeran Serbia’ oleh Sultan. [13] Tonggak sejarah utama, yang memulakan runtuhnya Ottoman adalah perjuangan-kemerdekaan Yunani pada 1821. Sejak zaman kebudayaan klasik Yunani, komunitas2 Yunani telah mendiami daerah2 sekitar Laut Hitam, termasuk wilayah2 yang dikuasai oleh Rusia pada abad ke-18. Asisten Militer untuk Tsar Rusia 1821 adalah seorang Yunani, Pangeran Hypsilanti, yang juga adalah pemimpin dari kelompok rahasia nasionalis Yunani yang disebut Etairia Filiki - ‘Perkumpulan para Sahabat’, yang didirikan pada 1814 di Odessa, memiliki 20,000 anggota, dan beroperasi di wilayah2 berpenduduk Yunani di dalam Kekhalifahan Ottoman. [14]<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Perlawanan dimulai secara setengah2, ketika Hypsilanti dan sekelompok orang Yunani melintasi Moldavia pada bulan Maret 1821, dan mendorong penduduk Orthodox untuk bangkit melawan penjajah Ottoman. Namun, bangsa Romania, walaupun Orthodox, bukanlah Yunani, dan tidak senang akan keunggulan orang Yunani dalam Kekhalifahan, dan konflik antara orang2 Yunani dan Romanian pun timbul. Jujur saja untuk dituliskan bahwa Hypsilanti dan pengikutnya pun pernah berperangai sejahat bangsa Ottoman yakni waktu mereka membantai sebuah komunitas Muslim lokal. [15] Karena latar belakang inilah, tidak heran jika pada bulan Juni di Skaleni para pejuang dikalahkan oleh kaum Ottoman.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Bagaimanapun, kejadian2 di Moldavia itu akhirnya memicu kebangkitan besar dari bangsa Yunani di Morea bersumber dari pengaruh Etairia Filiki . Namun sayang, sekali lagi orang Yunani menodai perjuangan mereka dengan membantai komunitas 25,000 Muslim dalam waktu enam minggu setelah pecahnya perlawanan. Kaum Ottoman pun membalas dendam dengan membantai bangsa Yunani yang ada di Thessalia, Makedonia, dan di pulau-pulau Aegean. Di salah-satu pulau ini, yaitu Chios, Ottoman menghabisi nyawa 27,000 Nasrani, termasuk kaum wanita dan anak-anak. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Hampir seluruh orang Nasrani di pemukiman Yunani di Konstantinopolis tewas dijagal. Pada Hari Paskah 1822, Patriarch Orthodox di Konstantinopolis digantung oleh Turki Ottoman, dan jenazahnya lalu dilemparkan ke selat Bosphorus, akhirnya ditemukan oleh sebuah kapal Yunani dan dibawa ke Odessa, di mana Patriarch akhirnya dimakamkan di sana sebagai martir. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pembunuhan Patriarch merupakan sebuah perhitungan yang sangat keliru dan mengundang bencana bagi Khalifah, kemuakan yang besar tersebar di mana-mana di Eropa, dan Rusia mengancam akan turun tangan. Hal kemerdekaan Yunani kini menjadi buah-bibir masyarakat Eropa yang prihatin melihat sesama saudaranya Nasrani ditindas, dibantai dan tawanan2 Kristen Yunani dijual sebagai budak di Mesir. [19] Kesalehan beragama Raja Charles X dari Prancis membawanya untuk mendukung perjuangan kaum Nasrani Yunani. Pujangga terkenal Inggris, Lord Byron, sebagaimana banyak orang Eropa lainnya, menjadi sukarelawan berjuang bersama-sama orang Yunani, dan gugur di sana. Di sisi lain, banyak Muslim mengikuti panggilan jihad melawan kafir yang dikumandangkan oleh Khilafah pada bulan Maret 1821.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Kemenangan2 militer, terutama angkatan laut Yunani menyebabkan Khalifah mencari bala bantuan Muhammad Ali, wakilnya di Mesir, supaya turun tangan dengan armada Mesirnya, dia dijanjikan wilayah2 Morea, Kreta, dan Lebanon. Putra Muhammad Ali, Ibrahim, mendarat di Pulau Kreta di mana populasi pada waktu itu kurang-lebih sepertiganya Muslim, dan mulai membantai masyarakat Nasrani yang mayoritas. Seperti itu juga, ketika pasukan2 Ibrahim mendarat di Morea, ‘mulailah mereka menyapu bersih penduduk Yunani.’ [20] Haruslah dinyatakan di sini bahwa inilah perintah Khalifah, yang didesak oleh para ulama Muslim, bahwa ‘para pemberontak harus diperangi secara terbuka dan dihabisi oleh pedang, harta-milik mereka harus dirampas dan anak-istri mereka harus dihabiskan, dijadikan budak’ [21]. Seperti yang telah kita lihat, baik perbudakan maupun genocide (pemusnahan massal) sebenarnya memang telah terjadi – ‘seluruh populasi penduduk Yunani daratan terancam oleh kepunahan massal’ [22].<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pemusnahan massal dan ancaman campur-tangan Russia akhirnya menyebabkan the Great Powers (Sekutu), yang dipimpin oleh Inggris, turun tangan dalam pertempuran di Navarino pada 1827, yang mana mereka menghancurkan armada2 Ottoman dan Mesir, dan memberikan jalan bagi pasukan2 Prancis untuk menyerbu Morea, sedangkan pasukan2 Rusia maju ke daerah Trachea. Haruslah dinyatakan di sini bahwa sebelumnya ini terjadi, Sekutu (The Powers) telah menawarkan kepada Ottoman kesepakatan untuk membiarkan Ottoman Turki tetap berkuasa secara simbolik dan Yunani sebagai daerah jajahan dengan status otonomi penuh, tetapi sang Khalifah, yang kukuh dengan prinsip Islamnya akan hal menundukkan kaum non-Muslim, menolak tawaran tersebut. Kesalah-perhitungan ini akhirnya membawa Sekutu untuk memperjuangkan kemerdekaan penuh Yunani di tahun 1832.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">3.2 Pembantaian-pembantaian Khilafah dari 1840-1860</span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Fakta, bahwa kejadian pembunuhan massal (genocide) yang berulang-ulang yang akhirnya membawa intervensi Barat dalam urusan2 Ottoman, akhirnya meruntuhkan pula Negara itu. Pada 1842, Muslim terlibat dalam pembantaian2 berikut:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Badr Khan Bey, seorang pemimpin (Amir) Kurdi Hakkari, bersama2 dengan pasukan2 Kurdi lainnya yang dipimpin Nurallah, menyerang orang2 Assyria, bermaksud untuk membakar, membunuh, menghancurkan, dan, jika mungkin, memunahkan seluruh bangsa Assyria dari daerah2 pegunungan. Kaum Kurdi yang ganas ini melumatkan dan membakar apa saja yang mereka temui. Pembantaian tanpa pandang bulu terjadi. Para wanita dibawa ke hadapan sang Amir dan dibantai dengan darah dingin. Insiden berikut ini menggambarkan betapa buasnya perbuatan mereka: ibunda Mar Shimun, Patriarch (Bapa Gereja Timur) yang sudah berusia lanjut, ditangkap oleh mereka, dan lalu setelah melakukan hal-hal biadab yang luar biasa memuakkan kepadanya, mereka membelah tubuhnya menjadi dua bagian dan melemparkannya ke sungai Zab, seiring dengan seruan “pergilah dan bawalah ke putramu yang terkutuk itu pengetahuan bahwa nasib yang sama sedang menunggunya.” Hampir sepuluh ribu orang Assyria dibunuh, dan sejumlah yang sama banyaknya dari kaum wanita dan anak2 dibawa sebagai tawanan, hampir seluruhnya dikirim ke Jezirah untuk dijual sebagai budak2, untuk dipersembahkan sebagai hadiah2 bagi tokoh-tokoh Muslim yang berpengaruh. (Death of a Nation, pp. 111-112). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Kejadian yang sama berlangsung tahun 1846. [24] Dalam kedua kasus tersebut tidak pernah sekalipun Pemerintah Ottoman maupun aparat2 keamanannya turun tangan untuk mencegah pembantaian2 atau menghukum para pelaku pembunuhan, suatu tanda bahwa mereka justru gembira dengan perbuatan2 tsb, jadi membuat pemerintahan Khalifah sebagai oknum pembantu kriminal pembantaian massal. Pada 1847, pasukan2 Muslim membantai lagi 30,000 anggota komunitas Nasrani Assyria. Sebagai satu contoh telak betapa bersekongkolnya Pemerintah dalam pembantaian2 kaum Nasrani bermula dari individual Muslim terjadi di Lebanon dan Syria pada 1860, yang mana akhirnya hanya bisa dihentikan lewat campur tangan pasukan2 Perancis:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Di Lebanon, dari April sampai Juli, lebih dari 60 desa di Al-Matn dan Al-Shuf dibumihanguskan oleh kaum Druze dan pasukan2 Kurdi. Menyusul kemudian kota2 besar. Komandan garnisun Ottoman menawarkan lagi perlindungan kepada penduduk Maronite (Kristen), seperti yang telah ditawarkannya kepada desa2 yang lebih kecil, meminta mereka menyerahkan senjata dan lalu menyembelih mereka di penginapan padang pasir lokal. Begitulah nasib dari Dayr al-Qamar, yang kehilangan 2600 penduduknya; Jazzin dan sekitarnya, di mana 1500 dibantai; Hasbayya, 1,000 dari 6,000 disembelih secara keji; Rashayya, 800 tewas. Perintah komando bagi Hasbayya yaitu semua laki-laki di antara 7 sampai 70 tahun harus disembelih. Mata buas mereka berpesta-pora menyaksikan mayat-mayat muda dan tua yang mereka sembelih dicabik-cabik di pekarangan istana Shihabi. Zahla, kota terbesar di antara semuanya dengan 12,000 penduduk, bertahan sementara waktu sampai akhirnya harus tunduk di bawah serbuan pasukan termasuk kaum penyerang dari Harwan dan suku2 Beduin dari padang pasir. Kota itu terletak nyaman di lembah yang curam terbentuk oleh jalur Bardawni yang mengalir dari Gunung Sannin. Tidak satu rumahpun lolos dari amukan api. Total hilangnya jiwa dalam masa tiga bulan dan rentang jarak beberapa kilometer diperkirakan mencapai 12,000. Dari Lebanon api kebencian menjalar ke Damascus dan menyulut tangki kedengkian Muslim yang terbentuk oleh kebijakan Ibrahim Pasha dan hukum2 egalitarian Khatti Humayyun. Wilayah pemukiman Assyrian dibakar dan sekitar 11,000 penghuninya disembelih. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">3.3 Pembantaian-pembantaian Balkan 1870an</span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Di Bosnia-Herzegovina, para petani di pedesaan Kristen masih tinggal di bawah sistem penghambaan, dan dibebankan atas mereka pajak2 yang berat oleh Khalifah, yang tidak berlaku untuk para Muslim. Penduduk Balkan menderita oleh panen gagal tahun 1874, kelaparan menimpa mereka, namun Turki Ottoman, jauh dari itikad menolong mereka, masih saja menuntut pajak2 – sekali lagi, ini dipengaruhi oleh Syari’ah Islam. [26] Himpitan-tekanan bathin ini akhirnya meledak pada 1875, orang Kristen Bosnia-Herzegovina memberontak terhadap Khilafah. Perlawanan menyebar sampai ke Serbia dan Montenegro, yang telah berstatus otonomi sejak 1829 meskipun masih bersujud kepada Ottoman. Segera saja perjuangan menyebar juga ke Bulgaria, yang belum diberikan hak pemerintahan sendiri di bawah Khilafah, karena adanya komunitas2 besar Turki dan Muslim di sana dan jaraknya yang dekat ke ibukota Istanbul.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""> </span>‘Sultan yang baru naik tahta, Abdul Hamid II (dikenal dalam sejarah sebagai “Red Sultan”) tidak berkompromi sedikitpun dengan para pemberontak.’ [27] Kebijakan Khalifah adalah pemusnahan massal (genocidal): ‘seluruh desa diluluhlantakkan, penduduknya disembelih. Penghuni penjara2 Bulgaria ditembak mati setelah lebih dulu disiksa dengan sangat biadab.’ [28] Antara April sampai Agustus 1876 ribuan warga Nasrani Bulgaria secara mengerikan dibantai oleh pasukan2 Khalifah – dalam satu bulan Mei saja 12,000 laki2, perempuan, dan anak2 disembelih dengan brutal. [29] Sekutu mencoba membujuk Khilafah dengan menawarkan perjanjian Andrassy (berdasarkan nama seorang menteri Hungaria), menawarkan proposal untuk mereformasi kebijakan2 Ottoman, yang mana secara pura-pura diterima oleh Sultan. Kaum Nasrani Balkan,bagaimanapun, sudah kenyang dengan pahitnya pengalaman, tidak percaya lagi dengan janji-janji Turki Ottoman yang tidak didukung oleh jaminan penuh dari Barat.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Sekutu, dengan pengecualian Inggris, saat itu mengirimkan Memorandum Berlin kepada Kalifah Ottoman, dengan ancaman akan turun tangan membantu perlawanan Balkan apabila tawaran reformasi tidak juga dilaksanakan dalam dua bulan. Namun, tanpa hadirnya Inggris, Ottoman merasa di atas angin untuk menghiraukan saja tawaran tersebut. Russia bersiap-siap untuk menyerbu Khalifah Ottoman, tetapi ini dicegah oleh sebuah konferensi international di Konstantinopolis di mana Abdul Hamid II menyetujui reformasi konstitusional, yang diajukan oleh menterinya, Midhat Pasha, yang berpandangan liberal, yang mana dimasukkan juga di situ perlakuan2 yang lebih manusiawi bagi orang2 Kristen/Nasrani. Namun juga, segera saja setelah konferensi dibubarkan, Midhat Pasha dicopot dan dibunuh beberapa waktu kemudian. Undang2 yang baru itu segera juga dicabut kembali, bersama dengan jaminan2 perlindungan bagi umat Kristiani. Ini menunjukkan bahwa penganiayaan atas umat Kristiani memang akan terus-menerus terjadi selama masih ada Khalifah di bumi ini.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Akhirnya, kelicikan dan pengkhianatan janji Ottoman menghasilkan penyerbuan Russia-Romania, dan puncaknya Inggris campur-tangan, membawa hasil akhir Perjanjian Berlin 1878 yang mengakui kemerdekaan total dari Serbia, Romania, dan Montenegro, sedangkan Austria mengambil-alih Bosnia dan daerah Sandjak dari Novibazar. Bulgaria mendapatkan hak pemerintahan sendiri, dengan Rumelia timur, yang berbatasan dengan Thrakia timur, selalu harus diperintah oleh seorang Gubernur yang Kristen. [31] Perang telah membuat Khalifah kehilangan banyak sekali wilayah di Eropa, inilah masa untuk bersuka bagi para umat Kristiani Balkan. Namun demikian haruslah diakui juga, bahwa di negara2 Balkan yang baru saja merdeka setelah 1878 itu terdapat rasa benci dan perlakuan kejam terhadap kaum penduduk Muslim mereka, sama seperti yang dilakukan Khalifah terhadap umat Kristiani, dan sebagai hasilnya, banyak umat Muslim setelah sering menerima penganiayaan, hijrah ke Kesultanan Ottoman.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Kerugian yang lebih besar lagi bagi Khalifah Ottoman ialah hilangnya dukungan Inggris. Khabar2 mengenai pembantaian2 orang Bulgaria disambut dengan kemurkaan massa. Perdama Menteri, Disraeli, karena kuatir akan rencana2 expansi Russia, membantah berita2 pembantaian itu sebagai propaganda semata – ‘gossip warung kopi’ katanya. Namun pemimpin oposisi, Gladstone, menuliskan sebuah pamflet yang terkenal dengan judul The Bulgarian Horrors and the Question of the East , yang sangat laku terjual. Untuk sementara waktu, Khalifah Ottoman dianggap sebagai sumber kejijikan seperti orang memperlakukan Nazi Jerman sekarang. Situasi ini masih saja diperparah oleh tindakan2 Sultan-Khalifah Abdul Hamid yang melanggar janji2nya sendiri tentang perlakuan manusiawi untuk umat Kristiani yang dia tandatangani di Kongres Berlin. [32]<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">3.4 Pembantaian-pembantaian tahun1890an</span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Di sisi lain, Turki Ottoman terus saja membantai seluruh komunitas Kristiani, kejadian yang paling menonjol adalah pembantaian antara 1894-96 di mana ribuan umat Kristiani Armenia dan Assyria – lebih dari 300,000 – dibantai secara brutal dimulai gara-gara keinginan Sang Sultan Merah Abdul Hamid II. Jerman telah memberinya angin untuk melawan setiap reaksi Eropa, dan ternyata dia betul. Enam ribu umat Kristiani Armenia dibunuh hanya Konstantinopolis saja. [33] Di Inggris, Gladstone berhenti dari istirahat untuk menuntuk tindakan melawan Ottoman, dan Pemerintah Inggris memang berusaha membujuk Sekutu untuk melakukan sesuatu, namun tidak ada tindakan nyata. [34] Menghadapi partisan2 nasionalis di Makedonia, provinsi Eropa terakhir yang masih di bawah kontrol penuh Ottoman, pasukan2 Turki membablas tanpa rintangan. Diperhadapkan dengan perlawanan di Pulau Kreta pada 1897, pemerintah Turki bukan saja menekan pemberontakan tapi juga maju berperang melawan Yunani, mengalahkan musuh lama itu, hanya kemudian Sekutu turun tangan dan menuntut pengangkatan Gubernur yang Kristiani untuk pulau tersebut.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">3.5 Pembantaian massal 1915 (yang terkenal dan ditutup-tutupi sampai sekarang)</span></b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pada 24 April 1915 pemerintah Ottoman memerintahkan pengusiran (deportasi) seluruh penduduk Kristiani Armenia dan Assyria di Asia Minor Timur ke Syria dan Iraq, yang masa itu masih menjadi bagian Kekhalifahan Ottoman, dan membantai banyak jumlah dari mereka. Pembantaian berlanjut sepanjang tahun. Menjelang 1915, 1,500,000 orang Armenia dan 250,000 Assyria telah hilang nyawanya. Banyak kaum wanita diperkosa dan anak2 diculik dan dijadikan budak untuk lalu dibesarkan sebagai Muslim. Banyak umat Kristiani – terlebih kaum perempuan – disalib (gambar2 fotografi masih ada sampai sekarang).<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Sekitar 200,000 orang Armenia lolos dari pembantaian/pembersihan etnis dengan cara masuk memeluk Islam. Seluruh desa masuk Islam demi menghindari pembantaian. Gereja2 dihancurkan atau dikotori dengan cara diubah menjadi lumbung2 tani. Upaya-upaya serius dilakukan untuk menghancurkan setiap jengkal jejak-jejak warisan budaya Kekristenan di wilayah2 bersangkutan. ‘Dalih’ Ottoman untuk membenarkan perbuatan mereka adalah bahwa orang2 Armenia adalah pilar kelima dan bahwa ada orang2 Armenia yang menjadi tentara Russia. Mereka tidak peduli kenyataan bahwa orang2 Armenia Rusia itu tidak punya banyak pilihan, bahwa ada orang2 Muslim Turki juga yang menjadi tentara Russia, dan bahwa orang Assyrian ada sangat sedikit kalaupun ada yang bergabung dengan tentara Russia. Pada 1914 orang2 Armenia Ottoman menyatakan kesetiaan mereka kepada negara, meski ada pembelotan2 yang terisolasi dan sebuah perlawanan kecil di Cilicia. Ottoman secara salah menuduh bahwa ada pemberontakan di Van, dan bahwa ada pembunuhan dalam konteks perang saudara. Pernyataan ini jelas salah, karena 250,000 orang Armenia tergabung di dalam angkatan perang Ottoman. Bahkan, prajurit2 Armenia menyelamatkan seorang pemimpin Ottoman, Enver Pasha, yang hampir ditangkap tentara Russia ketika kalah berperang. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p><p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p>Sumber : Dapet email dr kaka
<br /></o:p></span></p> kulingetikhttp://www.blogger.com/profile/13154004340632680631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2285591517006369783.post-27324143085712212002010-10-14T23:31:00.000-07:002010-10-14T23:32:03.011-07:00DESENTRALISASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:Wingdings; panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:2; mso-generic-font-family:auto; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;} @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-bidi-font-family:Arial;} p.MsoFooter, li.MsoFooter, div.MsoFooter {mso-style-priority:99; mso-style-link:"Footer Char"; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; tab-stops:center 234.0pt right 468.0pt; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-bidi-font-family:Arial;} p.MsoNoSpacing, li.MsoNoSpacing, div.MsoNoSpacing {mso-style-priority:1; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-bidi-font-family:Arial;} span.FooterChar {mso-style-name:"Footer Char"; mso-style-priority:99; mso-style-unhide:no; mso-style-locked:yes; mso-style-link:Footer; mso-ansi-font-size:11.0pt; mso-bidi-font-size:11.0pt;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; font-size:10.0pt; mso-ansi-font-size:10.0pt; mso-bidi-font-size:10.0pt; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-bidi-font-family:Arial;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:4.0cm 3.0cm 3.0cm 4.0cm; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:545722579; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1438351714 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;} @list l0:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt; font-family:Symbol;} @list l1 {mso-list-id:604727728; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1667283038 67698699 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;} @list l1:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt; font-family:Wingdings;} @list l2 {mso-list-id:773280243; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-133786836 1591359782 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l2:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:54.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l3 {mso-list-id:939484975; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1578583520 -1099251360 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l3:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:54.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l4 {mso-list-id:1133789073; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-971202906 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693 67698689 67698691 67698693;} @list l4:level1 {mso-level-number-format:bullet; mso-level-text:; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:72.0pt; text-indent:-18.0pt; font-family:Symbol;} @list l5 {mso-list-id:1426464697; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:2090350684 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l5:level1 {mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:72.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l6 {mso-list-id:1493839467; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:591291116 -1099251360 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l6:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; margin-left:54.0pt; text-indent:-18.0pt;} ol {margin-bottom:0cm;} ul {margin-bottom:0cm;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif";} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Bila otonomi daerah menunjuk pada hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat, maka hal tersebut hanya mungkin jika Pemerintah Pusat mendesentralisasikan atau menyerahkan wewenang pemerintahan kepada daerah otonom. Inilah yang disebut dengan desentralisasi. Mengenai asas desentralisasi, ada banyak definisi. Secara etimologis, istilah tersebut berasal dari bahasa Latin <b><i>“de”</i></b>, artinya <i>lepas</i> dan <b>“centrum”</b>, yang berarti <i>pusat</i>, sehingga bisa diartikan melepaskan dari pusat. Sementara, dalam <i>Undang-undang No. 32 tahun 2004, bab I, pasal 1</i> disebutkan bahwa:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">“<b><i> </i></b><i>Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan RI<b>”.<o:p></o:p></b></i></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Istilah desentralisasi muncul dalam paket UU tentang otonomi daerah yang pelaksanaannya dilatarbelakangi oleh keinginan segenap lapisan masyarakat untuk melakukan reformasi dalam semua bidang pemerintahan. Menurut Bray dan Fiske (Depdiknas, 2001:3)<b><i> desentralisasi pendidikan adalah suatu proses di mana suatu lembaga yang lebih rendah kedudukannya menerima pelimpahan kewenangan untuk melaksanakan segala tugas pelaksanaan pendidikan, termasuk pemanfaatan segala fasilitas yang ada serta penyusunan kebijakan dan pembiayaan.</i></b> <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Sementara itu, menurut Fakry Gaffar (1990:18) desentralisasi pendidikan merupakan sistem manajemen untuk mewujudkan pembangunan pendidikan yang menekankan pada keberagaman, dan sekaligus sebagai pelimpahan wewenang dan kekuasaan dalam pembuatan keputusan untuk memecahkan berbagai problematika sebagai akibat ketidaksamaan geografis dan budaya, baik menyangkut substansi nasional, internasional atau universal sekalipun.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Desentralisasi pendidikan atau otonomi pendidikan merupakan salah satu model pengelolaan pendidikan dengan memberikan suatu pendelegasian kewenangan tertentu di tingkat sekolah untuk membuat keputusan-keputusan yang bekenaan dengan upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan serta sumber daya manusia termasuk profesionalitas guru<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;"><o:p> </o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Wingdings; color: black;"><span style="">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><b><i><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif"; color: black;">Konsep Dasar Perlunya Desentralisasi Pendidikan<o:p></o:p></span></i></b></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Desentralisasi pendidikan merupakan salah satu model pengelolaan pendidikan dengan memberikan suatu pendelegasian kewenangan tertentu di tingkat sekolah untuk membuat keputusan-keputusan yang bekenaan dengan upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan serta sumber daya manusia termasuk profesionalitas guru yang belakangan ini dirisaukan oleh berbagai pihak, baik secara regional maupun secara internasional. Sistem pendidikan yang selama ini dikelola dalam suatu iklim birokratik dan sentralistik dianggap sebagai salah satu sebab yang telah membuahkan keterpurukan dalam mutu dan keunggulan pendidikan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Banyak orang beranggapan bahwa pelaksanaan otonomi daerah memberikan harapan pada perbaikan penyelenggaraan pendidikan yang pada gilirannya meningkatkan kualitas out putnya. Namun ternyata harapan itu menghadapi berbagai tantangan salah satunya adalah banyak pemegang kebijakan yang pola pikirnya masih sangat procedural sehingga menghambat lahirnya kreatifitas, motivasi, dan upaya-upaya inovasi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Hadirnya buku yang memaparkan berbagai perubahan dalam penyelenggaraan pendidikan sebagai akibat dari diimplementasikannya kebijakan otonomi daerah ini, diharapkan mampu membuka wawasan tentang arti pentingnya otonomi di bidang pendidikan, konsep tentang desentralisasi pendidikan, peningkatan kapasitas otonomisasi sekolah, pelaksanaan manajemen berbasis sekolah (MBS), pemberdayaan komite sekolah, pengelolahan system manajemen pendidikan di sekolah, otonomi perguruan tinggi, dan otonomi pada lembaga pendidikan islam.
<br />Buku ini terdiri dari sepuluh bab dan satu bab penutup. Pada bab pertama dijelaskan mengenai konsep otonomi dan desentralisasi pendidikan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Menutut bahasa otonomi adalah pengundangan sendiri. Tetapi secara konseptual, otonomi diartikan sebagai hak mengatur dan memerintah daerah sendiri. Menurut undang-undang no 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah pada pasal 1 ayat 5, dikemukakan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban untuk mengatur serta mengurus sendiri sesuai dengan peraturan perundangan. Dari beberapa konsep di atas dapat disimpulkan bahwa otonomi daerah adalah kewenangan untuk mengatur daerahnya sendiri tanpa campur tangan pihak lain ataupun pemerintah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Otonomi daerah sebagai desentralisasi pemerintahan yang tujukan untuk memnuhi kebutuhan dan kepentingan bangsa. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang yang semula bersal dari pemerintah pusat menjadi wewenang pemerintah daerah. Kewenangan pengolahan pendidikan berubah dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Desentralisasi pendidikan merupakan pelimpahan kekuasaan dan wewenang yang lebih luas kepada daerah untuk membantu perencanaan dan pengambilan keputusan sendiri dalam menghadapi masalah di bidang pendidikan. Desentralisasi adalah sebuah system manajemen untuk mewujudkan pembangunan pendidikan yang menekankan pada kebinekaan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">kebijakan desentralisasi pendidikan dan kendali pelaksanaan.
<br />Untuk melaksanakan desentralisasi pendidikan terdapat kendala yang perlu diatasi yaitu masalah yang berkaitan dengan substansi manajemen pendidikan antara lain:
<br />masalah kurikulum peningkatan relevansi dan tuntutan perkembangan kebutuhan masyarakat perlu dilakukan manajemen kurikulum yang berangkat dari satu prediksi yang dapat memberi gambaran kepada masyarakat tahun mendatang.
<br />masalah sumberdaya ,manusia sumberdaya manusia yanb kurang professional akan menghambat system pendidikan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">masalah dana, sarana dan prasarana anggaran pendidikan yang diakomodasikan APBD sedangkan pada bidang perlengkapan seringkali terjadi perebutan aset antara departemen dan provinsi masalah organisasi kelembagaan
<br />jenjang dan jenis kelembagaan pendidikan dipilah-pilah sehingga seperti tidak mempunyai hubungan antara satu dengan yang lain. Misalnya perguruan tinggi dengan sekolah menengah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Wingdings;"><span style="">Ø<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><b><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Implikasi umum desentralisasi pendidikan.<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Implementasi otonomi pendidikan disamping memiliki segi positif namun membawa konsekuensi yang besar dalam berbagai hal yaitu dalam bidang pemerintahan, dalam hal operasional dan dalam bidang social dan dalam bidang pembelajaran yang belum bisa berjalan dengan optimal karena masih banyak guru yang apatis dalam menanggapi pembaharuan pendidikan. Dalam hal anggaran pendidikan dan komite sekolah serta dewan pendidikan. Dalam upaya membangun otonomisasi pendidikan secar benar maka dalam bidang pendidikan akan terbentuk pola manajemen sebagai berikut:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">manajemen berbasis sekolah<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">perlibatan masyarakat<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">pemberdayaan sekolah<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">meniadakan penyeragaman <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Manajemen berbasis sekolah Adalah salah satu model manajemen pendidikan berbasis pada otonomi atau kemandirian sekolah dan aparat daerah dalam menentukan arah kebijakan serta jalannya pendidikan daerah masing-masing.
<br />Konsep manajemen berbasis sekolah:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">pembuatan keputusan pendidikan yang bersifat kolegal<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">dalam beberapa hal akan menentukan cara pengambilan keputusan yang hirarkis dan berdasarkan posisi<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">prinsip tim digunakan dalam mengelola dan menjalankan kegiatan sekolah
<br />d. perencanaan yang komperhesif merupakan kendaraan untuk memperbaiki program yang berpusat pada sekolah dan untuk menetapkan prioritas. Dan diperlukannya semangat untuk pengambilan keputusan berdasarkan data.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Tujuan manajemen berbasis sekolah</span> <span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">(MBS):<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">meningkatkan mutu pendidikan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">meningkatkan tanggungjawab sekolah kepada orang tua dan masyarakat<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">meningkatkan kompetensi yang sehat antar sekolah<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">karakteristik MBS: otonomi sekolah, kerjasama, fleksibilitas, dan peningkatan partisipasi. Hubungan antara MBS dan desentralisasi adalah pemberian wewenang kepada sekolah untuk kebebasan menata organisasi sekolah, manajemen, pengelolahan kelas, optimalisasai, kerjasama kepalasekolah, orang tua dan guru, dan pemberian kesempatan yang kreatif dan inovatif kepala sekolah.
<br />Pemberdayaan komite sekolah Adalah sebuah badan yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolahan pendidikan di satuan pendidikan baik pendidikan pra sekolah. Pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Struktur organisasi komite sekolah menurut AD/ART adalah terdiri dari ketua, sekertaris, bendahara dan apabila perlu dilengkapi dengan bidang-bidang yang ada.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Otonomi pendidikan dan pengelolahan MBS adalah suatu proses yang merupakan daur atau siklus penyelenggaraan pendidikan dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan pelaksanaan pemantauan dan penilaian tentang usaha sekolah untuk mencapai tujuan Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus mempunyai organisasi yang baik, manajemen personal, manajemen kurikulum, manajemen sarana dan prasarana, manajemen kesiswaan dan lain-lain agar tujuan pendidikan dapat tercapai sepenuhnya. Adapun ciri organisasi pendidikan antara lain:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">masukan dasarnya ikut aktif dalam menentukan pencapaian tujan oerganisasi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Sebagai organisasi non profit<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Bersifat irevesibel<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Cenderung sukar berubah<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 13.5pt; text-align: justify; text-indent: -13.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Laba intensif berkembang<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Prinsip dasar yang haru dipegang kepala sekolah untuk melakukan manajemen personal adalah:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">a. SDM merupakan kompenen yang paling berharga<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">b. SDM akan berperan dengan optimal jika dikelola dengan baik<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">c. Kultur dan suasana dalam organisasi sekolah<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">d. Mengupayakan agar setiap warga sekolah dapat bekerjasama dengan baik
<br />Selain itu pengelolahan kurikulum di sekolah harus melalui beberapa tahap berikut:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">tahapan perencanaan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">pengorganisasian dan koordinasi<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">pelaksanaan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">dan pengendalian<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">Sedangkan dalam bidang sarana dan prasarana dibedakan menjadi tiga bagian yaitu alat pelajaran, alat peraga, dan media pengajaran. Manajemennya meliputi: penentuan kebutuhan, proses pengadaan, pemakaian, pencataan, dan pertanggungjawaban dalam bidang menajemen kesiswaan terdapat beberapa prinsip diantaranya :<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">siswa diperlakukan sebagai objek<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">keadaan dan kondisi siswa sangat beragam<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">siswa akan mempunyai motivasi belajar jika ia menyenangi bahan yang diajarkan<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: Symbol;"><span style="">·<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";">pengembangan potensi siswa</span></p><p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;">
<br /></p><p class="MsoNoSpacing" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;">sumber : internet brows by KAKA ika :D
<br /><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p></o:p></span></p> <span class="fullpost"> </span>kulingetikhttp://www.blogger.com/profile/13154004340632680631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2285591517006369783.post-14740478123887544462010-05-19T22:05:00.000-07:002010-05-19T22:08:42.618-07:00sepuluh resep masakan yahuuud.. :)<div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">MARTABAK MALABAR (TELUR)</span><br /></div><br /><span style="font-weight: bold;">BAHAN : </span><br />- Untuk kulit : - 1 st tepung kanji (sagu)<br />- 2 sm tepung beras<br />- 1 butir telur<br />- ½ gelas air<br />- Sedikit garam<br />- Untuk Isi : - 2 batang daun bawang diiris halus<br />- 1 butir bawang Bombay diiris halus<br />- ½ ons daging cincang<br />- 1 butir telur<br />- Lada, garam dan vetsin<br /><br /><span style="font-weight: bold;">CARA MEMBUATNYA : </span><br />Auk semua bahan kulit menjadi satu, masak di kuali seperti membuat telur dadar, masukkan adonan isi di tengahnya, lipat kulit menjadi 4 Balok hingga matang.<br /><br /><br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">KUE DADAT TERIGU</span><br /></div><br /><span style="font-weight: bold;">BAHAN : </span><br />- ½ kg terigu<br />- ½ kg gula pasir<br />- ½ butir kelapa<br />- 2 butir telur<br />- Vaneline, garam, dan pasta pandan secukupnya.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">CARA MEMBUATNYA : </span><br />Telur dikocok hingga berbusa, tambah gula kocok lagi hingga kental, masukkan terigu perlahan-lahan aduk hingga rata. Masak sesendok – sendok dan beri inti unti dari kelapa parut dan gula merah.<br /><br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">HAMBURGER – STEAK</span><br /></div><br /><span style="font-weight: bold;">BAHANNYA : </span><br />- ¾ kg, daging sapi (cincang)<br />- 3 sendok makan tepung roti<br />- ½ ons bawang Bombay<br />- 2 telur ayam<br />- 1 sendok teh garam<br />- 1 sendok teh merica<br />- 1 sendok makan L & P saus (Worchister sause)<br />- 2 sendok makan susu murni<br />- 2 sendok teh minyak<br /><br /><span style="font-weight: bold;">CARANYA :</span><br />1. Bawang Bombay diiris, tumis hingga layu<br />2. Daging cincang dicampur dengan tepung roti, susu, aduk rata kemudian campurkan bawang Bombay, telur, garam merica, dan worchister saus<br />3. Cetak adonan menurut selera (tapi agak tipis)<br />4. Panaskan kuali setelah itu dagingnya tutup ± 15 menit (tergantung tebal tipisnya adonan)<br />5. Dimakan dengan saus tomat.<br /><br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">AYAM GORENG</span><br /></div><br /><span style="font-weight: bold;">BAHANNYA : </span><br />- 1 ekor ayam ± 9 ons<br />- 1 kg minyak<br />- 2 sendok makan kecap vetsin<br />- 1 sendok makan merica<br />- ¼ sendok teh garam<br /><br /><span style="font-weight: bold;">SAUSNYA : </span><br />- 2 sendok makan mentega<br />- 2 sendok makan air<br />- 2 maggie blok ayam<br />- 1 sendok makan kecap inggris<br />- Jeruk limau<br /><br /><span style="font-weight: bold;">CARANYA : </span><br />1. Ayam dibersihkan dari gajihnya, lalu ditusuk dengan garpu, lalu lumuri dengan bumbunya dan biarkan ± 1 – 2 jam<br />2. Panaskan minyak sampai panas sekali dalam kuali.<br />3. Masukkan ayamnya, goring ± 6 menit dalam kuali tutup api medium<br />4. Kemudian ayam dibali, tunggu ± 6 menit lagi<br />5. Setelah matang, ayam dipotong kecil-kecil lalu disiram dengan saus yang telah dipanaskan terlebih dahulu<br />6. Hidangkan dengan jeruk limau<br /><br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">AYAM GORENG TEPUNG </span><br /><span style="font-weight: bold;">(KENTUCKY FRIED CHICKEN)</span><br /></div><br /><span style="font-weight: bold;">BAHANNYA : </span><br />- 1 ekor ayam dipotong-potong<br />- ½ ons tepung terigu<br />- 2 sendok the garam<br />- 1 sendok the merica<br />- 1 sendok the paprika powder (Lombok kering)<br />- ½ botol minyak goreng<br />- 1 jeruk nipis<br /><br /><span style="font-weight: bold;">CARANYA : </span><br />1. Ayam dibumbui garam, merica dan jeruk nipis<br />2. Tepung terigu dicampur dengan garam, merica paprika powder aduk hingga rata, masukkan ayam dalam tepung<br />3. Panaskan minyak goreng dalam kuali setelah benar-benar panas masukkan ayamnya dan tutup<br />4. Kalau ayam terendam seluruhnya dalam minyak, maka tidak perlu dibalik, tunggu selama ± 15 menit, angkat.<br /><br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">AYAM COCA-COLA</span><br /></div><br /><span style="font-weight: bold;">BAHANNYA : </span><br />- 1 ekor ayam<br />- 1 botol kecil coca – cola<br />- 1 sendok makan minyak goreng<br /><br /><span style="font-weight: bold;">BUMBU-BUMBUNYA : </span><br />- 1 potong kecil jahe<br />- 3 siung bawang putih<br />- 3 sendok makan Mushroom soycve (beli di supermarket)<br />- ½ sendok teh garam<br /><br /><span style="font-weight: bold;">CARANYA : </span><br />1. Cincang bawang putih dan jahe sampai halus-halus<br />2. Kemudian campurkan ini digorengkan dengan minyak sampai kuning dan wangi dalam kuali<br />3. Kemudian masukkan ayam tadi yang sudah dipotong-potong, aduk sampai rata<br />4. Setelah itu masukkan Mushroom Soyce, garam dan coca-cola, Masak dengan api medium sampai agak kental selama ± 25 menit.<br /><br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">SOP – AYAM </span><br /></div><br /><span style="font-weight: bold;">BAHANNYA : </span><br />- 1 ekor ayam<br />- ½ kg kentang kupas (potong segi empat kecil)<br />- ½ kg wortel (potong kecil-kecil)<br />- ½ kg buncis (potong kecil-kecil)<br />- 1 ons bawang Bombay<br />- 2 sendok makan mentega<br />- 1 sendok the merica, garam dan pala secukupnya<br /><br /><span style="font-weight: bold;">CARANYA : </span><br />1. Panaskan mentega dalam kuali dan masukkan bawang Bombay, goreng hingga kuning<br />2. Masukkan ayam yang sudah dipotong-potong, kentang, wortel, buncis dan beri air secukupnya, masukkan merica, garam dan pala. Masak selama ± 20 menit.<br /><br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">WINGKO BABAT</span><br /></div><br /><span style="font-weight: bold;">BAHANNYA : </span><br />- ½ butir kelapa muda diparut<br />- ½ butir kelapa tua diambil santan kentalnya ± ½ gelas<br />- ½ kg tepung ketan<br />- ½ kg gula pasir<br />- 1 st. garam<br /><br /><span style="font-weight: bold;">CARA MEMBUATNYA : </span><br />Aduk semua bahan jadi satu, panaskan dengan api kecil dipanggang di atas. Sesendok-sesendok.<br /><br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">SATE MANIS</span><br /></div><br /><span style="font-weight: bold;">BAHANNYA : </span><br />- 300 gram daging sapi (lamusir)<br />- 30 gram kemiri<br />- ¼ sendok teh merica<br />- 3 siung bawang putih<br />- 1 sendok teh garam halus<br />- 1 sendok teh gula pasir<br />- 1 sendok teh kutumbar<br />- 3 sirung bawang merah<br />- 2 sendok makan kecap manis<br />- Gula merah, kecur, laos, kunyit, jeruk nipis<br /><br /><span style="font-weight: bold;">CARANYA : </span><br />1. Semua bumbu dihaluskan, tumis dalam kuali<br />2. Daging dipotong tipis-tipis, beri bumbu aduk sampai rata<br />3. Tusuk dengan tusuk sate<br />4. Panaskan kuali letakkan satenya, setelah 6 menit balik dan 6 menit kemudian matang<br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">TIMUL AYU</span><br /></div><br /><span style="font-weight: bold;">BAHANNYA :</span><br />- 3 butir telur<br />- ¼ kg gula merah dan disisir<br />- 2 sendok makan gula pasir<br />- 1 sendok teh SP<br />- 1 gelas susu (1 kotak susu ultra)<br />- 300 gram tepung terigu<br />- Sedikit vanili<br />- 1 buah kelapa diparut<br />- Sedikit garam<br /><br /><span style="font-weight: bold;">CARANYA : </span><br />1. Telur, gula merah, gula pasir, SP. Dikocok sampai putih<br />2. Masukkan susu, terigu, aduk sampai rata<br />3. Masukkan adonan dalam Loyang, kukus dengan kuali 20 menit, sebelumnya air sudah mendidih<br />4. Setelah dingin potong – potong dan hidangkan dengan parutan kelapa yang telah dicampur garamkulingetikhttp://www.blogger.com/profile/13154004340632680631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2285591517006369783.post-78287320721048351922010-05-14T21:30:00.000-07:002010-05-14T21:31:59.703-07:00MALAYSIA, SINGAPURA, PHILIPINA, THAILAND, BRUNEI DARUSSALAM, MYANMAR, VIETNAM, LAOS DAN KAMBOJA, PAPUA NUGINI, AUSTRALIA, DAN SELANDIA BARU<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Cambria; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073741899 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoFooter, li.MsoFooter, div.MsoFooter {mso-style-priority:99; mso-style-link:"Footer Char"; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; tab-stops:center 234.0pt right 468.0pt; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraph, li.MsoListParagraph, div.MsoListParagraph {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:36.0pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpFirst, li.MsoListParagraphCxSpFirst, div.MsoListParagraphCxSpFirst {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:0cm; margin-left:36.0pt; margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpMiddle, li.MsoListParagraphCxSpMiddle, div.MsoListParagraphCxSpMiddle {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:0cm; margin-left:36.0pt; margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpLast, li.MsoListParagraphCxSpLast, div.MsoListParagraphCxSpLast {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:36.0pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} span.FooterChar {mso-style-name:"Footer Char"; mso-style-priority:99; mso-style-unhide:no; mso-style-locked:yes; mso-style-link:Footer;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:21.0cm 841.95pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-page-numbers:21; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:21829605; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:340064820 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l0:level1 {mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l1 {mso-list-id:220679446; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1356953232 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l1:level1 {mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l2 {mso-list-id:1159466260; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:599920724 67698713 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l2:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l3 {mso-list-id:1563367007; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1240156118 67698713 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l3:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l4 {mso-list-id:1624189299; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1211328434 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l4:level1 {mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l5 {mso-list-id:1653023953; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:197683764 67698713 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l5:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l6 {mso-list-id:1893421219; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:839671914 67698713 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l6:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l7 {mso-list-id:1970548443; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-2123968674 67698713 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l7:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l8 {mso-list-id:2123768098; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1657754014 67698713 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l8:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} ol {margin-bottom:0cm;} ul {margin-bottom:0cm;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">MALAYSIA<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Malaysia merupakan kerajaan federal yang terdiri atas Federasi Malaya diujung selatan semenanjung Malaya dan negara bagian sabah dan Sarawak. Malaysia merdeka 31<span style=""> </span>Agustus 1957 dari Inggris dan ibukotanya Kuala Lumpur. Malaysia Barat terdiri atas pegunungan dan daratan. Dilewati oleh jalur pegunungan sirkum mediterania. Sungai terpanjang adalah sungai Pahang, Perak dan Kelantan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Malaysia timur kondisi morfologinya lebih bergunung-gunung.disabah terdapat gunung kinabalu yang merupakan gunung tertinggi diMalaysia karena pengaruh iklim hujan tropis Malaysia memiliki banyak hutan. Hapir 70% wilayahnya terdiri dari hutan tetapi mulai berubah fungsi sebagai tanah perkebunan dan berbagai peruntukan bagi pembangunan. Hewan di Malaysia bertipe asiatis.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Kepadatan penduduk Malaysia Barat lebih tinggi daripada Malaysia Timur. Penduduk terdiri darii berbagai keturunan suku bangsa yakni Melayu, Cina, India dan bangsa-bangsa lain. Hasil pertaninan utama ialah padi, karet, kelapa sawit dan kayu. Malaysia merupakan penghasil timah terbesar didunia. Hasil tambang yang lain ialah bijih besi dan bauksit. Ekspor utama terdiri dari bahan-bahan mentah seperti minyak, kayu, karet, gas alam dan timah. Impor utama yakni bahan industry, alat transportasi, mesin-mesin dan bahan pangan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Jaringan jalan raya dimalaysia barat merupakan salah satu jaringan terbaik di Asia Tenggara dan penerbangan dalam dan luar negri diatur oleh Malaysian Air Service. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Bentuk negara Malaysia adalah federasi dengan seorang perdana mentri sebagai seorang kepala pemerintahan. Kepala negara adalah Yang Dipertuan Agong. Tugas utamanya penasehat perdana mentri dan cabinet, mengangkat hakim-hakim federal dan kejaksaan agung,komando tertinggi angkatan perang dan pemimpin agama dipulau penang dan Malaka. Malaysia dibagi menjadi 13 negara bagian. 9 dikepalai sultan/raja dan 4 oleh gubernur. Setiap negara bagian di bagi menjadi sejumlah daerah administratif yang di kepalai oleh seorang kepala distrik. Pemerintahan di kuasai oleh<span style=""> </span>Front Nasional,sebuah koalisi beberapa partai politik di antaranya UMNO dan MCA.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Hubungan kerjasama dengan Indonesia antara lain dibidang pendidikan dan kebudayaan, perhubungan, pertahanan dan tenaga kerja. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">SINGAPURA<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Singapura merdeka pada tanggal 31 Agustus 1957 dari jajahan inggris dan membentuk federasi dengan Malaysia. Pada tanggal 9 Agustus 1965 singapura memisahkan diri dari Malaysia dan berdiri sendiri sebagai negara yang berdaulat penuh. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pulau singapura bentuknya menyerupai ketupat. Iklim yang berlaku yaitu musim penghujan,musim kemarau, dan musim pancaroba. Singapura memiliki cagar alam yaitu Area Reserve dan Pandan Nature Reserve.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Bentang alam atau rupa bumi singapura dibagian tengah berbukit terdiri atas batuan vulkanis,bagian barat batuan sedimen, dan bagian timur terdiri atas pasir dan batu kerikil. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Singapura merupakan negara paling padat di dunia<span style=""> </span>dengan penduduk yang multiras. Bahasa resmi ialah bahasa Inggris,Melayu, Mandarin, dan Tamil. Agamanya ialah Kong Hu Cu ,Budha, Tao, dan Kristen. Pertanian hanya sekitar 10% dari singapura. Kebutuhan pangannya<span style=""> </span>di penuhi melalui ekspor impor. Karena kekurangan tanah pemerintah singapura menutup rawa-rawa di jurong dan dijadikan daerah perindustrian utama. Berbagai perusahaan menerapkan cara produksi modern dan dengan High Tech dan padat modal sehingga mempunyai nilai ekonomi tinggi. Untuk kepentingaan perluasan wilayah ssingapura melakukan reklamasi pantai dengan membeli paasir laut dari Indonesia.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Perdagangan merupakan salah satu tumpuan ekonomi Singapura dengan keunggulan posisi silangnya singapura menjadi pusat perdagangan internasional dan Bandar transit. Kerjasama IMS-GT (Indonesia Malaysia Singapura Growth Triangle). Singapura banyak membangun industry di pulau Batam.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Singapura merupakan negara republic dengan bentuk pemerintahan parlementer. Kepala negara presiden, kepala pemerintahan perdana mentri. Singapura menganut sistem multipartai dengan 20 partai politik yang terbesar diantaranya partai aksi rakyat. Hubungan dengan Indonesia ialah impor barang seperti minyak bumi, timah, gas, sayur-mayur. Ekspor Singapura ke Indonesia adalah hasil penyulingan minyak bumi, barang elektronika dan bahan kimia. Perdagangan dilakukan dengan infestasi singapura ke batam dalam kerangka IMS-GT. Juga bidang transportasi dan pariwisata. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">PHILIPINA<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Philipina merdeka 4 Juli 1946.philipina merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau 7000 lebih. Pulau terbesar adalah Luzon dan Mindanao. Philipina terdapat dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau karena sebgian wilayahnya hampir mendekati garis balik utara maka philipina juga mengalami musim gugur dan mesim semi. Philipina juga sering mengalami angin Typhon, terutama pada peralihan musim panas ke musim gugur. Hutan di philipina sekitar 40% dari luas daratan. Mayoritas penduduk philipina keturunan melayu yang datang dari Malaysia dan Indonesia juga china dan penduduk asli suku Negrito. Bahasa resmi bahasa Pilipino. Agama terbesar adalah roma katolik<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pertanian merupakan tumpuan ekonomi philipina dan menyerap 45% dari seluruh tenaga kerja. Hampir separuh dari tanah pertanian ditanami padi dan jagung yang separuhnya lagi ditanami kelapa, abaca atau rami, pisang, tebu, nenas, dan tembakau. Hutan mencakup sekitar 40% dari wilayah philipina. Kebanyakan industry mengelola hasir pertanian dan bahan mineral. Philipina mengimpor minyak mentah, mesin-mesin, gandum, dan lain-lain. Ekspornya berbagai peralatan elektronik kain, buah sayur hasil hutan dan mineral. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Philipina dibagi menjadi 13 daerah, setiap daerah dibagi lagi menjadi beberapa provinsi yang dikepalai oleh seorang gubernur sehingga philipina terdiri dari 72 provinsi. Bentuk negar adalah republic. Konstitusi baru disahkan melalui plebisit yang diadakan 2 februari 1987, memulihkan sistem yang dihapuskan pada 1973 oleh presiden Ferdinand Marcos. Kerjasama Indonesia dengan Philipina antara lain kerjasama ekonomi, social, budaya dan politik sebagai sama-sama anggota ASEAN. Hubungan perdagangan ekspor-impor, kerjasama dalampenelitian bibit unggul padi antara lembaga IRRI bekerjasama dengan IPB Bogor. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Cambria","serif";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">THAILAND <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Thailand merupakan satu – satunya negara anggota ASEAN yang belum pernah dijajah karena merupakan buffer staat antara tanah jajahan Inggris dan Prancis sesuai perjanjian 1896. Thai berarti merdeka dan Land berarti tanah sehingga Thailand berarti tanah merdeka. Thailand juga sering disebut negara Gajah Putih karena keunikan satwanya berupa gajah albino (bule.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Thailand seluruhnya di daerah tropis, luasnya hampir 4 kali pulau jawa, letaknya yang mendekati garis balik utara menyebabkan Thailang mengalami 4 musim (panas, gugur, dingin, semi)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Daerah perbatasan Thailand dengan Myanmar dan Laos dikenal sebagai segitiga emas karena penghasil candu. Banyak vegetasi asli Thailand yang sudah rusak karena sistem pertanian berpindah – pindah. Thailand merupakan negara yang paling laju penduduknya. 80% penduduknya orang Thai, yang terdiri atas orang Siam dan Orang Lao. Bahasa resminya bahasa Thai, bahasa Inggris, Cina dan Melayu. Sebagian besar agama Budha, dan agama minoritas agama Islam, Kristen dan lain – lain. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pertanian memegang peran utama, menyumbang 17% GNP, menyerap sekitar 73% seluruh tenaga kerja dan tanah pertanian mencakup hampir 40% wilayah Thailand. Rekayasa di bidang pertanian maju pesat. Hasil utamanya ialah padi dan yang kedua karet dimana Thailand merupakan penghasil karet ketiga terbesar didunia. Komoditas lain berupa tebu, kelapa, singkong, tembakau dan tapioka. Hutan Thailand seluas 15juta ha lebih yang sebagian besar ditumbuhi oleh jati dan hasilnya diekspor. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Hasil tambang utama Thailand ialah timah dan merupakan penghasil timah terbesar di dunia. Hasil tambang lain ialah kapur, bijih besi, flour, batu bara, gips, dan barium. Industri tradisional mengolah hasil pertanian dan hutan seperti padi dan kayu. Thailand juga memiliki pabrik semen, gula, tekstil perakitan mobil, baja, kertas, minyak, perabot rumah tangga dan karpet. Industri pariwisata menjadi tulang punggung Thailand dan pusatnya ialah di Bangkok dan pantai Patayya. Ekspor Thailand berupa beras, tapioka, karet, buah – buahan, gula, timah dan kerang – kerangan. Barang impor meliputi minyak, mesin – mesin kendaraan bermotor besi dan baja. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Thailand adalah negara konstitusional dengan kepala negara raja tetapi kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Roda pemerintahan dijalankan atas nama raja oleh dewan menteri dibawah pimpinan perdana menteri yang diangkat oleh raja. Thailand dibagi menjadi 72 provinsi dan dibagi lagi menjadi unit – unit lebih kecil dalam beberapa tingkat pemerintahan ( distrik, subdistrik, komune dan desa). Kerjasama dengan Indonesia ialah pembelian beras dan produk holtikultura seangkan Thailand membeli semen dan pupuk buatan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">BRUNEI DARUSSALAM <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Brunei Darussalam adalah negara berbentuk kerajaan dengan ibukota Bandar Seri Begawan. Merdeka dari Inggris 1 Januari 1974 dan 23 Januari ditetapkan sebagai hari nasionalnya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Brunei Darussalam daerahnya terbagi 4 distrik yaitu distrik Brunei / Muara, Tutong, Belait, dan Temburong. Sebagian besar dari daerah Brunei terletak di dataran rendah. Bagian pantainya berupa rawa – rawa berhutan bakau tetapi makin jauh kepedalaman tanahnya makin berbukit dengan ketinggian kurang 100m. Letak Brunei<span style=""> </span>dekat sekali dengan ekuator sehingga iklimnya panas dan lembab sepanjang tahun.<span style=""> </span><span style=""> </span>Di Brunei terdapat<span style=""> </span>tiga sungai besar yakni sungai Belait, Tutong dan sungai Brunei. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Hasil pertanian, peternakan dan perikanan kebanyakan digunakan untuk untuk konsumsi dalam negeri. Tanaman utamanya adalah padi, namun ada juga jagung, kelapa dan sagu. Brunei telah mendirikan Pusat Latihan Pertanian di Sinaut sejak tahun 1985 yang tujuannya untuk membantu pengembangan pertanian di Brunei dengan melatih petani – petani muda mengenal teknik<span style=""> </span>dan cara – cara bertani modern. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Industri belum begitu berkembang di Brunei karena barang – barang tekstil, mesin pertanian alat transportasi dan bahan pangan harus di impor. Ekonominya bertumpu pada minyak bumi. Impor Brunei berupa mesin dan alat transportasi sedangkan meliputi gas alam, minyak bumi, dan berbagai hasil perkebunan yaitu kayu dan lada. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Menurut konstitusi pemerintahan kesultanan dijalankan oleh Majelis Umum, Dewan Menteri dan Badan Legislatif. Kuasa Eksekutif tertinggi berada di tangan sultan. Pemilihan umum<span style=""> </span>diadakan 5 tahun sekali akan tetapi sejak tahun 1965 tidak pernah lagi diadakan pemilihan umum. Partai Demokrasi Nasional Brunei ialah partai politik satu – satunya di negeri ini dan dibentuk pada tahun 1985. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Kerjasama Indonesia dengan Brunei Darussalam ialah pengiriman tenaga kerja sebagai pekerja perkebunan, pertambangan, konstruksi dan pembantu rumah tangga. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">MYANMAR <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Myanmar merupakan negara Asia Tenggara yang terluas di daratan Asia. Meskipun Myanmar sebenarnya masuk wilayah Indo Pakistan tetapi secara geografis maupun kebudayaan lebih mendekati Thailanddan negara – negara Asia Tenggara yang lainnya. Hanya iklimnyalah yang mirip India. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Wilayah Myanmar lebih dari setengahnya berupa pegunungan yang sebagian besar masih tertutup hutan. Puncak gunung tertinggi adalah gunung tertinggi adalah Hkakabo<span style=""> </span>Razi<span style=""> </span>dan merupakan puncak tertinggi di Asia Tenggara. Sungai utamanya adalah sungai Irrawadi dengan anak sungainya Chindwin, keduanya membentuk sistem perairan yang terpenting di Myanmar. Pegunungan di Myanmar merupakan<span style=""> </span>penghalang yang efektif bagi lalu lintas. Tidak adanya jalan melewati perbatasan menyusahkan pertahanan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Myanmar termasuk negara yang jarang penduduknya yang terdiri dari banyak macam suku dan diperkirakan ada 150 atau lebih. Suku yang terbesar adalah suku Myanmar yang meliputi hampir 68% jumlah penduduk. Kebanyakannya tinggal di dataran rendah. Di samping itu ada tujuh suku yang mempunyai negara bagian tersendiri yaitu suku Kachin, suku Kayah,suku Karen,suku Chin, suku Mon, suku Rakine, dan suku Shan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Orang Myanmar berasal dari keturunan Tibet dan China.80% di antara mereka mempergunakan bahasa Birma yang di akui sebagai bahasa resmi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pertanian merupakan aktivitas ekonomi terpenting dan memberikan lebih sepertiga GNP Myanmar. Cara-cara bertani tergantung keadaan setempat. Sistem tebang bakar banyak dilakukan penduduk di daerah pegunungan atau dataran tinggi. Sistem tadah hujan banyak dilakukan di daerah kering sementara sistem tanam sawah tergantung pada turunnya hujan. Tanaman pangan utama ialah padi dan lebih dari 50% terdapat di daerah – daerah delta.<span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Industri terutama ialah industri pengolahan hasil pertanian, hasil hutan dan mineral / tambang. Ekspor utamanya beras, kayu dan barang – barang logam sedangkan impor berupa mesin, alat angkutan, kertas, pupuk, obat – obatan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">VIETNAM <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pada tahun 1954 wilayah Vietnam terbagi dua menjadi Republik Demokratik Vietnam ( Vietnam utara) dan Republik Vietnam ( Vietnam Selatan ) tetapi kemudian keduanya bersatu kembali pada tahun 1976. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Iklim di Vietnam ialah iklim tropis . Pegunungan Tonkin Barat dan Pegunungan Annam Tengah dan Selatan curah hujannya lebih besar. Negara Vietnam di katakana berbentuk seperti galah dengan dua buah bakul dikiri dan kanannya. Galahnya adalah pegunungan Annam yang menjulur hampir sepanjang semenanjung Indo China. Sedangkan bakul –bakulnya adalah delta sungai Merah di sebelah utara dan delta sungai Mekong di sebelah selatan.<span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Vietnam terletak di daerah tropis karenanya hujan tropis yang hijau sepanjang tahun menutup sebagian besar daerah – daerah yang tinggi. Sedangkan daerah – daerah yang kering ditumbuhi oleh hutan – hutan heterogen bahkan ada yang merupakan daerah savanna. Gunung tertingginya Fan Si Pan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Orang Vietnam merupakan keturunan Mongol dan bahasa yang dipakai adalah bahasa Vietnam. Vietnam merupakan tempat pertemuan agama –a agama besar. Agama Budha dan Tao dilaksanakan secara luas, Agama lain ialah Kong Hu Cu, Protestan, dll. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pedoman pendidikan ialah program pendidikan sepuluh tahun. Semua sekolah dibawah pengawasan pemerintah. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pertanian merupakan mata pencaharian utama di Vietnam dan menyerap hampir 90% tenaga kerja. Meskipun begitu Vietnam bercita – cita menjadi negara Industri. Tanaman utamanya adalah padi, tanaman lainnya ialah kacang tanah, kentang, singkong, jagung, tebu, the dan kopi. Para petani juga memelihara ternak seperti kerbau, sapi, babi dan unggas. Perikanan diusahakan diteluk Tongkin diaman banyak terdapat ikan tuna, bonito dan makarel. Perikanan air tawar diusahakan dikolam-kolam, didanau, terusan dan sawah<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Jalur-jalur jalan raya di Vietnam banyak yang mengikuti jalur kereta api dan lalu lintas air di Vietnam sangat penting. Lalu lintas udara internasional dilaksanakan oleh Civil Aviation of Vietnam.ekspor meliputi batu bara, bijih besi, semen, beras, karet, gula dan ikan. Sedangkan impornya mesin, alat transport dan minyak bumi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pemerintah Vietnam menganut sosialisme kerakyatan. Partai pekerja menjadi partai tunggal yang memilih presiden sebagai kepala negara dan perdana mentri sebagai kepala pemeintahan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">LAOS<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Laos adalah satu-satunya negara yang tak berpantai di Asia Tenggara. Iklim di Laos adalah iklim tropis dengan rata-rata suhu antara 24° C disebelah utara dan 26° C sebelah selatan. Dilaos terdapat 3 musim:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Musim hujan dengan udara yang panas, pada waktu daerah ini berada dibawah pengaruh angin musim barat daya<span style=""> </span>dari Juni - Oktober<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Musim kemarau yang sejuk, apabila angin musim datang dari arah barat bulan November - Februari<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Musim kemarau yang panas dari Maret sampai Mei. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Laos secara fisiografis dapat kita bagi menjadi 4 daerah. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pegunungan – pegunungan lipatan di sebelah Utara yang mengarah dari Timur Laut ke Barat Daya dengan sebuah dataran tinggi yang berbelah – belah dengan dalam. Disini terdapat Phou Bia yakni puncak tertinggi di Laos. Dataran tinggi Xiangkhouang sebagai satu –satunya dataran di daerah ini. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pegunungan Anam di perbatasan dengan Vietnam sebagai pegunungan yang terbesar. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Tanah tinggi dengan batuan Granit disebelah termasuk Plato Boloven ke Barat sampai sungai Mekong. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Tanah rendah sungai Mekong yang terpotong dalam oleh cabang – cabangnya, termasuk tanah – tanah rendah yang sempit yang terdapat di tempat – tempat di mana cabang – cabang sungai ini masuk ke sungai Mekong. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Dibandingkan dengan jumlah luas daerahnya Laos mempunyai hutanyang cukup banyak dan diantaranya dijadikan hutan ekonomi yang hasil kayunya diperdagangkan. Karena sulitnya transportasi dari hasil hutan ini maka hasil usahanya juga rendah. 70% hasil kayu untuk membuat arang yang digunakan untuk bahan bakar. Hasil hutannya adalah getah, dammar dan balsam. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Lebih dari 90% penduduk Laos tinggal di pedalaman dengan berkelompok – kelompok dengan jumlah lebih dari 120 kepala keluarga. Kota – kota di Laos relative sedikit, baru ada lima pusat pemungkiman yaitu Vientiane ( pusat administratif dan perdagangan), Pakse ( Pusat Pemesaran di bagian Selatan ) Savanakhet ( Pusat Perdagangan di Laos Tengah bagian Selatan),<span style=""> </span>Luang Prabang (ibukota Laos) dan Thakhek. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pertanian merupakan mata pencaharian dari 75% rakyat Laos dan tanaman utamanya adalah padi. Hasil pertanian lain adalah jagung, tembakau, kopi, kapas, kelapa dan buah- buahan tropis. Peternakan juga merupakan sumber pendapatan yang penting terutama ternak sapi, kerbau, dan babi yang memiliki populasi paling banyak. Perikanan yang diusahan ialah perikanan air tawar karena laos tidak mempunyai pantai. Laos juga kaya bahan tambang tetpi kesulitan biaya trnsportasi menyebabkan eksploitasinya belum dapat dilaksanakan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Sebagian besar industry di Laos adalah industri kerajinan tangan rakyat dan terutama pembuatan tembikar (keramik), pembuatan sutera halus dan brocad serta pembuatan barang-barang dari perak dan kulit. Kapasitas listrik di Laos kecil sekali, sehingga hanya<span style=""> </span>beberapa kota yang mempunyai suplai listrik yang cukup. Transportasi merupakan persoalan yang paling serius untuk mengembangkan ekonomi Laos. Sungai Mekong merupakan jalan lalu lintas utama padahal sungai ini mempunyai jeram-jeram yang sangat mengganggu pelayaran. Tidak ada jalan kereta api di laos, sedang jalan-jalan raya sangat terbatas adanya dan tidak berkembang. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Sampai tahun 1975 laos masih merupakan sebuah kerajaan berkonstitusi, yang menerapkan sistem pemerintahan cabinet di bawah pimpinan perdana mentri yang di angkat raja. Namun sesudah raja Savang Vattana mengundurkan diri akibat kudeta yang di lancarkan partai revolusioner rakyat laos pada akhir tahun 1975 maka pemerintahan kaum komunis. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pada tahun – tahun terakhir Laos terus – menerus mengalami defisit perdagangan. Impor Laos ialah beras, bahan makanan, alat lalu lintas, bahan bakar, bahan konsumsi yang lain. Laos mengekspor timah, kayu, kopi dan kulit. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">KAMBOJA <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Kamboja beribukota Phomphen yang daerahnya beriklim tropis dan hampir separuh wilayahnya tertutup hutan. Bentuk wilayah Kamboja menyerupai sebuah piring dengan dtaran rendah Tonle Sap di tengah – tengahnya. Perairannya di dominasi<span style=""> </span>oleh aliran sungai Mekong dan danau Tonle Sap. Kamboja mempunyai hutan hujan tropis, hutan mangrove, daerah savanna dan padang rumput. Kaya akan ikan air tawar dan bermacam – macam binatang. Penduduk juga memelihara ternak sapi dan kerbau. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Sekitar 98% dari penduduknya hidup di pedalaman. Bahasa yang dipakai adalah bahasa Khmer<span style=""> </span>disamping bahasa Prancis. Agama rakyat kamboja adalah Budha Hinayana. Angkor Wat merupakan candi yang sangat terkenal yang merupakan tempat ibadah dan menjadi daya tarik wisata. Sebuah pelabuhan baru (Sihanoukville) sedang dibangun di Teluk Siam. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Kamboja merupakan negara pertanian. Tanaman utamanya adalah padi dan karet. Lebih dari 80% daerah pertaniannya di tanami padi untuk keperluan sendiri. Ikan merupakan makanan utama di samping beras. Pendapatan ikannya 90% di gunakan untuk bahan makanan sendiri. Kamboja terkenal dengan ikan asinnya(tukfrei) dan terasinya atau belacan(prahoc). Perikanan laut tidak begitu maju di kamboja. Sebagian besar industry di kamboja mengolah hasil pertanian. Industry yang agak besar adalah usaha pemerintah antaranya pabrik gula, pabrik semen, tekstil, ban,parik kaca, dan perusahaan assembling. Daerah utama industry adalah Phnom Penh dan<span style=""> </span>Chan. Bahan mineral yang terdapat di kamboja sebagian besar belum di usahakan, antaranya berupa biji besi, mangan, fostat, fosfat,mas, dan batu permata. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Perdagangan internasional kamboja meliputi beras, karet, jagung,kayu, dan lada. Bahan impor meliputi mesin-mesin, tekstil, mineral. Negri yang berdagang dengan kamboja adalah Hongkong, Prancis, China,Singapura,dan Vietnam. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Kamboja merupakan negara monarki konstitusional , raja Norodhom Sihanouk sebagai kepala negara dan perdana mentri Hunsen sebagai kepala pemerintahan. Kamboja di kenal sebagai negara pagoda karena banyaknya pagoda sebagai tempat ibadah para pemeluk agama Budha. Selain itu di </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Cambria","serif";">kenal sebagai negri seribu kaki satu sebagai korban perang kamboja.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 16pt; line-height: 115%; font-family: "Cambria","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">PAPUA NUGINI<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Papua nugini adalah negara yang berbatasan dengan Indonesia berada di sebelah timur irian jaya . papua nugini di beri kemerdekaan oleh Australia pada tanggal 16 september 1975. Papua nugini beriklim tropis yang bersifat panas dan basah. Sebagian besar penduduknya terdiri atas ras ,Melanesia,Papua,dan Negrito. Selain itu terdapat sejumlah kecil ras kulit putih dan Asia.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Sebagian besar penduduk papua nugini hidup dari pertanian. Hasil pertanian terpenting antara lain ubi jalar, ubi kayu, talas, kelapa, kopi,karet,teh, dan minyak kelapa. Hasil hutan terpenting ialah kayu. Perikanan menghasilkan komoditi ikan tuna dan udang. Domba di pelihara di dataran tinggi. Barang tambang yang terdapat di papua nugini<span style=""> </span>antara lain, emas,perak,dan gas alam. Tembaga merupakan hasil tambang terpenting dan merupakan komoditi ekspor terbesar negara ini. Industry utama negara ini ialah pengolahan hasil pertanian. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pemerintahan Papua Nugini sejak kemerdekaan bekerja berdasarkan konstitusi sendiri. Dewan Perwakilan Rakyat (House of Assembly) beranggotan 100 orang, 82 dipilih dari pemilihan umum dan 18 anggota dari pemilihan regional dimana para calon harus memiliki syarat pendidikan tertentu. Dewan perwakilan rakyat memilih perdana menteri untuk memimpin pemerintahan. Kepala negara adalah Gubernur Jenderal yang mewakili kerajaan Inggris. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Kerjasama dengan Indonesia telah lama dirintis oleh Papua Nugini<span style=""> </span>antara lain : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Hubungan Diplomatik <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pada tanggal 27 Oktober 1986 pemerintah Indonesia dan pemerintah Papua Nugini menandatangani perjanjian saling menghormati, persahabatan dan kerjasama. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Hubungan dagang yang sedang dikembangkan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">d.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Kerjasama dalam menjaga daerah perbatasan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">e.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pada tahun 1979 ditandatangani perjanjian pemetaan daerah perbatasan dan pemasangan tanda batas sebatas daerah perbatasan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">f.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Bersama – sama mengatasi masalah penduduk Man Jaya yang menyebrang perbatasan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">g.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Kerjasama mengatur lalu lintas baik darat, laut maupun udara di daerah perbatasan dan menyelengarakan hubungan radio. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">h.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Untuk mempererat persahabatan, Indonesia pernah mengirim tim kesenian ke Port Moresby dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Papua. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">AUSTRALIA <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Benua Australia yang berarti tanah Selatan ditemukan oleh beberapa orang di beberapa tempat yang berbeda diantaranya adalah : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Willem Janzz ( orang Belanda) menemukan teluk Carpentaria pada tahun 1606. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Abel Tasman (orang Belanda) menemukan daerah Tasmania pada 1644. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">James Cook (orang Inggris) mendarat di Selandia Baru tahun 1770. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">d.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Tahun 1786 Australia digunakan sebagai tempat pembuangan oleh kerajaan Inggris. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Migrasi orang Inggris ke Australia semakin intensif sehingga penduduk kulit putih menjadi mayoritas, sedangkan penduduk aborigin yang merupakan penduduk asli menjadi minoritas.<span style=""> </span>Sebagai bagian dari negara Persemakmuran (Commonwealth) negara ini punya pemerintahan Inggris tetapi masih adakaitannya dengan kerajaan Inggris. Kepala negaranya diangkat oleh ratu Inggris dengan sebutan Gubernur Jenderal. Penyelenggaraan pemerintahan oleh cabinet yang dipimpin Perdana Menteri. Kekuasaan legislatif ditangan parlemen dengan sistim bikameral. Ibukotanya Canberra. Kota terbesarnya ialah Sydney. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Negara ini berbentuk federasi yang terdiri dari 6 negara bagian yaitu : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Daerah utara ( Northern Territory ) beribukota di Darwin <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Queensland beribukota di Brisbane <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">New South Wales beribukota di Sydney <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">d.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Victoria beribukota di Melbourne<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">e.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Australia Selatan (South Australia) beribukota di Adeleide <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">f.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Australia Utara ( Western Australia) beribukota di Perth <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Setiap negara bagian memiliki pemerintahan lokal sendiri. Paham politiknya demokrasi liberal yaitu perpaduan sistem politik kerajaan Inggris dan Amerika. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Berdasarkan letak astronomisnya Australia memiliki beberapa jenis iklim yaitu : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Bagian utara beriklim tropis Muson dengan musim penghujan dan kemarau berlangsung dari Oktober sampai April. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Australia bagian barat ( bagian tengah dan selatan) beriklim gurun yang kering dengan perbedaan suhu yang besar antara siang dan malam. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pantai Selatan Victoria dan pulau Tasmania beriklim laut sedang (iklim laut tengah) yang dipengaruhi oleh angin barat<span style=""> </span>di daerah ini banyak turun hujan terutama pada musim dingin. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Pantai timur Australia beriklim laut yang dipengaruhi oleh angin pasat tenggara. Hujan turun sepanjang tahun dan merupakan hujan orografis. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Benua Australia secara keseluruhan memiliki tinggi permukaan yang paling rendah dibandingkan dengan benua lainnya. Selain itu Australia tidak memiliki gunung tinggi dan sungai besar seperti benua lainnya. Menurut fisiografisnya Australia dibagi menjadi 3 bagian yaitu : bagian barat yang berupa dataran tinggi (Great Weatern Plateu), bagian tegah berupa dataran rendah (Central Lowland) dan bagian timur berupa pegunungan(Estern Highland). <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Binatang yang ada di Australia<span style=""> </span>jenisnya berbeda dengan binatang menyusui di di benua Asia seperti kangguru, dingo dan possum dan burung yanh khas yakni burung piguin. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Penduduk asli Australia sudah berdiam sejak 30.000 tahun yang lalu. Penduduk asli ini di kenal dengan sebutan Aborigin, berjumlah sekitar 1% dari penduduk Australia. Mereka bertempat tinggal di daerah Reservation(daerah yang di lindungi di semenanjung Arhemland). Mata pencahariannya adalah berburu dengan senjata. Senjata terkenalnya adalah Bumerang.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Jumlah penduduk Australia pada tahun 2000 adalah 19,1 juta jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk 0,9% dan kepadatan penduduk rata-rata 2 orang/ km2. Penduduk Australia sebagian besar merupakan imigran dari Eropa,yaitu dari Inggris,Irlandia,dan negara Eropa Barat lainnya. 86% penduduk Australia bertempat tinggal di kota. Bahasa nasional Australia adalah bahasa Inggris. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Agama yang dianut mayoritas penduduknya adalah Kristen/katolik. Agama budha di anut oleh keturunan China, dan agama Islam oleh keturunan Asia seperti Indonesia.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Perindustrian di Australia di bedakan menjadi industri pertanian pertenakan dan industri mengolah bahan-bahan tambang. Selain kedua bidang usaha itu, kegiatan perekonomian penduduk Australia<span style=""> </span>perdagangan jasa. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Daerah gandum (wheat belt) paling luas di new south wales > Australia bagian barat, Victoria, Australia bagian selatan dan queensland. Nilai produksinya 40% dari semua hasil pertanian Australia. Negara ini mengekspor gandum sebesar 12% ekspor gandum dunia. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Gula terdapat di daerah Queensland dean new south wales bagian utara. Sedangkan tanaman lainnya antara lain barley,oats,padi,jagung,sorghum,tembakau,kapas,kelapa,dan berbagai buah-buahan, di antaranya apel, pisang,anggur,dan jeruk.tanaman ini terdapat di Queensland bagian timur, new south wales,Victoria,Tasmania, dan western Australia barat daya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Usaha peternakan Australia adalah biri-biri dan sapi,diternakkan besar-besaran dan modern.biri-biri yang banyak di ternakkan adalah domba merino.binatang ini berbulu tebal, di jadikan bahan wol. Biri-biri di ternakkan di New South Wales, Victoria ,Queensland,Australia, Tasmania. Hail biri – biri yang penting adalah wol yang di ekspor ke Jepang, negara – negara Eropa dan Rusia. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Peternakan biri – biri atau domba dapat maju pesat dan baik karena : <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Adanya daerah steppa dan sabana yang luas<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Harga dan sewa tanah yang murah <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Jumlah penduduk yang sedikit dan jarang <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">d.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Iklim yang sangat cocok bagi kehidupan biri – biri<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Bahan tambang di Australia antara lain mas yang merupakan pertambangan terpenting sejak 1900,batu bara , bauksit,minyak bumi, besi, tembaga, perak,dan timah hitam.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Perindustrian Australia tergolong maju pesat karena berbagai factor pendukung antara lain:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Kemajuan ilmu dan teknologi<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Sebagai negara Common wealth,ada kerja sama ekonomi yang erat antara sesame negara anggota dengan pemerintah inggris yang ilmu pengetahuan dan teknologinya sudah sangat maju.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Adanya bantuan dan perlindungan dari pemerintah<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">d.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Kaya akan hasil tambang.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">e.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Kaya bahan mentah pertanian dan peternakan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Kegiatan impor Australia antara lain tekstil, mesin, mobil, peralatan listrik, dll. Ekspornya gandum, wol, batu bara, biji besi, dll. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Kota-kota penting di Australia <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Sydney merupakan kota pelabuhan terpenting di Australia juga kota pariwisata, pangkalan angkatan laut, pasar wol, kota industry dan perdagangan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Melbourne merupakan kota perdagangan dan kota pelabuhan kedua di Australia <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: normal;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Canberra adalah ibukota Australia, kota pusat pemerintahan <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Hubungan Australia dengan Indonesia mengalami pasang surut. Isu pelanggaran HAM, kasus Timor – Timor, Isu terorisme, bahkan kasus pelanggaran narkoba yang dilakukan warga negara Australia bisa menjadi pemicu merenggangnya hubungan Indonesia dengan Australia. Namun Australia juga peka terhadap Indonesia dengan mengulurkan bantuan pada korban Tsunami Aceh 2004. <span style=""> </span>Dalam bidang sosial budaya adanya program pertukaran pelajar dan pertunjukan kesenian. Dalam bidang ekonomi perdagangan dilakukan melalui ekspor impor dan proyek pengembangan peternakan untuk perbaikan sapi di pedesaan Indonesia. <span style=""> </span><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">SELANDIA BARU (NEW ZEALAND) <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Selandia Baru adalah negara merdeka yang masih ada ikatan dengan kerajaan Inggris seperti Australia. Pada tahun 1770 James Cook mendarat di negara ini. Ibu kotanya Wellington dan Auckland adalah pelabuhan kota terbesarnya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Selandia baru beriklim panas lunak dan pada musim dingin agak hangat. Temperatur di dataran rendah tidak pernah di bawah titik beku. Padang rumputnya menghijau sepanjang tahun. Tanah tinggi bersalju yang luas di gunakan untuk bermain ski. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""> </span>Selandia Baru terdiri dari dua pulau besar yaitu Pulau Utara (North Island) yang terdapat kota Wellington dan Auckland dan<span style=""> </span>Pulau Selatan (South Island) yang terdapat pegunungan Alpen dan Geyser yang indah. Kedua pulau ini berbatas dengan selat Cook. Pulau utara iklimnya lebih hangat industry kehutanannyalebih meluas, tanahnya lebih cocok untuk pertanian dan banyak dibagun pabrik –pabrik. Sebagian besar penduduk beragama Protestan dan Katolik. Bahasa yang di pakai ialah bahasa Inggris dan Maori. Mata uangnya Dollar Selandia Baru. Mata pencaharian penduduk di bidang pertanian, peternakan, industry dan perdagangan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Hasil pertanian Selandia baru adalah gandum, buah – buahan dan tembakau. Selain itu terdapat oat, kentang dan biji – bijian. Usaha peternakan merupakan basis ekonomi dengan hewan ternakan domba dan sapi perah. Bahan tambangnya batu bara, minyak bumi, uranium, kaolin dan batu jade. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Kota – kota Industri di Selandia Baru ialah Auckland, Wellington, Chrishurh dan Dunedin. Perdagangan punya peranan besar karena kemakmurannya sebagian besar bersumber dai produksi dan ekspor pertanian. Ekspornya wl, mentega, keju. Impornya biji besi, baja, mesin, mobil, kapas, bahan tekstil dan minyak tanah. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman","serif";">Hubungan Indonesia dengan Selandia Baru bermula dengan jalur resmi yang kemudian dikembangkan antara para usahawan, wartawan, pemuda dan cendikiawan. Hungan lain adalah di jalur pendidikan dan ekspor impor. Selandia baru juga banyak menanamkan modalnya di Indonesia dalam bidang pertambangan, perindustrian dan peternakan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></p> <span class="fullpost"> </span>kulingetikhttp://www.blogger.com/profile/13154004340632680631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2285591517006369783.post-23221204738046187492010-05-14T19:43:00.000-07:002010-05-14T19:46:40.921-07:00Istighfar dan Taubat<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieF9rL-DXyq-BQvsbslLQeeyVoEl6VStwuNPMRiuhodW0qVSNS9sNzKddNFCgWB3rCunFSyvJZNFagfUypDMa2vxQ7DnYKkXNU9fs0R0SCTn6Xpx3PeUzdnCdIsEra962XPRnhnaIocfQ0/s1600/istighfar.jpg"><img style="display: block; margin: 0px auto 10px; text-align: center; cursor: pointer; width: 300px; height: 300px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieF9rL-DXyq-BQvsbslLQeeyVoEl6VStwuNPMRiuhodW0qVSNS9sNzKddNFCgWB3rCunFSyvJZNFagfUypDMa2vxQ7DnYKkXNU9fs0R0SCTn6Xpx3PeUzdnCdIsEra962XPRnhnaIocfQ0/s320/istighfar.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5471322464134375970" border="0" /></a><br />Istighfar merupakan asas ubudiyah. Ketika seorang hamba beristighfar ia akan merasakan betapa hina dan rendah dirinya, akan selalu merasakan bahwasanya ia tidaklah ada apa-apanya dibanding Sang Khalik dan amat sangat membutuhkan-NYA dalam mengarungi bahtera kehidupan. Maka dianjurkan dalam beristighfar untuk merendahkan diri, ikhlas kepada-NYA dan tentunya istighfar tersebut tidak hanya sekedar terucap dengan bibir saja namun hatipun harus digerakkan.<br /><br />Taubat adalah tindak lanjut dari penyesalan atas kesalahan yang pernah dilakukan. Taubat yang sebenar2nya memerlukan empat syarat: (1) mengakui sepenuhnya bahwa apa yang pernah dilakukan adalah suatu kesalahan, (2) menyesali apa yang sudah dilakukan, (3) bertekad untuk tidak melakukannya lagi, (4) jika kesalahannya berkaitan dengan manusia, maka kompensasinya harus ditunaikan. Taubat akan diterima hanya bila keempat syarat itu dipenuhi. Allah Maha Mengetahui, Pengampun, Penyayang dan Penerima Taubat.<br /><br />Allah swt memuji mereka yang selalu beristighfar (Al Mustaghfirin) dan bertaubat. Tidak ada seorang nabi pun yang tidak beristighfar. Nabi Muhammad Saw pun mengamalkan istighfar. Beliau selalu mengamalkan perbuatan yang terbaik (afdhal) secara terus menerus. Jika Rasullulah Saw yang ma'shum dan dosanya sudah diampuni baik dimasa lalu maupun di masa akan datang selalu beristighfar seratus kali dalam sehari, bagaimana dengan kita….?<br /><br />Dalam istighfar/taubat ada maslahah yang tidak diketahui oleh seorang hamba. Para ulama salaf berkata, dosa seorang hamba bisa membawanya ke surga,dan amal seorang hamba bisa membawanya ke neraka. Mereka berkata: Bagaimana hal ini bisa terjadi? Ketika seorang hamba berbuat dosa,setiap kali mengingatnya ia menangis,menyesal dan akhirnya bertobat dan beristighfar, tunduk kepada-NYA berusaha melakukan perbuatan baik tanpa mengulangi lagi dosa tersebut,maka ia akan mendapatkan rahmat-NYA dan masuk surga. Sebaliknya ketika ia berbuat baik,kemudian riya',sombong,ta'jub atas pujian orang kepadanya,maka ia akan mendapat kemurkaan Allah dan akhirnya masuk neraka. Tanda-tanda kebahagian adalah menjadikan perbuatan baik berada di belakang punggungya dan perbuatan dosa di depan pelupuk mata. Sebaliknya tanda-tanda kesengsaraan adalah menjadikan perbuatan baik di pelupuk mata dan kejelekannya di belakang punggungnya. Alangkah beruntungnya seseorang yang sibuk dengan aibnya sendiri dan memperbaikinya serta melupakan aib orang lain.<br /><br />Banyak faedah yang didapatkan dari istighfar dan taubat, tentunya semakin sering kita beristighfar semakin dekat kita kepada Sang Khalik .Sesungguhnya kita adalah makhluk yang lemah kita membutuhkan istighfar sebagaimana makan dan minum. Istighfar melepaskan hamba dari perbuatan yang makruh menjadi mahbub (yang dicintai), yang kurang menjadi lebih sempurna. Ia mengangkat amal ke derajat yang lebih tinggi/sempurna.<br /><br />sumber : http://www.facebook.com/home.php?#!/notes/renungan-n-kisah-inspiratif/istighfar-dan-taubat/418069861041<br /><span class="fullpost"> </span>kulingetikhttp://www.blogger.com/profile/13154004340632680631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2285591517006369783.post-74208368222428744152010-05-14T03:12:00.000-07:002010-05-14T03:14:30.005-07:00Islam dan Budaya Melayu<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraph, li.MsoListParagraph, div.MsoListParagraph {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:36.0pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpFirst, li.MsoListParagraphCxSpFirst, div.MsoListParagraphCxSpFirst {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:0cm; margin-left:36.0pt; margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpMiddle, li.MsoListParagraphCxSpMiddle, div.MsoListParagraphCxSpMiddle {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:0cm; margin-left:36.0pt; margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpLast, li.MsoListParagraphCxSpLast, div.MsoListParagraphCxSpLast {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:36.0pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:161241907; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1684100018 67698709 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l0:level1 {mso-level-number-format:alpha-upper; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l0:level2 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} @list l1 {mso-list-id:715352555; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1797352442 1426387616 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l1:level1 {mso-level-number-format:alpha-upper; mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} ol {margin-bottom:0cm;} ul {margin-bottom:0cm;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">PENULISAN<span style=""> </span>SEJARAH<span style=""> </span>DAN<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">BUDAYA MELAYU<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">A.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Beberapa pengertian<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style=""><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""> </span>Istilah “sejarah” dalam konteks ini berarti masalalu berupa “penulisan sejarah” yang<span style=""> </span>merujuk kepada sumber atau karya sejarah yang dihasilkan penulisan tempatan. <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""> </span>“Kebudayaan “ diartikan sebagai hasil karya dan karya manusia , baik dalam bbentuk materil , buah pikiran maupun corak hidup manusia Dengan demikian<span style=""> </span>kebudayaan lebih mengarah kepada cara hidup , baik maa kini maupun kehidupan masa silam. Menurut EB. Taylor kebudayaan mencakup aspek yang amat luas , yakni pengetahuan , kepercayaan, kesenian , moral dan adat istiadat dan segala kebiasaan yang dilakukan dan dimiliki oleh manusia sebagai anggota masyarakat.<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""> </span><span style=""> </span>DiSumatra khususnya Riau menghadapi prasejarah yang sulit, terutama dalam usaha memperoleh gambaran tentang asal -usul penghuni pertamabeserta kebudayaannya. Hal ini disebabkan di Sumatra khususnya Riau hamper tidak ditemukan fosi-fosil dan artefak-artefak yang dapat mendukung kearah penelitian itu. <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""> </span>Hingga sekarang Sumatra tidak menghasilkan tulang-tulang dari manusia pertama. Semua penyelidikan geologi yang dilakukan diSumatra selama abad terakhhir tidak berhasil menemukan<span style=""> </span>fosil mamalia prasejarah, seperti yang ditemukan di Jawa. Walaupun di Riau belum ditemukan fosil-fosil dan kurangnya artefak-artefak sebagai sumber utama untuk mendapatkan keterangan tentang kehidupan manusia pertama di Riau, tetapi para peneliti masih dapat mengambil manfaat terdapatnya suku-suku terkebelakang yang hidup dibeberapa bagian daerah Riau saat ini Suku-suku yang dimaksud adalah suku-suku sakai di daerah Minas, Duri Siak, Sungai Apit, suku orang<span style=""> </span>hutan atau suku orang Bonai di Kecamatab Kuto Darussalam dan kepenuhan Kampar, Suku Akik di Kecamatan Rupat Bengkalis, suku Talang Mamak di Siberida, Rengat dan Pasir Penyu, suku laut atau orang laut di Indragiri Hilir dan Kepulauan Riau.<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""> </span>Setyawati Sulaiman memperkirakan orang Senoi di Melaka sebagai sisa yang termurni dari orang Wedda Di Indonesia menurutnya cirri-ciri kehidupan orang Wedda itu ada pada orang sakai di Riau dan orang Kubu di Riau,<span style=""> </span>Palembang dan Jambi.<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""> </span>Kemudiain menyusul kedatangan ras rumpun Melayu, Glombang pertama dating sekitar tahun 2500-1500 SM yang disebut bangsa “ Proto –Melayu atau “ Austronesian” ke Asia menyebar kesemenanjung Tanah Melayu dan terus ke bagia Barat Nusantara, termasuk Nusantara.Mereka adalah pendukung kebudayaan zaman batu(Nheolitichum) atau yang mencerminkakn kehidupan manusia dalam zaman Neolithic. Pada masa itu manusia telah mampu menghasilkan bahan makanandengan cara bertani.<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">B.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Masalah penulisan sejarah<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""> </span>Sejarah islam dikawasan Melayu atau Asia Tenggara , khususnya diawal perkembangannya , terasa agak rumit<span style=""> </span>ini disebabkan karena pengkajian-pengkajian sejarah Islam di Asia<span style=""> </span>Tenggara dari berbagai aspek, baik oleh kalangan sejarawan asing maupun tempatan hingga kini belum mampu merumuskan suatu paradigm historis yang dapat dijadikan pegangan bersama.<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p>
<br /></o:p></span></b></p><p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">TEORI KEDATANGAN ISLAM<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: center;" align="center"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">A.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Asal usul Kedatangan Islam <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Terdapat tiga teori tentang datangnya Islam ke Dunia Melayu atau Asia Tenggara . Teori pertama : menyatakan bahwa islam datang langsung dari Arab, atau tepatnya Hadramaut(1820), Keyzer(1859), Niemannn(1861), dan Veth (1978).Crawfurd<span style=""> </span>menyatakan , Islam datang langsung dari Arab. Teori kedua, Islam di Nusantara datang dari India (Dikemukakan oleh Pijnapel(1872) Toeri yang ketiga yang dikemukakan oleh Fattimi , bahwa<span style=""> </span>kebanyakan orang terkemuka di Pasai adalah orang Benggali atau keturunan mereka dan Islam muncul pertama kali di Semenanjung Malaya adalah dari arah pantai timur. <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 0cm;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">B.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Hubungan Timur Tengah – Dunia Melayu<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""> </span>Hubungan Timur Tengah ( Arab) dengan dunia Melayu atau Asia Tenggara tidak<span style=""> </span><o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""> </span>Terlepas dari menyebutkan<span style=""> </span>jasa hubungan Timur Tegah –Cina pada umumnya<span style=""> </span><o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""> </span>bersifat diplomatic. Duta muslim datang ke Cina pada masa khalifah ketiga , Usman bin Affan. Dalam masa Dinasti Umayyah dilakukan ekspansi Islam ke Persia<span style=""> </span>dan anak Benua India. <span style=""> </span>Selama sekitar 90 tahun Dinasti Umayyah, tak kurang dari 17 duta muslim datang ke Istana Cina. Ini diikuti oleh sekitar 18 duta yang dikirim oleh penguasa Dinasti Abbasiyah. <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""> </span>Kontak antara Timur Tengah dengan Nusantara pertama kali dinformasikan oleh seorang pengembara Cina I-Tsing, ketika ia menumpang pada kapal Arab atau Persia dari Kanton berlabuh di pelabuhan muara Sungai Bhoga ( Sribhoga, atau sribuza, sekarang Musi ). Sribuza telah diidentifikasikan sebagai<span style=""> </span>Palembang, Ibukota Sriwijaya.<span style=""> </span><o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""> </span>Di samping pusat perdagangan, Sriwijaya juga merupakan pusat terkemuka ke ilmuan Budha.<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -18pt;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style="">C.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";">Turki ‘ Usmani dan Nusantara<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""> </span>Dengan kehadiran angkatan laut Utsmani di lautan India tetapi juga menyebabkan terciptanya pelayaran yang lebih aman bagi jemaah haji. Seluruh rute haji di wilayah kekuasaan Utsmani ditempatkan dibawah<span style=""> </span>kontrolnya . Kafilah haji diorganisasi di bawah pengawasan sultan-sultan Utsmani, kini dapat langsung menuju Mekkah tanpa hambatan berarti. Sultan Sulaiman melepas armada khusu dibawah komando Gubernur Mesir Khadim Sulaiman Pasha untuk membebaskan semua pelabuhanyang dikuasaiPortugis, dengan demikian mengamankan pelayaran haji ke Jeddah.<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""> </span>Berikut kebesaran Melaka dilanjutkan oleh pewarisnya, Johor-Riau . Setelah Melaka jatuh ke tangann Portugis , kesultanan Aceh tampil mengambil andil dalam partisipasi Nusantara dan perdagangan rempah-rempah di lautan India. Portugis merampas kapal Aceh dan menjarah muatannya yang tak ternilai.kondisi ini membuat Aceh memperkuat armadanya dan pada pertengahan<span style=""> </span>abad ke-16 Aceh berada pada puncak kejayaannya.<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""> </span>Perhatian cukup besar dari Turki Utsmani terhadap muslim Asia Tenggara tidak diragukan lagi pada bulan Juni seorang Duta Aceh berada di Istambul untuk meminta bantuan militer Utsmani guna menghadapi Portugis.<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""> </span>Kaum muslim Nusantara mengambil banyak inisiatif untuk menjalin hubungan politik dan keagamaan dengan dinasti Utsman dan sekaligus memainkan peran lebih aktif dalam perdagangan di laut India. <span style=""> </span><span style=""> </span><o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-left: 18pt; text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""> </span><o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><o:p> </o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="text-align: justify;"><b style=""><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: "Times New Roman","serif";"><span style=""> </span><o:p></o:p></span></b></p> <span class="fullpost"> </span>kulingetikhttp://www.blogger.com/profile/13154004340632680631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2285591517006369783.post-71415178871177898792010-04-12T06:00:00.001-07:002010-04-12T06:00:30.466-07:00MANUSIA PURBAKehidupan manusia pada zaman pra-aksara bisa diketahui melalui peninggalan fosil tulang-belulang mereka. Fosil-fosil tersebut meliputi tengkorak, badan, dan kaki. Fosil tengkorak dengan ukuran kapasitas tempurung kepalanya dapat mengungkapkan sejauh mana kemampuan berpikir mereka dibandingkan dengan kapasitas manusia modern sekarang. Demikian juga dengan bentuk tulang rahang, lengan, dan kaki dapat dibandingkan dengan bentuk tulang yang sama dengan tulang manusia modern sekarang atau dengan jenis kera (pithe). Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa mereka berbeda dengan manusia modern sekarang, namun memiliki tingkat kecerdasan tertentu yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kera. Mereka telah memiliki tingkat kemampuan untuk mengembangkan kehidupan, seperti halnya manusia sekarang walaupun dengan tingkat yang sangat terbatas. Mereka lazim disebut sebagai manusia purba atau manusia yang hidup pada zman pra-aksara.<br />Berikut akan diuraikan fosil jenis manusia pruba yang ditemukan di wilayah Indonesia. <br /><br />Pithecanthropus Erectus (erectus = tegak) <br />Manusia jenis ini ditemukan oleh Eugene Dubois pada 1890 - 1892 di Desa Trinil, dekat Ngawi, Madium. Berdasarkan temuan tengkoraknya, jenis manusia ini bertubuh agak kecil dan memiliki kemampuan piker yang masih rendah. Volume otak kepalanya masih 900 cc, sedangkan volume otak manusia modern adalah lebih dari 1000 cc dan jenis kera tertinggi 600 cc. diperkirakan jenis manusia ini hidup kira-kira 1 juta hingga 600.000 tahun silam. <br /><br />Pithecanthropus Mojokertensis <br />Pithecanthropus mojokertensis berarti manusia kera dari Mojokerto. Fosil ini ditemukan dan diteliti oleh von Koenigswald antara tahun 1936-1941, di daerah Perning, Mojokerto. Hasil penemuannya berupa tengkorak anak-anak. Von Koenigswald memperkirakan tengkorak anak yang ditemukan itu adalah fosil yang berasal dari anak-anaknya Pithecanthropus. <br />Homo Soloensis <br />Kedua jenis manusia ini ditemukan ditemukan di sepanjang Bengawan Solo (ngandong, Sambungmacam, dan Sangiran) oleh C. Ter Haar dan W.F.F. Oppenoorth. Bentuk tubuhnya tegak dan keningnya sudah tidak menonjol. Mereka hidup dari 900.000 hingga 200.000 tahun yang lalu. Adapun Homo Wajakensis ditemukan oleh von Rietschoten di Desa Wajak pada 1888 dan Eugene Dubois pada 1889. <br />Diperkirakan manusia jenis ini hidup dari 60.000 hingga 25.000 tahun yang lalu. Kedua jenis manusia ini disebut homo karena mirip manusia modern. Volume otaknyapun sudah mencapai 1300 cc. mereka juga disebut sebagai homo sapiens karena kecerdasannya hamper menyamai manusia modern sekarang. Jenis manusia Wajak diperkirakan merupakan nenek moyang bangsa asli Australia, yaitu bangsa Aborigin. <br /><br />Homo Sapien <br />Homo sapien adalah jenis manusia purba yang telah memiliki bentuk tubuh yang sama denganmanusia sekarang. Mereka dapat menggunakan akal dan memiliki sifat seperti yang dimiliki manusia sekarang. Kehidupan manusia sangat sederhana dan hidupnya mengembara. Mereka inilah yang menjadi nenek moyang bangsa-bangsa di dunia. <br />Jenis fosil Homo sapien ini juga ditemukan di daerah Indonesia, yaitu di daerah wajak dan fosilnya diberi nama Homo wajakensis. Fosil Homo wajakensis yang berupa sebuah tengkorak ditemukan tahun 1889 oleh an Reictshotten. Selanjutnya fosil ini diteliti oleh Eugene Dubois. Berdasarkan hasil penelitiannya itu disimpulkan bahwa Homo wajakensis termasuk golongan bangsa Austroloide. Tetapi berdasarkan penelitian von Koenigswald fosil ini termasuk Homo sapien. <br />Berdasarkan penelitian para ahli terhadap penemuan fosil manusia purba itu, terlihat dengan jelas perkembangannya kea rah yang lebih sempurna, yaitu dari Pithecanthropus (manusia kera) hingga Homo Sapiens (manusia) seperti sekarang. Namun, apakah makhluk yang disebut Pithecanthropus itu berproses melalui evalusi, hingga terwujud seperti manusia sekarang ini? Atau, apakah antara manusia dengan Pithecanthropus tidak memiliki hubungan dan berasal dari spesies yang berbeda? Hal itupun belum terjawab oleh para ahli. Para ahli tidak berhasil menemukan mata rantai yang menghubungkan antara Pithecanthropus dengan manusia seperti sekarang ini. <br /><br />Pithecanthropus Robustus (pithe = kera)<br />Jenis manusia ini ditemukan oleh Ralph von Koenigswald pada 1936 di Lembah sungai Brantas. Manusia ini dianggap generasi lebih muda dibandingkan dengan jenis manusia pertama. Jenis manusia purba ini masih mirip kera sehingga disebut pithe. <br /><br />Beberapa Ciri Manusia Purba yang ditemukan di Indonesia <br />Meganthropus palaeojavanicus<br />• Memiliki tulang pipi yang tebal<br />• Memiliki otot kunyah yang kuat <br />• Memiliki tonjolan kening yang menyolok <br />• Memiliki tonjolan belakang yang tajam <br />• Tidak memiliki dagu <br />• Memiliki perawakan yang tegap <br />• Memakan jenis tumbuh-tumbuhan <br />• Mempunyai tempat perlengkatan otot tengkuk yang besar dan kuat<br /><br />Pithecanthropus <br />• Tinggi badan sekitar 165 – 180 cm<br />• Volume otak berkisar antara 750-1350 cc<br />• Bentuk tubuh dan anggota badan tegap<br />• Alat pengunyah dan otot tengkuk sangat kuat<br />• Bentuk geraham besar dengan rahang yang sangat kuat<br />• Bentuk tonjolan kening tebal<br />• Bentuk hidung tebal<br />• Bagian belakang kepala tampak menonjol <br /><br /><br /><br />Homo Sapiens <br />• Volume otaknya antara 1000-1200 cc <br />• Tinggi badan antara 130-210 cm <br />• Otot tengkuk mengalami penyusutan <br />• Alat kunyah dan gigi mengalami penyusutan <br />• Muka tidak menonjol ke depan<br />• Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna <br /><br />Beberapa Penemuan Manusia Purba yang Ditemukan di Indonesia<br />1888-1889 1890-1892 1931-1934 1941 1936<br />Penemuan Homo wajakensis oleh von Rietschoten dan Eugene Dubois Penemuan Pithekensis oleh von Rietschoten dan Eugene Dubois Penemuan Homo Soloensis dan Homo Wajakensis oleh Ter Haar dan Oppenoorth Penemuan Pithecanthropus Robustus dan Pithecanthropus Mojokertensis oleh von Koenigswald Penemuan meganthropus Palaeojavanicus oleh von Koenigswaldkulingetikhttp://www.blogger.com/profile/13154004340632680631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2285591517006369783.post-69570352715701884222010-04-12T05:06:00.000-07:002010-04-12T05:07:52.757-07:00HUBUNGAN ANTROPOLOGI DENGAN ILMU LAINNYA<span class="fullpost">
<br /></span><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 12"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 12"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><link rel="themeData" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx"><link rel="colorSchemeMapping" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:trackmoves/> <w:trackformatting/> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:donotpromoteqf/> <w:lidthemeother>EN-US</w:LidThemeOther> <w:lidthemeasian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:lidthemecomplexscript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:splitpgbreakandparamark/> <w:dontvertaligncellwithsp/> <w:dontbreakconstrainedforcedtables/> <w:dontvertalignintxbx/> <w:word11kerningpairs/> <w:cachedcolbalance/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathpr> <m:mathfont val="Cambria Math"> <m:brkbin val="before"> <m:brkbinsub val="--"> <m:smallfrac val="off"> <m:dispdef/> <m:lmargin val="0"> <m:rmargin val="0"> <m:defjc val="centerGroup"> <m:wrapindent val="1440"> <m:intlim val="subSup"> <m:narylim val="undOvr"> </m:mathPr></w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" defunhidewhenused="true" defsemihidden="true" defqformat="false" defpriority="99" latentstylecount="267"> <w:lsdexception locked="false" priority="0" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Normal"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="heading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="9" qformat="true" name="heading 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 7"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 8"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" name="toc 9"> <w:lsdexception locked="false" priority="35" qformat="true" name="caption"> <w:lsdexception locked="false" priority="10" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" name="Default Paragraph Font"> <w:lsdexception locked="false" priority="11" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtitle"> <w:lsdexception locked="false" priority="22" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Strong"> <w:lsdexception locked="false" priority="20" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="59" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Table Grid"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Placeholder Text"> <w:lsdexception locked="false" priority="1" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="No Spacing"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" unhidewhenused="false" name="Revision"> <w:lsdexception locked="false" priority="34" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="List Paragraph"> <w:lsdexception locked="false" priority="29" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="30" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Quote"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 1"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 2"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 3"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 4"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 5"> <w:lsdexception locked="false" priority="60" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="61" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="62" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Light Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="63" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="64" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Shading 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="65" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="66" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium List 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="67" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 1 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="68" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 2 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="69" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Medium Grid 3 Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="70" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Dark List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="71" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Shading Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="72" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful List Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="73" semihidden="false" unhidewhenused="false" name="Colorful Grid Accent 6"> <w:lsdexception locked="false" priority="19" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="21" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Emphasis"> <w:lsdexception locked="false" priority="31" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Subtle Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="32" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Intense Reference"> <w:lsdexception locked="false" priority="33" semihidden="false" unhidewhenused="false" qformat="true" name="Book Title"> <w:lsdexception locked="false" priority="37" name="Bibliography"> <w:lsdexception locked="false" priority="39" qformat="true" name="TOC Heading"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;} @font-face {font-family:Tahoma; panose-1:2 11 6 4 3 5 4 4 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:1627400839 -2147483648 8 0 66047 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraph, li.MsoListParagraph, div.MsoListParagraph {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:36.0pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpFirst, li.MsoListParagraphCxSpFirst, div.MsoListParagraphCxSpFirst {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:0cm; margin-left:36.0pt; margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpMiddle, li.MsoListParagraphCxSpMiddle, div.MsoListParagraphCxSpMiddle {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:0cm; margin-left:36.0pt; margin-bottom:.0001pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} p.MsoListParagraphCxSpLast, li.MsoListParagraphCxSpLast, div.MsoListParagraphCxSpLast {mso-style-priority:34; mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-type:export-only; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:36.0pt; mso-add-space:auto; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:92.15pt 87.5pt 70.9pt 3.0cm; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:10767878; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1982286584 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l0:level1 {mso-level-tab-stop:none; mso-level-number-position:left; text-indent:-18.0pt;} ol {margin-bottom:0cm;} ul {margin-bottom:0cm;} --> </style><p class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"><span style="">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style=""><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Ilmu Antropologi dengan Ilmu Politik<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27.8pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Antropologi menyumbang pengertian dan teori tentang kedudukan serta peranan-peranan dan satuan-satuan sosial budaya yang lebih kecil dan sederhana.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27.8pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Hasil penyelidikan antropologi yang menyangkut aspek cultural termasuk dalam gagasan dan lembaga politik yang dapat menjelaskan mengenai pertumbuhan dan perkembangan politik. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"><span style="">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style=""><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Ilmu Antropologi dengan Ilmu Etika <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27.8pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Etika memberikan dasar moral kepada antropologi mana yangtidak boleh dikerjakan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27.8pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Karena untuk penelitian antropologi sering para peneliti tidak mengutamakan etika sehingga dapat kaedah-kaedah yang diatur pemerintah. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27.8pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Dengan adanya ilmu etika diharapkan penelitian atua praktek antropologi dapat memperhatikan dan mengindahkan peraturan-peraturan yang berlaku. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27.8pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"><span style="">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style=""><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Ilmu Antropologi dengan Sejarah<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27.8pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Sejarah menyumbang bahan yang berupa fakta dan data masa lampau yang dapat dijadikan sebagai pola ulang dalam menentukan proyeksi masa depan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27.8pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Sejarha dan antropologi merupakan satu kesatuan yang mana antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dengan kebudayaan. Sedangkan sejarah sudah termasuk di dalamnya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"><span style="">4.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style=""><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Ilmu Antropologi dengan Ilmu Filsafat <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27.8pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Filsafat merupakan usaha untuk secara rasional dalam mencari pemecahan atau jawaban atas pertanyaan yang menyangkut mengenai kehidupan manusia. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27.8pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Untuk menunjang antropologi, filsafat juga dibutuhkan sebagia pandangan hidup bagi kehidupan bermasyarakat. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"><span style="">5.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style=""><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Ilmu Antropologi dengan Ilmu Psikologi <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 34.9pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Psikologi mempelajari dan menyelidi pengalaman dan tingkah laku individu manusia yang dipengaruhi oleh situasi-situasi sosial.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 34.9pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Sebagaimana yang diketahui antropologi mempelajari tentang manusia dan psikologi menyelidiki pengalaman dan tingkah laku manusia. Adanya hubungan yaitu dengan menggunakan analisa psikologi, maka ilmu antropologi dapat menganalisa secar amendalam apa saja yang terjadi di masa lalu. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 34.9pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"><span style="">6.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style=""><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Ilmu Antropologi dengan Ilmu Hukum<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 34.9pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Hubungan antara ilmu antropologi dengan ilmu hukum terletak di dalam peranan hukum sebagai pembentuk peraturan-peraturan dalam mengkaji antropologi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 34.9pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"><span style="">7.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style=""><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Ilmu Antropologi dengan Ilmu Sosiologi <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 34.9pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Sosiologi membantu ilmu antropologi dalam mempelajari susunan kemasyarakatan, latar belakang, serta kebudayaan manusia dan pola kehidupan manusia. Sehingga dengan adanya sosiologi dapat mempermudah sarjana dalam mengkaji ilmu antropologi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";"><span style="">8.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b style=""><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Ilmu Antropologi dengan Ilmu Ekonomi <o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 34.9pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Ilmu antropologi dengan ilmu ekonomi saling berkaitan dan saling mempengaruhi. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 34.9pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif";">Kekuasaan ekonomi bersifat universal dalam membentuk wujud yang bermacam-macam, karena perubahan dalam hidup masyarakat lebih cepat dirasakan oleh manusia itu sendiri. Sedangkan antropologi yang mempelajari manusia dimana manusia itu sendiri tidak dapat lepas dari pengaruh ekonomi. <o:p></o:p></span></p>
<br />kulingetikhttp://www.blogger.com/profile/13154004340632680631noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2285591517006369783.post-69115444038112154982010-04-10T07:32:00.000-07:002010-04-10T07:40:02.574-07:00Lomba Safetytion 2010 safety Riding Honda Bengkulu Blog competititon<span class="fullpost">Bagi kamu-kamu yang hobby nge-blog & yang punya blog atau bahkan baru register,,, </span><br /><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost">buruan ikut perlombaan </span><span style="font-weight: bold;">"Safetytion 2010 safety Riding Honda Bengkulu Blog competititon"</span><span class="fullpost"> </span>Pendaftaran gratis bisa dilihat infonya disini...<br />atau langsung ke sumber atau info-info yang lainnya<br /><br /><div style="text-align: center;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCoPfz5B6fbTjasAFH8vZ4Lvo4RlJfD5JkFENJo_4MmA1hC9idjEyyTxBdHeXbCdNU2AHIBv_fzXHap9zb9sugFiBIt_Q-_8BbkklvWxGR31gcihoNH7tgDxGvq1hUd7vQunp-HEu0BWcB/s1600/2.jpg"><img style="display: block; margin: 0px auto 10px; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 252px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCoPfz5B6fbTjasAFH8vZ4Lvo4RlJfD5JkFENJo_4MmA1hC9idjEyyTxBdHeXbCdNU2AHIBv_fzXHap9zb9sugFiBIt_Q-_8BbkklvWxGR31gcihoNH7tgDxGvq1hUd7vQunp-HEu0BWcB/s320/2.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5458518073422707074" border="0" /></a><span style="font-family: verdana;">Untuk Lebih jelas Klik gambar ↑</span><br /><br /></div><span class="fullpost">Sumber : FB http://www.facebook.com/hondabengkulu</span><br /><br />info :<br />www.hondabengkulu.com<br /><span> www.safetyriding.hondabeng</span></div><wbr><span class="word_break"></span>kulu.com<br /><span> www.blogsafetyridinghondab</span><wbr><span class="word_break"></span>engkulu.blogspot.comkulingetikhttp://www.blogger.com/profile/13154004340632680631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2285591517006369783.post-87568131133650915872010-03-12T07:03:00.000-08:002010-03-12T07:04:41.098-08:00PENDIDIKAN ISLAM DI ASIA TENGGARAPENDIDIKAN ISLAM DI ASIA TENGGARA<br /><br />PENDAHULUAN<br /><br />Kawasan Asia Tenggara terdiri dari Negara-negara dengan pemeluk agamanya yang beragam. Untuk meneliti dinamika perkembangan pendidikan Islam, diambil sampel Negara – Negara mayoritas dengan penduduknya Islam, diambil sampel Negara-negara mayoritas dengan penduduknya bergam Islam dan Negara-negara dengan agama Islam yang minoritas. Negara-negara dengan pemeluk agama Islam yang mayoritas adalah Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam sedangkan Negara-neara dengan pemeluk agama Islam yang minoritas adalah Thailand, SIngapura, dan Pilipina. <br />Setelah menentukan Negara-negara sebagai objek penelitian dilanjutkan dengan penenentuan instrument pengumpul data melalui wawancara, dan observasi. Studi dokumen dilakukan dengan cara menemukan bahan-bahan tertulis yang dapat dijadikan data dalam penelitian ini berupa buku-buku kepustakaan, peraturan-peraturan seperti undang-undang, peraturan-peraturan pemerintah, keputusan para pejabat dan lain sebagainya. Wawancara mendalam dilakukan kepada tokoh-tokoh kunci, seperti ulama, pendidik, cendekiawan, dan pejabat yang berwenang dalam bidang pendidikan khususnya pendidikan Islam. Observasi dilakukan lembaga pendidikan Islam berbentuk pondok (pesantren), madrasah, sekolah, dan lembaga pendidikan tinggi baik yang masih tergolong tradisional maupun modern. <br />Untuk melakukan analisis ini dilaksanakan beberapa langkah, yaitu lewat studi perpustakaan termasuk di dalamnya studi dokumen, lewat studi dokumen ditemukan informasi tentang dinamika pendidikan Islam yang dikonsentrasikan pada lima masalah pokok yang telah disebutkan terdahulu. Studi keperpustakaan ini akan memberi gambaran awal tentang pendidikan Islam di kawasan ini. Selanjutnya dilakukan studi lapangan untuk melihat dinamika pendidikan Islam dari tradisional ke modern. Dengan demikian, maka di tiap-tiap Negara tidak perlu lepas pengamatan dan analisis tentang adanya dua bentuk lembaga pendidikan Islam sampai hari ini yakni lembaga pendidikan tradisional dan lembaga pendidikan modern. <br /><br />A. PENDIDIKAN ISLAM DI SINGAPURA<br />1. Latar belakang Pengurusan Masjid Singapura<br />Di Singapura, MUIS adalah badan yang bertanggungjawab dalam pelantikan anggota Lembaga Pentadbir Masjid dan pengurusan masjid. Sekarang terdapat 69 buah masjid di Singapura yang mana 22 buah masjid adalah masjid yang telah dibina di estet perumahan melalui Dana Pembinaan Masjid (DPM). DPM telah dimulakan sejak tahun 1975 di mana pemerintah telah membantu dengan mekanisme potongan gaji sumbangan pekerja Islam kepada dana tersebut. Masjid ini, selain mempunyai dewan musolla untuk solat, juga dilengkapi dengan ruang maslahah untuk kegunaaan jemaah, bilik persidangan, dewan serbaguna atau oditorium, bilik-bilik darjah untuk madrasah, kelas-kelas dan bengkel, pejabat pentadbiran dan madrasah, bilik aktiviti untuk program pembangunan sosial dan lain-lain lagi.<br />Untuk memastikan masjid mempunyai sistem pengurusan dan ditadbir dengan baik, suatu proses pelantikan yang ketat lagi terperinci dilakukan bagi memastikan hanya calon- calon yang terbaik akan menerajui kepimpinan masjid-masjid Singapura. Proses ini bermula dengan mengundang individu yang berminat untuk berkhidmat di masjid yang dibuka kepada seluruh masyarakat Islam Singapura melalui iklan surat khabar dan notis di masjid-masjid.<br />Antara syarat-syarat yang perlu dipenuhi oleh para pemohon adalah latar belakang yang baik dan bersih dari rekod jenayah dan tidak pernah muflis. Para pemohon yang pernah berkhidmat sebagai sukarelawan dalam jawatankuasa kecil di masjid akan diberi keutamaan. Selain dari itu, MUIS juga mengambil kira nasihat dan pandangan pemimpin-pemimpin masyarakat yang disegani sebelum pelantikan dilakukan.<br />MUIS juga telah mengadakan Sistem Pembangunan Masyarakat Masjid iaitu suatu system sukarelawan di masjid-masjid agar aktivis-aktivis yang berkhidmat di masjid dapat dipantau untuk tujuan perluasan tanggungjawab, pengiktirafan dan penghargaan menerusi anugerah dan sebagainya. <br />Satu mekanisme juga telah dikuatkuasakan oleh MUIS untuk memastikan keutuhan penjanaan pimpinan baru masjid, bagi mengelakkan masalah penyalahgunaan kuasa dan pentadbiran di kalangan pemimpin-pemimpin masjid. Selain dari mempunyai Peraturan Pengurusan Masjid dan Peraturan Kewangan Masjid, seseorang individu tidak boleh memegang jawatan-jawatan penting seperti Pengerusi atau Bendahari untuk lebih dari dua penggal berturut-turut (setiap penggal adalah untuk jangkamasa dua tahun). Usaha juga dilakukan kemungkinan mentauliahkan sebahagian dari jawatan-jawatan penting ini untuk memastikan hanya mereka yang mempunyai kelayakan profesional dapat menyandang jawatan-jawatan tersebut. keputusan-keputusan masjid dalam minit mesyuarat dan dihantarkan ke MUIS. Semua masjid di Singapura dikehendaki oleh undang-undang di bawah Akta Pentadbiran Undang-Undang Islam (Amla) untuk menyerahkan akaun kewangan mereka untuk diaudit pada setiap tahun (diaudit oleh juruaudit luar yang diluluskan). Ini adalah untuk memastikan segala akaun yang telah disiapkan mengikut Piawai Perakaunan Singapura dan Peraturan Kewangan Masjid (MFR). Ini memandangkan sebahagian besar daripada sumber kewangan masjid adalah ;1. Donatur masyarakat setempat 2. Infak dan sedekah 3.Subsidi kerajaan.Ini adalah untuk memastikan ketelusan dan memberikan keyakinan dan kepercayaan kepada masyarakat Islam Singapura yang telah menyumbang kepada dana masjid untuk majunya pendidikan islam di mesjid singapura . <br /><br />2. Membentuk Semula Masjid<br />Dalam usaha membentuk semula masjid, trend-trend baru dan pengaruh sekitaran yang mempengaruhi landskap kehidupan masyarakat telah diambilkira oleh MUIS beserta cabaran-cabaran Pensejagatan, Pemodenan, Tren Sosial dan Kependudukan. Muis setelah melalui proses perbincangan dan musyawarah yang menyeluruh dengan semua pemimpin-pemimpin masjid, bersetuju untuk:<br />A. Membentuk Semula Perisian<br />Masjid perlu membentuk semula perisian atau kandungan kegiatannya dengan menumpukan kepada Pembelajaran Islam dan Pembangunan Sosial yang mencorakkan kehidupan Muslim kita demi menghayati agama dan bersikap progresif. Sudah tentu ini memerlukan pendekatan berbeza untuk menyampaikan dengan lebih berkesan ilmu agama untuk menangani cabaran kumpulan usia yang berbeda. Ini juga memerlukan masjid kita dibangunkan sebagai masjid kejiranan (constituency) yang menyentuh setiap kalbu masyarakat sekitarannya. Membentuk Semula Perisian ini dibahagikan kepada dua aspek ia itu Membentuk Semula Perisian Pembelajaran Islam dan Pembangunan Sosial.<br />B. Membentuk Semula Perisian – Pembelajaran Islam<br />Dalam konteks Singapura, masjid telah memberi banyak sumbangan dalam memenuhi keperluan pembelajaran Islam bagi ummah. Namun, kita perlu menyimak dan menilai.<br /><br />Strategi 1: Merombak kurikulum<br />Strategi utama dalam membentuk kehidupan beragama ummah sudah tentulah memastikan setiap Muslim menerima Pendidikan Islam sesuai dengan golongan usianya. Ini memerlukan perisian Pendidikan Islam di masjid dirombak dan program jangkauan ini hendaklah mendekati setiap Muslim di sekitaran masjid. Berdasarkan semakan Sistem Pendidikan Islam Singapura (Singapore Islamic Education System-SIES) pada Julai 2004, MUIS telah mempelopori Pendidikan Asas Islam siri program a.L.I.V.E (Learning Islamic Values Everyday) untuk semua peringkat daripada kanak-kanak hingga dewasa yang direka untuk memastikan pendidikan agama mengisi keperluan khusus masyarakat Islam dalam suasana kosmopolitan dan moden. Pendekatannya yang merangsang dan intreraktif serta mengambilkira keperluan menyeluruh masyarakat Islam daripada sekadar beribadat telah mendapat respon yang sangat menggalakkan daripada pelajar, ibubapa, guru-guru dan masyarakat di Singapura. Sebagai permulaan melalui program Umur 5 tahun sampai 8 tahun , kumpulan usia 13 hingga 15 tahun yang boleh dipersembahkan dalam pelbagai format sama ada dalam kelas atau luar kelas pada hari biasa atau hujung minggu atau rancangan intensif cuti, pendidikan agamaakan menjadi lebih berkesan kerana masyarakat Islam dapat mengamalkan dan memahami Islam dalam konteks realiti yang sedia yang ada. Sarana Pendidikan Islam <br />Selain pendidikan asas untuk masyarakat Islam, beberapa buah masjid di Singapura juga telah dikenalpasti sebagai Pusat Pendidikan Islam khusus dalam beberapa bidang Pembelajaran Islam. Antara bidang ini termasuklah pengajian Al-Quran dan Hadis, kefahaman antara agama dan Peradaban Islam. Ini adalah untuk membangunkan kepakaran dan khidmat agama setempat yang mencukupi demi mengisi keperluan menyeluruh ummah. Masjid-Masjid tersebut ialah : <br />Masjid Kampong Siglap - Pengajian Al-Quran/Tahfiz<br />Masjid Omar Kg Melaka - Pengajian Al-Quran/Tahfiz<br />Masjid Assyafaah - Pengajian Hadis<br />Masjid Assyakirin - Tamadun Islam<br />Masjid An-Nahdhah - Pusat Harmoni<br />Masjid An-Nur - Pengajian Bahasa Arab<br />Masjid En-Naeem - Pemikir Islam<br />Masjid Darussalam - Islam dan Pemikiran Barat<br />Masjid Al-Iman - Pengajian Fiqh<br /><br />Jati Diri Muslim Singapura [ SDM ]<br />Sebagai strategi menyeluruh untuk menjadikan masyarakat Islam yang makmur, cemerlang dan memberi sumbangan aktif kepada Singapura, MUIS dengan sokongan pihak-pihak kepentingan (stakeholders), telah mencipta satu model masyarakat cemerlang. Agendanya ialah untuk membangun Masyarakat Islam Cemerlang yang menghayati agamanya di samping berjaya dengan mengamalkan 10 ciri luhur Masyarakat Islam Cemerlang Singapura ia itu:<br />1. Berpegang teguh akan prinsip Islam sambil menyesuaikan diri dengan konteks ang berubah.<br />2. Mempunyai moral dan sifat kerohanian yang utuh, mampu mengatasi cabaran ehidupan masyarakat moden.<br />3. Progresif, mengamalkan Islam lebih daripada sekadar ritual/bentuk dan dapat enyesuaikan diri dengan arus pemodenan.<br />4. Menghayati tamadun dan sejarah Islam dan berupaya memahami isu semasa.<br />5. Menghargai lain-lain ketamadunan dan yakin diri untuk berinteraksi sertabelajar daripada masyarakat lain.<br />6. Percaya bahawa Muslim yang baik adalah rakyat yang baik.<br />7. Dapat menyesuaikan diri sebagai golongan yang memberi sumbangan dalam asyarakat berbilang agama dan negara sekular.<br />8. Membawa kesejahteraan kepada semua dan menggalakkan nilai dan prinsip ejagat.<br />9. Tidak menyendiri dan mengamalkan kehidupan majmuk tanpa bercanggah engan Islam.<br />10. Menjadi contoh dan inspirasi kepada semua. <br />Namun pendekatan ini bukanlah untuk mewujudkan satu jenama baru Islam. ebaliknya ia adalah suatu pengiktirafan kepada kehidupan masyarakat Singapura yang majmuk dan rencam serta tidak menafikan aneka cabaran yang dihadapi setiap anggotanya dalam usaha membentuk jati diri Muslim Singapura. Pada bulan Ramadan yang lalu dengantema “Muslim yang baik adalah jiran yang baik”, contohnya beberapa buah masjid di Singapura telah sama-sama mengagihkan makanan seperti bubur kepada jiran-jiran masjid dan juga kepada masyarakat yang bukan Islam seperti di rumah orang-orang tua.<br /><br />C. Metode atau strategi Membentuk Semula Perisian – Pembangunan Sosial<br />Masjid-masjid di Singapura juga berperanan penting dalam pembangunan sosio-agama masyarakat. Walaupun penting bagi masjid menjadi tempat berwenang bagi ibadah dan pembelajaran Islam, konteks Singapura menuntut masjid juga memainkan peranan lebih besar lagi dalam pembangunan sosio-agama bagi masyarakat. <br />Dalam konteks kini, usaha masjid ini dapat memberi nilai tambah kepada agensi yang ada dengan melengkapi usaha mereka menerusi rancangan perkongsian dan menghubungkan golongan yang memerlukan dengan penyedia khidmat sosial. Tiga strategi dan sembilan cadangan telah dikenalpasti dan disetujui. Antara tiga strategi itu ialah :<br /> Strategi 1 : Masjid Mesra Belia<br />Belia merupakan golongan yang besar dalam masyarakat Islam Singapura. Dengan arus pemodenan yang sangat pesat, sekitaran sosial yang mencabar dan kian meruncing, agenda belia ini telah diambil secara serius oleh pimpinan masjid menerusi panduan mesra belia untuk mewujudkan ruang dan kecenderungan yang selesa untuk belia ketika di masjid. Kawasan ‘lepak’ belia yang ‘gerek’ dengan ciri tersendiri telah dilaksanakan di beberapa masjid dan pendekatan lebih mesra untuk menarik belia ke masjid. Pekerja sosial belia (youth worker) juga telah digajikan di beberapa masjid untuk menangani persoalan belia secara profesional untuk mengadakan program pembangunan belia secara lebih teratur dan berkesan.<br /><br /> Strategi 2 : Masjid Mesra Keluarga<br />Untuk menjadi masjid yang mesra keluarga, beberapa buah masjid juga telah disesuaikan untuk menjadi pusat bagi kegiatan bersama keluarga. Pendekatan ini telah diambil demi menjadikan masjid mesra keluarga dan menangani masalah keluarga. Antara langkah yang telah diambil ialah dengan meningkatkan peranan Imam Eksekutif masjid selain sebagai memimpin pembangunan kerohanian jemaah juga meliputi tugas Naib Kadhi. Lantas pasangan muda yang dinikahkannya akan terus mendapat bimbingannya sebagai pembimbing (mentor) pasangan tersebut.<br /><br /> Strategi 3 : Masjid Mesra Masyarakat<br />Usaha juga telah dilakukan oleh beberapa buah masjid untuk menjadikan masjid mesra masyarakat sama ada jemaah dalaman (internal), luaran (external), pemimpin akar umbi, organisasi/institusi sekitaran masjid dan organisasi pemerintah. Antara yang telah dilakukan untuk jemaah dalaman masjid ialah seperti Sesi Bertemu Jemaah (Meet Jemaah Session) di mana sesi bual mesra bersama jemaah untuk lebih kenal, mendapatkan maklum balas dan memaklumkan program masjid kepada jemaah. Bagi jemaah luaran program lawatan ke rumah-rumah penduduk Islam telah dilakukan untuk selain berkenal mesra, mendapatkan maklum balas dan menyampaikan program kegiatan masjid kepada penduduk adalah juga untuk memantau sekiranya ada penduduk yang bermasalah maka dapat diberi bantuan atau disalurkan kepada badan-badan bantuan.<br />Sistem ‘qaryah’ juga telah dilaksanakan oleh beberapa buah masjid sebagai rangkaian jawatankuasa kecil masjid di estet-estet perumahan untuk memberi maklum balas masyarakat, merangsang semangat sistem sokongan keluarga berangkai dan menyalurkan keluarga susah dalam kejiranan kepada masjid.<br />Dalam konteks yang lebih besar, MUIS dengan beberapa masjid juga telah mengadakan usaha untuk menonjolkan imej positif Islam menerusi projek “Rahmatan Lil Alamin”. Ini adalah projek muhibah masyarakat dan bantuan ihsan tanpa mengira kaum dan agama. Ini adalah sejajar dengan agama Islam sebagai “rahmat” atau kesejahteraan kepada setiap orang di Singapura khususnya dan amnya di seluruh alam. Contoh projek yang telah dijalankan di luar negeri ialah bantuan mangsa Tsunami di Aceh dan di dalam negeri seperti membersih pantai Sembawang di Singapura setiap bulan sekali bersama badan-badan akar umbi penduduk bukan Islam. Ini adalah antara usaha untuk membetulkan tanggapan negative terhadap Islam akibat gambaran tidak tepat oleh media sejagat.<br />D. Menyusun Semula Kepimpinan<br />Dalam usaha untuk meningkatkan pengurusan masjid agar lebih berkesan dan efektif. MUIS sentiasa berusaha untuk memperkasa kepimpinan masjid dengan meningkatkan kemahiran pengurusan dan pembangunan masjid. Tiga strategi dan lapan cadangan telah dipersetujui dalam menyusun semula kepimpinan. Tiga strategi itu ialah :<br />Startegi 1 : Menilai kembali struktur pimpinan masjid untuk meningkatkan martabat kepimpinan.<br />Strategi 2 : Memperkukuh dan meningkatkan lagi kepimpinan masjid<br />Strategi 3 : Menyemai semangat sivik melibatkan masyarakat sekitaran<br />Strategi 1 : Menyusun Semula Kepimpinan Masjid<br /><br />Pimpinan merupakan faktor utama dalam melaksanakan agenda pembentukan semula masjid. Dengan isu masyarakat yang kian rumit, pimpinan masjid perlu mengambil peranan yang lebih strategik dengan melakarkan rencana jangka pendek dan panjang diterap serta dipantau secara tetap. Ini bermakna pengurusan masjid harus ditugaskan kepada pekerja sepenuh masa dan mempunyai kepakaran dalam ilmu pengurusan. Justeru itu Muis telah memperkenalkan skim Pemimpin Eksekutif Profesional (PEL) seperti Pengerusi Eksekutif, Setiausaha Eksekutif dan Pengurus Masjid.<br /><br />E. Menyusun Semula Sistem<br />MUIS dalam usaha untuk menyusun semula sistem telah mengenalpasti tiga strategi dan tujuh cadangan. Tiga strategi itu ialah :<br /><br />Strategi 1 : Mengenal dan Melaksanakan Idea Keusahawanan Sosial<br />Sebuah pusat urusan perkongsian khidmat telah ditubuhkan dengan usahasama MUIS dan masjid. Dengan ditadbirkan secara profesional, pusat ini telah memberikan khidmat bersama yang bermutu dan mematuhi syarat berkanun. Proses khidmat penting seperti buku kira-kira dan perakaunan, pentadbiran sumber manusia, teknologi maklumat dan penyenggaraan masjid telah dipusatkan atau dikongsi demi menikmati penjimatan besar ekonomi. Hasilnya, kos pengendalian keseluruhan dapat dikurangkan, sumber digerak untuk tugas-tugas utama dan syarat-syarat berkanun dipatuhi dengan lebih baik. Beberapa buah masjid di Singapura telah mula menggunakan khidmat bersama (shared services) ini.<br /><br />Strategi 2 :Memaksimumkan Pulangan dengan Perkongsian Sumber<br />Sebuah pusat urusan perkongsian khidmat telah ditubuhkan dengan usahasama MUIS dan masjid. Dengan ditadbirkan secara profesional, pusat ini telah memberikan khidmat bersama yang bermutu dan mematuhi syarat berkanun. Proses khidmat penting seperti buku kira-kira dan perakaunan, pentadbiran sumber manusia, teknologi maklumat dan penyenggaraan masjid telah dipusatkan atau dikongsi demi menikmati penjimatan besar ekonomi. Hasilnya, kos pengendalian keseluruhan dapat dikurangkan, sumber digerak untuk tugas-tugas utama dan syarat-syarat berkanun dipatuhi dengan lebih baik. Beberapa buah masjid di Singapura telah mula menggunakan khidmat bersama (shared services) ini.<br /><br />Startegi 3 : Masjid Contoh Cemerlang<br />Selain daripada Anugerah Masjid Cemerlang yang dianjurkan MUIS sejak tahun 2000, ia juga telah memperkenalkan Sistem Masjid Cemerlang (Mosque Excellence System - MES) demi pengurusan yang baik. Sistem ini menyediakan kerangka menyeluruh bagi masjid untuk mencapai peningkatan, pertumbuhan dan pembangunan. Ia mengandungi ‘benchmark’ bagi Lembaga Pentadbir Masjid (LPM) untuk menyediakan khidmat bermutu tinggi kepada jemaah, di samping memastikan sistem dan sumbernya dapat tumbuh demi mencapai MES telah dibangunkan berdasar kerangka Anugerah Kualiti Singapura (Singapore Quality Award - SQA) yang disandarkan pada Anugerah Kualiti Kebangsaan Malcolm Baldridge Amerika Syarikat, Anugerah Kualiti Eropah dan Anugerah Kecemerlangan Niaga Australia.<br />Masjid yang ingin mendapatkan Pensijilan Masjid melalui MES hendaklah membuat penilaian MES terlebih dahulu sebelum proses pengiktirafan boleh dianugerahkan. Masjid yang dianugerahi sijil ini boleh berkongsi amalan terbaik mereka dan boleh juga mendapat pengiktirafan kebangsaan dengan memohon Anugerah Kelas Kualiti Singapura (Singapore Quality Class - SQC) dan meneruskan perjalanan ke arah kecemerlangan. <br /><br />B. PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA<br /><br />Suatu hal yang tidak terlepas dalam wacana pendidikan di Indonesia adalah Pondok Pesantren. Ia adalah model sistem pendidikan pertama dan tertua di Indonesia. Keberadaannya mengilhami model dan sistem-sistem yang ditemukan saat ini. Ia bahkan tidak lapuk dimakan zaman dengan segala perubahannya. Karenanya banyak pakar, baik lokal maupun internasional melirik Pondok Pesantren sebagai bahan kajian. Tidak jarang beberapa tesis dan disertasi menulis tentang lembaga pendidikan Islam tertua ini.<br /> Di antara sisi yang menarik para pakar dalam mengkaji lembaga ini adalah karena “modelnya”. Sifat keislaman dan keindonesiaan yang terintegrasi dalam pesantren menjadi daya tariknya. Belum lagi kesederhanaan, sistem dan manhaj yang terkesan apa adanya, hubungan kyai dan santri serta keadaan fisik yang serba sederhana. Walau di tengah suasana yang demikian, yang menjadi magnet terbesar adalah peran dan kiprahnya bagi masyarakat, negara dan umat manusia yang tidak bisa dianggap sepele atau dilihat sebelah mata. Sejarah membuktikan besarnya konstribusi yang pernah dipersembahkan lembaga yang satu ini, baik di masa pra kolonial, kolonial dan pasca kolonial, bahkan di masa kini pun peran itu masih tetap dirasakan.<br /> Di tengah gagalnya sebagian sistem pendidikan dewasa ini, ada baiknya kita menyimak kembali sistem pendidikan pesantren. Keintegrasian antara ilmu etika dan pengetahuan yang pernah dicanangkan pesantren perlu mendapat perhatian, sehingga -paling tidak- mengurangi apa yang menjadi trendi di tengah-tengah pelajar dan pemuda kita: TAWURAN.<br />Pondok pesantren Dahulu<br />Dalam catatan sejarah, Pondok Pesantren dikenal di Indonesia sejak zaman Walisongo. Ketika itu Sunan Ampel mendirikan sebuah padepokan di Ampel Surabaya dan menjadikannya pusat pendidikan di Jawa. Para santri yang berasal dari pulau Jawa datang untuk menuntut ilmu agama. Bahkan di antara para santri ada yang berasal dari Gowa dan Talo, Sulawesi.<br />Pesantren Ampel merupakan cikal bakal berdirinya pesantren-pesantren di Tanah Air. Sebab para santri setelah menyelesaikan studinya merasa berkewajiban mengamalkan ilmunya di daerahnya masing-masing. Maka didirikanlah pondok-pondok pesantren dengan mengikuti pada apa yang mereka dapatkan di Pesantren Ampel.<br />Kesederhanaan pesantren dahulu sangat terlihat, baik segi fisik bangunan, metode, bahan kajian dan perangkat belajar lainnya. Hal itu dilatarbelakangi kondisi masyarakat dan ekonomi yang ada pada waktu itu. Yang menjadi ciri khas dari lembaga ini adalah rasa keikhlasan yang dimiliki para santri dan sang Kyai. Hubungan mereka tidak hanya sekedar sebagai murid dan guru, tapi lebih seperti anak dan orang tua. Tidak heran bila santri merasa kerasan tinggal di pesantren walau dengan segala kesederhanaannya. Bentuk keikhlasan itu terlihat dengan tidak dipungutnya sejumlah bayaran tertentu dari para santri, mereka bersama-sama bertani atau berdagang dan hasilnya dipergunakan untuk kebutuhan hidup mereka dan pembiayaan fisik lembaga, seperti lampu, bangku belajar, tinta, tikar dan lain sebagainya.<br />Materi yang dikaji adalah ilmu-ilmu agama, seperti fiqih, nahwu, tafsir, tauhid, hadist dan lain-lain. Biasanya mereka mempergunakan rujukan kitab turost atau yang dikenal dengan kitab kuning. Di antara kajian yang ada, materi nahwu dan fiqih mendapat porsi mayoritas. Ha litu karena mereka memandang bahwa ilmu nahwu adalah ilmu kunci. Seseorang tidak dapat membaca kitab kuning bila belum menguasai nahwu. Sedangkan materi fiqih karena dipandang sebagai ilmu yang banyak berhubungan dengan kebutuhan masyarakat (sosiologi). Tidak heran bila sebagian pakar meneybut sistem pendidikan Islam pada pesantren dahulu bersifat “fiqih orientied” atau “nahwu orientied”.<br />Masa pendidikan tidak tertentu, yaitu sesuai dengan keinginan santri atau keputusan sang Kyai bila dipandang santri telah cukup menempuh studi padanya. Biasanya sang Kyai menganjurkan santri tersebut untuk nyantri di tempat lain atau mengamalkan ilmunya di daerah masing-masing. Para santri yang tekun biasanya diberi “ijazah” dari sang Kyai.<br />Lokasi pesantren model dahulu tidaklah seperti yang ada kini. Ia lebih menyatu dengan masyarakat, tidak dibatasi pagar (komplek) dan para santri berbaur dengan masyarakat sekitar. Bentuk ini masih banyak ditemukan pada pesantren-pesantren kecil di desa-desa Banten, Madura dan sebagian Jawa Tengah dan Timur.<br /> <br />Pesantren dengan metode dan keadaan di atas kini telah mengalami reformasi, meski beberapa materi, metode dan sistem masih dipertahankan. Namun keadaan fisik bangunan dan masa studi telah terjadi pembenahan. Contoh bentuk terakhir ini terdapat pada Pondok Pesantren Tebu Ireng dan Tegalrejo.<br /> <br />Pondon Pesantren Kini<br /><br />Bentuk, sistem dan metode pesantren di Indonesia dapat dibagi kepada dua periodisasi; Periode Ampel (salaf) yang mencerminkan kesederhanaan secara komprehensif. Kedua, Periode Gontor yang mencerminkan kemodernan dalam sistem, metode dan fisik bangunan. Periodisasi ini tidak menafikan adanya pesantren sebelum munculnya Ampel dan Gontor. Sebelum Ampel muncul, telah berdiri pesantren yang dibina oleh Syaikh Maulana Malik Ibrahim. Demikian juga halnya dengan Gontor, sebelumnya telah ada –yang justru menjadi cikal bakal Gontor- pesantren Tawalib, Sumatera. Pembagian di atas didasarkan pada besarnya pengaruh kedua aliran dalam sejarah kepesantrenan di Indonesia.<br /> Sifat kemodernan Gontor tidak hanya terletak pada bentuk penyampaian materi yang menyerupai sistem sekolah atau perkuliahan di perguruan tinggi, tapi juga pada gaya hidup. Hal ini tercermin dari pakaian santri dan gurunya yang mengenakan celana dan dasi. Berbeda dengan aliran Ampel yang sarungan dan sorogan. Hal ini bisa dimaklumi, mengingat para Kyai salaf menekankan perasaan anti kolonial pada setiap santri dan masyarakat, hingga timbul fatwa bahwa memakai celana dan dasi hukumnya haram berdasarkan sebuah hadist yang berbunyi: “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum (golongan), maka dia termasuk golongan itu”.<br /> Dalam hal ini, Gontor telah berani melangkah maju menuju perubahan yang saat itu masih dianggap tabu. Namun demikian bukan tidak beralasan. Penggunaan dasi dan celana yang diterapkan Gontor adalah untuk mendobrak mitos bahwa santri selalu terkebelakang dan ketinggalan zaman. Prinsip ini tercermin dengan masuknya materi bahasa inggris menjadi pelajaran utama setelah bahasa Arab dan agama, dengan tujuan agar santri dapat mengikuti perkembangan zaman dan mampu mewarnai masyarakat dengan segala perubahannya.<br /> Beberapa reformasi dalam sistem pendidikan pesantren yang dilakukan Gontor antara lain dapat disimpulkan pada beberapa hal. Di antaranya: tidak bermazdhab, penerapan organisasi, sistem kepimimpinan sang Kyai yang tdak mengenal sistem waris dan keturunan, memasukkan materi umum dan bahasa Inggris, tidak mengenal bahasa daerah, penggunaan bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa pengantar dan percakapan, olah raga dengan segala cabangnya dan lain-lain. Oleh karena itu Gontor mempunayi empat prinsip, yaitu: berbudi tinggi, berbadan sehat, berpikiran bebas dan berpengetahuan luas.<br /> Langkah-langkah reformasi yang dilakukan Gontor pada gilirannya melahirkan alumni-alumni yang dapat diandalkan, terbukti dengan duduknya para alumni Gontor di berbagai bidang, baik di instansi pemertintah maupun swasta. Bila mazdhab Ampel telah melahirkan para ulama, pejuang kemerdekaan dan mereka yang memenuhi kebutuhan lokal, maka Gontor telah memenuhi kebutuhan di segala sendi kehidupan di negeri ini. Atas dasar itu pula penulis membagi sejarah sistem pendidikan pesantren kepada dua pase; pase Ampel dan pase Gontor.<br /> Satu persamaan yang dimilki dua madzhab ini adalah bahwa kedua-duanya tidak mengeluarkan ijazah negeri kepada alumninya, dengan keyakinan bahwa pengakuan masyarakatlah sebagai ijazahnya.<br /> Langkah reformasi di atas tidak berarti Gontor lebih unggul di segala bidang, terbukti kemampuan membaca kitab kuning (turost) masih dikuasai alumni mazdhab Ampel dibanding alumni mazdhab Gontor.<br /> <br />Pembaharuan di Bidang Furu’ (Kurikulum)<br /><br />Yang dimaksud perubahan di bidang furu’ di sini adalah beberapa perubahan pada beberapa bidang yang dilakukan sejumlah pondok pesantren yang berkiblat atau mengikuti Gontor. Seperti perubahan kurukulum dan aktifitas pesantren. Hal ini terjadi karena dipandang masih adanya beberapa kelemahan yang ditemukan pada Gontor. Atau karena adanya kebutuhan masyarakat di mana pesantren itu berada. Untuk mengisi kekurangan di bidang penguasaan kitab kuning umpamanya, beberapa pesantren memasukkan kitab kuning sebagai sylabus, meskipun jam pelajarannya berada di luar waktu sekolah, seperti halnya yang dilakukan Pondok Pesantren Daarul Rahman, Jakarta. Sistem kombinasi (perpaduan) mazdhab Gontor dan Salaf ini belakangan banyak diterapkan di tengah tumbuhnya pesantren-pesantren. Pengajaran kitab kuning pun tidak lagi menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar sebagaimana yang ditemukan pada pesantren Salaf, meskipun demikian metode pembacaannya (secara nahwu) masih mengikuti mazdhab Salaf, yaitu menggantikan “Utawi-Iku” dengan “Bermula-Itu” pada kedudukan mubtada dan khobar. Di sisi lain sejumlah pesantren mengikuti sylabus Depag atau Depdikbud. Hal itu karena didorong tuntutan masyarakat yang menginginkan anaknya menggondol ijazah negeri setelah menyelesaikan studinya. Sebagai konsekwensinya, mau tidak mau beberapa materi yang terdapat pada Gontor dikurangi mengingat jatah kurikulum pemerintah tadi. Atau paling tidak beberapa jam pelajaran dibagi-bagi untuk memenuhi kurikulum tadi. Sehingga bobot Gontornya sedikit berkurang. Namun demikian, langkah ini membantu para alumninya melanjutkan pendidikan di mana saja karena adanya ijazah negeri. Bentuk terakhir ini kita dapatkan pada Pondok Pesantren Daarun Najah, Daarul Qolam dan pesantren-pesantren sekarang pada umumnya.<br /> <br />Kebijakan Pemerintah dan Pendidikan<br /><br />Pemerintah melalui Departemen Agama telah mengeluarkan kebijaksanaannya dalam pendidikan, yaitu dengan SK Menag tentang penyelenggaraan pendidikan agama. Maka berdirilah MI, Mts, Madrasah Aliyah dan IAIN dengan tujuan mencetak ulama yang dapat menjawab tantangan zaman dan memberi kesempatan kepada warga Indonesia yang mayoritas muslim mendalami ilmu agama. Ijazah pun telah disetarakan dengan pendidikan umum sesuai dengan SK bersama tiga menteri (Menag, Mendikbud, Mendagri). Dengan demikian lulusan madrasah disetarakan dengan lulusan sekolah umum negeri.<br /> Namun demikian, setelah berjalannya proses kebijakan tersebut, terbukti masih terdapat kelemahan-kelemahan, baik mutu pengajar, alumni (siswa) dan materinya, sehingga cita-cita mencetak ulama yang handal kandas di tengah jalan. Ha lini terbukti masih dominannya lulusan pesantren dalam soal keagamaan. Bahkan lulusan madrasah dapat dikatakan serba tanggung, menjadi seorang profesional pun tidak, ulama pun tidak, Tidak heran bila banyak suara sumbang dan kritikan tajam bahwa SK bersama tiga menteri di atas hanya sebuah upaya pengikisan Islam dan keilmuannya melalui jalur pendidikan. Sehingga pada waktunya nanti Indonesia akan mengalami kelangkaan ulama. Ini terbukti dengan menjauhnya masyarakat dari madrasah. Mereka lebih bangga menyekolahkan anak-anaknya di sekolah-sekolah umum. Alasannya sederhana, lulusan madrasah sulit mencari pekerjaan dibanding lulusan sekolah umum, walaupun pendapat ini tidak seluruhnya benar, tapi demikianlah yang kini berkembang di masyarakat.<br /> Lebih ironi lagi, pemerintah melarang alumni pondok pesantren non kurikulum pemerintah untuk masuk IAIN. Alasannya karena mereka tidak memiliki ijazah negeri atau karena ijazah pesantrennya tidak disetarakan dengan ijazah negeri. Akibatnya IAIN hanya diisi oleh lulusan-lulusan madrasah dan sekolah umum yang note bone mutu pendidikan agamanya sangat minim. Padahal di tengah-tengah suasana globalisasi dan keterbukaan , kwalitaslah yang menjadi acuan, bukan formalitas.<br /> Fenomena di atas membuat beberapa pesantren mengadakan ujian persamaan negara dan mengadopsi kurikulum pemerintah. Dan tentu saja segala konsekwensi yang telah disebut di atas akan terjadi. Di samping karena hal itu menjadi tuntutan masyarakat.<br /> <br />Pendidikan Islam Alternatif<br /><br />Beberpa studi empiris tentang pendidikan Islam di Indoensia menyimpulkan masih terdapatnya beberapa kelemahan. Karena itu kini banyak ditemukan beberapa lembaga pendidikan alternatif yang mengakomodir berbagai tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Sekolah-sekolah unggulan, SMP Plus, SMU Terpadu yang kini banyak berdiri merupakan respon dari fenomena di atas. Tidak jarang kini ditemukan SMP atau SMU yang berasrama seperti halnya pondok pesantren. Dipergunakannya nama “SMP” dan “SMU” di atas hanya lebih karena dorongan kebutuhan market (pasar). Sebab, nama pondok pesantren pada sebagian masyarakat masih dianggap kolot dan ketinggalan zaman.<br /> Bentuk pendidikan ini dilengkapi dengan kurikulum yang tidak kalah dengan yang terdapat pada pesantren dan sekolah umum. Terbukti adanya sejumlah sekolah ini yang melahirkan “Huffadz” (penghafal al-Quran) padahal lahir dari sebuah SMP atau SMA.<br /> Di sisi lain, bentuk lembaga ini merindukan pudarnya dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum agar integritas keduanya berjalan bersama-sama sebagaimana yang pernah ditemukan dunia Islam masa silam. Inilah mungkin yang pernah diungkapkan oleh KH. Zainuddin MZ sebagai “Hati Mekkah, Otak Jerman”. Walaupun semboyan ini tidak seluruhnya benar. Soalnya, pendidikan Islam harus bersemboyan “Hati, Otak dan jiwa harus Islami”, dan ini telah terbukti dengan lahirnya ilmuwan-ilmuuwan Islam di zaman keemasan.<br /> Kegiatan belajar-mengajar di lembaga ini sama dengan pesantren, Ia juga mempunyai nilai plus yang tidak didapatkan di sekolah umum biasa. Untuk menghasilkan alumi yang handal, lembaga ini menyaring calon siswanya dengan ujian masuk yang ketat. Kemampuan IQ dan intelejensi menjadi prioritas dalam menerima para siswa. Fasilitas yang memadai menjadi daya tarik minat masyarakat walau harus membayar dengan harga tinggi. Hal ini seiring dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Bahkan sebagian lapisan masyarakat merasa bangga dengan bayaran tinggi karena sesuai dengan mutu dan fasilitas.<br /> Apakah bentuk pendidikan ini telah berhasil dan dianggap sukses?. Belum tentu, selain belum lahirnya para alumni model ini, sistem pendidikan akan terus berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat dan zaman. Bahkan kemungkinan bentuk terakhir ini tidak mampu berjalan selama kurun satu atau dua dasawarsa ke depan.<br />Penutup<br />Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lembaga-lembaga pendidikan Islam, khususnya pesantren telah banyak memberikan andil bagi bangsa Indoneisa, baik dahulu maupun kini. Kehandalan pondok pesantren selama berabad-abad, walau dengan segala kesederhanaannya masih menjadi harapan umat Islam sebagai benteng satu-satunya bagi umat Islam dan kelimiahannya. Karena dari sanalah lahir generasi-generasi yang melanjutkan da’wah Islam. Tidak aneh bila ada anggapan bahwa para orientalis mulai menggeluti sosiologi pesantren untuk mencari titik yang dapat melemahkan kesinambungannya demi pengikisan Islam di Indonesia, baik melaui cara halus maupun kasar.<br />Walau bagaimana tangguhnya sebuah pesantren ia harus tetap belajar dengan lingkungan sekitarnya sambil melestarikan identitas keislamannya. Sistem fiqih orientied yang diterapkan pada masa Ampel misalnya, pada zaman kini dirasa kurang berhasil melahirkan alumni yang iltizam dengan agamanya, terbukti adanya sebagian santri setelah lulus dari pesantrennya kurang mengamalkan ajaran agamanya. Karena sekeluarnya dari almamater, dalam jiwanya merasa telah bebas dari segala peraturan dan tata tertib pesantren, padahal sebenarnya sebagian besar tata tertib itu adalah bagian dari ajaran Islam, seperti berjilbab, sholat berjamaah, membaca al-Quran, menjauhi yang haram dan syubhat, melakukan hal yang sunah dan lain sebagainya.<br /> Oleh karena itu perlu adanya upaya memberi materi Islam secara kaffah, kamil dan mutakamil. Sehingga pemahaman dan sikapnya terhadap Islam pun bersifat komprehensif, dan tidak sepenggal-penggal.<br /> Keanekaragaman lembaga pendidikan Islam merupakan khazanah yang perlu dilestarikan. Setiap lembaga mempunyai ciri khas dan orientasi masing-masing, namun demikian harus ada satu komitmen, yaitu memberi pemahaman Islam secara kaffah demi izzul Islam wal muslimin. <br /><br />C. PENDIDIKAN ISLAM DI MALAYSIA<br /><br />1. Keadaan Islam di Malaysia<br />Islam merupakan agama resmi Negara ferasi Malaysia. Hamper 50% dari 13 juta penduduknya adalah Muslim dan sebagian besar diantaranya adalah orang melayu yang tinggal di Semenanjung Malaysia. Adapun sisanya terdiri dari kelompok-kelompok etnik yang minoritas yakni diantaranya Cina yang terdiri sekitar 30% dari penduduk Malaysia dan yang lainnya India dan Arab (Esposito, 1990:55). <br />Keragaman masyarakat yang demikian besar membawa dampak ketegangan dan konflik-konflik yang cenderung untuk menambah identitas orang-orang melayu, terutama orang Cina yang lebih meningkat pendidikan dan perekonomiannya dari pada orang muslim yang lebih pedesaan. Masyarakat Muslim di Malaysia sebagian besar berlatar belakang pedesaan dan mayoritas mereka bekerja sebagai petani. Mereka cenderung dalam kehidupan komunitas masyarakat kampong. Warga perkampungan Malaysia menjalankan praktek – praktek keagamaan, meyakini terhadap roh-roh suci, tempat suci, dan meyakini para wali yang dikeramatkan baik di kalangan Muslim maupun non Muslim. Diantara warga Muslim dan non Muslim dapat hidup rukun tanpa ada permusuhan sehingga masyarakat di sana tentram dan damai. Perkembangan Islam di Malaysia telah membawa peradaban-peradaban baru yang diakui Dunia Islam. Sampai saat ini Muslim Malaysia dikenal sebagai Muslim yang taat beribadahnya, kuat memegang hukum Islam dan juga kehidupan beragamannya yang damai serta mencerminkan keIslaman agamanya baik di perkampungan maupun dalam pemerintahan. Peranan seorang ulama di sana sangat penting baik dalam segi dakwah dan dalam pengelolaan sekolah-sekolah. <br />Mengenai hasil peradaban Islam di Malaysia ini juga tidak kalah dengan Negara-negara Islam yang lain, seperti : <br />1. Adanya bangunan-bangunan masjid yang megah seperti Masjid Ubaidiyah di Kuala Kancong <br />2. Banyaknya bangunan-bangunan sekolah Islam<br />3. Berlakunya hukum Islam pada pemerintahan Malaysia (hukum islam di sana mendapat kedudukan khusus karena dijadikan hukum Negara). <br />Pada zaman tradisional Islam di Negara-negara perairan Malaya mempunyai hubungan yang erat antara kehidupan kampong dan organisasi kenegaraan. Pemerintahan dibagi menjadi dua ruang lingkup yakni : <br />1) Dalam Kehidupan Kampung<br />Terdapat dua jabatan yang seimbang. Kepala kampong atau penghulu diangkat oleh pejabat yang lebih tinggi untuk menjaga ketertiban lokal, menengahi persengketaan, mengumpulkan pajak, mengorganisir kaum buruh dan bertindak sebagai penyembuhan dalam bidang spiritual. Adapun jabatan yang lain yakni islam masjid yang local dan mengajar di sekolah local.<br />Islam memberikan peranan yang penting terhadap sejumlah ritual dan perayaan yang menjadi symbol solidaritas komunitas perkampungan, dan perayaan beberapa peristiwa besar dalam siklus kehidupan individual seperti perayaan kelahiran, perkawinan, dan peringatan kematian. <br />2) Dalam kehidupan Negara <br />Islam juga diperlukan bagi Negara Malaysia. Para Sultan pada beberapa Negara Malaya merupakan kepala sebuah kelompok keturunan Aristokratik yang membuat elit politik negeri dan merupakan raja-raja kampong. Seorang penguasa juga disebut sebagai Sultan, Raja dan yang Dipertuan. Gelar-gelar tersebut merupakan gelar Muslim dan Hindu yang diyakini sejak masa Islam. <br />Pada periode tradisional Sultan merupakan pejabat agama dan politik yang tertinggi dan melambangkan corak Muslim masyarakat melayu. Sultan sebagai kepala agama mempunyai wewenang penuh bagi umat Islam di Malaysia. Di samping itu kehidupan beragama di sana terasa sangat formal jika dibandingkan dengan Indoensia seperti khutbah Jum’at yang harus berisikan doa bagi Sultan dan seluruh keluarganya. Bahkan pernah terjadi pada waktu “Idul Fitri” di Masjid Kuala Lumpur, takbir yang dikumandangkan bersama-sama diberhentikan demi menyambut kedatangan yang Maha Mulia Sultan. Setelah Sri Baginda duduk, barulah bacaan takbir dikumandangkan kembali (Anwar, 1968:XII). Jadi kedudukan seorang Sultan di Malaysia pada zaman dahulu sangat mulia. Namun kenyataan di atas berubah drastik setelah Malaysia didominasi oleh Inggris. <br />System yang berlaku pada era tradisional ini berubah total. Mereka membebaskan para Sultan Melayu dari otoritas efektif dalam segala urusan kecuali bidang yang berkenaan dengan agama dan adapt. Oleh karena itu para Sultan berusaha memperkuat pengaruh mereka pada bidang tersebut sebagai satu-satunya ekspresi dan berusaha memusatkan organisasi keagamaan Islam dan memperluas control kesultanan terhadap kehidupan keagamaan. <br /><br />2. Visi Misi dan Tujuan Pendidikan Islam<br />Adapun pemakalah akanmembicarakan pendidikan Islam di Malaysia, yaitu jenis pendidikan keagamaan atau pendidikan non formal. Pada prinsipnya urusan agama Islam menjadi wewenang pemerintah Negara bagian. Seperti ditetapkan dalam Konstitusi Malaysia, sulthan menjadi pimpinan agama Islam di negerinya masing-masing. Sementara itu di negeri yang tidak mempunyai sulthan seperti Pulau Pinang, Malaka, Sabah dan Serawak serta wilayah federal Kuala Lumpur sendiri, pimpinan agama dipercayakan kepada yang di Pertuan Agung. Namun demikian agaknya pemerintah merasa perlu untuk memadu, kalau tidak bisa dikatakan mengatur, agak aktifitas Islam di Negara tersebut tidak menjadi sumber instabilitas. <br />Hal ini dilakukan pemerintah, selain untukmenunjukkan perannya dalam mendukung Islam juga dimaksudkan untuk menghilangkan kekhawatiran dan ketakutan warga non Muslim terhadap apa yang dibahasakan Mahathir sebagai “Islam Fundamentalis” yang diantaranya menginginkan penerapan hukum Islam dan atau terbentuknya Negara Islam di Malaysia. Maka untuk menetralisir gerakan-gerakan fundamentalis tersebut, serta berupaya untuk memandu dan mengatur aktifitas Islam di Negara itu, pemerintah perlu merancang dan mengatur sendiri berbagai aktifitas Islam dan berdasarkan pada kebijakan pemerintah. <br /><br />3. Kurikulum Pendidikan <br />Dalam penerapan kurikulum pendidikan islam di Malaysia tidak berbeda jauh dengan pendidikan Islam di Indonesia, yaitu kurikulum pendidikan islam yang mengandung dua kurikulum inti sebagai kerangka dasar operasional pengembangan kurikulum. Pertama, tauhid sebagai unsure pokok yang tidak dapat dirubah. Kedua, perintah membaca ayat-ayat Allah yang meliputi tiga macam ayat, yaitu : 1) ayat Allah yang berdasarkan wahyu, 2) ayat Allah yang ada pada diri manusia, 3) ayat Allah yang terdapat di alam semesta atau di luar dari manusia. <br />Para ahli pendidikan Islam dalam hal ini memberikan interpretasi-interpretasi tersendiri. Prinsip umum yang menjadi dasar kurikulum pendidikan Islam adalah : <br />1. Adanya pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk ajaran-ajaran dan nilai-nilainya<br />2. Prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum <br />3. Keseimbangan yang relative antara tujuan dan kandungan-kandungan kurikulum <br />4. Perkaitan dengan bakat, minat, kemampuan-kemampuan dan kebutuhan pelajar dan juga dengan alam sekitar, fisik dan sosial tempat pelajar itu hidup berinteraksi <br />5. Pemeliharaan atas perbedaan-perbedaan individu diantara pelajar dalam bakat-bakat, minat, kemampuan, kebutuhan dan perbedaan lingkungan masyarakat.<br />6. penyesuaian dengan perkembangan dan perubahan yang berlaku dalam kehidupan <br />7. Pertautan antara mata pelajaran, pengalaman dan aktifitas yang terkandung dalam kurikulum, dan pertautan antara kandungan kurikulum dengan kebutuhan murid dan kebutuhan masyarakat tempat murid itu tinggal. <br /><br />4. Keadaan Sumber Daya Manusia <br />Untuk priode pemerintahan 1976-1981 dan 1981 – 1986, terlihat betapa pemerintah Malaysia menunjukkan keseriusannya dalam meresponi kembali posisi Islam. Dalam rencananya Islam tetap menjadi sumber kekuatan bagi mangsa. Malaysia, telah diwujudkan secara nyata dalam bentuk naiknya pengeluaran anggaran dan dukungan moral pemerintah dalam bidang pengajaran Islam di sekolah sekolah serta pembangunan mesjid-mesjid dan berbagai institusi Islam. Kebijakan penting lainnya terkait dengan upaya menghasilkan sumber daya manusia dan professional Muslim yang berkualitas dalam berbagai bidang kehidupan adalah kesponsoran pemerintah dalam mendirikan universitas Islam berskala Internasional (IIUM) yang dibiayai pemerintah dengan bantuan Arab Saudi. <br /><br />5. Sarana Prasarana dan Pembiayaan Pendidikan <br />Sebagai upaya untuk menunjukkan keseriusannya dalam merespons penegasan kembali Islam, pemerintah menyediakan sejumlah infrastruktur yang diperlukan guna membantu umat Islam dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban agama mereka. Realisasi paling umum dari keseriusan ini adalah pembangunan sejumlah mesjid untuk memenuhi kebutuhan komunitas Muslim akan tempat ibadah. Selain itu manifestasi penting lainnya dari kesungguhan pemerintah terlihat dari penyediaan infrastruktur bagi kebijakan pro-Islamnya di berbagai bidang kehidupan seperti ekonomi, dakwah dan syiar Islam, pendidikan dan aspek-aspek lainnya dalam meningkatkan keberagamaan masyarakat Muslim. <br />Kebijakan dan program keislaman dibidang pendidikan terlihat lebih awal mendapat perhatian disbanding bidang lainnya. Hal ini bisa jadi karena posisi menteri pendidikan saat itu dipegang Muhathir Muhammad, sosok yang dikenal banyak berperan dan memberikan kontribusi bagi upaya islamisasi di Malaysia. Di awal karirnya sebagai Menteri Pendidikan Malaysia tahun 1974, mahathir mengawali langkahnya dengan meninjau ulang system pengajaran agama Islam yang dipandangnya tidak efektif dan tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman. Segera setelah itu, ia mengadakan pengkajian kembali tentang pendidikan agama Islam dan system pengajarannya serta membentuk dewan penasehat untuk pendidikan agama Islam. Pembentukan Dewan ini dimaksudkan untuk menggerakkan agar Islam menjadi relevan dengan kebutuhan modernisasi masyarakat Muslim Malaysia dan agar gerakan ini dapat dilaksanakan secara koordinatif dan sistematis. <br />Pada tahun 1975, kementerian Pendidikan mengeluarkan dana senilai MS. 22 juta untuk memperbaiki pelaksanaan pelatihan guru-guru agama Islam. Pada tahun berikutnya, pemerintah mengumumkan pengambilalihan atas 10 sekolah Islam terbaik di Negara itu guna memperbaiki manajemen sekolah tersebut serta meningkatkan kinerja para guru dan pegawainya untuk dijadikan sebagai sekolah model. <br />Pada tahun 1979, pemerintah mendeklarasikan pendirian Pusat Penelitian islam Asia Tenggara senilai MS 26 Juta. Pada tahun yang sama, pengetahuan agama Islam ditetapkan sebagai materi ujian di tingkat Sijil Pelajaran Malaysia (SPM). Setahun berikutnya pemerintah mendirikan yang pertama kali Maktab perguruan Islam (Islamic Teacher’s College), senilai MS 22 juta, yang dari sana murid-murid berpotensi akan dikirim ke Mesir, Pakistan, dan Indonesia untuk melanjutkan study mereka. <br /><br />6. Analisa Perbandingan Pendidikan Islam di Indonesia<br />Sebelum kedatangan bangsa Eropa, termasuk Belanda Pendidikan Islam sudah ada dan mulai berkembang ke seluruh pelosok tanah air. Walaupun pelaksanaannya masih sangat sederhana (tradisional) jika dibandingkan dengan perkembangan setelah kedatangan bangsa Belanda. Pendidikan Islam berjalan dan berkembang seiring dengan dakwah dan penyebaran Islam itu sendiri, baik di kalangan masyarakat maupun istana raja-raja. Pendidikan Islam pada waktu mengambil bentuk khalaqoh, dan tatap muka perorangan di mushollah, masjid maupun pesantren. <br />Ketika Belanda datang, pendidikan Islam mulai mengalami hambatan. Rintangan dan hambatan untuk berkembang lebih maju seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman itu terjadi terutama ketika dihadapkan dengan persaingan melawan kristenisasi yang justru dilakukan oleh kaum penjajah mulai dari bangsa Portugis hingga Belanda. <br />Jika dibandingkan perkembangan pendidikan Islam di Malaysia di awal tahun 1960 an tidak begitu banyak tantangan dan hambatan, karena kaum penjajah mereka tidak membawa misi tiga G (Gold, Gospel dan Glory) Gold (emas) yakni berkaitan dengan ekonomi, Gospel (Injil, kitab suci) yakni berkaitan dengan misi penyebaran agama Kristiani, dan Glory (Kejayaan) yakni berkaitan dengan politik dan kekuasaan, dibandingkan penjajahan di Indonesia dengan tiga kekuatan misi, yaitu menjajah bangsa Indonesia yang sangat lama dan sampai 350 tahun.s ementara Negara Malaysia merupakan Negara persemakmuran abad 19-an dan telah mulai berkembang pendidikan Islam secara formal maupun non formal. <br />Kemudian pendidikan di Indonesia diurus oleh dua kementerian, yaitu : Kementerian Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan Kementerian Agama (Depag). Dalam pembinaan pendidikan tersebut, terjadi dualisme pengelolaan dan pembinaan, yaitu : Pendidikan Umum oleh kementrian Pendidikan Nasional, sedangkan Pendidikan Islam oleh kementerian Agama. Namun karena inimerupakan sejarah awal pendidikan Islam telah ada sejak zaman sebelum Belanda dan tetap eksis, walau masih berjalan sederhana (tradisional), tetapi andil dan sumbangsihnya terhadap Negara dan bangsa sangat besar sekali. Di awal kemerdekaan Indonesia 1946, maka berdirilah salah satu Departemen, yaitu Departemen Agama (Kementerian Agama) sebagai pengelola pendidikan keagamaan dan pendidikan Islam secara universal (untuk semua agama). <br /><br />D. PENDIDIKAN ISLAM DI FILIPINA<br /><br />1. Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di Filipina<br />Filipina terdiri dari 7.109 pulau dengan luas wilayahnya 29.062.000 hektar, dihuni oleh penduduk mayoritas beragama Katolik. Penduduk muslim, menurut sensus tahun 1980 ada sejumlah 3,5 juta atau sekitar 7% dari populasi penduduk Filipina (Macawaris, 1988 : 78). Menurut Decasa, sensus penduduk tahun 1990 Muslim di Filipina berjumlah 5% dari totalitas penduduk seluruhnya. Yakni sekitar 2,8 juta jwia (Decasa, 1999 : 186). <br />Penduduk Muslim di Filipina terkonsenterasi di bagian Selatan Filipina, terutama di mendanau, Ujung Selatan Palawani, gugusan kepulauan Sulu. Mereka terdiri dari tiga belas kelompok bahasa dan budaya, yaitu : Maranao, Iranum, Manguindanao, Tausugs Samal, Bajao, Jama Mapun, Palawani, Molbog, Kalibugan, Yakan, Karaza, dan Sangil. Di antara mereka itu ada tiga kelompok terbesar yaitu maranos, Tausugs, dan Magu Indanaos (macawaris, 1988 : 78). <br />Decasa mengemukakan bahwa Islam telah dikenal di Sulu pasa abad ke-13. Islam dikembangkan lewat jalur perdagangan dan juga disebarkan oleh para da’i yang di Filipina Selatan dikenal dengan istilah Masaikh, Makdumin, dan Aulia (Decasa, 1999 : 188). <br />Dipandang dari sudut budaya, masyarakat Muslim di Filipina berbeda dengan masyarakat Kristen, baik ditinjau dari sudut kultur, gaya hidup, dan nilai-nilai. Masyarakat katolik dipengaruhi oleh peradaban Barat, Spanyol, dan Amerika, Kedua negeri itu mempengaruhi bahasa, musik, seni, hukum, dan gaya hidup. Sedangkan masyarakat Muslim di Filipina banyak dipengaruhi oleh tetangga mereka yang beragama Islam, seperti Brunei, Malaysia, dan Indonesia (Macarawis, 1988 : 79). <br />Disebabkan terisolasinya masyarakat Muslim di Filipina dan tidak aksesnya mereka ke dunia pendidikan Barat, hal ini berpengaruh terhadap kesejahteraan dan pendidikan. Sensus penduduk tahun 1980 di wilayah Barat dan sentral Mendanao ditemukan sekitar 65% yang mampu membaca dan menulis, sedang rata-rata nasional adalah 83%. Income percapita di dua daerah itu adalah berada di bawah income percapita nasional P 1.111.000 sedangkan di wilayah Barat Mendanao adalah P 1.030.000 dan disentral Mendanao adalah P 977.900 (Macarawis, 1988 : 80). <br /><br />2. Pendidikan Islam sebagai Lembaga di Filipina<br />Pelaksanaan pendidikan Islam diberbagai Negara, tidak bisa dilepaskan dari lembaga pendidikan informal, nonformal, dan formal. Pendidikan informal, lebih terkonsentrasi pada hubungan pendidikan dengan peserta didik yang tidak bersifat formal. Lebih banyak bersifat kontak-kontak person antara pendidik dengan peserta didik. Pelaksanaan seperti inilah yang dilaksanakan oleh mubaligh awal ketika datang ke Nusantara, dan selanjutnya pendidikan informal itu dilaksanakan di rumah tangga – ramah tanga, yakni kontak edukatif antara orang tua dengan anaknya. <br />Selanjutnya muncul pendidikan nonformal, seperti pendidikan dirumah-rumah ibadah, pengajian lepas yang tidak terstruktur, semacam majelis taklim. Selanjutnya muncul pendidikan formal, yaitu pendidikan yang telah mempunyai lembaga khusus, serta diatur dengan peraturan-peraturan yang ditaati. <br />Di Filipina, pendidikan formal pada tingkat dasar dan menengah disebut dengan maktab dan madrasah. Pendidikan maktab lebih dikhususkan pada pendidikan anak-anak usia 6 sampai 10 tahun. Para orang tua membawa anak-anak mereka baik laki-laki maupun wanita ke rumah seorang muslim yang dituakan dan memiliki reputasi dalam bidang bacaan Al-Qur’an. <br />Di maktab ini setiap murid menamatkan bacaan Al-Qur’an sejumlah tiga puluh juz. Tekanan pokok program pendidikan di maktab adalah membaca Al-Qur’an dan menghafal beberapa halaman al-Qur’an. <br />Selain dari lembaga pendidikan tersebut, di Filipina juga muncul lembaga pendidikan pola Barat ketika orang-orang Barat datang ke Filipina. Sekolah-sekolah Barat ini bersifat sekuler. Sebagai implikasi dari pemikiran dan budaya yang memisahkan agama di Negara. Keadaan ini bertentangan dengan doktrin keislaman. <br />Pada tahun 1950 dua orang pendakwah dari Universitas Al-Azhar Cairo mesir Tiba di Filipina Selatan. Mreka membuka sebuah madrasah “Al-Kuliyat Al-Istihadiyah” di malubung, Lanao de sur. Setelah satu tahun ditutup. Salah seorang pendakwah tersebut Toha Omar pindah ke Jalo, Sulu dan Menjadi kepala madrasah Islamiyah Sulu yang didirikan di bawah kepemimpinan Mayor Barley Abu Bakar (Pendapatan : 53). <br />Dengan masuknya madrasah ke dalam system pendidikan di Filipina maka pemerintah melaksanakan kegiatan : <br />1. Memperbaiki staf pengajar, dan fasilitas lembaga madrasah <br />2. memperkuat dan mengembangkan program Islamic studies diberbagai lembaga pendidikan tinggi, khususnya di Mindanao<br />3. Memperkuat dan mendirikan program pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab (Pandapatan : 2002)<br />Integrasi antara madrasah dengan system pendidikan di Filipina dapat dilihat dari dua hal : <br /> Pertama<br />Sekolah umum boleh memuat beberapa subjek mata pelajaran non agama sedangkan di madrasah yang penting dalam kurikulum, yakni : <br />a. Angka-angka Arab agar dapat diperkenalkan di sekolah umum sebagai bagian integral dari pelajaran matematika<br />b. Sejarah dan geografi negara-negara Timur Tengah dapat diperkenalkan dalam pelajaran islam sosial (social studiens) <br />c. Bahasa Arab yang mempunyai arti yang ekuivalen dengan istilah ilmu pengetahuan dapat diintegrasikan ke dalamsubjek sains <br />d. Akhlak dan etika Islam dapat dimasukkan ke dalam tingkah laku yang baik atau dintegrasikan ke dalam semua subjek <br />e. Literatur tidak hanya dibatasi dengan literature berbahasa Inggris dan Filipina, akan tetapi seharusnya dimasukkan literature bahasa Arab<br />f. Bahasa Arab dijadikan bahasa yang subjek regular <br />g. Mata pelajaran vokasional yang berorientasi local dan Timur Tengah, seharusnya diprioritaskan untuk diberikan pada mata pelajaran seni praktis (Pandapatan : 58). <br />Selanjutnya adanya hubungan yang perlu diatur antara madrasah dan sekolah umum dengan mempertimbangkan : <br />1. Bahasa Arab adalah mata pelajaran yang harus bagi pelajar-pelajar muslim di Filipina. Mereka belajar bahasa Arab pada akhir pecan madrasah<br />2. Madrasah juga mengharuskan kepadanya pelajarnya untuk mengambil mata pelajaran matematika. Ilmu sosial, sains, bahasa inggris, dan bahasa Filipina. <br /><br /> Kedua <br />Berdasarkan observasi ustadz Hassoubah a respresentative of the world Federation of madaris in the Philipines, mengatakan bahwa madrasah urang berkualitas, hal ini disebabkan beberapa factor, yaitu : <br />1. Sumber financial berasal dari uang sekolah, dan bantuan dari masyarakat sangat sedikit dan tidak tetap. <br />2. Guru-guru bahasa Arab sangat sedikit dan mereka hanya lulus sekolah menengah dari madrasah-madrasah lokal. <br />3. Semua guru-guru dair berbagai madrasah menerima gaji sangat kecil. <br />4. Perpustakaan dan fasilitas sangat kurang. <br /><br />Hassoubah juga memberikan rekomendasi, untuk meningkatkan mutu madrasah, yaitu : <br />1. Revisi kurikulum, mata pelajaran – mata pelajaran di sekolah umum semestinya diperkenalkan juga di madrasah.<br />2. akreditas dan pengakuan tentang madrasah. Sekretaris pendidikan kebudayaan dan olahraga, semestinya mengatur operasional madrasah di dalam kesesuaiannya <br />3. Melaksanakan training dan up graiding untuk peningkatan skill guru bahasa Arab di madrasah. <br />4. Memproduksi materi pengajaran dalam bahasa Arab dan mata pelajaran Islam lewat bantuan pemerintah dan lembaga-lembaganya. <br />5. Tamtan madrasah diperbolehkan memasuki universitas-universitas dan kolej untuk melanjutkan pendidikan <br /><br />Bila dilihat dari segi perkembangan madrasah sampai saat sekarang, madrasah dapat diklasifikasikan kepada tiga jenis, yaitu : <br />a. Madrasah Diniyah Sabtu – Minggu <br />Madrasah ini pada dasarnya ditujukan untuk anak-anak didik yang bersekolah di sekolah umum. Guna memperolehpendidikan agama. <br /><br />b. Madrasah Diniyah Reguler Lima Hari Seminggu<br />Tipe kedua dari madrasah yang ditemukan di Filipina adalah madrasah Reguler lima hari seminggu (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jum’at). Di madrasah ini diprogramkan mata pelajarna agama yang bersumber dari kitab-kitab yang berbahasa Arab. <br /><br />3. Kedudukan Madrasah dalam Sistem Pendidikan Nasional Filipina <br />Masjid dan madrasah di Filipina adalah lembaga pendidikan Islam yang paling dasar. Oleh karena itu, Al-Qur’an ditulis dengan tulisan Arab maka membaca dan menulis Arab adalah merupakan dasar pengajaran yang paling awal karena itu pula mubaligh mendirikan madrasah untuk menopang upaya dakwah yang dilakukan mereka. <br />Perkembangan madrasah menjadi madrasah modern adalah sejak selesainya perang dunia dunia. Sejak saat itu madrasah berkembang di Filipina terutama di bagian Selatan, seperti di sulu, Cotabato, Zamboanga, Tawi-Tawi, marawi City, Lanao del Sur, dan lain-lain. <br /><br />4. Pendidikan Tinggi Islam di Filipina<br />Salah satu peristiwa yang amat bersejarah dalam bidang pendidikan Islam di Filipina adalah berdirinya lembaga pendidikan tinggi Islam di Negara ini pada tanggal 22 November 1973. lembaga ini didirikan berdasarkan Keputusan Presiden No. 342. Tugas utama dari lembaga ini adalah : Pendidikan (pengajaran) riset, dan pengabdian. Lembaga ini mempersiapkan mahasiswa tingkat perguruan tinggi baik muslim maupun non muslim untuk berpartisipasi penuh dalam kehidupan berbangsa dan menumbuhkan semangat yang mendalam tentang saling pengertian antara Muslim Filipina dengan masyarakat Universitas Filipina lainnya. <br />Persyaratan untuk menjadi mahasiswa di Departemen Islamic Studies ini adalah memiliki kompetensi dalam bahasa Arab. Mahasiswa yang tidak memiliki latar belakang Arab disyaratkan untuk mengikuti kursus bahasa Arab dalam tingkat elementary dan intermedia. <br />Lembaga ini menawarkan pendidikan sampai ke tingkat master, dengan harapan bahwa alumni dari lembaga tinggi Islam ini betul-betul ahli dan memahami ajarna Islam, kemanusiaan peradaban Islam untuk diabdikan pada Negara dan masyarakat. <br /><br />E. PENDIDIKAN ISLAM DI BRUNEI DARUSSLAM <br />1. Masuk dan Berkembangnya Islam di Brunai <br />Islam diperkirakan telah datang ke Brunei sejak abad ke-15. Catatan Portugis oleh de Brito tahun 1514, menyatakan bahwa raja Brunei masih belum masuk islam tetapi para pedagangnya sudah Muslim. Laporan lain menyebutkan ketika Pegaffeta mendarat di pantai Brunei tahun 1521, ia telah melihat adanya kota dengan penduduk yang padat. Sultan tinggal di sebuah pemukiman yang dikelilingi benteng. Pendatang disambut dengan upacara kebesaran. Walaupun memberikan dukungan kepada Muslim, tetapi raja Awang Alak Betatar baru memeluk islam pada masa kemudian dan dan diberi gelar Sultan Muhammad Shah (1363-1402). Dialah sultan Brunei pertama dan penguasa Brunei saat ini merupakan keturunannya. Secara tradisional. Sultan bertanggung jawab terhadap penegakan tradisi Islam, meski tanggung jawab tersebut biasanya secara resmi didelegasikan kepada pejabat yang ditunjuk. <br />Pada tahun 1402, Sultan Muhammad Syah digantikan oleh Sultan ahmad (1408-1425). Meski namanya tidak disebutkan dalam Salasilah oleh Raja Raja Brunei (Laws and Regulations of Bruneian Kings), namun tercatat dalam sejarah Cina. Pada tahun 1406, misalnya, ia mengirim seorang Duta ke Cina yang dikenal dengan Ma-na-je-ka-na. dia juga pernah menjadi pemimpin delegasi dari Brunei ke Cina. <br /><br />Kebijakan Pemerintah Brunei terhadap Pendidikan Islam <br />Brunei memperoleh kemerdekaannya dari Inggris pada tahun 1884. Konstitusi Brunei menegaskan bahwa agama resmi Brunei Darusslam adalah Islam mengikuti mazhab Shafi’i. Meski agama lain seperti Kristen, Budha, dan Hindu dapat dianut dan dilaksanakan secara damai dan harmonis, namun pemerintah menegaskan sejumlah batasan bagi pemeluk agama non-Islam, antar alain pelarangan bagi Non-Muslim untuk menyebarkan ajaran agamanya. Akhir Tahun 2000 dan 2001 pemerintah menahan beberapa orang Kristen, karena duganaan aktivitas subversive (bawah tanah). Mereka akhirnya dilepaskan pada bulan Oktober 2001 setelah bersumpah setia pada Sultan. Tidak dibenarkan satu sekolahpun, termasuk sekolah swasta mengajarkan ajaran agama selain Islam, termasuk materi perbandingan agama. Selain itu, seluruh sekolah termasuk sekolah Cina dan Kristen diharuskan mengajar materi pelajaran Islam kepada seluruh siswanya. <br />Berbagai pemeluk agama hidup berdampingan secara damai, namun interaksi gereja terhalang oleh etos Islam yang dominant yang tidak memperbolehkan pemeluk Islam mempelajari keyakinan agama lain. Pada saat yang sama, tokoh-tokoh Islam mengorganisir sejumlah kegiatna untuk mengajarkan dan menyebarkan Islam yng mereka istilahkan dengan “dialog” meski dalam kenyataannya hanya berbentuk informasi satu arah. <br />Kerajaan Brunei dikenal menganut ideology kerajaan Islam Melayu atau Melayu Islam Beraja (MIB). Berbagai pertemuan dan acara seremonial ditutup dengan doa. Pada setiap upacara kenegaraan, non-Muslim diharuskan memakai pakaian nasional yang mencakup tudung kepala bgagi perempuan dan kopiah bagi laki-laki, kostum yang relative identifik dengan busana Muslim. Seperti yang ditegaskan oleh Sultan Haji Hassanal Bolkiah Muizzaddin wa Daulah mengawali tahun 1991 : “Melayu Islam Beraja harus menegaskan identitas dan citra Brunei Darusslam yang kokoh di tengah-tengah Negara non-sekuler lainnya di dunia”. Sebuah surat kabar resmi pemerintah menjelaskan tentang Melayu Islam Beraja sebagai berikut : <br />“Kerajaan Islam Melayu menyerukan kepada masyarakat untuk setiap kepada rajanya, melaksanakan Islam dan menjadikannya sebagai jalan hidup serta menjalani kehidupan dengan mematuhi segala karakteristik dan sifat sejati bangsa Melayu Brunei Darussalam, termasuk menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa utama”, <br />Seiring dengan penekanan akan urgensi Melayu Islam Beraja (MIB) sebagaimaan ditegaskan pemerintah, awal tahun 1991 ditandai dengan bermacam perayaan peristiwa-peristiwa keagamaan, mulai dari Isra’ mi’raj Nabi Muhammad, perayaan Nuzul Quran, perayaan hari Raya Idul Fitri, memperingati tahun baru Hijrah, serta keikutsertaan Brunei dalam berbagai forum Islam regional dan internasional, misalnya dengan menjadi tuan rumah Pertemuan Komite Eksekutif Dewan Dakwah Islam Regional Asia TEnggara, menghadiri pembukaan Festival Budaya Islam di Jakarta, serta menghadiri konferensi Organisasi Konferensi Islam (OKI). Di sisi lain, pemerintah melarang jual beli minuman keras. Sultan juga melarang pergerakan al-Arqam yang dinilai banyak kalangan sebagai rekan yang menyebarkan ajaran sesat. Hal ini mencerminkan kokohnya pendirian pemerintah dalam menghadapi organisasi sempalan Islam. Lebih jauh, besarnya perhatian Sultan terhadap aktivitas-aktivitas keislaman seperti dikemukakan di atas, dapat diinterpretasikan sebagai dukungan pemerintah terhadap proses islamisasi dimana berperan sebagai tali penghubung antara, dan juga sebagai perwujudan dari Islam dan kultur Melayu Brunei. <br />Dalam aspek hukum, hukum Brunei mencakup pelarangan khalwat (hubungan intim namun tidak sampai melakukan zina antara dua jenis kelamin di luar hubungan pernikahan) dalam larangan mengkonsumsi minuman yang memabukkan berdasarkan data statistic yang dikeluarkan oleh pejabat agama, sepanjang bulan Juli 2005 hingga April 2006 terdapat 389 kasus khalwat. Sebagian besar ditahan dan mendapat hukuman. Pejabat agama selalu melakukan razia makanan tidak halal dan mengandung alcohol. Mereka melakukan monitoring ke sejumlah restoran dan supermarket untuk memastian bahwa yang mereka sajikan adalah makanan halal. Pegawai restoran yang ketahuan melayani Muslim makan di siang hari Rahmadhan juga dapat diperkarakan dan dihukum. <br />Selain itu, posisi sentral Islam lagi-lagi diperkuat dengan didirikannya Tabung Amanah Islam Brunei (TAIB) atau Dana Amanah Islam Bunei, yaitu lembaga financial pertama di Brunei yang dijalankan berdasarkan syari’at Islam. Di antara tujuan TAIB adalah mengelola dana TAIB, dan kemudian mendukung investasi dan perdagangan yang meliputi investasi di bidang bursa dan pasar uang, berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi dan industri baik di dalam maupun di luar negeri, dan menjalankan fungsi-fungsi lainnya yang akan diatur secara berkala. Lembaga ini berpotensi melalui system tabungan dan tabungan itu kemudian diinvestasikan dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Keuntungan akan diberikan kepada investor pada periode tertentu setelah dipotong zakat dan biaya manajemen TAIB. <br />Pada upacara pembukaan TAIB, Sultan menyatakan bahwa Brunei sedang berusaha untuk mendirikan bank Islam. Dia menyatakan bahwa Bank Internasional Brunei dapat menjadi model pertama untuk bank Islam di negeri tersebut. Kesimpulannya, aktivitas – aktivitas ini berfungsi untuk memperkokoh posisi sentral Islam, baik sebagai komponen penting dalam ideology nasional maupun sebagai prinsip yang mengatur kehidupan sehari-hari. <br /><br />Masalah Pendidikan di Brunei <br />Lemahnya sumber daya manusia masih menjadi salah satu persoalan yang masih dihadapi Brunei, seperti yang sering disinggung oleh menteri cabinet dan pejabat pelayan masyarakat lainnya. Hal ini semakin terasa terutama bila dikaitkan dengan tantangan mengelola perubahan dalam konteks pembangunan nasional. Lemahnya SDN dapat dilihat sebagai salah satu factor kausal mengapa Brunei dihadapkan pada peningkatan pengangguran, dan beberapa pekerjaan tertentu masih mempekerjakan orang asing. Solusi utama yang dilakukan pemerintah untuk menyelesaikan persoalan ini adalah dengan memberikan pelatihan pada generasi muda. Bahasa Melayu dan Inggris juga mendapat penekanan dalam pendidikan di Brunei. Semua disiplin ilmu utama setelah tiga tahun dari pendidikan dasar diajarkan dalam bahasa Inggris. Penekanan pada bahasa Inggris ini diimbangi dengan pengajaran MIB, seperti pendidikan moral dan pengajaran agama Islam di sekolah. Mahasiswa juga diwajibkan untuk mempelajari materi MIB selama satu tahun. <br />Dalam rangka melahirkan SDM yang berkualitas, di Brunei terdapat sejumlah lembaga pendidikan, antara lain, Universitas Brunei Darusslam (UBD). Universitas ini berdiri sejak tahun 1985. tahun 1991 tercatat, Universitas ini telah menghasilkan 500 sarjana. Tahun 1991 sebuah Memorandum of Understanding (MoU) telah ditandatangani dengan UTM untuk memperkuat kerjasama dalam bidang pendidikan dan pelatihan. <br />F. PENDIDIKAN ISLAM DI THAILAND<br /><br />1. Sistem dan Kelembagaan Pendidikan Islam di Thailand<br />Transofmrasi dan loyalitas primordial ke Loyalitas kepada Negara dalam rangka menciptakan integrasi nasional biasanya merupakan agenda utama di Negara-Negara yang proses perwujudan gagasan yang belum selesai. Agenda ini menjadi pelik apabila Negara yang bersangkutan diwarnai dengan pluralitas etnis, budaya dan agama. Atau berdasarkan kategori priomordial itu, Negara tersebut memiliki kelompok mayoritas dan minoritas, di mana kelompok minoritas hendak dipaksa diintegrasikan ke dalam kelompok mayoritas. <br />Pengintegrasian secara paksa itu, sering menimbulkan reaksi keras dari kelompok minoritas tersebut. Pondok Patani atau pondok di Thailand Selatan secara keseluruhan boleh dikatakan sama dengan pesantren di jawa atau tempat-tempat lain di Indonesia pada tahun 1950-an atau 1960-an sebelum pesantren mengalami modernisasi. Setelah kerusuhan kembali merebak di Patani atau kawasan melayu Muslim di Thailand Selatan dalam dua tahun terakhir. Pondok menjadi terteduh sebagai tempat pusat perlawanan atas pendekatan keamanan yang dilakukan pemerintah. Pondok Patani, umumnya masih sangat tradisional, bagi kaum Melayu Muslim Thailand Selatan lebih dari pada sekedar lembaga pendidikan Islam, tapi juga merupakan salah satu identitas keagamaan dan cultural. Karena itu, ancaman penutupan pondok. System pendidikan Islam pada awalnya ditujukan pada system politik Siam yang Otoriter, Jika sebelumnya system pendidikan bersifat sentralistik, independent melalui lembaga pondok pesantren dan madrasah. Pondok pesantren merupakan institusi pendidikan islam pertama yang dijalankan, yang bermula dari fungsi dakwa dan Ta’lim. Pada tahun 1785 M Patani dibawah kekuasaan Siam, tradisionalisme pondok pesantren dan Madrasah diuji dengan kehadiran system pendidikan Siam (umum), perkembangan pendidikan Islam terus berlangsung melalui proses yang cukup a lot, dialektis, kompromis, sehingga pondok pesantren dan madrasah telah diintegrasikan dengan system pendidikan Siam sebagai model pendidikan sekolah modern di Patani. Pondok seperti pesantren juga mengalami transisi sepanjang abad ke-20 sebagai pondok berubah menjadi sekolah agama rakyat dan lebih banyak lagi mendirikan madrasah tetapi banyak madrasah juga yang didirikan yayasan-yayasan Islam di luar pondok. Sebagian besar gurunya adalah alumni Timur tengah, Indonesia, dan Malaysia. Di madrasah-madrasah ini, menurut kalim pemerintah, menerima banyak bantuan dari timur tengah selanjutnya mereka menjadi madrasah wahabiyah yang menurut pemerintah Thanksin menjadi biang dari radikalisme di kalangan kaum Muslim Thailand. Apakah madrasah dan pondok Patani kini telah menjadi Wahabiyah, perlu penelitian secara mendalam. Yang jelas jika kaum Muslim Patani kini bergolak maka penyebabnya sangat kompleks. Antara lain : <br />1. Pertama pendekatan kekerasan yang dilakukan pemerintah Thaksin, yang akhirnya menghasilkan lingkaran kekerasan. <br />2. Kondisi ekonomi yang buruk di wilayah selatan, meski ekonomi Thailand terus meningkat, tidak banyak perkembangan ekonomi di wilayah selatan mereka tetap terbelakang dan miskin. <br />3. Monalitisme budaya Thai dengan mengorbankan budaya Melayu Muslim <br />4. terbelakangnya pendidikan di Thailand di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak buktinya hamper terdapat 80 orang mahasiswa Thailand di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak seorangpun yang mendapat bantuan keuangan seperti beasiswa dari pemerintah Thailand. Sehingga untunglah Pemerintah Indonesia melalui Departemen Agama RI dan UIN bermurah hati memberikan beasiswa kepada mereka. Bahkan Mahasiswa Thai yang ada di Ciputat membuka warung kecil-kecilan untuk bisa bertahan. <br />Kemudian dilihat secara transparan lembaga pendidikan Islam di Thailand tidak jauh berbeda dengan system pendidikan yang dimiliki di Indonesia. Artinya semuanya bertujuan untuk mencetak professional-profesional muslim yang mampu bersaing dalam kancah perkembangan dunia ilmu pengetahuan dengan didasari agama yang mumpuni. Namun tentu konsep, system dan kelembagaan pendidikan Islam di patani, secar aineternal dipengaruhi oleh Politik siam, Tuntutan demokrasi dalam pendidikan Islam pada awalnya ditujukan pada system politik Siam yang otoriter. Jika sebelumnya system pendidikan bersifat sentralistik, independent melalui lembaga pondok pesantren dan madrasah, maka belakangan ini tergesernya paradigma dan system pendidikan Islam sehingga lebih menekankan pada peran pemerintah. Tradisionalisme pondok Petani mempunyai sejarah panjang. Kaum Muslimin Melayu Patani mengklaim, pondok merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di nusantara meski sumber-sumber sejarah umumnya menyebutkan, Islam datang dan berkembang di wilayah ini baru pada abad ke-16. terlepas dari kondisi itu, pondok Patani mengirimkan lulusn terbaiknya ke Haramayn yang kemudian menjadi ulama besar seperti Daud bin Abdullah al-patani (abad ke-19), ahmad bin Muhammad Zayn an-Patani, dan Zayn al-Abidin bin Muhammad al-Patani (abad-20) <br /><br />2. Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di Thailand<br />Proses Islamisasi di patani tidak bisa dilepaskan dari peranan pendidikan. Pada tahap awal pendidikan informal sangat berperan, yaitu kntak informal antara mubaligh dengan rakyat setempat. Selanjutnya ditindak lanjuti dengan munculnya pendidikan non-formal, dna terakhir pendidikan formal. <br />Pada tahap awal pendidikan agama islam dikawasan Thailand Selatan dilaksanakan pendidikan Al-Qur’an. Pengajian Al-Qur’an adalah sesuatu yang mesti dipelajari oleh setiap muslim. Pengajian al-Quran ini dilaksanakan di masjid dan rumah-rumah Tok Guru. Disetiap kompang ada rumah Tok Guru yang dijadikan tempat pengajian Al-Quran. Selanjutnya muncullah pendidikan podok pondok berposisi sebagai lembaga pendidikan yang amat penting di Thailand Selatan.<br />Profil pelajar-pelajar pondok ini digambarkan oleh Chapakia : <br />“Pelajar-pelajar mengamalkan cara hidup harian yang sama dan seragam mereka sama-sama berkain sarung, berbaju melayu berkopiah putih dan sama-sama menggunakan tulisan Jawi dan buku-buku jawi”. <br />Alumnus pondok memiliki posisi yang sangat penting dan memiliki peranan yang strategis ditengah-tengah masyarakat, mereka menjadi pemimpin masyarakat khususnya dalam bidang keagamaan, menjadi imam, khotib, bilal, menjadi ahli jawatan masjid paling tidak menjadi to ‘lebai. Pendidikan formal yang dilaksanakan pemerintah dimulai pada mara raja Chalongkarn atau Rama V pada tahun 1899. Sekolah ini kurang mendapat sambutan masyarakat. Melihat itu pada tahun 1921 sekolah ini kurang mendapat sambutan masyarakat. Melihat itu pada thaun 1921 pemerintah mengeluarkan undang-undang yang mewajibkan sekolah mulai ditingkat sekolah dasar kelas satu sampai kelas empat. Kendatipun undang-undang tersebut dikeluarkan, namun masyarakat Islam dikawasan Thailand SElatna (khususnya ditempat wilayah : Patani, yala, Narthiwat, dan Satun) tidak menyambut dengan baik pemberlakuan undang-undang tersebut. Terbukti statistic tahun 1960 tamat sekolah dasar kelas satu sampai kelas empat diwilayah tersebut hanya 13,67 persen masyarakat masih terkait erat dengan pendidikan pondok. <br />Kebijakan pemerintah Thailand berikutnya pada tahun 1966, adalah mewajibkan seluruh institusi pondok untuk mendaftarkan diri ke pemerintah di bawah Akta Rongrian Rat Son Sasna Islam (Sekolah Swasta Mengajar Agama Islam). Sejak itu mulai perubahan pendidikan pondok di Selatan Thailand. Perubahan itu memunculkan timbulnya madrasah. <br />Peran ulama-ulama Petani sangat dominant dalam proses Islamisasi tersebut, bahkan peranan mereka tidak hanya di patani saja tetapi juga sampai ke luar negeri, seperti ke Indonesia. Diantaranya yang terkenal adalah Syekh Abdul Wahid bin Syarif Sulaiman Al-Patani, yang telah berhasil mengIslamkan raja Buton yaitu raja Walio.<br />Syeh Abdul Jalil alFathoni telah menyebarkan agama Islam di Kalimantan Barat (lebih kurang tahun 1700). Syekh Daud Abdullah al Fatoni juga seorang ulama Patani, yang bermukim di Makkah dan menulis banyak kitab-kitab agama. <br />Dipandang dari sudut interen yakni munculnya lembaga pendidikan Islam di Patani, setelah berproses dari lembaga pendidikan informal, nonformal dan selanjutnya muncul lembaga pendidikan pondok sebagai lembaga formal. <br />3. Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Thailand<br />1. Pondok dan Madrasah<br />Ada catatan bahwa Wan Husein Senawi seorang ulama berasal dari Kampung Sena Patani sepupu sunan Ampel mendapat inspirasi untuk mendirikan lembaga pendidikan pondok di patani setelah beliau belajar di Tanah Jawa di bawah asuhan Sunan Ampel. <br />Pondok adalah lembaga pendidikan tertua di Patani dan diantara pondok-pondok tertua itu adalah Pondok Dala, Bermin, Semela, Dual, Kota, Gersih, Telok Manok, yang mempunyai pengaruh besar bagi pertumbuhan pendidikan Islam di daerah ini, oleh karena pondok-pondok ini banyak didatangi oleh pelajar. Pelajar di luar Patani. Karena itu pondok-pondok ini banyak sekali pengaruhnya bagi pembangunan bahasa Melayu, pengaruhnya juga sampai ke Burma dan Kamboja. <br />Perbedaan pondok dengan madrasah di Thailand adalah, pondok mempunyai cirri-ciri sebagai berikut : <br />a. Sistemnya dipengaruhi dengan system pendidikan abad pertengahan, yaitu halaqah, murid-murid duduk melingkari guru. <br />b. Tidak memakai system kelas (non klasikal) <br />c. Pelajaran berpedoman pada kitab-kitab yang dibaca disebuah hall terbuka dikenal dengan namanya dengan sebutan balaisah, tiga kali sehari. <br />d. Sang murid mencatat penjelasan dan komentar yang mereka dengar dari guru mereka. <br />e. Pelajar-pelajar pemula belajar bersa dengan pelajar senior tidak klasifikasi berdasarkan latarbelakang mereka. <br />f. Tidak ada ujian dan tugas-tugas<br />g. Tidak ada batas lamanya study, seseorang bisa saja sampai bermukim sepuluh tahun di pondok tersebut. <br /><br />Ada tiga unsur pendidikan pondok di Patani, yaitu unsur pendidikan ibadah yaitu menanamkan keteguhan iman. Tabligh, yaitu penyebaran ilmu, ketiga amal untuk mewujudkan ajaran Islam dikalangan masyarakat.<br />Materi pelajaran yang diutamakan di pondok adalah berdasarkan pada pembacaan dan pemahaman kitab-kitab klasik, baik dalam bahasa Arab maupun melayu tulisan Jawi. Cirri khas dari pengajarna pondok itu adlaah “No system of education non fixed syllabus, each professor (tok guru) is having his own method of teaching and syllabus”<br />Diantara kitab-kita byang dipaparkan dan dipelajari di pondok adalah : <br />a. Nahw dan Sarf<br />b. Fiqh <br />c. Tafsir<br />d. Hadits<br />e. Balaqhah<br />Kegiatan dipondok dai bagi dalam tiga sesi : kegiatan dipagi hari, siang dan sore. Namun cirri utama podok tradisional adalah sebagai berikut : <br />a. Non klasikal <br />b. Kurikulum mata pelajaran semuanya terfokus pada pembelajaran ilmu-ilmu agama saja yang bersumber dari kitab-kitab klasik.<br />c. Metode pembelajaran terfokus pada pembelajaran kitab lewat pembacaannya dan juga pemahamannya dari pihak guru, tidak variasi metode seperti sekarang <br />d. Manajemen, tidak mementingkan manajemen administrasi, seperti nomor induk pelajar, raport, ijazah dan lain sebagainya. <br /><br />2. Madrasah <br />a. System klasikal<br />b. Mempunyai kurikulum, silabus yang telah ditetapkan pokok-pokok bahasan serta jadwal pelajaran<br />c. Diajar oleh tenaga pengajar yang memiliki spesialisasi dalam bidang mata pelajaran yang diajarkan di madrasah tersebut<br />d. Diajarkan dua jenis ilmu pengetahuan, pengetahuan agama dan pengetahuan umum<br />e. Disamping tenaga pengajar, memerlukan juga tenaga administrasi, bahagia akademik dan keuangan<br />f. System manajemen tidak lagi terkonsentrasi pada satu orang / tok guru telah berubah adanya pebagian tanggung jawab (sharing patner) antara pimpinan madrasah.<br />g. Oleh karena di madrasah mata pelajaran yang diajar bervariasi, maka madrasah memerlukan fasilitas pendidikan dan pengajarna seperti laboratorium bahasa, labor computer, labor sains dan sarana olah raga.<br /><br />Institusi madrasah di Thailand dapat dibagi kepada tiga tingkatan : Ibtidaiyah, Mutawassithah, tsanawiyah. <br />Diantara sekian banyak yang melaksanakan model madrasah adalah : <br />1. Ma’had Attarbiyyah<br />Buku-buku umum diambil dari buku-buku yang diterapkan oleh pemerintah sedangkan buku agama dibuat sendiri oleh ma’had. <br />2. Madrasah Ar-Rahmaniyyah Fatani <br />Tingkat pendidikan yang dilaksanakan disini adalah : <br />1) Taman Kanak-kanak 2 tahun<br />2) Ibtidaiyah 4 tahun<br />3) Mutawassitah 3 tahun<br />4) Tsanawiyah 3 tahun <br />3. Pendidikan Tinggi Islam di Thailand<br />Sebagai sampel dari perguruan Tinggi Islam di Thailand dikemukakan seperti College of Islamic Studies Prince of Songkla Unviersity<br /><br /><br /><br /><br /><br />KESIMPULAN<br /><br /> Pemerintah Singapura memanfaatkan masjid sebagai tempat pendidikan Islam secara nonformal sekaligus memakmurkan dengan berbagai kegiatan Islami. <br /> Pemerintah Indonesia melalui Departemen Agama telah mengeluarkan kebijaksanaannya dalam pendidikan, yaitu dengan SK Menag tentang penyelenggaraan pendidikan agama.<br /> Pendidikan Islam non formal di Malaysia sangat menjadi perhatian serius pemerintah, sehingga memberikan anggaran pendidikan lebih besar kea rah sana disbanding bidang lainnya. Jika Negara Indonesia sejak awal kemerdekaan para pemimpinnya demikian, tentu pendidikan kita tidak sangat terpuruk. <br /> Sejarah masuknya Islam di Filipina dapat diperkirakan pada abad ke 13 Masehi. <br /> Dalam bidang pendidikan, Brunei boleh dikatakan relative tertinggal dari Negara-negara lain di dunia, karena itu pemerintha Brunei berupaya untuk mengejar ketertinggalannya itu dengan membangun lembaga-lembaga pendidikan dari tingkat rendah sampai ke perguruan tinggi. <br /> Kemudian dilihat secara transparan lembaga pendidikan Islam di Thailand tidak jauh berbeda dengan system pendidikan yang dimiliki di Indonesia. <br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Angkasa Bandung, 2003<br />Ahmad Omar Chapakia, Politik Thai dan Masyarakat Islam di Selatan Thailand. Kedah : Pustaka Darussalam, 2000<br />Daulay, Haidar, Putra, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, Rineka Cipta, Jakarta, 2009<br />Hemiati, Dinamika Islam Asia Tenggara, Suska Press, 2008<br />http://www.ikdar.com/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=53<br />Sembodo Ardi Widodo, Kajian Filossofis Pendidikan Barat dan Islam, Nimas Multima, Jakarta, 2008kulingetikhttp://www.blogger.com/profile/13154004340632680631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2285591517006369783.post-30624362752497759032010-02-12T22:23:00.000-08:002010-02-12T22:25:18.915-08:00TEORI TRANSFORMATIF<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cuser%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="place"></o:smarttagtype><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="country-region"></o:smarttagtype><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="City"></o:smarttagtype><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="State"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><object classid="clsid:38481807-CA0E-42D2-BF39-B33AF135CC4D" id="ieooui"></object> <style> st1\:*{behavior:url(#ieooui) } </style> <![endif]--><style> <!-- /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p.MsoFootnoteText, li.MsoFootnoteText, div.MsoFootnoteText {mso-style-noshow:yes; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} p.MsoFooter, li.MsoFooter, div.MsoFooter {margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; tab-stops:center 3.0in right 6.0in; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} span.MsoFootnoteReference {mso-style-noshow:yes; vertical-align:super;} p {mso-margin-top-alt:auto; margin-right:0in; mso-margin-bottom-alt:auto; margin-left:0in; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} /* Page Definitions */ @page {mso-footnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/user/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") fs; mso-footnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/user/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") fcs; mso-endnote-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/user/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") es; mso-endnote-continuation-separator:url("file:///C:/DOCUME~1/user/LOCALS~1/Temp/msohtml1/01/clip_header.htm") ecs;} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:77991544; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-723122184 67698705 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l0:level1 {mso-level-text:"%1\)"; mso-level-tab-stop:.25in; mso-level-number-position:left; margin-left:.25in; text-indent:-.25in;} @list l1 {mso-list-id:1030061235; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-880236448 67698705 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l1:level1 {mso-level-text:"%1\)"; mso-level-tab-stop:.25in; mso-level-number-position:left; margin-left:.25in; text-indent:-.25in;} @list l2 {mso-list-id:1678462714; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1494143228 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l2:level1 {mso-level-tab-stop:.25in; mso-level-number-position:left; margin-left:.25in; text-indent:-.25in;} ol {margin-bottom:0in;} ul {margin-bottom:0in;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b>PENDIDIKAN TEORI TRANSFORMATIF <o:p></o:p></b></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;">
<br /><b>Pendahuluan<o:p></o:p></b></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><i>Potret pendidikan di <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> makin hari makin buram. ini disebabkan karena pendidikan di <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> menganut paradigma liberal. Dalam koridor paradigma ini pendidikan diabdikan bagi kepentingan ekonomi semata. Pendidikan tidak bertujuan untuk pembebasan kemanusiaan. Ada tiga paradigma pendidikan yang lazim berlaku: konservatif, liberal, kritik. Ketiganya membentuk corak kesadaran yang berbeda pula bagi peserta didik. Pendidikan konservatif menghasilkan kesadaran magis; pendididkan liberal menghasilkan kesadaran naif; sebaliknya, berbeda dengan dua paradigma sebelumnya, pendidikan kritik membentuk kesadaran kritis<o:p></o:p></i></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Mengapa<b> </b>peduli pada pendidikan? Banyak orang menyebut bahwa antara pendidikan dan perubahan sosial <i>adalah</i> dua hal yang saling terkait dan mempengaruhi. Suatu perubahan kiranya sulit akan terjadi tanpa diawali pendidikan, begitu pula pendidikan yang transformatif tak akan pula terwujud bila tidak didahului dengan perubahan, utamanya, paradigma yang mendasarinya. Bahkan, ada pula yang berpendapat bahwa menyebut perubahan sosial dan pendidikan yang transformatif ibarat menyebut sesuatu dalam satu tarikan nafas: pendidikan taranformatif adalah perubahan sosial dan perubahan sosial adalah pendidikan transformatif. Sungguhkah? Biar lebih jelas, mari kita uraikan bersama.</p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Perubahan sosial tentu membutuhkan aktor-aktor yang mempunyai pengetahuan, kemampuan, komitmen, <i>serta</i> kesadaran akan diri dan posisi strukturalnya. Untuk itu perlu tersedianya suatu media dimana ide-ide, nilai-nilai maupun ideologi, yang tentunya kontra ideologi hegemonik, ditransmisikan kepada para pelaku perubahan sosial. </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Paulo Freire, pemikir dan aktivis Pendidikan Kritis, mempunyai pendapati cemerlang perihal pendidikan dan kaitannya dengan perubahan sosial<a style="" href="#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></a>. Dalam bentuknya yang paling ideal, menurut Freire, pendidikan membangkitkan kesadaran (conscientizacao) diri manusia sebagai subjek. Dengan kesadaran sebagai subjek tersebut manusia dapat memerankan liberative action. Kesadaran ini secara komunal akhirnya membentuk kesadaran sosial. Dengan kesadaran sosial yang dibangun diatas basis relasi intersubjektif rakyat dapat memainkan peranan dalam rekonstruksi tatanan sosial baru yang lebih demokratis. Tatanan sosial yang demokratis ini menurutnya kondusif bagi humanisme dan pembebasan. </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Beranjak dari signifikansi utama pendidikan diatas, tulisan ini disajikan dengan semangat untuk melakukan kritisasi terhadap dunia pendidikan, utamanya di <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>. Pengalaman sebagai peserta didik selama ini, baik secara sadar maupun tidak sengaja, telah memungkinkan saya 'memergoki' sejumlah persoalan yang meresahkan. Ya, siapa tahu dengan men-share deretan persoalan yang meresahkan tersebut, nantinya bisa menjadi pemantik diskusi yang tidak saja lebih komprehensif, namun juga kontributif bagi terwujudnya sistem pendidikan yang lebih baik atau bahkan ideal: membebaskan, kritis, serta transformatif.</p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><b>Potret Buram Pendidikan <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region></b></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Alkisah, ada sekelompok siswa sebuah SMU di <st1:city st="on"><st1:place st="on">kota</st1:place></st1:city>, nongkrong di terminal bis, bolos sekolah. Tanpa beban mereka asyik bincang sembari menikmati riuh ramai kendaraan, penumpang, ataupun teriakan para kenek. Dari wajah mereka hampir tak tergurat raut penyesalan karena meninggalkan pelajaran, melanggar titah orang tua. Sepintas, masyarakat termasuk juga kita, mungkin akan berkata, "Dasar pemalas, tidak tahu menghargai jerih payah orangtua!". Suatu hal yang lumrah tapi belum tentu benar.
<br />Pernahkah Anda merasa betapa sekolah demikian membosankan atau bahkan menakutkan? Suatu ketika, di hari senin pada jam pertama, jantung Toni berdebar kencang. Ini disebabkan PR bahasa-nya yang belum juga selesai meski sudah tiga hari dikerjakan. Sejenak terbayang betapa akan malunya Ia terkena marah bapak guru di depan kelas. Sebenarnya, sejak minggu lalu Toni ingin bertanya tentang soal yang satu itu. <st1:place st="on"><st1:city st="on">Namun</st1:city> <st1:state st="on">Ia</st1:state></st1:place> takut, teman-teman sekelasnya akan menertawakan ketidaktahuannya. Akhirnya setiap ada pelajaran bahasa, ruangan kelas seolah menjadi tempat yang paling tidak aman baginya. Bahkan menjelma menjadi penjara. </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Ilustrasi diatas bukan sebatas rekaan belaka. Diantara kita banyak yang pernah mengalami masalah semacam itu. Sekolah yang kita bayangkan sebagai 'kabin' belajar, bermain, berteman, mengembangkan potensi dst., malah menjadi sumber kesusahan dan kegelisahan. Ditambah lagi guru yang otoriter, metode pengajaran yang monoton dan membelenggu, tidak up to date, begini dilarang, begitu dilarang, dsb., kian membuat peserta didik tidak bebas mengembangkan potensi, dan akhirnya hanya menjadi pengikut semua ujar guru yang kurang kreatif sekaligus miskin daya kritis. </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Kalau dilihat lebih cermat, pendidikan yang membelenggu itu merupakan tipikal sistem pendidikan negara jajahan. Sejak zaman kolonial Belanda, upaya-upaya yang mencegah tumbuhnya kecerdasan untuk berpikir bebas, daya kritis terhadap realitas, yang berujung pada kesadaran terhadap posisi diri di struktur sosial, memang di-setting secara sistematis. Tujuannya jelas yakni, menjaga agar masyarakat di Hindia Belanda tetap bodoh, tidak 'sadar diri' sehingga kekuasaan kolonial tidak terancam. </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Sistem pendidikan dengan sendirinya menjadi instrumen untuk melanggengkan kekuasaan. Pendidikan hanya semata-mata memasukkan peserta didik kedalam sistem yang sudah ada: mencetak dokter, akuntan, teknisi, ahli hukum dst., yang loyal terhadap penguasa. Nilai-nilai, ide-ide, preferensi, yang ditransmisikan melalui institusi pendidikan dengan sendirinya ditujukan untuk membentuk kesadaran yang menafsirkan penindasan terhadapnya sebagai hal yang wajar, serta benar baik secara ideologis maupun kultural.<a style="" href="#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">[2]</span></span><!--[endif]--></span></span></a></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Sayangnya, model pendidikan seperti ini tetap berlangsung hingga sekarang. Dalam konteks kekinian dimana penjajahan tidak lagi menemui bentuknya yang paling primitif, pendidikan di <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> dan negara-negara dunia ketiga pada umumnya belum beranjak berubah. Dewasa ini, tatkala Barat kembali hadir dengan kekuatan ekonominya, sistem pendidikan dengan sendirinya mengabdi pada kepentingan modal. Meski dibalut modernitas zaman yang kemilau dengan sains mutakhir hingga teknologi canggih, karakter pendidikan tetap stagnan. Visi dan misi pendidikan yang tercermin dalam kurikulum orientasinya cuma satu: bagaimana mencetak lulusan yang akseptabel terhadap pasar, baik skill maupun kesamaaan kerangka berpikir. Pendek kata, di era Kapitalisme berkuasa ini, nasib pendidikan tak jauh-jauh amat dari sebelumnya: membangun komformitas kesadaran peserta didik terhadap struktur yang sedang berlaku.</p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><b>Tiga Paradigma Pendidikan</b></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Secara konseptual, ada tiga paradigma<a style="" href="#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">[3]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> pendidikan yang dapat memberi peta pemahaman mengenai paradigma apa yang menjadi pijakan penyelenggaraan pendidikan di <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> yang berdampak sangat serius terhadap perubahan sosial.<a style="" href="#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">[4]</span></span><!--[endif]--></span></span></a></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><b style="">Pertama,</b> paradigma konservatif. Paradigma ini berangkat dari asumsi bahwa ketidaksederajatan masyarakat merupakan suatu keharusan alami, mustahil bisa dihindari serta sudah merupakan ketentuan sejarah atau takdir Tuhan. Perubahan sosial bagi mereka bukanlah suatu yang harus diperjuangkan, karena perubahan hanya akan membuat manusia lebih sengsara saja. Pada dasarnya masyarakat tidak bisa merencanakan perubahan atau mempengarhui perubahan sosial, hanya Tuhan lah yang merencanakan keadaan masyarakat dan hanya dia yang tahu makna dibalik itu semua.
<br />Dengan pandangan seperti itu, kaum konservatif tidak menganggap rakyat memiliki kekuatan atau kekuasaan untuk merubah kondisi mereka. Mereka yang menderita, yakni orang orang miskin, buta huruf, kaum tertindas dan mereka yang dipenjara, menjadi demikian karena salah mereka sendiri. Karena toh banyak orang yang bisa bekerja keras dan berhasil meraih sesuatu. Banyak orang bersekolah dan belajar untuk berperilaku baik dan oleh karenanya tidak dipenjara. Kaum miskin haruslah sabar dan belajar untuk menunggu sampai giliran mereka datang, karena akhirnya semua orang akan mencapai kebebasan dan kebahagiaan kelak. Paham konservatif hanya melihat pentingnya harmoni serta menghindarkan konflik dan kontradiksi.</p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Sebagian besar penyelenggaraan sekolah yang dikelola oleh kaum tradisionalis berangkat dari paradigma konservatif ini. Penyelenggaraan sekolah atau madrasah dalam perspektif dan paradigma konservatif memang terisolasi dari persoalan persoalan kelas maupun gender ataupun persoalan ketidak adilan di masyarakat. Kurikulum sekolah secara jelas bagi kaum konservatif juga tidak ada kaitannya dengan sistem dan struktur sosial diluar sekolah, seperti sistem kapitalisme yang tidak adil </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><b style="">Kedua, </b>paradigma pendidikan Liberal. Kaum Liberal, mengakui bahwa memang ada masalah di masyarakat. Namun bagi mereka pendidikan sama sekali steril dari persoalan politik dan ekonomi masyarakat. Tugas pendidikan cuma menyiapkan murid untuk masuk dalam sistem yang ada. Sistem diibaratkan sebuah tubuh manusia yang senantiasa berjalan harmonis dan penuh keteraturan (functionalism structural)<a style="" href="#_ftn5" name="_ftnref5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman";">[5]</span></span><!--[endif]--></span></span></a>. Kalaupun terjadi distorsi maka yang perlu diperbaiki adalah individu yang menjadi bagian dari sistem dan bukan sistem. </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Pendidikan dalam perspektif liberal menjadi sarana untuk mensosialisasikan dan mereproduksi nilai-nilai tata susila keyakinan dan nilai-nilai dasar agar stabil dan berfungsi secara baik dimasyarakat. Oleh karena itu masalah perbaikan dalam dunia pendidikan bagi mereka sebatas usaha reformasi 'kosmetik' seperti perlunya: membangun gedung baru, memoderenkan sekolah; komputerisasi; menyehatkan rasio murid-guru, metode pengajaran yang effisien seperti dynamics group, learning by doing, experimental learning dan sebagainya. Hal-hal tersebut terisolasi dengan struktur kelas dan gender dalam masyarakat. </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Akar dari pendidikan semacam dapat ditelusuri dari pijakan filosofisnya yakni, paham liberalisme, suatu pandangan yang menekankan pengembangan kemampuan, melindungi hak, dan kebebasan (freedoms), serta proses perubahan sosial secara inskrimental demi menjaga stabilitas jangka panjang.</p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><b style="">Ketiga,</b> adalah paradigma pendidikan kritis. Pendidikan bagi paradigma kritis merupakan arena perjuangan politik. Jika bagi kaum konservatif pendidikan bertujuan untuk menjaga status quo, sementara bagi kaum liberal ditujukan untuk perubahan moderat dan acapkali juga pro status quo, maka bagi penganut paradigma kritis menghendaki perubahan struktur secara fundamental dalam tatanan politik ekonomi masyarakat dimana pendidikan berada. Dalam perspektif ini, pendidikan harus mampu membuka wawasan dan cakrawala berpikir baik pendidik maupun peserta didik, menciptakan ruang bagi peserta didik untuk mengidentifikasi dan menganalisis secara bebas dan kritis diri dan struktur dunianya dalam rangka transformasi sosial.
<br />Perspektif ini tentu mempunyai beberapa syarat. Baik guru maupun peserta didik mesti berada dalam posisi yang egaliter dan tidak saling mensubordinasi. Masing-masing pihak, mesti berangkat dari pemahaman bahwa masing-masing mempunyai pengalaman dan pengetahuan. Sehingga yang perlu dilakukan adalah dialog, saling menawarkan apa yang mereka mengerti dan bukan menghafal, menumpuk pengetahuan namun terasing dari realitas sosial (banking system). </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><b>Hasil Pendidikan Nasional: <o:p></o:p></b></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><b>Kemacetan Transformasi Sosial ?</b></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Dari pemetaan diatas, sistem pendidikan di <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place> selama ini masih jauh untuk dikategorikan sebagai pendidikan kritis. Dapat pula dikatakan, dalam taraf tertentu pendidikan kita justru terjebak dalam paradigma konservatif, meskipun kalau dilihat secara umum pendidikan nasional termasuk dalam mainstream liberal. Ini ditandai mulai dari privatisasi pendidikan, model subjek-objek, serta orientasinya yang kental dengan ideologi kapitalisme.</p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Dewasa ini, ketika dunia didera gelombang globalisasi, pendidikan kian bergeser dari status dan fungsi awalnya. Pendidikan mau tidak mau dipaksa tereduksi hanya sebagai komoditas dan harus terbingkai dalam logika pasar. </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Lebih parah lagi, pendidikan kita sulit dibedakan dengan pelatihan atau trainning. Metode searah sulit dipungkiri memupus kreatifitas peserta didik dalam mengembangkan corak berpikir bebas. Sekedar contoh, saat SD kita acapkali diberi pertanyaan dimaan kita hanya perlu memberi satu kata sebagai jawaban. Misalnya begini, "Pak Tani disawah sedang…". Untuk menjawab pertanyaan ini murid SD tidak punya banyak pilihan. Guru secara sepihak akan menyalahkan bila isinya bukan mencangkul, memupuk, atau memanen. Padahal, dalam sistem yang demokratis seorang murid bisa mengisinya dengan misalnya, membaca koran (karena sedang istirahat), melakukan rembug mengenai irigasi dsb. </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;"><st1:place st="on">Para</st1:place> ilmuan misalnya, akibat proses pendidikan yang sangat liberal sulit untuk tidak menjadi-meminjam istilah Heru Nugroho-Intelektual 'asongan', yang menjajakan pengetahuannya untuk riset maupun pengembangan wacana yang seringkali adalah proyek pemilik modal. Terjebaknya para ilmuan ini memberi kontribusi besar terhadap macetnya ilmu-ilmu sosial dan ketidakmampuannya menjadi bagian dari problem solving dalam masyarakat. Ilmuan tak jarang terjebak dalam studi-studi keilmuan yang sebenarnya disetting oleh ideologi mainstream yang kontra transformasi. </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Dalam Magnum Opus-nya Thomas Kuhn, The Structure of Scientific Revolutions (1962), ilmuan bukanlah para penjelajah berwatak pemberani yang menemukan kebenaran-kebenaran baru. Mereka lebih mirip para pemecah teka-teki yang bekerja dalam pandangan dunia yang telah mapan. Mereka menjadi sangat sensitif dan kehilangan kearifan dengan mencap kritik terhadap ilmu adalah 'omong kosong'; serta menggambarkan para pengritik ilmu sebagai para 'pembual'. Dengan kata lain, para ilmuan telah menjadi aparat status quo dari ideologi hegemonik. </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">
<br /><b>Menuju Pendidikan Transformatif</b></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Rangkaian persoalan pelik diatas telah menggiring dunia pendidikan kita menuju kerusakan sistemik. Namun bukan berarti menjadi sah bagi kita untuk bersikap apatis. Dan, lagi-lagi kita harus kembali belajar bersama Freire perihal pendidikan yang membebaskan, kritis dan transformatif. Mengurai benang merah yang terlanjur jalin berkelindan tak tentu ujung-pangkalnya, Freire menekankan pentimgmya pengharapan (hope) dan impian (dream). Dua hal ini jelas bukan sebagai ekstase yang penuh ilusi dan tipu daya. </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Karena mimpi dan harapan memberi kita energi untuk mewujudkan dunia yang lebih baik. Tak ada perubahan tanpa impian, begitu pula tak ada impian tanpa harapan. Hanya saja harapan dan impian harus ditindak lanjuti dengan aktualisasi, sehingga kekhawatiran akan efek ekstase tadi tidak terjadi dan berlanjut. Ke depan, terbentang pekerjaan rumah yang luar biasa berat. Perubahan baik mengenai kurikulum, perangkat aturan legal, maupun pergeseran paradigma yang sepertinya tidak bisa ditolak jika menginginkan perubahan yang substantif, tidak sekadar 'kosmetik' ingin diwujudkan. </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><b style="">Teori Transformatif Hubungannya dengan Konteks <o:p></o:p></b></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Dalam konteks Islam, </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;">1. <span style=""> </span>Iman sebagai realisasi ketauhidan manusia memiliki implikasi dan konsekuensi terhadap penegakan nilai-nilai moral yang tinggi dan mulia. Penumbuhkembangan perilaku moral manusia selalu berkenaan dengan sejauh mana ia menyadari, bahwa perilaku itu harus ia lakukan. Kesadaran dalam hal ini adalah bukti nyata dari sebuah keyakinan mendalam seseorang atas sesuatu yang dalam bahasa agama disebut dengan iman. Manusia yang menyadari bahwa dirinya, alam jagad raya dan Tuhannya merupakan tiga bagian yang tidak dapat dilupakan begitu saja dalam segala aktivitas kehidupannya, akan selalu mengorientasikan diri dan perilaku pada keinginan Tuhannya. </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;">2. <span style=""> </span>Ikhlas segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan demikian, bahwa manusia tauhid akan selalu mengorientasikan tindakan-tindakannya baik bagi dirinya, masyarakat maupun alam jagad raya, pada pendekatan diri dengan Penciptanya. Dalam konteks inilah, dapat dikatakan, bahwa manusia tauhid tidak akan pernah melupakan fungsi eksistensialitas dirinya sebagai mu’abbid, khalifah Allah SWT fi al-ardh dan ‘immarah fi al-ardh seperti telah diungkap sebelumnya.</p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Mengingat tauhid merupakan dasar bagi pemunculan sikap tanpa pamrih sebagai identitas yang menunjuk pada moralitas, maka pengupayaan moralitas mestilah pula diawali dengan penanaman nilai-nilai ketauhidan ini. Hanya dengan cara demikian, maka perilaku moral yang diinginkan oleh Allah SWT sebagai “personal” yang diwakili dapat ditumbuhkembangkan dengan baik. </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Manusia tauhid, tidak akan pernah memiliki keinginan apalagi melakukan segala sesuatu yang berseberangan dengan keyakinan tauhid yang ia miliki. Dalam pengertian lain dapat diungkapkan, bhawa manusia tauhid adalah manusia yang dalam segala aktivitasnya selalu menampilkan perilaku moral yang didasari pada nilai-nilai keIllahian. Allah SWT, tidak hanya sebagai orientasi kehidupannya, tetapi juga sebagai “personal” yang diwakilinya di dunia ini, segala tindakannya selalu hendak mengaplikasikan sifat-sifat Tuhan ke dalam dirinya. </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Kedua hal di atas, manusia tauhid pun selalu menginginkan sesuatu yang benar dan senantiasa menegakkan kebenaran dalam konteks ini Allah SWT berfirman dalam surah al-Isra’ ayat 36 yang maknanya <i style="">: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya”.</i> </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><b style="">Hubungan Teori Transformatif dengan Nilai <o:p></o:p></b></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Nilai sebagai suatu yang lebih diinginkan harus dibedakan dengan yang hanya ‘diinginkan’, di mana ‘lebih diinginkan’ mempengaruhi seleksi berbagai modus tingkah laku yang mungkin dilakukan individu dan mempengaruhi pemilihan tujuan akhir tingkah laku (Kluckhohn dalam Rokeach, 1973). “Lebih diinginkan” ini memiliki pengaruh lebih besar dalam mengarahkan tingkah laku, dan dengan demikian maka nilai menjadi tersusun berdasarkan derajat kepentingannya. </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Sebagaimana<span style=""> </span>terbentuknya, nilai juga mempunyai karakteristik tertentu untuk berubah. Karena nilai diperoleh dengan cara terpisah, yaitu dihasilkan oleh pengalaman budaya, masyarakat dan pribadi yang tertuang dalam struktur psikologis individu (Danandjaja, 1985), maka nilai menjadi tahan lama dan stabil (Rokeach, 1973). Jadi nilai memiliki kecenderungan untuk menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. Salah satunya adalah bila terjadi perubahan system nilai budaya di mana individu tersebut menetap (Danandjaja, 1985). </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Lebih lanjut Schwartz (1994) juga menjelaskan bahwa nilai adalah : </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">1)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><!--[endif]-->Suatu keyakinan,</p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">2)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><!--[endif]-->Berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir tertentu</p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">3)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><!--[endif]-->Melampaui situasi spesifik</p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">4)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><!--[endif]-->Menarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku individu, dan kejadian-kejadian, serta </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">5)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><!--[endif]-->Tersusun berdasarkan derajat kepentingannya. </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, terlihat kesamaan pemahaman tentang nilai, yaitu : </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">1)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><!--[endif]-->Suatu keyakinan</p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">2)<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><!--[endif]-->Berhubungan dengan cara bertingkah laku dan tujuan akhir tertentu.</p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya. </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Pemahaman tentang nilai tidak terlepas dari pemahaman tentang bagaimana nilai itu terbentuk. Schwartz berpandangan bahwa nilai merupakan representasi kognitif dari tiga tipe persyaratan hidup manusia yang universal, yaitu : </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><!--[endif]-->Kebutuhan individu sebagai organisasi biologis</p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><!--[endif]-->Persyaratan interaksi social yang membutuhkan koordinasi interpersonal </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span><!--[endif]-->Tuntutan institusi social untuk mencapai kesejahteraan kelompok<span style=""> </span></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><b style="">Teori Transformatif Hubungannya dengan Kepemimpinan Kependidikan <o:p></o:p></b></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dalam menggunakan kekuasaan. </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahannya dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama diantara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan,<span style=""> </span>tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dan bawahannya, yang akhirnya terjadi suatu hubungan timbal balik oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapkan memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya, karena apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan <span style=""> </span>terwujud dengan maksimal.apalagi dibidang kependidikan pada khususnya . </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><b style=""><o:p> </o:p></b></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><b style=""><o:p> </o:p></b></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style="">KESIMPULAN <o:p></o:p></b></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style=""><o:p> </o:p></b></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 0.5in; line-height: 150%;">Teori transfarmatif saling tekait dan mendukung dengan konteks, nilai, dan kepemimpinan kependidikan untuk mewujudkan suatu perubahan masyarakat social dan bangsa khususnya dalam bidang pendidikan. </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style="">DAFTAR PUSTAKA <o:p></o:p></b></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt; text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><o:p> </o:p></p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;">1. <span style=""> </span>Dikutip dari Agustinus Mintara, Sekolah atau Penjara, Basis edisi Paulo Freire, No.01-02 Tahun Ke-50, Januari-Febuari 2001 </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;">2.<span style=""> </span>David Marsh and Gerry Stoker, Theories And Methods in Political Science, MacMillan Press Ltd., 1995 </p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;">3. <span style=""> </span>Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Tiara Wacana, <st1:place st="on">Yogyakarta</st1:place>, 2001:33</p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;">4. <span style=""> </span>Dilema Paradigma Pendidikan, Sumber, Kompilasi Makalah Terpilih, Litbang Bulaksumur Pos 1999-2000</p> <p style="margin: 0in 0in 0.0001pt 0.25in; text-align: justify; text-indent: -0.25in; line-height: 150%;">5. <span style=""> </span>Suwarsono & Alvin Y. So, Perubahan Sosial dan Pembangunan, LP3ES, <st1:city st="on"><st1:place st="on">Jakarta</st1:place></st1:city>, 1994</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p> <div style=""><!--[if !supportFootnotes]-->
<br /> <hr width="33%" align="left" size="1"> <!--[endif]--> <div style="" id="ftn1"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[1]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Dikutip dari Agustinus Mintara, Sekolah atau Penjara, Basis edisi Paulo Freire, No.01-02 Tahun Ke-50, Januari-Febuari 2001</p> </div> <div style="" id="ftn2"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[2]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> David Marsh and Gerry Stoker, Theories And Methods in Political Science, MacMillan Press Ltd., 1995</p> </div> <div style="" id="ftn3"> <p class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 9pt; text-indent: -9pt;"><a style="" href="#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[3]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span style=""> </span>Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Tiara Wacana, <st1:place st="on">Yogyakarta</st1:place>, 2001:33</p> </div> <div style="" id="ftn4"> <p class="MsoFootnoteText" style="margin-left: 9pt; text-indent: -9pt;"><a style="" href="#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[4]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> <span style=""> </span>Dilema Paradigma Pendidikan, Sumber, Kompilasi Makalah Terpilih, Litbang Bulaksumur Pos 1999-2000</p> </div> <div style="" id="ftn5"> <p class="MsoFootnoteText"><a style="" href="#_ftnref5" name="_ftn5" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style=""><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; font-family: "Times New Roman";">[5]</span></span><!--[endif]--></span></span></a> Suwarsono & Alvin Y. So, Perubahan Sosial dan Pembangunan, LP3ES, <st1:place st="on"><st1:city st="on">Jakarta</st1:city></st1:place>, 1994</p> </div> </div>
<br /><span class="fullpost">
<br /></span>kulingetikhttp://www.blogger.com/profile/13154004340632680631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2285591517006369783.post-15184220807765706672010-02-12T06:31:00.000-08:002010-02-12T06:33:04.327-08:00SIKAP TERHADAP PENGARUH GLOBALISASI<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cmarsy@%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="country-region"></o:smarttagtype><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="City"></o:smarttagtype><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="place"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><object classid="clsid:38481807-CA0E-42D2-BF39-B33AF135CC4D" id="ieooui"></object> <style> st1\:*{behavior:url(#ieooui) } </style> <![endif]--><style> <!-- /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:476458367; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:1657042510 -1411068516 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l0:level1 {mso-level-tab-stop:18.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:18.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l1 {mso-list-id:495536054; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:585430238 -1366503684 -895718084 67698715 -1756180134 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l1:level1 {mso-level-tab-stop:54.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:54.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l1:level2 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:18.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:18.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l1:level3 {mso-level-number-format:roman-lower; mso-level-tab-stop:126.0pt; mso-level-number-position:right; margin-left:126.0pt; text-indent:-9.0pt;} @list l1:level4 {mso-level-text:"%4\)"; mso-level-tab-stop:37.5pt; mso-level-number-position:left; margin-left:37.5pt; text-indent:-19.5pt;} @list l2 {mso-list-id:1134564987; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-1646729152 1829796670 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l2:level1 {mso-level-tab-stop:18.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:18.0pt; text-indent:-18.0pt;} ol {margin-bottom:0cm;} ul {margin-bottom:0cm;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style="">SIKAP TERHADAP PENGARUH GLOBALISASI DAN KEMAMPUAN MEMPRESENTASIKAN TULISAN TENTANG PENGARUH GLOBALISASI<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style=""><o:p> </o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Usaha-usaha yang harus kita lakukan dalam menghadapi era globalisasi ini adalah sebagai berikut : </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai filter budaya asing yang bersifat negatif.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Peningkatan penghayatan dan pengamalan Pancasila untuk memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Menghayati dan mengintensifkan pembelajaran budaya tradisional yang bernilai luhur agar tidak musnah diganti oleh kebudayaan asing.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar dapat memilih mana yang baik dan benar bagi masyarakat. Karena itu, tidak semua kebudayaan asing baik dan cocok untuk diterapkan pada masyarakat <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->meningkatkan pendidikan adalah upaya meningkatkan kualitas diri agar dapat bersaing dengan bangsa lain baik dalam mencari lapangan kerja di dalam negeri maupun di luar negeri. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">6.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Meningkatkan kualitas produk dalam negeri agar dapat bersaing merebut pasar local, nasional, dan internasional. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">7.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Meningkatkan enguasaan teknologi di segala bidang agar kita tidak bergantung pada bangsa lain, mandiri, dan percaya pada diri sendiri.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">8.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Menumbuhkan kinerja yang berwawasan luas dan beretos kerja tinggi.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">9.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Menumbuhkan dinamika yang terbuka dan tanggap tehadap unsure-unsur pembaharuan</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Perubahan mental kea rah sikap yang modern, seperti ulet, rajin, berdisiplin, beretos kerja tinggi, cerdas, terampil, kreatif, dan berjiwa wiraswasta sangat diperlukan untuk menghadapi era globalisasi tersebut.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Globalisasi bagi bangsa <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> dapat menjadi peluang dan tantangan. Peluang yang dapat diperoleh adalah pasaran hasil produksi yang semakin luas, perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin cepat, lapangan kerja yang semakin luas dan peluang bisnis yang makin terbuka. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Dalam menerima pengaruh asing, bangsa <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> jangan bersifat pasif atau menerima begitu saja pengaruh tersebut. Bangsa <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> harus bersifat aktif menyeleksi pengaruh tersebut. Kebudayaan asing diakulturasikan secara serasi dengan kebudayaan asli sehingga menghasilkan kebudayaan yang bercorak khas. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Kebudayaan material dan <st1:city st="on"><st1:place st="on">gaya</st1:place></st1:city> hidup kebarat-baratan cenderung lebih cepat menjalar dan diterima oleh masyarakat. Kesalahpahaman mengartikan “hidup modern” akan membawa kita dalam kehidupan yang tanpa moral dan hilangnya kepribadian bangsa. Individualisme, konsumerisme berlebihan, minuman keras, hidup bebas, obat terlarang, brutalisme, dan atheisme adalah sikap dan <st1:city st="on"><st1:place st="on">gaya</st1:place></st1:city> hidup yang harus dihindarkan akibat negative dari globalisasi.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Bagi bangsa <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>, Pancasila dalam proses pembangunan sosial budaya bangsa akan dapat berfungsi sesuai paying dan sekaligus sebagai dasar pembangunan. Oleh karena itu, nilai budaya <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> diharapkan tidak ada tergeser dan nilai hakikinya, yaitu nilai kekeluargaan dan kegotongroyongan.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pembangunan bangsa, khususnya perkembangan budaya. Kedatangan setiap teknologi baru harus kita terima dengan pikiran terbuka dan penuh kewaspadaan.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Selain itu, sifat kebudayaan kita yang tertutup dan membuat orang merahasiakan apa yang diketahuinya, padahal sangat penting bagi perkembangan dan kemajuan bangsa dengan tujuan agar tetap unggul secara individu. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Arus informasi yang berkesinambungan dari media dankontak langsung dengan dunia luar akan mempengaruhi perubahan sosial. sistem komunikasi internasional dan nasional yang disajikan melalui media sangat berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, masalah ekonomi, kebudayaan, dan agama. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Keadaan tersebut mempengaruhi cara berpikir dan berprilaku masyarakat sehingga dapat menumbuhkan sifat masyarakat yang mengarah pada sebagai berikut. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Individualistis, yaitu mementingkan diri sendiri. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Materialisme, yaitu aliran yang mementingkan kebendaan sebagai sumber hidup. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Hidonisme, yaitu pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan adalah tujuan utama dalam hidup. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Pengaruh unsure-unsur budaya dari luar yang bersumber dari paham individualisme sempat menggoyahkan masyarakat sebagai akibat adanya sikap indivualisme, materialisme, dan hedonisme. Hal ini mengakibatkan timbulnya sikap konsumerisme yang berlebihan karena terlalu mengejar kenikmatan hidup lahiriah. Pada masyarakat tersebut, tenggang rasa, kekeluargaan, gotong dan kesetiakawanan sosial yang merupakan cirri kepribadian bangsa <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region>. Akibatnya, dapat merusak sistem kehidupan bangsa <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, diperlukan saluran atau “channel” yang dipergunakan sebagai wahana perubahan. Saluran tersebut berupa lembaga masyarakat. Lembaga-lembaga masyarakat tersebut, yaitu sebagai berikut : </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Keagamaan</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Keluarga</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Sekolah dan lembaga pendidikan yang lainnya</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->pemerintahan</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->perekonomian</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Lembaga keagamaan mempunyai pengaruh yang sangat besar karena berhubungan dengan aspek mental atau jiwa manusia. Aspek mental ini akan membentuk pandangan hidup, ide, gagasan, etika, sikap, dan perilaku sebagai landasan dalam berkarya. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Keluarga adalah lembaga pertama yang dikenal oleh seorang anak. Keluarga juga merupakan pewaris atau pengubah pertama dalam kebudayaan. Agama, bahasa, dan adapt istiadat kali pertama diperkenalkan melalui keluarga. Unsure kebudayaan dapat hilang kalau tidak diwariskan melalui keluarga. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Sekolah dan lembaga pendidikan lainnya adalah tempat yang sengaja dibentuk untuk menyalurkan ide, gagasan, pengetahuan, dan keterampilan.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Pemerintah mempunyai kewenangan dan kekuasaan untuk menentukan suatu kebijakan. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Globalisasi memberi dampak yang meluas kepada fenomena imigrasi penduduk dalam blok budaya yang berbeda. Dunia menjadi semakin beragam dari segi komposisi budaya etnik, ras, dan warna kulit. Perkembangan yang terjadi saat ini membawa perubahan keanekaragaman budaya yang bersifat pluralism dan multiculturalism. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Fenomena baru dalam era globalisasi ini adalah bertemunya budaya timur dan barat. Pertemuan ini diharapkan dapat melahirkan peradaban baru di kedua belah pihak. Akibat adanya kemajuan ini manusia mampu mengambil segi-segi positif dari semua budaya yang diterimanya guna memperkaya unsure-unsur budaya yang telah ada. Mereka yang berada di belahan timur mendapat segi paham rasionalis barat, sedangkan mereka yang berada di belahan barat dapat mempelajari dan menyerap nilai-nilai religius timur. Dengan demikian, paham rasionalis dan materialis yang berkembang pesat di barat yang ditopang oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat bersanding dengan spiritualitas timur. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Dalam perkembangannya, kebudayaan akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju. Hal ini terjadi pada era globalisasi yang sekarang sedang dihadapi. Begitu pula dengan perkembangan masyarakat yang akan sangat terpengaruh oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi ini. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Berbagai contoh posisi bangsa Indoensia dalam era globalisasi dalam bidang ekonomi, teknologi, politik, hukum, sosial budaya, dan lingkungan hidup adalah sebagai berikut : </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Dalam Bidang Ekonomi </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">1)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Meningkatkan kemampuan bangsa dan negara untuk berkompetisi seara internasional. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">2)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Meningkatkan kualitas produksi dalam negeri agar dapat bersaing di pasar internasional. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">3)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Dalam Bidang Teknologi </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">1)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Mampu mengembangkan teknologi dan informasi yang bertaraf Internasional </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">2)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Memanfaatkan teknologi untuk mempublikasikan potensi yang dimiliki oleh negara <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">3)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Membuka akses informasi dari dunia internasional sebagai studi banding dan sebagai kerja sama dengan negara lain. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Dalam Bidang Politik </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">1)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Menegakkan nilai-nilai demokrasi</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">2)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Memperluas dan meningkatkan hubungan dan kerja sama internasional</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">3)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Partisipasi aktif dalam percaturan politik untuk menuju perdamaian dunia. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Dalam Bidang Hukum</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">1)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Mematuhi peraturan huum dan perjanjian internasional </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">2)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Turut meratifikasi perjanjian hukum internasional dalam berbagai masalah, seperti masalah HAM, narkoba, dan lain sebagainya.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">3)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Menghormati peradilan internasional dan bekerja sama dengan Interpol. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">e.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Dalam Bidang Sosial Budaya</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">1)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Turut serta berpartisipasi dalam kegiatan sosial internasional, misalnya lewat organisasi PBB dan Palang Merah Internasional.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">2)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Menjunjung tinggi pelaksanaan HAM. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">3)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Mengadakan pertukaran pelajar antar negara. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">f.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Dalam Bidang Lingkungan Hidup </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">1)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Menentang pemakaian senjata nuklir, baik untuk perang maupun penelitian yang dapat merusak lingkungan hidup.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">2)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Turut serta melestarikan lingkungan hidup serta ekologi darat, laut, dan udara secara nasional dan internasional</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 37.5pt; text-align: justify; text-indent: -19.5pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">3)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Menggalang kerja sama antarnegara dalam menanggulangi penemaran lingkungan </p>
<br /><span class="fullpost">
<br /></span>kulingetikhttp://www.blogger.com/profile/13154004340632680631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2285591517006369783.post-50186130451596895202010-02-07T05:19:00.000-08:002010-02-07T05:20:23.281-08:00MALAYSIA<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5Cmarsy@%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="City"></o:smarttagtype><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="country-region"></o:smarttagtype><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="place"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><object classid="clsid:38481807-CA0E-42D2-BF39-B33AF135CC4D" id="ieooui"></object> <style> st1\:*{behavior:url(#ieooui) } </style> <![endif]--><style> <!-- /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} /* List Definitions */ @list l0 {mso-list-id:250086049; mso-list-type:hybrid; mso-list-template-ids:-47815758 863029836 -243781674 928393726 67698703 67698713 67698715 67698703 67698713 67698715;} @list l0:level1 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-tab-stop:18.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:18.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l0:level2 {mso-level-tab-stop:54.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:54.0pt; text-indent:-18.0pt;} @list l0:level3 {mso-level-number-format:alpha-lower; mso-level-text:"%3\)"; mso-level-tab-stop:99.0pt; mso-level-number-position:left; margin-left:99.0pt; text-indent:-18.0pt;} ol {margin-bottom:0cm;} ul {margin-bottom:0cm;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style="">NEGARA DI KAWASAN <st1:place st="on">ASIA</st1:place> TENGGARA<o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style=""><o:p> </o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><b style=""><span style="">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><st1:country-region st="on"><st1:place st="on"><b style="">Malaysia</b></st1:place></st1:country-region><b style=""><o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 45pt; line-height: 150%;"><st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Malaysia</st1:place></st1:country-region> adalah sebuah negara kerajaan federal yang didirikan pada 16 September 1963. <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Malaysia</st1:place></st1:country-region> terdiri atas 13 negara bagian, sembilan di antaranya dikepalai oleh sultan dan empat lainnya oleh keturunan bangsawan. Tampuk pemerintahan <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Malaysia</st1:place></st1:country-region> dipegang oleh seorang perdana menteri. Adapun kepala negaranya adalah Yang dipertuan Agong yang dipilih setiap <st1:city st="on"><st1:place st="on">lima</st1:place></st1:city> tahun sekali dari dan oleh kesembilan sultan. <st1:country-region st="on">Malaysia</st1:country-region> beribu <st1:city st="on">kota</st1:city> <st1:city st="on">Kuala Lumpur</st1:city> sebagai ibu <st1:city st="on">kota</st1:city> legislatif dan Putra Jaya sebagai ibu <st1:city st="on"><st1:place st="on">kota</st1:place></st1:city> administratif. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><i style=""><span style="">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></i><!--[endif]--><i style="">Letak dan Batas Negara<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Secara astromomis, <st1:country-region st="on">Malaysia</st1:country-region> terletak pada 1<sup>0</sup> LU – 7<sup>0</sup> LU dan 100<sup>0</sup> BT – 119<sup>0</sup> BT. Luas <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Malaysia</st1:country-region></st1:place> secara keseluruhan adalah 329.758 km<sup>2</sup>. <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Malaysia</st1:country-region></st1:place> memiliki batas-batas negara sebagai berikut : </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">a)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Sebelah utara dengan negara <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Thailand</st1:place></st1:country-region> dan Laut Cina Selatan </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">b)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Sebelah timur dengan Laut Sulu dan laut <st1:place st="on">Sulawesi</st1:place> </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">c)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Sebelah selatan dengan negara <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Indonesia</st1:place></st1:country-region> dan Singapura </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 54pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><span style="">d)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span><!--[endif]-->Sebelah barat dengan Selat Malaka dan Pulau Sumatra yang termasuk wilayah <st1:place st="on"><st1:country-region st="on">Indonesia</st1:country-region></st1:place>.</p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><i style=""><span style="">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></i><!--[endif]--><i style="">Bentang Alam <o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Wilayah Malaysia Barat merupakan bagian dari deretan Pegunungan Mediterania dengan puncak tertinggi adalah Gunung Tahan (2.190 m). di wilayah Malaysia Timur puncak tertingginya adalah Gunung Kinabalu (4.101 m) </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Sungai terpanjang di <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Malaysia</st1:place></st1:country-region> adalah Sungai Kinabatangan (550 km) dan Sungai Rajang (560 km). Sungai lainnya, seperti Sungai Pahang (450 km) dan Sungai Baram (440 km). </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><i style=""><span style="">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></i><!--[endif]--><i style="">Iklim<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Malaysia</st1:place></st1:country-region> dipengaruhi iklim laut khatulistiwa yang ditandai dengan sering terjadinya hujan lebat, suhu rata-rata tinggi, dan pembalikan arah angina sesuai dengan musim. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><i style=""><span style="">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></i><!--[endif]--><i style="">Penduduk <o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Penduduk <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Malaysia</st1:place></st1:country-region> pada tahun 2006 berjumlah 26.900.000 jiwa Angka pertumbuhan penduduknya mencapai 1,6%. Penduduk <st1:country-region st="on">Malaysia</st1:country-region> terdiri atas suku bangsa Melayu (65%), Cina (26%), <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">India</st1:place></st1:country-region> (8%), dan laiinya (1%). Penduduk asli <st1:country-region st="on">Malaysia</st1:country-region> adalah orang Semang dan <st1:city st="on"><st1:place st="on">Sakai</st1:place></st1:city>. Mereka tinggal di sekitar hutan. Bahasa yang umum digunakan penduduk <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Malaysia</st1:place></st1:country-region> ada empat, yaitu bahasa Melayu, Inggris, Cina, dan Tamil. Adapun agama mayoritas yang dianut, yakni agama Islam (48%), aliran kepercayaan (24%), Buddha (7%), Kristen (8%), Hindu (7%), dan Lainnya (6%). </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt; line-height: 150%;"><!--[if !supportLists]--><i style=""><span style="">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; font-size: 7pt; line-height: normal; font-size-adjust: none; font-stretch: normal;"> </span></span></i><!--[endif]--><i style="">Perekonomian <o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi sekitar 40% penduduk <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Malaysia</st1:place></st1:country-region>. Hasil tambang utama <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Malaysia</st1:place></st1:country-region> adalah timah. <st1:country-region st="on"><st1:place st="on">Malaysia</st1:place></st1:country-region> merupakan negara penghasil dan pengekspor timah terbesar di dunia. Timah tersebut berasal dari negara bagian Perak dan dan sekitar <st1:city st="on"><st1:place st="on">Kuala Lumpur</st1:place></st1:city> yang dikapalkan lewat pelabuhan Kelang. </p> <p class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">Daerah perindustrian <st1:country-region st="on">Malaysia</st1:country-region> adalah <st1:city st="on"><st1:place st="on">Kuala Lumpur</st1:place></st1:city> dan Pelabuhan Kelang. </p>
<br /><span class="fullpost">
<br /></span>kulingetikhttp://www.blogger.com/profile/13154004340632680631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2285591517006369783.post-34687185797867251342010-02-05T00:11:00.001-08:002010-02-05T00:32:12.952-08:00Pahlawan-Pahlawan NegaraKI HAJAR DEWANTARA (1889-1959)<br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959 <br />tanggal 28 Nopember 1959)<br /><br />R.M. Suwardi Suryaningrat, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara, lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Sesudah menamatkan sekolah Dasar, ia melanjutkan pelajaran ke STOVIA di Jakarta, tetapi tidak sampai selesai. Sesudah itu, ia bekerja sebagai wartawan, membantu beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, dan Utusan Hindia. Bersama Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo, pada tanggal 25 Desember 1912 ia mendirikan Indische Partij yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Pada tahun 1913 ia ikut membentuk Komite Bumiputera. Melalui komite itu dilancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis. Karangannya yang berjudul Als Ik een Nederlander was (seandainya aku seorang belanda), berisi sindiran dan kecaman yang pedas. Akibatnya, pada bulan Agustus 1913 ia dibuang ke negeri Belanda. Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga ia berhasil memperoleh Europeesche Akte. <br />Setelah kembali ke tanah air pada tahun 1918, ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan. Pada tanggal 3 Juli 1922 didirikannya Taman Siswa, sebuah perguruan yang bercorak nasional. Kepada anak didik ditanamkan rasa kebangsaan agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Banyak rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa, antara lain adanya Ordonansi Sekolah Liar yang dikeluarkan oleh Pemerintah Belanda. Tetapi, berkat perjuangan Ki Hajar Dewantara, ordonansi itu dicabut kembali. <br />Pada masa Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan Ki Hajar Dewantara. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (putera) pada tahun 1943, ia duduk sebagai salah seorang pemimpinnya di samping Ir. Sukarno, Drs. Muhammad Hatta, dan K.H. Mas Mansur. Jabatan yang pernah dipegangnya setelah Indonesia merdeka ialah Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. <br />Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional dan pendiri Taman Siswa. Ajarannya yang terkenal ialah tut wuri handayani, ing wadya mangun karsa, ingarsa sungtulada, artinya di belakang memberi dorongan, di tengah memberi teladan. Ia meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. Hari lahir Ki Hajar Dewantara, tanggal 2 Mei, diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional. <br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">R.M. SURYOPRANOTO (1871-1959) </span><br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 310 Tahun 1959 <br />tanggal 30 Nopember 1959)<br /><br />Suryopranoto lahir di Yogyakarta pada tahun 1871. Setelah memperoleh ijazah pendidikan pegawai negeri, ia bekerja di bidang pemerintahan, tetapi seringkali bertengkar dengan atasannya, orang Belanda. Pendidikan lain yang ditempuh ialah Sekolah Pertanian di Bogor. Sesudah itu, ia diangkat menjadi Kepala Dinas Pertanian di Wonosobo. Pada tahun 1914 ia minta berhenti sebagai protes atas pemecatan seorang pegawai yang menjadi anggota Sarekat Islam. Selanjutnya, ia tidak mau lagi bekerja sebagai pegawai Pemerintah Belanda. <br />Suryopranoto sangat memperhatikan nasib kaum tani buruh di perkebunan-perkebunan tebu di Yogyakarta. Untuk membantu mereka, pada tahun 1914 didirikannya organisasi Adhi Dharma yang bergerak di bidang koperasi, usaha pertukangan, dan sebagainya. Selain itu, didirikannya pula sekolah Adhi Dharma untuk mendidik anak-anak petani-buruh. Tuntutan-tuntutan yang dilancarkannya agar para majikan menaikkan upah buruh dan memberikan jaminan sosial yang layak, dianggap revolusioner. Karena itu, ia dihalang-halangi berbicara di depan para buruh dan tani, bahkan pengusaha Belanda bersedia memberi uang asal ia mau menghentikan kegiatannya.<br />Dalam Sarekat Islam, Suryopranoto menduduki jabatan sebagai Pengurus Besar. Selain itu, ia juga menjadi pemimpin kaum buruh yang tergabung dalam Personeel Fabrieks Bond (PFB). Dalam Kongres Sarekat Islam tahun 1919, ia menganjurkan pemogokan sebagai kekuatan buruh untuk menuntut perbaikan nasib. Pada tahun 1922 terjadi pemogokan kaum buruh pegadaian di Yogyakarta dan kemudian menjalar ke tempat-tempat lain. Ribuan buruh dipecat akibat pemogokan itu. Suryopranoto mendirikan sebuah badan untuk menolong keluarga buruh yang terkena pemecatan itu.<br />Karena kegiatan-kegiatan itu, tiga kali ia harus masuk penjara, tahun 1923 di penjara Malang, tahun 1926 di Semarang, dan tahun 1933 di Sukamiskin, Bandung. Kegiatan lain ialah bidang kewartawanan. Hasil karyanya berupa seni ensiklopedi tentang perjuangan sosialisme, disita dan dilarang beredar oleh Pemerintah Belanda.<br />Pada masa pendudukan Jepang, Suryopranoto menolak bekerjasama dengan pemerintah Jepang. Sesudah Indonesia merdeka ia menyumbangkan tenaga di bidang pendidikan. Ia meninggal dunia pada tahun 15 Oktober 1959 di Cimahi, Jawa Barat dan dimakamkan di Kota Gede, Yogyakarta. <br /><br />MUHAMMAD HUSNI THAMRIN (1894-1941)<br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 175 Tahun 1960<br />tanggal 28 Juli 1960)<br /><br />Muhammad Husni Thamrin lahir di Jakarta pada tanggal 16 Februari 1894. Setelah menamatkan HBS (Setingkat Sekolah Menengah Umum), ia bekerja di kantor kepatihan, kemudian di kantor Residen, dan akhirnya di perusahaan pelayaran Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM). Pada tahun 1919 Thamrin diangkat menjadi anggota Dewan Kota Batavia (Jakarta). Empat tahun kemudian ia mendirikan Persatuan Kaum Betawi yang bertujuan memajukan pendidikan, perdagangan, kerajinan, dan kesehatan untuk penduduk Jakarta. <br />Dalam Dewan Kota Thamrin mempunyai pengaruh yang besar. Karena dianggap mampu, ia diangkat menjadi Wakil Wali Kota, tetapi hal itu tidak mencegahnya untuk mengecam tindakan Pemerintah Belanda yang menindas rakyat. Pada tahun 1927 ia diangkat menjadi anggota Volksraad dan kemudian membentuk Fraksi Nasional untuk memperkuat kedudukan golongan nasionalis dalam dewan tersebut. Bersama Kusumo Utoyo, ia mengadakan peninjauan ke Sumatera Timur untuk menyelidiki nasib buruh perkebunan yang sangat menderita akibat adanya poenale sanctie. Tindakan pengusaha perkebunan yang sewenang-wenang terhadap buruh, dibebeerkannya dalam pidatonya di Volksraad, pidato itu berpengaruh di luar negeri. Di Amerika Serikat timbul kampanye untuk tidak membelit embakau Deli. Akibatnya, Poenale sanctie diperlunak dan akhirnya dihapuskan sama sekali. <br />Patrai politik yang dimasuki Thamrin ialah Partai Indonesia Raya (Parindra). Setelah dr. Sutomo meninggal dunia, Thamrin diangkat menjadi ketua Parindra. Sementara itu, perjuangan dalam Volksraad tetap dilanjutkan. Pada tahun 1939 ia mengajukan mosi agar istilah Nederlands Inddie, Nederland Indische dan Inlander diganti dengan istilah Indonesia, Indonesisch, dan Indonesier. Mosi itu ditolak oleh Pemerintah Belanda walaupun mendapat dukungan sebagian besar anggota Volksraad. Sejak itu, rasa tidak senangnya terhadap pemerintah jajahan semakin besar. Akibatnya, pemerintah Belanda mencurigai dan mengawasi tindak-tanduknya. Tanggal 6 Januari 1941 Muhammad Husni Thamrin dikenakan tahanan rumah dengan tuduhan bekerja sama dengan pihak Jepang. Walaupun sedang dalam keadaan sakit, teman-temannya dilarang berkunjung. Tanggal 11 Januari 1941, ia meninggal dunia dan dimakamkan di Pekuburan Karet. Jakarta. <br /><span style="font-weight:bold;"><br />SI SINGAMANGAJARA XII (1849-1907)</span><br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 590 Tahun 1961<br />tanggal 09 Nopember 1961)<br /><br />Patuan Bosar Ompu Pulo Batu yang lebih dikenal dengan nama Si Singamangaraja XII, lahir di Bakkara, Tapanuli, tahun 1849. Pada tahun 1867 ia diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya yang meninggal dunia akibat serangan penyakit kolera. Pada masa pemerintahannya, kekuasaan kolonial Belanda mulai memasuki daerah Tapanuli. Mereka berlindung di balik kegiatan zending yang mengembangkan agama Kristen. Si Singamangajara XII tidak menentang usaha-usaha mengembangkan agama, tetai ia tidak bisa menerima tertanamnya kekuasaan Belanda di wilayah kekuasaannya. Untuk menghadapi segala kemungkinan, ia mengadakan persiapan-persiapan. Pada bulan Pebruari 1878 serangan dilancarkan terhadap pos pasukan Belanda di Bahal Batu, dekat Tarutung. Sesudah itu, pertempuran berkobar di tempat-tempat lain, seperti balige dan Bakkara. Tetapi, karena kekurangan senjata, pasukan Si Singamangajara XII semakin lama semakin terdesak. Bakkara terpaksa ditinggalkannya, dan sejak saat itu perjuangan dilanjutkan di tempat lain. Pada bulan Mei 1883 kedudukan Belanda di Uluan digempur. Begitu pula Balige mendapat serangan yang cukup kuat. Dalam serangan ke Tangga Batu pada tahun 1884, pasukan Belanda berhasil dihancurkan. Karena itu, Belanda melipatgandakan kekuatannya.<br />Sesudah Bakkara jatuh, Si Singamangaraja XII memindahkan markas ke Lindong. Pada tahun 1889 tempat ini digempur Belanda yang berusaha menangkap Raja Tanah Batak ini hidup atau mati. Tetapi ia berhasil meloloskan diri dari kepungan. Perlawanan dilanjutkan di daerah Sidikalang dan Dairi. <br />Sejak tahun 1904 Belanda melakukan pengepungan yang ketat. Tiga tahun berikutnya Si Singamangaraja XII berhasil meloloskan diri dari kepungan demi kepungan. Berkali-kalipula pasukan Belanda tertipu. Akhirnya, Belanda mengetahui juga tempat persembunyiannya, yakni di hutan di daerah Simsim. Pada tahun 17 Juni 1907 tempat itu dikepung oleh pasukan Belanda. Komandan pasukan Belanda meminta supaya Si Singamangaraja XII menyerah, tetapi permintaan itu ditolaknya. Pertempuran dilanjutkan. Si Singamangaraja XII gugur dalam pertempuran itu. Jenazahnya mula-mula dimakamkan di Tarutang, kemudian dipindahkan ke Balige dan akhirnya ke Pulau Samosir. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">DOKTER SUTOMO (1888-1938)</span><br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 657 Tahun 1961<br />tanggal 27 Desember 1961)<br /><br />Subroto yang kemudian berganti nama menjadi Sutomo lahir di desa Ngepeh, Jawa Timur, pada tanggal 30 Juli 1888. Pada waktu belajar di STOVIA (Sekolah Dokter) ia sering bertukar pikiran dengan pelajar-pelajar lain tentang penderitaan rakyat akibat penjajahan Belanda. Terkesan oleh saran dr. Wahidin untuk memajukan pendidikan sebagai jalan untuk membebaskan bangsa dari penjajahan, pada tanggal 20 Mei 1908 para pelajar STOVIA mendirikan Budi Utomo, organisasi modern pertama yang lahir di Indonesia. Sutomo diangkat sebagai ketuanya. Tujuan organisasi itu ialah memajukan pengajaran dan kebudayaan. <br />Setelah lulus dari STOVIA tahun 1911, Sutomo bertugas sebagai dokter, mula-mula di Semarang, sesudah itu dipindahkan ke Tuban. Dari Tuban dipindahkan ke Lubuk Pakam (Sumatera Timur) dan akhirnya ke Malang. Waktu bertugas di Malang, ia membasmi wabah pes yang melanda daerah Magetan. Sering berpindah tempat itu ternyata membawa manfaat. Ia semakin banyak mengetahui kesengsaraan rakyat dan secara langsung dapat membantu mereka. Sebagai dokter, Sutomo tidak menetapkan tarif. Adakalanya pasien dibebaskan dari pembayaran.<br />Kesempatan memperdalam pengetahuan di negeri Belanda diperoleh dr. Sutomo pada tahun 1919. Setibanya kembali di tanah air, ia melihat kelemahan yang ada pada budi Utomo. Waktu itu sudah banyak berdiri partai politik. Karena itu, di usahakannya agar Budi Utomo bergerak di bidang politik dan keanggotannya terbuka buat seluruh rakyat. <br />Pada tahun 1924 Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club (ISC) yang merupakan wadah bagi kaum terpelajar Indonesia. ISC berhasil mendirikan sekolah tenun, bank kredit, koperasi, dan sebagainya. Pada tahun 1931 ISC berganti nama menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Di bawah pimpinan Sutomo PBI cepat berkembang. Sementara itu, tekanan-tekanan dari Pemerintah Belanda terhadap pergerakan nasional semakin keras. Karena itu, pada bulan Desember 1935 Budi Utomo dan PBI digabungkan menjadi satu dengan nama Partai Indonesia Raya (Parindra). Sutomo diangkat menjadi ketua. Parindra berjuang untuk mencapai Indonesia merdeka.<br />Selain bergerak di bidang politik dan kedokteran, dr. Sutomo giat pula di bidang kewartawanan dan memimpin beberapa buah surat kabar. Ia meninggal dunia di Surabaya pada tanggal 30 mei 1938 dan dimakamkan di sana. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">KYAI HAJI AKHMAD DAHLAN (1868-1923)</span><br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 657 Tahun 1961<br />tanggal 27 Desember 1961)<br /><br />Muhammad Darwis yang kemudian lebih dikenal dengan nama Kyai Haji Akhmad Dahlan lahir di Yogyakarta pada tahun 1868. Selain menerima pendidikan agama di pesantren, ia banyak membaca buku ilmu pengetahuan. Dua kali ia ke Mekah dan kesempatan itu dipergunakan untuk memperdalam pengetahuan agama. Ia terperangah oleh cita-cita pembaharuan Islam. Pada waktu itu, umat Islam Indonesia sedang dalam keadaan mundur. Mereka tidak bersatu, dan karena itu menjadi lemah. Ajaran agama banyak dipengaruhi oleh hal-hal yang berbau mistik. <br />Ahmad Dahlan berusaha memperbaiki keadaan yang buruk itu. Untuk memajukan umat Islam harus dilakukan pembaharuan di bidang praktik keagamaan dan pembaharuan itu harus dimulai dengan car amengadakan perbaikan di bidang kemasyarakatan. Atas dasar keyakinan tersebut, pada tahun 1912 ia mendirikan Muhammadiyah, sebuah organisasi yang bergerak di bidang kemasyarakatan dan pendidikan. Melalui Muhammadiyah, Ahmad Dahlan berusaha memajukan pendidikan Islam dan membangun masyarakat Islam yang sebenarnya. Untuk itu, kegiatan dakwah ditingkatkan. Pelajaran agama diberikan di sekolah-sekolah umum. Sebaliknya, di sekolah-sekolah agama diajarkan pula pengetahuan umum yang pada masa sebelumnya termasuk hal yang dilarang. <br />Pembaharuan yang dijalankan Akhmad Dahlan pada mulanya mendapat tentangan dari masyarakat. Pada waktu membetulkan arah kiblat di masjid-masjid di Yogyakarta, masyarakat menjadi gempar dan marah. Di masjid besar Yogyakarta ia membuat garis-garis saf menurut yang semestinya. Garis-garis itu dihapus orang dan surau miliknya dibongkar. Waktu mengadakan dakwah di Banyuwangi, ia diancam akan dibunuh, dituduh sebagai kyai palsu sebab berani mengajarkan pengetahuan umum di sekolah agama. Tetapi lama kelamaan, masyarakat menerima perubahan yang diadakannya. Sekolah masjid, langgar, rumah sakit, poliklinik, dan rumah yatim piatu banyak didirikan. Semua itu adalah hasil perjuangannya melalui Muhammadiyah. <br />Ia juga memikirkan nasib generasi muda dan berpendapat bahwa ilmu tanpa agama sangat berbahaya bagi kehidupan anak-anak muda. Untuk memajukan kaum wanita, pada tahun 1918 didirikan Aisyiah, selain itu, dibentuk pula kepanduan Hizbul Wathan.<br />Kyai Haji Akhmad Dahlan meninggal dunia pada tanggal 23 Pebruari 1923 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">HAJI AGUS SALIM (1884-1954)</span><br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 657 Tahun 1961<br />tanggal 27 Desember 1961)<br /><br />Masyhudul Haq, yang lebih dikenal dengan nama Haji Agus Salim, lahir di Koto Gedang, dekat Bukittinggi, pada tanggal 8 Oktober 1884. Pendidikan di bangku sekolah hanya ditempuh sampai HBS (Setingkat Sekolah Menengah Umum). Sesudah menamatkan HBS tahun 1903, ia belajar sendiri. Tidak kurang dari sembilan bahasa asing yang dikuasainya, antara lain bahasa Belanda, Inggris, Jerman, Prancis, Arab, Turki, dan Jepang. Hal itu memungkinkannya membaca bermacam-macam buku ilmu pengetahuan. <br />Mula-mula Agus Salim bekerja sebagai penerjemah, kemudian sebagai notaries. Dari tahun 1906 sampai 1911, ia bekerja pada Konsulat Belanda di Jedah. Kesempatan itu dipakainya untuk memperdalam pengetahuan tentang agama Islam, sambil mempelajari seluk beluk diplomasi. Kegiatan politik dimulainya setelah memasuki Sarekat Islam (SI) dan diangkat sebagai anggota Pengurus Pusat. Waktu sebagian anggota SI dipengaruhi oleh paham komunis, Agus Salim meminta supaya diadakan disiplin partai. Dengan cara demikian, anggota-anggota yang sudah dipengaruhi komunis dikeluarkan dari SI. Dalam siding-sidang Volksraad, ia berpidato menggunakan bahasa Indonesia, walaupun dicemoohkan oleh orang-orang Belanda. Pada tahun 1929 Sarekat Islam berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Setelah Cokroaminoto meninggal dunia tahun 1934, Haji Agus Salim diangkat menjadi ketua PSII. Selain aktif di bidang politik, ia aktif pula di bidang kewartawanan dan memimpin beberapa surat kabar. <br />Pada masa pendudukan Jepang, Agus Salim duduk sebagai anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Islam. Setelah Indonesia merdeka, ia diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung. Karena memiliki pengetahuan yang luas di bidang diplomasi. Pemerintah RI mengangkatnya menjadi Menteri Muda Luar Negeri dalam Kabinet Syahrir I dan Kabinet Syahrir II dan kemudian Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Hatta.<br />Sesudah Pengakuan Kedaulatan Agus Salim tidak duduk lagi dalam pemerintahan, tetapi buah pikirannya tetap diperlukan oleh pemerintah dank arena itu ditunjuk sebagai penasihat Menteri Luar Negeri. <br />Agus Salim meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 4 Nopember 1954 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. <br /><span style="font-weight:bold;"><br />JENDRAL GATOT SUBROTO (1907-1962) </span><br />Tokoh Nasiona;/Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 222 Tahun 1962<br />tanggal 18 Juni 1962))<br /><br />Gatot Subroto lahir di Banyumas pada tahun 1907. Mula-mula ia bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS), tetapi dikeluarkan sebab berkelahi dengan seorang anak Belanda. Karena itu, masuk ke Holands Inlandse School (HIS). Setelah tamat, ia tidak meneruskan ke sekolah yang lebih tinggi, tetapi bekerja sebagai pegawai. Ternyata hal itu tidak cocok dengan jiwanya, dan pada tahun 1923 ia masuk sekolah militer di Magelang. <br />Selesai pendidikan militer, Gatot menjadi anggota KNIL (Tentara Hindia Belanda), tetapi tidak berarti menjadikaki tangan yang patuh dari alat colonial. Sebaliknya malah, ia sering mendapat teguran dari pihak atasan sebab dianggap terlalu memihak kepada rakyat kecil. Sebagian gajinya di sumbangkan untuk membantu keluarga orang hukuman yang ada di bawah pengawasannya. Sebagai militer, ia bersikap tegas terhadap anak buah yang melanggar disiplin dengan tidak memandang bulu.<br />Pada masa Pendudukan Jepang Gatot mengikuti pendidikan TEntara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Sesudah itu, ia diangkat menjadi komandan kompi di Sumpyuh, Banyumas, kemudian naik menjadi komandan batalyon. Ia sering menentang orang Jepang yang bertindak kasar terhadap anak buahnya. <br />Sesudah Indonesia merdeka, Gatot memasuki Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang kemudian berkembang menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ia dipercayai memegang beberapa jabatan penting. Pada masa Perang Kemerdekaan (1945-1950), ia pernah menjadi Panglima Divisi II, Panglima Corps Polisi Militer, dan Gubernur Militer Daerah Surakarta dan Sekitarnya. Dalam jabatan terakhir itu ia menghadapi pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang meletus pada bulan September 1948. sesudah Pengakuan Kedaulatan, ia diangkat menjadi Panglima Tentara & Teritorium (T&T) IV/Diponegoro. Pada tahun 1953 Gatot Subroto mengundurkan diri dari dinas militer. Tetapi, tiga tahun kemudian ia diaktifkan kembali dan diangkat menjadi Wali Kepala Staf Angkatan Darat. <br />Letnan Jenderal Gatot Subroto mempunyai perhatian yang besar terhadap perwira muda. Gagasannya untuk menyatukan akademi militer, terwujud dengan terbentuknya Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri), ia meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 11 Juni 1962 dan dimakamkan di desa Mulyoharjo, Ungaran, Yogyakarta. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">CUT NYAK DIEN (1950-1908) </span><br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 106 Tahun 1964<br />tanggal 2 Mei 1964)<br /><br />Cut Nyak Dien lahir di Lampadang. Aceh, pada tahun 1850. Ia dibesarkan dalam suasana memburukannya hubungan antara kerjaan Aceh dan Belanda. Situasi itu berpengaruh terhadap dirinya. <br />Ia menikah dalam usia muda dengan Teuku Ibrahim Lamnga. Pada bulan Desember 1875, Lampadang diduduki Belanda. Cut Nyak Diem mengungsi ke tempat lain, berpisah dengan suami dan ayahnya yang terus melanjutkan perjuangan. Ibrahim Lamnga tewas dalam pertempuran hanya akan kawin dengan laki-laki yang bersedia membantu untuk menuntut balas kematian suaminya. <br />Pada tahun 1880 ia menikah untuk kedua kalinya dengan Teuku Umar, kemenakan ayahnya. Teuku Umar adalah seorang pejuang Aceh terkenal pula dan banyak mendapatkan kerugian kepada pihak Belanda. Pada tahun 1893 Teuu Umar bekerja sama dengan Belanda, sebagai taktik untuk memperoleh senjata dan perlengkapan perang. Tiga tahun kemudian, ia berbalik memerangi Belanda kembali. Ia gugur dalam pertempuan di Meulaboh pada tanggal 11 Pebruari 1899. sesudah itu, Cut Nyak Dien melanjutkan perjuangan di daerah pedalaman Meulaboh. Ia termasuk salah seorang pejuang yang pantang tunduk dan tidak mauberdamai dengan Belanda. <br />Enam tahun lamanya Cut Nyak Dien bergerilya. Pasukan Belanda berusaha menangkapnya, tetapi tidak berhasil. Lama kelamaan jumlah pasukan semakin berkurang. Bahan makanan sulit diperoleh. Ia semakin tua, mata mulai rabun, dan penyakit encok mulai pula menyerang. Anak buahnya merasa kasihan melihat keadaan yang demikian itu. Atas dasar kasihan itu, Pang Laot, seorang paanglima perang dan kepercayaan Cut Nyak Dien, menghubungi pihak Belanda. Sesudah itu, pasukan Belanda dating untuk menangkapnya. <br />Sewaktu akan ditangkap, Cut Nyak Dien mencabut rencong. Dan berusaha melwan. Tanyannya dapat dipegang oleh seornag tentara Belanda, lalu ditawan dan dibawa ke Banda Aceh. Tetapi, ia masih saja berhubungan dengan para pejuang yang belum tunduk. Karena itu, ia di buang ke Sumedang, Jawa Barat. Di tempat pembuangan itu ia meninggal dunia pada tanggal 6 Nopember 1908, dan dimakamkan di sana. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">CUT NYAK MEUTIA (1870-1910) </span><br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 107 Tahun 1964<br />tanggal 2 Mei 1964)<br /><br />Cut Nyak Meutia lahir di Perlak, Aceh, pada tahun 1870, tiga tahun sebelum perang Aceh Belanda meletus. Suasana perang itu mempengaruhi perjalanan hidupnya selanjutnya. Waktu masih kecil, ia dipertunangkan dengan Teuku Syam Syarif, tetapi ia lebih tertarik kepada Teuku Muhammad. Akhirnya keduanya menikah Teuku Muhammad adalah seorang pejuang yang lebih terkenal dengan nama Teuku Cik Tunong. <br />Sekitar tahun 1900 pejuang-pejuang Aceh sudah banyak yang tewas. Gerakan pasukan Belanda sudah sampai ke daerah pedalaman Aceh. Cut Nyak Meutia bersama suaminya memimpin perjuangan gerilya di daerah Pasai. Berkali-kali pasukan mereka berhasil mencegat patroli pasukan Belanda. Markas Belanda di Idie pernah pula diserang. Melalui pihak keluarga, Belanda berusaha membujuk supaya Meutia menyerahkan diri kepada Pemerintah Belanda. Tetapi, bujukan itu tidak berhasil. Ia termasuk pejuang yang pantang tunduk. Pada bulan Mei 1905 Teuku Cik Tunong ditangkap Belanda dan kemudian dijatuhi hukuman tembak. Sesuai dengan pesan Suaminya, Meutia kemudian kawin dengan Pang Nangru, seorang teman akrab dan kepercayaan Teuku Cik Tunong. Bersama suaminya yang baru itu, ia melanjutkan perjuangan melawan Belanda. Karena kepungan Belanda semakin ketat, mereka masuk jauh lagi ke rimba Pasai, berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menghindarkan diri agar jangan sampai tertangkap. <br />Pada bulan September 1910 Pang Nangru tewas dalam pertempuran di Paya Cicem. Cut Meutia masih dapat meloloskan diri. Beberapa orang teman Pang Nangru kemudian menyerahkan diri kepada Belanda. Meutia dibujuk supaya menyerah pula, tetapi ia tetap menolak. Dengan seornag anaknya berumur sebelas tahun, bernama Raja Sabil, ia berpindah – pindah di pedalaman rimba Pasai. Tempat persembunyiannya akhirnya diketahui juga oleh pasukan Belanda. Pada tanggal 24 Oktober 1910 tempat itu mereka kepung. Cut Nyak Meutia mengadakan perlawanan dengan menggunakan sebilah rencong. Tiga orang tentara Belanda melepaskan tembakan. Sebuah peluru mengenai kepala dan dua buah mengenai dadanya. Ia gugur pada saat itu juga. <br />RADEN AJENG KARTINI (1879-1904)<br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 108 Tahun 1964<br />tanggal 2 Mei 1964)<br /><br />Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, pada tanggal 21 April 1879. Ia hanya sempat bersekolah sampai Sekolah Dasar. Keinginan untuk melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi tidak diizinkan oleh orang tuanya. Sesuai dengan adat – istiadat yang berlaku pada waktu itu, setelah menamatkan Sekolah Dasar, seornag anak gadis harus menjalani masa pingitan sampai tiba saatnya untuk menikah. Mereka tidak bebas bergerak, berbeda dengan keadaan kaum pria. <br />Kartini banyak bergaul dengan orang – orang terpelajar. Kegemaran membaca buku, terutama buku-buku mengenai kemajuan wanita di luar negeri, menyebabkan pikirannya terbuka. Rasa sedih melihat keadaan wanita bangsanya mulai timbul. Mereka jauh tertinggal dibandingkan dengan wanita luar negeri terutama wanita Eropah. Sejak saat itu, timbul keinginan Kartini untuk berjuang memajukan wanita Indonesia. Kemajuan itu dapat dicapai melalui pendidikan. <br />Ia banyak menulis surat kepada teman-temannya orang Belanda. Dalam surat itu diungkapkannya cita-cita untuk memajukan wanita Indonesia. Ia juga menginginkan adanya persamaan hak dan kewajiban antara kaum wanita dan kaum pria. Kartini sendiri ingin memasuki Sekolah Guru di Negeri Belanda, agar kelak dapat menjadi seorang pendidik. Usaha untuk memperoleh beasiswa dari Pemerintah Belanda berhasil, tetapi pada saat itu pula orangtuanya menentukan bahwa ia harus menikah dengan Raden Adipati Joyodiningrat, Bupati Rembang. Namun sebelum itu, ia sudah berhasil mendirikan sekolah untuk anak gadis di Jepara. Di sekolah itu diajarkan pelajaran menjahit, menyulam, memasak, dan lain-lain tanpa dipungut bayaran. Setelah menikah, sekolah seperti itu didirikan pula di Rembang. Apa yang dilakukan Kartini dengan sekolah itu, kemudian ditiru oleh wanita-wanita di tempat-tempat lain. Di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan lain-lain bermunculan “Sekolah Kartini”. <br />Kartini tidak sempat mengenyam hasil usahanya. Ia meninggal dunia dalam usia muda, pada tanggal 17 September 1904, sewaktu melahirkan putra pertama. Surat-suratnya kemudian dikumpulkan dan diterbitkan menjadi sebuah buku yang berjudul Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Buah pikiran Kartini yang terdapat dalam buku itu sangat besar pengaruhnya dalam mendorong kemajuan wanita Indonesia. Hari lahir Kartini, tanggal 21 April, diperingati setiap tahun sebagai Hari Kartini. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">DR. CIPTO MANGUNKUSUMO (1886-1943)</span><br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 109 Tahun 1964<br />tanggal 2 Mei 1964)<br /><br />Cipto Mangun Kusumo lahir di Pecangakan, dekat Ambarawa tahun 1886. Setelah memperoleh ijazah STOVIA (Sekolah Dokter) di Jakarta, mulailah ia bertugas sebagai dokter pemerintah. Waktu bertugas di Demak, ia banyak menulis karangan yang menceritakan penderitaan rakyat akibat penjajahan Belanda. Karangan-karangan itu dimuat dalam harian De Express. Akibatnya, ia diberhentikan dari jabatan sebagai dokter pemerintah. <br />Pada tahun 1910 dr. Cipto berhasil membasmi wabah pesyang berjangkit di daerah Malang. Waktu itu banyak dokter bangsa Belanda yang tidak bersedia ditugasi membasmi wabah tersebut. Karena itu, namanya semakin terkenal. Pemerintah Belanda menganugerahkan bntang Orde van Oranye Nassau sebagai penghargaan, tetapi kemudian bintang itu dikembalikannya. Kegiatan di bidang politik semakin meningkat setelah bersama Douwes Dekker dan Suwardi Suryaningrat turut mendirikan Indische Partij tahun 1912. Partai itu adalah partai politik pertama yang berjuang untuk mencapai Indonesia merdeka. Akibat kegiatan dalam Komiter Bumiputera, ia dibuang ke negeri Belanda pada tahun 1913. Komite itu dibentuk untuk memprotes maksud Pemerintah Belanda merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis. Belum sampai setahun, ia sudah kembali ke Indonesia karena serangan penyakit asma. Perjuangan selanjutnya diteruskan Cipto dalam Volksraad, mengkritik Pemerintah Belanda dan membela kepentingan rakyat kecil. Akibatnya, pada thaun 1920 dr. Cipto diperintahkan meninggalkan Solo, tempat ia giat mengembangkan “Kartini Club” selain menjalankan praktik sebagai dokter. Ia tinggal di BAndung sebagai tahanan kota, tetapi kegiatan politiknya tidak terhenti. Rumahnya menjadi tempat berkumpul dan berdebat tokoh-tokoh pergerakan nasional, antara lain Ir. Soekarno. Sekali lagi Pemerintah Belanda bertindak. Pada thaun 1927 dr. cipto Mangunkusumo dibuang ke Banda Neira. Setelah tiga belas tahun tinggal di Banda Neira, ia dipindahkan ke Ujungpandang dan dari sana dipindahkan lagi ke Sukabumi, Jawa Barat. Karena udara Sukabumi tidak cocok untuk penyakit asma, dipindahkan ke Jakarta. <br />Tanggal 8 Maret 1943 dr. Cipto Mangunkusumo meninggal dunia di Jakarta dan dimakamkan di Watu Ceper, Ambawara. Namanya diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum Pusat di Jakarta. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">KYAI HAJI MAS MANSUR (1896-1946)</span><br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 162 Tahun 1964<br />tanggal 26 Juni 1964)<br /><br />Mas Mansur lahir di Surabaya pada tanggal 25 Juni 1896. Ia belajar agama di Mekah dan kemudian di Universitas Al Azhar, Kairo. Selain mendalami pengetahuan agama, ia juga rajin mempelajari pengetahuan Barat. Karena itu, pemikirannya menjadi uas. Mansur terpengaruh pula oleh perjuangan bangsa Mesir melepaskan diri dari penjajahan. <br />Setelah kembali ke tanah air, ia mengajar di pesantren Mufidah di Surabaya. Selain itu, ia aktif pula dalam pergerakan nasional, mula-mula menjadi anggota Muhammadiyah, kemudian memasuki Persatuan bangsa Indonesia (PBI). Banyak kejadian yang telah dilakukannya untuk memajukan Muhammadiyah, antara lain giat berdakwah ke daerah-daerah. Dari jabatan ketua cabang, Mansur diangkat menjadi Knsul Muhammadiyah Jawa Timur, Mansur diangkat menjadi Konsul Muhammadiyah Jawa Timur. Pada tahun 1937 ia terpilih sebagai Ketua Pucuk Pimpinan Muhammadiyah. <br />Pada masa pendudukan Jepang ia giat mengurus perguruan Muhammadiyah. Bersama K.H. Wahid Hasyim dan K.H. Taufiqurrahman, ia mendirikan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Ketika Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera), Kyai Haji Mas Mansur diangkat menjadi salah seorang pemimpinnya di samping Ir. Sukarno, Drs. Muhammad Hatta, dan Ki Hajar Dewantara. Putera dibentuk untuk mengambil hati tokoh-tokoh nasionalis. Buat Mas Mansur, yang tidak menyukai pemerintah Jepang, tugas itu tidak menyenangkan. Tetapi, demi kepentingan umat Islam, diterimanya juga. Hidup di Jakarta merupakan tekanan batin yang berat sebab hamper setiap hari ia menyaksikan orang-orang bergaul bebas, meminum minuman keras, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan lain yang bertentangan dengan ajaran Islam. Karena itu, pada tahun 1944, ia kembali ke Surabaya dengan alas an kesehatan terganggu. Namun demikian, ia masih juga diangkat sebagai anggota Coa Sangi In. <br />Menjelang Proklamasi Kemerdekaan, Mas Mansur diangkat menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia Sesudah Indonesia merdeka, ia giat membantu pemuda-pemuda Surabaya berjuang melawan Inggris. Karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap para pemuda, ia di tangkat oleh Belanda dan dipenjarakan di penjara Kalisosok, Surabaya. Dalam penjara ini ia meninggal dunia pada tanggal 25 April 1946. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">K.H. ABDUL WAHID HASYIM (1914-1953)</span><br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 206 Tahun 1964<br />tanggal 24 Agustus 1964)<br /><br />Abdul Wahid Hasyim lahir di Jombang pada tahun 1914 dan dibesarkan di lingkungan pesantren. Ayahnya, K.H. Hasyim Asy’ari, mempunyai sebuah pesantren di Tebu Ireng. Jombang. Di Pesantren itu Wahid belajar agama, kemudian di pesantren-pesantren lain. Sesudah itu, ia mengajar di pesantren Tebu Ireng membantu ayahnya. Membaca huruf Latin dan menulis dipelajarinya sendiri. Karena itu, ia dapat membaca buku-buku ilmu pengetahuan, sehingga pengetahuannya bertambah luas. <br />Di Pesantren Tebu IReng diajarkan pengetahuan umum. Murid-murid diharuskan belajar huruf Latin dan membaca buku-buku lain di samping buku agama. Tindakan itu menimbulkan reaksi dari masyarakat. Orang-orang tua murid mengancam akan menarik anak-anak mereka dari pesantren. Pemerintah Belanda pun tidak setuju dengan cara-cara yang dilakukan itu sebab di pesantren hanya diizinkan memberikan pelajaran agama. Tetapi, Wahid Hasyim tidak mundur walaupun mendapat makian dari kanan kiri. Pada tahun 1925 didirikannya madrasah modern, Nidhomiah. Di situ murid-murid diajar berpidato dan berorganisasi. Mereka diharuskan membaca buku, Koran dan majalah yang memuat pengetahuan umum. Untuk melatih murid-murid berorganisasi, didirikannya Ikatan Pelajar – Pelajar Islam (IPPI). <br />Pada tahun 1938 Wahid Hasyim memasuki Nahdatul Ulama (NU) dan diangkat sebagai jurutulis ranting NU di desa Cukik. Empat tahun kemudian, ia diserahi jabatan penting, yakni Ketua Pengurus Besar NU. Pada masa pendudukan hanyalah majelis Islam A’la Indonesia (MIAI). Wahid Hasyim diangkat menjadi ketua. Tak lama kemudian MIAI dilarang pula. Bersama K.H. Mas Mansur, dan K.H. Taufiqurrahman, Wahid Hasyim mendirikan Masyumi. Menjelang masa akhir pendudukan Jepang, ia diangkat sebagai anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. <br />Pada masa awal pemerintahan Ri, K.H. Wahid Hasyim diangkat sebagai Menteri Negara dalam Kabinet Presidensiil. Sesudah berhenti, ia banyak mencurahkan perhatian untuk membangun kembali NU. Sesudah pengakuan Kedaulatan, tiga kali ia diangkat menjadi Menteri Agama, yakni dalam Kabinet RIS (1949-1950), Kabinet Natsir (1950-1951), dan Kabinet Sukiman (1951-1952). Ia meninggal dunia pada tanggal 19 April 1953 dalam kecelakaan mobil di Cimahi, Bandung, dan dimakamkan di pekuburan keluarga di Tebu Ireng. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">K.H. ABDUL WAHID HASYIM (1914-1953)</span><br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 206 Tahun 1964<br />tanggal 24 Agustus 1964)<br /><br />Hasyim Asy’ari lahir di Demak, Jawa Tengah, pada bulan April 1875. Sejak kecil ia sudah hidup di lingkungan pesantren dan bergaul dengan para santri. Mula-mula ia mendapat pendidikan agama dari ayah dan kakeknya, kemudian di pesantren-pesantren lain. Di pesantren Siwalan ia belajar pada Kyai Jakub yang kemudian mengambilnya sebagai menantu. <br />Pada thaun 1896 Hasyim naik haji dan tinggal di Mekah selama tujuh tahun untuk memperdalam pengetahuan agama, Dalam perjalanan pulang ke tanah air, ia singgah di Johor, Malaysia dan mengajar di sana. Setelah pulang ia mengajar di pesantren kakeknya. Pada tahun 1907 didirikannya sebuah pesantren di desa Cukir, Jombang. Pesantren itu terkenal dengan nama Pesantren Tebu Ireng. Dalam pesantren itu bukan hanya ilmu agama yang diajarkan, tetapi juga pengetahuan umum. Murid-murid disuruh belajar membaca huruf Latin, menulis dan membaca buku-buku yang berisi pengetahuan umum, berorganisasi, dan berpidato. Cara yang dilakukannya itu mendapat reaksi masyarakat sebab dianggap bid’ah. Hasyim dikecam, tetapi ia tidak mundur dari pendiriannya. Baginya, mengajarkan agama berarti memperbaiki manusia. Mendidik para santri dan menyiapkan mereka untuk terjun ke masyarakat, adalah salah satu tujuan utama perjuangan Hasyim Asy’ari. <br />Pada waktu Nahdatul Ulama (NU) berdiri pada bulan Januari 1926, Hasyim dipilih menjadi Raihul Akbar. Walaupun sudah menjadi tokoh penting dalam NU, ia tetap bersikap toleran terhadap aliran lain. Yang paling dibencinya ialah perpecahan di kalangan umat Islam. Pemerintah Belanda bersedia mengangkatnya menjadi pegawai negeri dengan gaji yang cukup besar asalkan mau bekerja sama, tetapi ditolaknya. <br />Dalam alas an yang tidak diketahui, pada masa awal pendudukan Jepang, Hasyim Asy’ari ditangkap. Berkat bantuan anaknya, K.H. Wahid hasyim, beberapa bulan kemudian ia dibebaskan dan sesudah itu diangkat menjadi Kepala Urusan Agama. Jabatan itu diterimanya karena terpaksa, tetapi ia tetap mengasuh pesantrennya di Tebu Ireng. <br />Sesudah Indonesia merdeka, melalui pidato-pidatonya K.H. Hasyim Asy’ari membakar semangat para pemuda supaya mereka berani berkorban untuk mempertahankan kemerdekaan. Ia meninggal dunia pada tanggal 25 Juli 1947 karena pendarahan otak dan dimakamkan di Tebu Ireng. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">R.M. SURYO (1898-1948)</span><br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 294 Tahun 1964<br />tanggal 17 Nopember 1964)<br /><br />R.M. Suryo lahir di Magetan, Jawa Timur, pada tanggal 9 Juli 1898. Setelah menamatkan HIS (setingkat Sekolah Dasar), ia melanjutkan sekolah ke OSVIA (Sekolah Pamongpraja) di Magelang. Tamat dari OSVIA tahun 1918, ia bekerja sebagai pamongpraja di Ngawi. Dua tahun kemudian dipindahkan ke Madiun sebagai Mantri Veldpolitie. Pada tahun 1922 ia mendapatkan kesempatan menempuh pendidikan polisi di Sukabumi. Setelah menjalani masa kerja sebagai asisten wedana beberapa tempat, ia mendapat lagi tugas belajar di Bestuurs School di Jakarta. Sesudah itu ia diangkat menjadi wedana dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Pada tahun 1938, Suryo diangkat menjadi Bupati Megetan. Jabatan itu tetap dipegangnya sampai berakhirnya masa pemerintahan Belanda. Pada masa pendudukan Jepang ia diangkat sebagai Syucokan (Residen) Bojonegoro.<br />Sebagai Gubernur Jawa Timur setelah Indonesia merdeka, R.M. Suryo berkedudukan di Surabahaya. Pada tanggal 23 Oktober 1945 pasukan Inggris mendarat di kota itu. Tugas mereka sebenarnya ialah melucuti pasukan Jepang dan memulangkan mereka ke negeri asalnya. Ternyata Inggris melindungi kepentingan Belanda yang bermaksud menjajah Indonesia kembali. Bentrokan bersenjata terjadi antara pihak Inggris dan pasukan RI. Pada tanggal 28 – 30 Oktober 1945 berkobar pertempuran yang mengakibatkan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby. Inggris sangat marah. Tanggal 9 Nopember 1945 mereka mengeluarkan ultimatum agar semua orang Indonesia yang bersenjata api menyerahkan kepada Inggris selamat-lamabatnya pukul 18.00 tanggal 9 NOpember 1945. apabila ultimatum itu tidak dipenuhi, Surabaya akan digempur dari darat, laut dan udara. <br />Keadaan yang kritis itu dihadapi Gubernur Suryo dengan kepala dingin. Pemerintah Pusat di Jakarta menyerahkan kepadanya tindakan apa yang akan diambil. Setelah berunding dengan pemimpin Tentara Keamanan Rakyat (TKR), pukul 23.00 malam tanggal 9 Nopember 1945 ia berpidato di depan corong radio menolak ultimatum Inggris. Keesokan harinya meletuslah pertempuran hebat yang terkenal dengan nama Pertempuran Surabaya. <br />Pada tahun 1947 R.M. Suryo diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung. Sewaktu mengadakan perjalanan dinas di desa Bago, kedunggalar (Ngawi) pada tanggal 10 September 1948 ia dicegat dan dibunuh oleh gerombolan PKI. Jenazahnya ditemukan empat hari kemudian dan dimakamkan di Magetan. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">PROF. DR. R. SUPOMO SH (1903-1958)</span><br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No.123 Tahun 1965<br />tanggal 14 Mei 1965)<br /><br />Supomo lahir di Sukoharjo, Surakarta, pada tanggal 22 Januari 1903. Setelah ELS (Setingkat Sekolah Dasar), ia melanjutkan pelajaran ke MULO (setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama). Sesudah itu ia memasuki Sekolah Hukum dan lulus pada tahun 1923. Beberapa waktu lamanya ia bekerja di Pengadilan Negeri Surakarta. Kemudian memperdalam pengetahuan mengenai ilmu hukum di Universitas Leiden, negeri Belanda dan berhasil memperoleh gelar doctor dalam ilmu hokum. Setelah kembai ke tanah air, Supomo bekerja di Pengadilan Negeri Yogyakarta. <br />Perhatian Supomo terhadap pergerakan nasional sudah tampak ketika masih bersekolah, dengan memasuki organisasi Jong Java. Bersama Ali Sastroamijoyo, pada tahun 1928 ia menulis brosur yang berjudul Perempuan Indonesia Dalam Hukum sebagai sumbangan pikiran terhadap diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia. <br />Kegiatan Supomo yang paling menonjol ialah di bidang hokum. Pada tahun 1933, ia menyelidiki masalah hokum adapt di Jawa Barat dan sebagai hasilnya terbit monografi mengenai hokum adat privat Jawa Barat. Karangan lain banyak terdapat dalam majalah Indisch Tijdschrift van het Recht. Ia juga pernah menjadi Ketua Balai Pengetahuan Masyarakat Indonesia. Sebagai pegawai pemerintah, seringkali ia memegang jabatan penting, antara lain Ketua Landraad Purworejo dan pegawai tinggi pada Departemen van Justitie, di samping menjadi Guru Besar pada Sekolah Hakim Tinggi. <br />Pada masa pendudukan Jepang, Supomo duduk sebagai anggota Panitia Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan kemudian sebagai anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Karena ahli di bidang ilmu tatanegara, buah pikirannya banyak dipakai dalam menyusun Undang-Undang Dasar 1945. <br />Setelah Negara Republik Indonesia terbentuk, Supomo diangkat menjadi Menteri Kehakiman dalam Kabinet Presidensiil. Di samping itu, ia turut membina Universitas Gajah Mada dan kemudian diangkat menjadi Guru Besar Universitas tersebut. Sesudah Pengakuan Kedaulatan, ia diangkat menjadi Menteri Kehakiman, dan pada tahun 1951 menjadi Presiden (sekarang Rektor) Universitas Indonesia (UI). Beberapa tahun lamanya ia menjadi Duta Besar RI di London. Ia meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 12 September 1958 dan di makamkan di Solo. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">JENDRAL ANUMERTA AHMAD YANI (1922-1965)</span><br />Pahlawan Revolusi <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 111 Tahun 1965<br />tanggal 5 Oktober 1965)<br /><br />Ahmad Yani Lahir di Jenar, Purworejo, pada tanggal 19 Juni 1922. Pendidikan umum sempat ditempuhnya sampai kelas dua AMS (Setingkat Sekolah Menengah Umum) bagian B, sebab pada waktu itu Pemerintah Hindia Belanda mengumumkan milisi. Yani mengikuti pendidikan militer pada Dinas Topografi militer di Malang dan secara lebih intensif di Bogor. Pada masa pendudukan Jepang ia mengikuti pendidikan Heiho di Magelang dan tentara Pembela Tanah Air (peta) di Bogor. <br />Pada awal kemerdekaan, Ahmad Yani berhasil meluncuti senjata jepang di Magelang. Setelah Tentara keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia diangkat menjadi komandan TKR Purwokerto. Karier militernya cepat menanjak. Dalam Agresi Miiter I Belanda pasukannya beroperasi di daerah Pingit dan berhasil menahan serangan Belanda ke daerah tersebut. Selama Agresi Militer II Belanda ia memegang jabatan sebagai Komandan. Wehrkreise II yang meliputi daerah pertahanan Kedu. Sesudah Pengakuan Kedaulatan, ia diserahi tugas untuk menghancurkan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) yang mengacau di Jawa Tengah. Untuk itu dibentuknya pasukan Banteng Raiders yang diberi latihan khusus. Sesudah itu, ia ditarik ke Staf Angkatan Darat dan kemudian disekolahkan pada Command and General Staff College di Amerika Serikat. <br />Pada tahun 1958 di Sumatera dan Sulawesi Utara meletus pemberontakan PRRI/Permesta. Kolonel Ahmad Yani diangkat menjadi Komandan Komando Operasi 17 Agustus. Dalam waktu singkat pasukannya berhasil menduduki kota Padang dan kemudian Bukittinggi. Karena hasil-hasil yang dicapai itu, Yani serahi memegang jabatan-jabatan penting dalam Angkatan Darat. Pada tahun 1962 ia diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat. Selama memegang jabatan sebagai Kepala Staf Angkatan Darat. ia banyak menghadapi rongrongan dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Angkatan Darat difitnah bekerja sama dengan sebuah Negara asing untuk menjatuhkan Presiden Sukarno. Dengan tugas Yani menolak rencana PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri atas buruh dan tani. Karena itu, ia dimusuhi oleh PKI. <br />Dinihari tanggal 1 Oktober 1965 PKI melancarkan pemberontak yang mereka namakan “Gerakan Tiga Puluh September”. Letnan Jenderal Ahmad Yani mereka culik dan mereka bunuh. Mayatnya disembunyikan di Lubang Buaya. Setelah ditemukan, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibatan, Jakarta. <br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">LETJEN ANUMERTA SUPRAPTO (1920-1965)</span><br />Pahlawan Revolusi <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 111 /KOTI/Tahun 1965<br />tanggal 5 Oktober 1965)<br /><br />Suprapto lahir di Purwokerto pada tanggal 20 Juni 1920. setelah menamatkan MULO (Setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama), ia melanjutkan pelajaran ke AMS (setingkat SEkolah Menengah Umum) bagian B di Yogyakarta dan tamat pada tahun 1941. Pada waktu itu pula Pemerintah Hindia Belanda mengumumkan milisi sehubungan dengan pecahnya Perang Dunia II. Suparto memasuki pendidikan militer pada Koninklijke Militaire Akademie di Bandung, tetapi tidak sampai tamat sebab Jepang sudah mendarat di Indonesia. Ia ditawan dan dimasukkan ke dalam penjara, tetapi berhasil meloloskan diri. <br />Pada masa Pendudukan Jepang, Suprapto mengikuti kursus Pusat Latihan Pemuda dan sesudah itu bekerja di Kantor Pendidikan Masyarakat. Selain itu, ia mengikuti pula latihan keibodan, seinendan, dan syuisyintai. Sesudah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, ia turut serta merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap. Kemudian ia menjadi anggota Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Purwokerto dan turut dalam pertempuran melawan pasukan Inggris di Ambarawa. Pernah pula ia diangkat sebagai ajudan Panglima Besar Jenderal Sudirman. <br />Sesudah Pengakuan Kedaultan, Suprapto bertugas sebagai kelas Staf Tentara & Teritorium (T &T) IV/Diponegoro di Semarang. Dari T & T ia ditarik ke Staf Angkatan Darat di Jakarta. Ia seringkali berpindah tugas dari Staf Angkatan Darat ke Kementerian Pertahanan. Sesudah pemberontakan PRRI/Permesta dipadamkan, Suprapto diangkat menjadi Deputy Kepala Staf Angkatan Darat untuk Wilayah Sumatera, berkedudukan di Medan. Tugasnya berat, sebab harus menjaga agar pemberontakan seperti yang lalu itu tidak terulang kembali. Dari Medan ia pindahkan ke Jakarta untuk memangku jabatan Deputi II Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad). Dalam tugas tersebut, ia banyak menghadapi rongrongan dari perwira yang menolak rencana PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri atas buruh dan tani. Oleh karena itu, perwira yang taat menjalankan ibadat agama ini,dimusuhi PKI. <br />Dinihari tanggal 1 Oktober 1965 PKI melancarkan pemberontakan yang disebut “Gerakan Tiga Puluh September”. Mayor Jenderal Suprapto mereka culik dan mereka bunuh. Mayatnya disembunyikan di Lubang Buaya. Setelah ditemukan, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">LETJEN ANUMERTA S.PARMAN (1918-1965)</span><br />Pahlawan Revolusi <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 111 /KOTI/Tahun 1965<br />tanggal 5 Oktober 1965)<br />S. Parman lahir di Wonosobo, Jawa Tengah, pada tanggal 4 Agustus 1918. Sesudah menyelesaikan Sekolah Dasar ia meneruskan pelajaran ke Sekolah Menengah dan kemudian memasuki Sekolah Tinggi Kedokteran. Sebelum tamat, Jepang sudah mendarat di Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang, ia berkerja pada Jawatan Kenpeitai. Karena dicurigai, ia ditangkap, tetapi kemudian dibebaskan kembali. Sesudah itu, ia dikirim ke Jepang untuk mengikuti pendidikan pada Kenpei Kasya Butai. Setelah kembali ke tanah air, ia tetap bekerja pada Jawatan Kenpeitai. <br />Sesudah kemerdekaan Indonesia diproklamasi, S. Parman memasuki Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Akhir Desember 1945 ia diangkat menjadi Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara (PT) di Yogyakarta. Selama Agresi Militer II Belanda, ia turut bergerilya. Bulan Desember 1949 ia diserahi tugas sebagai Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya. Ia berhasil membongkar rahasia gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang akan melakukan operasinya di Jakarta di bawah pimpinan Westerling. Pada bulan Maret 1950 ia diangkat menjadi Kepala Staf G dan setahun kemudian dikirim ke Amerika Serikat untuk mengikuti pendidikan pada Military Police School. <br />Kembali dari Amerika Serikat, untuk beberapa waktu lamanya S. Parman bertugas di Kementerian Pertahanan. Pada tahun 1959 ia diangkat sebagai Atase Militer RI di London. Lima Tahun kemudian ia diserahi tugas sebagai Asisten I Menteri/Panglima Angkatan DArat (Men/Pangad). Waktu itu ia sudah berpangkat mayor jenderal. <br />Pada waktu S. Parman menjadi Asisten I Men/Pangad, Partai Komunis Indonesia (PKI) sedangkan melakukan kegiatan untuk melancarkan pemberontakan. Sebagai perwiran interlijen, ia banyak mengetahui kegiatan gelap PKI. Bersama beberapa orang perwira lain, ia menolak rencana PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri atas buruh dan tani. Karena itu, ia dimusuhi oleh PKI. <br />Dinihari tanggal 1 Oktober 1965 PKI melancarkan pemberontakan yang disebut “Gerakan Tiga Puluh September”. Mayor Jenderal S. Parman mereka culik dan mereka bunuh. Mayatnya disebunyikan di Lubang Buaya. Setelah ditemukan, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibatan, Jakarta. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">LETJEN ANUMERTA M.T. HARYONO (1924-1965)</span><br />Pahlawan Revolusi <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 111 /KOTI/Tahun 1965<br />tanggal 5 Oktober 1965)<br /><br />M.T. Haryono lahir di Surabaya pada tanggal 20 Januari 1924. Mula-mula ia menempuh pendidikan di ELS (setingkat Sekolah Dasar), kemudian melanjutkan HBS (setingkat Sekolah Menengah Umum). Pada masa pendudukan Jepang, ia memasuki Ika Dai Gakko (Sekolah Kedokteran) di Jakarta, tetapi tidak sampai tamat. <br />Pada waktu kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, Haryono berada di Jakarta. Ia segera menggabungkan diri dengan pemuda-pemuda lain untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan. Kemudian, ia memasuki Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan memperoleh pangkat mayor. Kemampuan berbicara dalam tigas bahasa asing, yakni bahasa Belanda, Inggris, dan Jerman, menyebabkan tenaganya banyak diperlukan dalam perundingan-perundingan antara pemerintah RI dan pihak Inggris maupun Belanda. Selama Perang Kemerdekaan (1945-1950), ia sering berpindah tugas. Mula-mula bekerja pada Kantor Penghubung, kemudian sebagai sekretaris delegasi RI dalam perundingan dengan Inggris dan Belanda. Pernah pula ia diangkat sebagai sekretaris Dewan Pertahanan Negara dan sebagai Wakil Tetap pada Kementerian Pertahanan Urusan Gencatan Senjata. Dalam Konferensi Meja bundar, Haryono diserahi tugas sebagai sekretaris Delegasi Militer Indonesia. <br />Haryono merupakan perwira teladan Angkatan Darat yang lebih banyak bekerja di lingkungan staf daripada sebagai komandan pasukan. Pada tahun 1950 ia bertugas di Negeri Belanda sebagai Atase Militer RI. Kembali di sana, ia diserahi bermacam-macam tugas dan jabatan di lingkungan Staf Angkatan Darat, antara lain Direktur Intendans. Pada tahun 1964 ia diangkat sebagai Deputy III Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad). Waktu itu ia sudah berpangkat mayor jenderal. <br />Haryono adalah seorang perwira yang tidak menyukai Partai Komunis Indonesia (PKI). Dengan beberapa perwira lain, ia menolak rencana PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri atas buruh dan tani. Karena itu, ia dimusuhi oleh PKI. Dinihari tanggal 1 Oktober 1965 PKI mulai melancarkan pemberontakan yang disebut “Gerakan Tiga Puluh September” Mayor Jenderal M.T. Haryono mereka culik. Ia mengadakan perlawanan, tetapi tertembak. Mayat culik. Ia mengadakan perlawanan, tetapi tertembak. Mayatnya disembunyi-kan di Lubang Buaya. Setelah ditemukan, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. <br /><br /><span style="font-weight:bold;"><br />LETJEN ANUMERTA D.I. PANJAITAN (1925-1965)</span><br />Pahlawan Revolusi <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 111 /KOTI/Tahun 1965<br />tanggal 5 Oktober 1965)<br /><br />Donald Ignatius Panjtaitan dilahirkan di Balige, Tapanuli, pada tanggal 9 Juni 1925. Setelah menamatkan Sekolah Dasar, ia melanjutkan pelajaran ke Sekolah Menengah Pertama dan kemudian di Sekolah Menengah Atas. Pada masa pendudukan Jepang ia mengikuti latihan gyugun. Setelah selesai, ditugaskan sebagai anggota gyugun di Pekanbaru, Riau, dan tetap berada di kota itu pada waktu kemerdekaan Indonesia diproklamasikan. Bersama pemuda lain, D.I. Panjaitan membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang kemudian berkembang menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Mula-mula ia diangkat menjadi komandan batalyon. Pada bulan Maret 1948 ia diserahi tugas sebagai Komandan batalyon. Pada bulan Maret 1948 ia diserahi tugas sebagai komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi. Tak lama kemudian diangkat sebagai Kepala Staf Umum IV (Supplay) Komandemen Tentara Sumatera. Sewaktu Agresi Militer II Belanda, ia diangkat pula menjadi Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). <br />Sesudah Pengakuan Kedaulatan, D.I. Panjitan diangkat menjadi Kepala Staf Operasi Tentara & Teritorium (T & T) I/Bukit Barisan di Medan. Dari situ ia dipindahkan ke Palembang untuk memangku jabatan Kepala Staf T & T II/Sriwijaya. Pada tahun 1956 ia mengikuti kursus Militer Atase (Milat) dan setelah selesai, ditugaskan sebagai Atase Militer RI di Bonn, Jerman Barat. Pulang dari Bonn, tahun 1962, ia ditunjuk sebagai Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad). Selain ia pernah pula belajar pada Associated Command and General Staff College di Amerika Serikat. <br />Sebagai Asisten IV Men/Pangad, Brigadir Jenderal D.I. Panjaitan berhasil membongkar rahasia kiriman senjata dari Republik Rakyat Cinta (RRC) untuk Partai Komunis Indonesia (PKI). Senjata-senjata tersebut dimasukkan ke dalam peti-peti bahan bangunan yang akan dipakai untuk membangun gedung Conefo (Conference of the New Emerging Forces). Pada waktu itu PKI sedang giat mengadakan persiapan untuk melancarkan pemberontakan. D.I. Panjaitan termasuk salah seorang perwira yang menolak rencana PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri atas buruh dan tani. Karena itu, ia dimusuhi oleh PKI. Dinihari tanggal 1 Oktober 1965 PKI melancarkan pemberontakan yang disebut “Gerakan Tiga Puluh September”. Mereka menculik dan membunuh Brigadir Jenderal Panjaitan. Mayatnya disembunyikan di Lubang Buaya. Setelah ditemukan, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibatan Jakarta. <br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">SUTAN SYAHRIR (1909-1966</span>)<br />Pahlawan Revolusi <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 76 Tahun 1965<br />tanggal 5 Oktober 1965)<br /><br />Sutan Syahrir lahir di Padangpanjang, Sumatera Barat, pada tanggal 5 Maret 1909. Ia menempuh pendidikan MULO (setingkat Sekolah Menengah Tingkat Pertama) di Medan dan AMS (setingkat Sekolah Menengah Umum) bagaian A di Bandung. Perhatiannya terhadap masalah-masalah politik mulai timbul sejak ia menjadi anggota Patria Squenteque (Untuk Tanah Air dan Bangsa), sebuah organisasi yang didirikan oleh para pelajar AMS Bandung. Ia ikut pula mendirikan Jong Indonesia yang kemudian berganti nama menjadi pemuda Indonesia. <br />Pada tahun 1929 Syahrir berangkat ke negeri Belanda untuk mengikuti kuliah ilmu hukum. Dua tahun kemudian ia kembali ke Indonesia sebelum menyelesaikan kuliahnya. Pada waktu itu pergerakan nasional sedang mengalami tekanan berat dari pemerintah Belanda. Syahrir mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia yang lebih dikenal dengan nama PNI-Baru. Partai ini dijadikan wadah untuk mendidik kader-kader pemimpin dan menanamkan kesadaran politik kepada rakyat. Karena kegiatan politik itu, pada tahun 1934 ia ditangkap dan pada bulan Januari 1935 di buang ke Digul, Irian Jaya. Dari Digul ia dipindahkan ke Banda Neira, akhirnya ke Sukabumi, Jawa Barat. <br />Pada masa pendudukan Jepang, Syahrir memimpin gerakan bawah tanah menentang pemerintah Jepang. Melalui pesawat radio yang dapat disembunyikannya dari penyegelan Jepang, ia mengetahui perkembangan internasional. Pada tanggal 14 Agustus 1945 ia sudah mengetahui bawah Jepang sudah menyerah kepada sekutu. Syahrir mendesak Ir. Sukarno dan Drs. Mohammad Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan. Pada bulan Nopember 1945 ia diangkat sebagai perdana menteri, memimpin cabinet parlementer. Syahrir berjuang melalui cara-cara diplomasi untuk memperoleh pengakuan internasional umumnya dan Belanda khususnya terhadap Republik Indonesia. Perjuangan diplomasi itu melahirkan Perjanjian Linggajati (Marat 1947). Pada waktu berjuang di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar badan internasional itu memerintahkan Belanda menghentikan agresi militernya. <br />Sejak tahun 1950, Syahrir tidak pernah lagi duduk dalam pemerintah. Ia giat membina Partai Sosialis Indonesia (PSI). pada masa pemerintahan Orde Lama, ia ditangkap dan dipenjarakan karena dituduh terlibat dalam usaha pembunuhan terhadap Presiden Sukarno. Dalam penjara ia menderita lumpuh, lalu dikirim ke Swis untuk berobat. Akan tetapi, hal itu tidak dunia di rumah sakit Zurich, Swis. Jenazahnya dibawa ke Indonesia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. <br /><br /><br />RADEN DEWI SARTIKA (1884-1947)<br />Pahlawan Revolusi <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 252 Tahun 1966<br />tanggal 1 Desember 1966)<br /><br />Raden Dewi Sartika lahir di Cicalengka, Jawa Barat, pada tanggal 4 Desember 1884. Ayahnya, Raden Somanagara, meninggal dunia dalam pembuangan di Ternate sebab melawan Pemerintah Belanda. Ia mengikuti pendidikan Sekolah Dasar Cicalengka. Pulang sekolah, ia mengikuti pendidikan Sekolah Dasar Cicalengka. Pulang sekolah, ia bermain sekolah-sekolahan dengan anak-anak perempuan yang sebaya dan berpera sebagai guru. Setelah tinggal di Bandung, ia berjuang untuk mendirikan sekolah bagi anak-anak wanita agar mereka memperoleh kesempatan untuk menuntut ilmu pengetahuan. Pada tahun 1904 didirikannya Sekolah Isteri. Sekolah itu hanya terdiri atas dua kelas. Untuk ruang belajar dipinjam sebagai ruangan Kepatihan Bandung. Muridnya mula – mula hanya dua puluh orang. Mereka diajar berhitung, membaca, menulis, menjahit, meren, dan menyulam. Pelajaran agama pun diberikan pula. <br />Sekolah itu mendapat perhatian dari masyarakat. Murid-murid bertambah banyak. Ruangan Kepatihan Bandung tidak cukup lagi untuk menampung mereka. Karena itu, Sekolah Istri dipindahkan ke tempat yang lebih luas. Pada tahun 1910 nama sekolah itu diganti menjadi Sekolah Keutamaan Isteri. Mata pelajaran ditambah pula. Dewi Sartika berusaha mendidik anak-anak gadis agar kelak menjadi ibu rumah tangga yang baik, bias berdiri sendiri, luwes, dan trampil. Pelajaran yang berhubungan dengan pembinaan rumah tangga banyak diberikan. Tetapi ia harus membanting tulang mencari biaya untuk mengongkosi sekolah tersebut. <br /><span style="font-weight:bold;"><br />PANGERAN ANTASARI (1809-1862)</span><br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 06/TK/ tanggal 27 Maret 1968)<br /><br />Pangeran Antasari lahir di Banjarmasin pada thaun 1809. Walaupun ia keluarga Sultan Banjar, tetapi tidak pernah hidup dalam lingkungan istana. Karena dibesarkan di tengah-tengah - tengah rakyat biasa, Antasari menjadi dekat dengan rakyat, mengenal perasaan dan mengetahui penderitaan mereka. Pada waktu itu kekuasaan colonial Belanda sedang giat berusaha melemahkan kerajaan Banjar. Untuk melemahkan kerajaan tersebut, Belanda mengadu domba golongan-golongan yang ada dalam istana, sehingga mereka terpecah-pecah dan bermusuhan. Bahkan, dalam pengangkatan seorang sultan pun Belandalah yang menentukan.<br />Pada tahun 1859 Sultan Tamjid diangkat menjadi sultan kerajaan Banjar, padahal yang berhak naik tahta adalah Pangeran Hidayat. Sultan Tamjid tidak disukai oleh rakyat sebab terlalu memihak kepada Belanda, lalu bersekutu dengan kepala – kepala daerah Hulu Sungai, Martapura, Barito, Pleihari, Kahayan, Kapuas, dan lain-lain. Mereka semuanya bertekad untuk mengangkat senjata mengusir Belanda dari kerajaan Banjar. Sesudah itu berkobarlah pertempuran yang terkanal dengan nama Perang Banjar. Pertempuran pertama terjadi tanggal 18 April 1859 ketika pasukan Pangeran Antasari menyerang tambang batu bara di Pengaron. Pangeran Antasari berhasil mengerahkan tenaga rakyat dan mengobarkan semangat mereka, sehingga Belanda menghadapi kesulitan. Karena hebatnya perlawanan, Belanda membujuk Antasari dengan janji muluk-muluk asal bersedia menghentikan perang. Semua bujukan itu ditolaknya.<br />Dalam keadaan sangat terjepit, Pangeran Hidayat menyerah kepada Belanda. Kepala-kepala daerah lainpun banyak pula yang menyerah. Antasari tetap melanjutkan perjuangan. Baginya, pantang untuk berdamai dengan Belanda, apalagi menyerah. Pada bulan Oktober 1862 ia merencanakan serangan besar-besaran terhadap benteng Belanda. Kekuatan untuk itu sudah dikumpulkan. Tetapi, pada waktu itu berjangkit wabah cacar. Pangeran Antasari pun terkena wabah tersebut yang akhirnya merenggut nyawanya. Ia meninggal dunia di Bayan Begak (Kalimantan Selatan), pada tanggal 11 Oktober 1862 dan dimakamkan di Banjarmasin. <br /><br />JENDRAL SUDIRMAN (1916-1950)<br />Pahlawan Pembela Kemerdekaan<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 015/TK/ Tanggal 20 Mei 1970)<br /><br />Sudirman dilahirkan di Bodas Karangjati, Kabupaten Purbalingga, tanggal 24 Januari 1916. Pendidikan umum terakhir yang ditempuhnya ialah Sekolah Guru Muhammadiyah di Solo, tidak sampai tamat. Sesudah itu ia menjadi guru Muhammadiyah Cilacap di samping menjadi anggota Muhammadiyah. Sewaktu muda Sudirman giat dalam organisasi pramuka dan terkenal disiplin. <br />Pada masa pendudukan Jepang, Sudirman banyak mencurahkan perhatian terhadap masalah social. Ia mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Selain itu, ia juga menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas. <br />Pada masa itu pula Sudirman mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (peta) di Bogor. Setelah selesai, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Bersikap tegas, ia sering memprotes tindakan tentara jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap itu ia hamper saja dibunuh oleh Jepang. Jasa pertama Sudirman setelah Indonesia merdeka ialah merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia diangkat menjadi Panglima Divisi 1945, ia memimpin pasukan TKR dalam pertemuran melawan Inggris di Ambarawa. Tanggal 12 Desember dilancarkan serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris. Pertempuran berkobar selama tiga hari. Akhirnya, psukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang. Sementara itu, dalam konferensi TKR tanggal 12 Nopember 1945 Sudirman terpilih menjadi Panglima Besar TKR. Tanggal 18 Desember 1945 ia dilantik oleh Presiden dengan pangkat jenderal. Sejak saat itu mulailah kerja berat untuk membina TKR yang akhirnya tumbuh menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). <br />Waktu Belanda melancarkan Agresi Militer II, Jendral Sudirman sedang sakit, tetapi ia menolak saran Presiden supaya tetap tinggal dalam kota. Kurang lebih tujuh bulan ia memimpin perang gerilya di hutan-hutan dan gunung-gunung. Banyak penderitaan yang dialami, penyakitnya sering kambuh dan obat hampir-hampir tidak ada. Pulang dari medan gerilya, karena masih sakit, ia tidak dapat memimpin Angkatan Perang secara langsung, tetapi buah pikirannya selalu dibutuhkan oleh Pemerintah. <br />Panglima Besar Jenderal Sudirman meninggal dunia di Magelang pada tanggal 19 Januari 1950 dan dimakamkan di Taman Pahlawan Semaki, Yogyakarta. <br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">SULTAN AGENG TIRTAYASA (1631-1692)</span><br />Pahlawan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 045/TK/Tahun 1970<br /> Tanggal 1 Agustus 1970)<br /><br />Abu’l Fath Abdulfattah yang lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa lahir di Banten pada tahun 1631. dalam usia dua puluh tahun ia diangkat menjadi raja Kerajaan Banten. Pada waktu itu Belanda sudah menguasai beberapa daerah Indonesia, antara lain Jakarta, dan sedang berusaha mengembangkan kekuasaan mereka. Di Banten pun terdapat sebuah kantor dagang Belanda.<br />Sultan Ageng berusaha menghalang-halangi perdagangan Belanda. Selain itu, orang-orang Banten diperintahkan melancarkan serangan-serangan gerilya terhadap kependudukan Belanda di Jakarta, baik melalui darat maupun melalui laut. Pada tahun 1655 dua buah kapal Belanda dirusak oleh orang-orang Banten. Akibatnya, hubungan antara Banten dan Belanda menjadi tegang. Belanda terpaksa menutup kantor dagangnya di Banten, dan sebagai belasan, melancarkan blockade laut terhadap Banten. Tetapi Sultan Ageng berhasil menjalin hubungan dagang dan kerja sama dengan pedagang-pedagang Eropah bukan Belanda. Pedagang-pedagang Inggris dan Denmark bebas membeli lada di seluruh wilayah kerajaan Banten. <br />Sesudah itu, Belanda melakukan politik adu domba. Sultan haji, putra Sultan Ageng, berhasil dipengaruhi sehingga memusuhi ayahnya. Akibatnya terjadi perselisihan antara anak dan ayah. Masyarakat pun terbagi dua. Sebagian tetap etia kepada Sultan Ageng, sedangkan yang lain memihak Sultan Haji. Pada bulan Pebruari 1682 pecah perang antara Sultan Ageng di satu pihak dan Belanda serta Sultan Haji di pihak yang lain. Pasukan Sultan Ageng berhasil merebut istana Sultan Haji di Surosowan. Belanda melipatgandakan kekuatan. Lama kelamaan Sultan Ageng terdesak dan kekuatannya mulai lemah, tetapi ia tidak mau menyerah kepada Belanda. Pengikut – pengikutnya yang masih setia melanjutkan perjuangan di daerah pedalaman. <br />Pada tahun 1683 Sultan Ageng tertangkap dan dipenjarakan di Jakarta. Ia meninggal dunia dalam penjara dan dimakamkan dekat Mejis Agung Banten. <br /><br /><br />SAGE RUDOLF SUPRATMAN (1903-1938)<br />Pahlawan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 016/TK/Tahun 1971<br /> Tanggal 20 Mei 1971)<br /><br />Wage Rudolf Supratman lahir di Jatinegara, Jakarta, pada tanggal 9 Maret 1903, putra dari seorang bintara KNIL (Tentara Hindia Belanda). Setelah menamatkan Sekolah Dasar di Jakarta, melanjutkan pelajaran di Normaal School Ujungpandang, sampai selesai. Beberapa waktu lamanya ia bekerja sebagai guru Sekolah Dasar, kemudian indah bekerja pada sebuah perusahaan dagang. Dari Ujungpandang, ia pindah ke Bandung dan bekerja sebagai wartawan. Pekerjaan itu tetap dilakukannya sewaktu sudah tinggal di Jakarta. Dalam pada itu ia mulai tertarik kepada pergerakan nasional dan banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan. Rasa tidak senang terhadap penjajahan Belanda mulai tumbuh dan akhirnya dituangkan dalam buku Perawan Dewa. Duku itu disita dan dilarang beredar oleh Pemerintah Belanda. <br />Sewaktu tinggal di Ujungpandang, Supratman memperoleh pelajaran musik dari kakaknya, sehingga pandai bermain biola dan kemudian bias menggubah lagu. Ketika tinggal di Jakarta, pada suatu kali ia membaca sebuah karangan dalam majalah Timbul. Penulis karangan itu menentang ahli-ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan. Supratman terangsang, lalu mulai mengubah lagu. Pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya. <br />Pada bulan Oktober 1928 di Jakarta dilangsungkan Kongres Pemuda. Kongres itu melahirkan Sumpah Pemuda. Pada malam penutupan kongres, tanggal 28 Oktober 1928, Supratman memperdengarkan lagu ciptaanya secara instrumental di depan peserta umum. Pada saat itulah untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua itu hadir terpukau mendengarnya. Engan cepat lagu itu terkenal di kalangan pergerakan nasional. Apabila partai-partai politik mengadakan kongres, maka lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan. Lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka. <br />Sesudah Indonesia merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan lagu kebangsaan, lambing persatuan bangsa. Tetapi, tercipta lagu itu, Wage Rudolf Supratman, tidak sempat menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan. Ia meninggal dunia pada tanggal 17 Agustus 1938 di Surabaya dan dimakamkan di sana. <br />NYI H. SITI WAIDAH AHMAD DAHLAN (1872-1946)<br />Pahlawan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 042/TK/Tahun 1971<br /> Tanggal 22 September 1971)<br /><br />Siti Walidah yang kemudian terkenal dengan nama Nyi Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta pada tahun 1872. Sebagai anak seorang pejabat agama kreaton Yogyakarta, sejak kecil ia didik dalam hal agama. Ia tidak pernah mengikuti pendidikan di sekolah umum. Pada itu anak-anak perempuan harus tinggal di rumah, dipingit, sampai dating saat untuk menikah.<br />Setelah menikah dengan K.H. Ahmad Dahlan, Siti Walidah giat belajar dari suaminya dan giat mengembangkan Muhammadiyah, melakukan dakwah ke daerah-daerah. K.H. Ahmad Dahlan adalah seorang pembaharu Islam dan pendiri Muhammadiyah. Karena pembaharuan itu ia mendapat kecaman dari masyarakat. Siti walidah Pernah diancam akan dijadikan sandera dan suaminya akan dibunuh kalau berani dating ke Banyuwangi. Tetapi, suami isteri itu tidak gentar dan pada waktunya tetap dating ke tempat tersebut. <br />Selain giat memajukan Muhammadiyah, Siti Walidah turut berjuang untuk mencapai persamaan hak antara laki-laki dan wanita. Kaum wanita harus diberi kesempatan untuk mengejar kemajuan. Pada tahun 1918 Muhammadiyah mendirikan bagian wanita yang disebut aisyiah. Pada saat – saat permulaan, ia aktif memimpin aisyiah, tetapi kemudian hanya duduk sebagai penasihat dan ppelindung. Buah pikirannya tetap dibutuhkan oleh Aisyiah. Beberapa kali ia memimpin kongres. Dalam kongres Aisyiah di Surabaya, nama Siti Walidah menjadi terkenal, sebab sebagai seorang yang tidak pernah duduk di bangku sekolah, ia mampu memimpin kongres yang cukup besar. Masyarakat sangat kagum melihat kemampuan tersebut.<br />Atas saran-saran Nyi Ahmad DAhlan, Aisyiah mendirikan asrama-asrama untuk pelajar-pelajar putrid. Dalam asrama itu mereka dididik mengenai soal-soal agama dan masyarakat. Tidak lupa pula ditanamkan rasa kebangsaan agar kaum wanita mengambil peran aktif dalam pergerakan nasional. <br />Pada masa awal revolusi, Nyi Ahmad Dahlan giat membantu perjuangan,w alaupun usia sudah sangat tua. Kaum wanita dianjurkan agar mendirikan dapur umum untuk membantu tentara yang sedang berperang di garis depan. Pemuda-pemuda pun digembleng agar tetap tabah berjuang mempertahankan kemerdekaan. Sering pula ia bertukar pikiran dengan Presiden Sukarno dan Jenderal Sudirman mengenai perjuangan. Ia meninggal dunia pada tanggal dunia pada tanggal 31 mei 1964 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">SULTAN HASANUDDIN (1631-1670)</span><br />Pahlawan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 087/TK/Tahun 1973<br /> Tanggal 6 November 1973)<br /><br />Muhammad Bakir atau I. mallambosi yang lebih dikenal dengan nama Sultan Hasanuddin lahir di Ujungpandang pada tahun 1631. Sebelum dinobatkan menjadi raja Gowa ke-16 pada tahun 1653, Hasanuddin sudah sering diutus oleh ayahnya ke beberapa kerajaan lain di Indonesia, seperti Banten dan Mataram, untuk mengadakan perjanjian kerja sama perdagangan dan pertahanan. <br />Pada masa pemerintahan ayahnya, Sultan Malikussaid, Belanda sudah mendirikan beberapa kantor dagang di Kepulauan Maluku dan berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah di daerah tersebut. Hal itu merupakan ancaman bagi kerajaan Gowa. Setelah Hasanuddin kembali memaklumkan perang kepada Belanda. Dalam perang ini Belanda dibantu oleh beberapa kerajaan yang dapat mereka pengaruhi. Belanda mengerahkan angkatan beberapa yang besar dibantu oleh beberapa kepada Belanda. Dalam perang ini Belanda dibantu oleh beberapa kerajaan yang dapat mereka pengaruhi. Belanda mengerahkan angkatan beberapa buah benteng pertahanan Gowa jatuh ke tangan Belanda. Pada tanggal 18 Nopember 1667 diadakan Perjanjian Bungaya yang mengakhiri perang perang tersebut. <br />Perjanjian itu tidak berhasil memelihara perdamaian untuk waktu yang lama. Hasanuddin yang merasa dirinya terlalu tertekan oleh isi perjanjian itu, pada bulan April 1668 kembali melancarkan serangan terhadap kedudukan-kedudukan Belanda. Pertempuran sengit terjadi di beberapa tempat. Hasanuddin memberikan perlawanan yang gigih. Tetapi, akhirnya ia terpaksa mengakui keunggulan lawannya. Tanggal 24 Juni 1668, pertahanan terkuat dan terakhir kerajaan Gowa, yakni benteng Sombaopu, jatuh ke tangan Belanda. Dengan jatuhnya benteng tersebut kekuatan Hasanuddin semakin lemah. Lima hari kemudian ia mengundurkan diri dari takhta kerajaan. Namun, ia tetapa tidak mau bekerja sama degan Belanda.<br />Sultan Hasanuddin meninggal dunia tanggal 12 Juni 1670. karena keberaniannya, Belanda menamakannya “Ayam Jantan dari Timur”.<br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">KAPITAN PATTIMURA (1783-1817)</span><br />Pahlawan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 087/TK/Tahun 1973<br /> Tanggal 6 November 1973)<br /><br />Thomas Matulessy yang lebih terkenal dengan nama Kapitan Pattimura lahir di negeri Haria, pulau Saparua, Maluku, pada tahun 1783. ia mengalami masa pergantian pemerintahan dari tengah Belanda ke tangan Inggris pada tahun 1798. pada masa pemerintahan Inggris, ia masuk dinas militer dan memperoleh pangkat sersan. <br />Tahun 1816 Belanda kembali berkuasa di Maluku. Penduduk Maluku kembali pula mengalami penderitaan. Mereka dipaksa bekerja rodi, dan menyerahkan hasil rempah-rempah kepada Pemerintah Belanda. Karena tekanan-tekanan tersebut, penduduk Maluku mengangkat senjata untuk membebaskan diri dari penjajahan.<br />Perlawanan mula-mula berkobar di Saparua dan kemudian menjalar ke tempat-tempat lain. Thomas Matulessy diangkat menjadi pimpinan perlawanan dengan gelar Kapitan Pattimura. Di bawah pimpinannya, penduduk Saparua berhasil merebut benteng Duurstede pada tanggal 16 mei 1817. Semua tentara Belanda yang ada dalam benteng itu, termasuk Residen Van den Berg, tewas. Pasukan Belanda yang dikirimkan untuk merebut kembali benteng tersebut, dihancurkan oleh pasukan Pattimura. Akhirnya, Belanda mengirimkan pasukan yang lebih besar dengan persenjataan yang lebih lengkap. Benteng Duurstede berhasil direbut Belanda kembai, setelah tiga bulan lamanya dikuasai penduduk Saparua. Sesudah itu Belanda melancarkan operasi besar-besaran untuk memadamkan perlawanan. Karena kekuatan yang tidak seimbang, lama kelamaan perlawanan menjadi berkurang. Kapitan Pattimura tertangkap sewaktu berada di sebuah rumah di Siri Sori. Dengan beberapa orang temannya, ia dibawa ke Ambon. Belanda membujuknya untuk bekerja sama, tetapi bujukan itu ditolak. <br />Pengadilan colonial Belanda menjatuhkan hukuman gantung kepada Pattimura. Sehari sebelum hukuman itu dijalankan, Belanda masih membujuk, tetapi ia tetap menolak. Pada hari Selasa tanggal 16 Desember 1817 hukuman gantung dilaksanakan di depan benteng Victoria di Ambon. <br /><br />PANGERAN DIPONEGORO (1785-1855)<br />Pahlawan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 087/TK/Tahun 1973<br /> Tanggal 6 Nopember 1973)<br />Raden Mas Ontowiryo yang kemudian lebih terkenal dengan nama Pangeran Diponegoro, lahir di Yogyakarta pada tanggal 11 Nopember 1785. Ayahnya, Sultan Hamengku Buwono III, ingin mengangkatnya sebagai raja, tetapi ia menolak karena ibunya bukan permaaisuri. <br />Sekitar tahun 1820-an campur tangan Belanda dalam persoalan kerajaan Yogyakarta semakin bertambah besar. Peraturan tata tertib yang dibuat oleh Pemerintah Belanda sangat merendahkan martabat raja-raja Jawa. Para Bangsawan diadudomba sehingga dalam istana terdapat golongan yang pro dan yang anti-Belanda. Kedua golongan itu curiga mencurigai. Sementara itu, tanah-tanah kerajaan banyak yang diambil untuk perkebunan-perkebunan milik pengusaha-pengusaha Belanda.<br />Melihat keadaan itu, Pangeran Diponegoro mulai memperlihat perasaan tidak senang. Ia meninggalkan keratin dan menetap di Tegalrejo. Belanda menuduhnya menyiapkan pemberontakan. Tanggal 20 Juni 1825 pasukan Belanda menyerang Tegalrejo dan dengan demikian mulalah perang yang dikenal dengan nama Perang Diponegoro (1825-1830). Setelah Tegalrejo jatuh, Diponegoro membangun pusat pertahanan baru di Selarong. Perang dilancarkan secara gerilya. Gerakan pasukan berpindah-pindah, sehingga sulit dihancurkan. Tahun-tahun pertama pasukannya unggul di mana-mana. Di tempat-tempat yang sudah dikuasai didirikan benteng-benteng, sehingga gerakan psukan Diponegoro dapat dibatasi. Selain itu, beberapa orang tokoh perlawanan dibujuk sehingga mereka menghentikan perang. Sejak tahun 1829 perlawanan semakin berkurang, tetapi belum padam sama sekali. Belanda berjanji akan memberi hadiah sebesar 50.000 gulden kepada siapa saja yang dapat menangkap Diponegoro.<br />Kekuatan Diponegoro bertambah lemah, tetapi ia tidak mau menyerah. Karena tidak berhasil menangkap, pimpinan tentang Belanda menjalankan cara yang licik. Pangeran Diponegoro diundang ke Magelang untuk berunding dengan jaminan kalau perundingan gagal, goleh kembali ke tempatnya dengan aman. Dalam perundingan di Magelang tanggal 28 Maret 1830, DIponegoro ditangkap dan dibuang ke Menado, kemudian dipindaahkan ke Ujungpanjang. Ia meninggal dunia di benteng Retterdam, Ujungpandang, pada tanggal 8 Januari 1855 dan dimakamkan di sana. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">R. OTTO ISKANDAR DINATA (1897-1945)</span><br />Pahlawan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 088/TK/Tahun 1973<br /> Tanggal 6 Nopember 1973)<br /><br />Otto Iskandardinata lahir di Bandung pada tanggal 31 Maret 1897. Setelah menamatkan Sekolah Dasar ia melanjutkan pelajaran ke Sekolah Guru dan kemudian ke Sekolah Guru Atas di Purworejo. Sesudah selesai, ia diangkat menjadi guru di Banjarnegara, kemudian pindah ke Pekalongan. Di kota ini Otto menjadi anggota Budi Utomo dan tak lama kemudian diangkat sebagai wakil budi Utomo dalam Dewan Kota. Dalam dewan itu ia seringkali mengkritik pengusaha-pengusaha perkebunan Belanda yang bertindak kasar dan sewenang-wenang terhadap petani. Karena bertengkar dengan Residen Pekalongan, ia pindah ke Jakarta dan mengjar di Perguruan Muhammadiyah. Di samping itu, ia duduk pula dalam Paguyuban Pasundan, mula-mula sebagai anggota Pengurus Besar, kemudian menjadi ketua. Berkat pimpinannya Paguyuban Pasundan menjadi maju, sehingga berhasil mendirikan sekolah, bank, dan sebagainya yang bermanfaat untuk rakyat banyak. Pada thaun 1930 Otto diangkat menjadi anggota Volksraad sebagai wakil Paguyuban Pasundan. Pidato-pidatonya dalam Voksraad tak hentinya mengecam pemerintah Belanda. Karena itu, ia sering disuruh berhenti waktu sedang berpidato. <br />Atas usaha otto iskandardinata Paguyuban Pasundan bergabung dengan Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Ketika pada tahun 1939 terbentuk Gabungan Politik Indonesia (Gapi), Paguyuban Pasundan pun menjadi anggota Gapi. Pada masa pendudukan Jepang organisasi itu dilarang berdiri. Karena itu, Iskandardinata memindahkan kegiatan ke bidang lain, yakni bidang kewartawanan dengan cara menerbitkan surat kabar Warta Harian Cahaya. Pada masa itupula ia diangkat menjadi anggota Jawa Hokokai, kemudian menjadi anggota Cuo Sangi In. menjelang Proklamasi Kemerdekaan, ia duduk dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan turut serta menyusun Undang-Undang Dasar 1945. <br />Sesudah Negara republic Indonesia berdiri, Otto Iskandardinata ikut membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). Dalam Kabinet Presidensiil, ia diangkat menjadi Menteri Negara. Pada bulan Oktober 1945 ia diculik oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan kemudian dibunuh di Mauk (Banten) pada tanggal 20 Desember 1945. Pada tahun 1957 makamnya dipindahkan ke Bandung. <br /><span style="font-weight:bold;"><br />PROF. MUHAMMAD YAMIN, S.H. (1903-1962)</span><br />Pahlawan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 088/TK/Tahun 1973<br /> Tanggal 6 Nopember 1973)<br /><br />Muhammad Yamin lahir di Talawi, dekat Sawahlunto, Sumatera Barat, pada tanggal 28 Agustus 1930. mula-mula ia memasuki Sekolah Dasar Bumiputera. Pernah pula ia belajar pda Sekolah Pertanian di Bogor. Tetapi, semua sekolah itu tidak memuaskan hatinya, lalu ia memasuki AMS (Setingkat Sekolah Menengah Umum) bagian A di Yogyakarta sampai tamat. Sesudah itu, Yamin melanjutkan pelajaran ke Sekolah Kehakiman di Jakarta dengan beasiswa dari Pemerintah Belanda. Karena sering berpidato mengkritik pemerintah, maka beasiswa itu kemudian dihentikan. Namun demikian, Yamin berhasil juga menyelesaikan pelajaran di sekolah tersebut. Di kalangan mahasiswa, ia terkanal sebagai pemuda cerdas bercita-cita tinggi, gemar membaca sehingga memiliki perpustakaan sendiri. <br />Kegiatan berorganisasi dan berpolitik dimulai Yamin dengan memasuki Jong Sumateranen Bond dan kemudian Indonesia Muda. Ia termasuk salah seorang yang selalu mendambakan persatuan Indonesia. Dasar-dasar untuk persatuan itu digali dari buku-buku yang banyak dibacanya. Dari buku-buku itu ditemukan tiga unsur pokok yang dapat dijadikan dasar untuk membina persatuan, yakni kesatuan bangsa, kesatuan bahasa, dan kesatuan wilayah yang sudah ada di antara suku-suku bangsa Indonesia sejak zaman lampau. Pokok-pokok pikiran itu dilontarkannya dalam Kongres Pemuda bulan Oktober 1928 dan dari situ lahirlah Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. <br />Menjelang Proklamasi Kemerdekaan, Yamin duduk dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan ikut menyampaikan gagasan tentang dasar falsafah Negara yang sekarang dikenal dengan nama Pancasila. Ia turut pula merumuskan Undang-Undang Dasar 1945. Setelah Negara Republik Indonesia terbentuk, Yamin diangkat menjadi penting Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Jabatan penting lain yang pernah dipegangnya ialah Ketua Badan Perancang Pembangunan Nasional, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Wakil Menteri Pertama Bidang Khusus dan Menteri Penerangan.<br />Prof. Muhammad Yamin, S.H. banyak menulis buku, baik mengenai sejarah maupun mengenai hokum. Ia meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 1962 sewaktu menjadi Menteri Penerangan dan dimakamkan di Talawi, tempat kelahiran dan kampong halamannya. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">SUPRIYADI (1923-1945)</span><br />Pahlawan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 063/TK/Tahun 1975 <br /> Tanggal 9 Agustus 1975)<br /><br />Supriyadi lahir di Trenggalek, Jawa Timur, pada tanggal 13 April 1923. sesudah menamatkan ELS (setingkat Sekolah Dasar), ia melanjutkan pelajaran ke MULO (setingkat sekolah Lanjutan Tingkat Pertama), kemudian memasuki Sekolah Pamongpraja di Magelang sampai Jepang mendarat di Indonesia. <br />Pada masa Jepang, Supriyadi memasuki Sekolah Menengah Tinggi. Sesudah itu mengikuti latihan pemuda (seinendoyo) di Tangerang. Pada bulan Oktober 1943 Jepang membentuk Tentara Pembela Tanah Air (Peta). Tujuannya ialah untuk memberikan latihan kemiliteran kepada pemuda-pemuda Indonesia. Mereka selanjutnya akan dipakai untuk membantu Jepang menahan serbuan Sekutu. Tetapi, tokoh-tokoh pergerakan nasional berhasil menanamkan perasaan kebangsaan di kalangan pemuda-pemuda tersebut. <br />Supriyadi mengikuti pendidikan Peta dan sesudah itu diangkat menjadi Shodanco di Blitar. Ia sering bertugas mengawasi para romusnya membuat bententg-benteng pertahanan di pantai selatan. Ia menyaksikan bagaimana sengsaranya para romusya. Makanan kurang dan kesehatan tidak terjamin. Banyak diantaranya yang meninggal dunia karena sakit. Supriyadi tidak tahan melihat keadaan itu. Dengan beberapa orang temannya, ia merencanakan pemberontakan melawan Jepang. Walaupun menyadari bahwa waktu itu Jepang sangat kuat, namun ia tetap berniat untuk melakukan perlawanan. <br />Pemberontakan dilancarkan dinihari tanggal 14 Pebruari 1945, di Daidan Blitar. Jepang sangat terkejut mendengar perlawanan tersebut. Mereka mengerahkan kekuatan yang besar untuk menangkap anggota-anggota pasukan Peta Blitar. Selain itu, dilakukan pula siasat membujuk beberapa tokoh pemberontak. <br />Karena kurang pengalaman dan kekuatan tidak seimbang, pemberontakan itu ditindas Jepang. Tokoh-tokoh pemberontak yang tertangkap, diadili dalam mahkamah militer Jepang. Ada yang dihukum mati dan ada pula dihukum penjara. Supriyadi tidak ikut diadili, bahkan namanya tidak disebut dalam sidang pengadilan. Rupanya ia sudah di bunuh Jepang pada waktu tertangkap. Sampai saat ini tidak diketahui di mana makam Supriyadi. <br />SULTAN AGUNG (1591-1645)<br />Pahlawan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 106/TK/Tahun 1975,<br /> Tanggal 3 Nopember 1975)<br />Sultan Agung Hanyokrokusumo lahir di Yogyakarta pada tahun 1591. Umur dua puluh dua tahun, pada tahun 1613, ia sudah diangkat menjadi raja Kerajaan Mataram. Ia terkenal tangkas, cerdas dan taat menjalankan agama Islam. Hamper seluruh pulau Jawa berhasil ditempatkan di bawah kekuasaan Mataram. Dengan kerajaan-kerajaan lain di Indonesia di binanya hubungan baik, terutama dalam masalah perdagangan.<br />Pada masa Pemerintahan Sultan Agung, Kompeni Belanda sudah menguasai beberapa daerah di Indonesia, antara lain Jakarta, dan terus berusaha memperluas daerah kekuasaannya. Keadaan itu merupakan bahaya untuk keutuhan dan kebesaran Mataram. Untuk menghadapi bahaya tersebut, Sultan Agung memperbesar angkatan perang Mataram dan rencana untuk menyerang Belanda di Jakarta disusun. Serangan pertama dilancarkan pada tahun 1628. Sultan Agung mengerahkan sebuah armada yang terdiri atas 59 buah kapal dan pasukan darat berjumlah kurang lebih 20.000 orang. Pasukan tersebut menempuh jalan yang sangat jauh dari Yogyakarta ke Jakarta. Beberapa orang panglimaperang turut memimpin, antara lain Baurekso dan Tumenggung Suro Agul-agul. Serangan pertama itu berakhir dengan kegagalan sebab Belanda dengan cepat dapat mendatangkan bala bantuan dari daerah lain.<br />Untuk kedua kalinya, pada tahun 1629 pasukan Mataram bergerak lagi ke Batavia dengan persiapan yang lebih baik. Di beberapa tempat didirikan gudang-gudang untuk menyimpan bahan makanan. Kota Batavia dikepung dengan ketat. Meriam-meriam Mataram menghujani banteng-benteng Belanda. Tetapi, pada waktu itu berjangkit wabah penyakit sehingga banyak pasukan mataram yang terserang wabah dan meninggal dunia. Selain itu, Belanda dapat pula mengetahui tempat-tempat penyimpanan bahan makanan pasukan Mataram lalu membakarnya. Serangan yang kedua ini pun mengalami kegagalan. <br />Sesudah serangan yang kedua itu Sultan Agung tidak dapat lagi mengerahkan pasukan untuk menyerang Belanda. Ia kembali ke Mataram dan memperkuat pertahanan dalam negeri serta memajukan kemakmuran rakyat. Sultan Agung meninggal dunia dalam thaun 1645 setelah berhaasil membawa Mataram ke puncak kejayaan. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman raja-raja Mataram di Imogiri, sebelah selatan Yogyakarta. <br />IR. SOEKARNO (1591-1645)<br />Pahlawan Proklamator<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 081/TK/Tahun 1986,<br /> Tanggal 23 Oktober 1986)<br /><br />Ir. Soekarno lahir pada tanggal 6 Juni 1901 di Surabaya. Pada usia dua puluh lima tahun ia menyeleaikan kuliahnya di Technische Hoge School (sekarang Institut Teknologi Bandung). <br />Sejak muda soekarno sudah melibatkan diri dalam pergerakan politik memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1925 ia mendirikan Algemeene Studie Club di Bandung. Dua tahun kemudian, 4 Juli 1927, bersama beberapa tokoh politik lainnya, Ir. Soekarno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI). PNI berjuang untuk memperoleh kemerdekaan dengan kekuatan sendiri, tanpa kerja sama dengan pemerintah Belanda. <br />Ir. Soekarno yang lebih dikenal dengan panggilan Bung Karno, terkenal sebagai orator yang ulung. Pidato-pidatonya mampu membangkitkan semangat rakyat. Dengan tuduhan mampu membangkitkan semangat rakyat. Dengan tuduhan menghasut rakyat untuk memberontak, pada akhir Desember 1929 Bung Karno dan beberapa tokoh PNI ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara. Pada waktu Bung Karno dalam penjara, PNI membubarkan diri. Sebagai gantinya didirikan Partai Indonesia (Partindo). Setelah bebas dari tahanan, Bung Karno memimpin Partindo. Kembali ia berjuang untuk memperoleh kemerdekaan bangsanya. Akibatnya, pada bulan Agustus 1933 ia ditangkap dan diasingkan ke Ende (Flores), kemudian dipindahkan ke Bengkulu. Bung Karno baru bebas setelah Jepang menduduki Indonesia. <br />Pada masa pendudukan Jepang, Ir. Soekarno memimpin Pusat Tenaga Rakyat (Putera) bersama Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansur. Organisasi ini dibentuk Jepang untuk kepentingan mereka. Akan tetapi, Bung Karno dan kawan-kawannya menggunakan Putera untuk kepentingan Indonesia. Karena itu, Putera dibubarkan oleh Jepang.<br />Bulan September 1944 Jepang mengeluarkan janji akan memerdekakan Indonesia. Untuk itu dibentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar Negara yang disebutnya Pancasila. Gagasan itu kemudian disempurnakan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dibentuk setelah BPUPKI dibubarkan Ir. Soekarno diangkat sebagai ketua PPKI. <br />Pada tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno dan Mohmammadh Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 Ir. Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia Jabatan. Sebagai presiden itu dipangkunya sampai tahun 1967.<br />Ir. Soekarno meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 21 Juni 1970. Jenazahnya dimakamkan di Blitar, Jawa Timur. <br /><span style="font-weight:bold;"><br />DR. MOHAMMAD HATTA (1902-1980)</span><br />Pahlawan Proklamator<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 081/TK/Tahun 1986,<br /> Tanggal 23 Oktober 1986)<br /><br />Mohammad Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Setelah menyelesaikan pendidikan di dalam negeri, pada tahun 1921 ia berangkat ke negeri Belanda mengikuti kuliah pada Handels Hogere School (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Terrerdam. Kuliah ini baru dapat diselesaikannya pada tahun 1932 karena kegiatannya dalam Perhimpunan Indonesia (PI). Selama empat tahun berturut-turut, dari tahun 1926 sampai 1930, ia menjadi Ketua PI. Organisasi para mahasiswa Indonesia yang belajar di negeri Belanda ini berjuang untuk mencapai kemerdekaan bangsa atas dasar kekuatan sendiri, dilakukan oleh seluruh bangsa tanpa membedakan suku bangsa. <br />Hatta sering menghadiri kongres ertarap internasional yang diadakan oleh berbagai organisasi antikolonialisme. Dalam kongres itu ia memperkenalkan perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan Belanda. Pemerintah Belanda menuduh Hatta menghasut rakyat agar memberontak. Pada bulan September 1927 ia dan tiga orang tokoh PI ditangkap, kemudian diadili. Dalam sidang pengadilan bulan Maret 1928 mereka dibebaskan sebab pengadilan tidak dapat membuktikan kesalahan mereka. <br />Hatta kembali ke Indonesia pada tahun 1932. bersama sutan Syahrir, ia memimpin partai politik Pendidikan Nasional Indonesia yang lebih dikenal dengan nama PNI-Baru. Karena kegiatan politik itu, pada bulan Januari 1935 ia diasingka ke Digul, kemudian dipindahkan ke Banda Naira, dan akhirnya ke Sukabumi (Jawa Barat). Ia baru bebas setelah Jepang menduduki Indonesia. <br />Pada masa pendudukan Jepang, Hatta ikut memimpin Pusat Tenaga Rakyat (Putera) kemudian ia diangkat sebagai Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 17 Agustus 1945, Hatta mendampingi Ir. Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI 18 Agustus 1945, ia dipilih menjadi wakil Presiden RI. Selama Perang Kemerdekaan ia pernah pula menjadi Perdana Menteri Republik Indonesia Serikat (RIS). Sesudah Indonesia kembali ke bentuk Negara kesatuan, Hatta diangkat menjadi Wakil Presiden RI. Jabatan itu dipangkunya sampai ia mengundurkan diri pada tanggal 1 Desember 1956.<br />Dr. Mohammad Hatta yang juga dikenal dengan penggilan Bung Hatta meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 14 Maret 1980. Sesuai dengan amanatnya, jenazahnya dimakamkan di Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta. Selain sebagai negarawan, Hatta dikenal pula sebagai Bapak Koperasi. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO IX (1912-1988)</span><br />Pahlawan Nasional <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 053/TK/Tahun 1986)<br /><br />Sri Sultan Hamengku Buwono IX lahir di Yogyakarta pada tanggal 12 April 1912. Sesudah menyelesaikan pendirikan di dalam negeri, pada tahun 1912. sesudah menyelesaikan pendidikan di dalam negeri, pada tahun 1930 ia berangkat ke negeri Belanda mengikuti kuliah pada Gymnasium di Haarlem, kemudian Jurusan Indologi pada Rijksintituut di Leiden. Kuliah ini tidak sempat diselesaikannya berhubung dengan pecahnya Perang Dunia II pada tahun 1939. Ia terpaksa kembali ke tanah air. <br />Hamengku Buwono IX dinobatkan sebagai Sultan Yogya pada bulan Maret 1940. Dalam menjalankan pemerintahan, ia berusaha mengurangi campur tangan Belanda. Ia tidak begitu saja mengikuti peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah Belanda. Terhadap pemerintah pendudukan Jepangpun Sultan bersikap tegas. <br />Dua hari sesudah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, Hamengku Buwono IX mengirim telegram ucapan selamat kepada Presiden Soekarno. Kemudian, pada tanggal 5 September 1945 ersama Paku Alam VIII, ia mengeluarkan maklumat yang menyatakan bahwa daerah Yogyakarta adalah bagian dari wilayah RI. Selama Perang Kemerdekaan (1945-1949) ia aktif membantu perjuangan melawan Belanda. Pada waktu kota Yogya diduduki Belanda dalam agresi militer kedua, Sultan membantu dan melindungi prajurit-prajurit TNI di dalam keratonnya walaupun Belanda mengancam akan menduduki keraton. <br />Pada tanggal 27 desember 1949 Belanda mengakui kedaulatan Indonesia. Upacara pengakuan kedaultan dilaksanakan di Indonesia dan di negeri Belanda. Di Indonesia, Sultan Hamengku Buwono menerima pengakuan kedaultan dari Wakil Tinggi Mahkota Belanda untuk Indonesia. <br />Dalam pemerintah RI, beberapa kali Sultan menduduki jabatan penting, antara lain Menteri Pertahanan, Wakil Perdana Menteri, Ketua Badan Pengawas Keuangan, dan Menteri Utama Bidang Ekonomi dan Keuangan. Ia berjsa meyakinkan Negara – Negara lain untuk membantu perekonomian Indonesia yang sangat parah pada masa awal Orde Baru. Peranannya juga besar dalam memajukan olahraga, membina pramuka, dan mengembangkan pariwisata. Ia pernah menjadi Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, dan Ketua Dewan Pembimbing Lembaga Pariwisata Nasional. <br />Sri Sultan Hamengku Buwono IX meninggal dunia di Amerika Serikat pada tanggal 3 Oktober 1988. Jenazahnya dikebumikan di pemakaman raja-raja Yogya di Imogiri. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">SULTAN ISKANDAR MUDA (1593-1636)</span><br />Pahlawan Nasional <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 077/TK/Tahun 1993)<br /><br />Sultan Iskandar Muda lahir di Banda Aceh pada tahun 1593. Sejak muda ia sudah memperlihatkan kemampuan memimpin. Pada tahun 1606 ia memimpin pasukan Aceh memukul mundur pasukan Portugis yang mencoba mendarat di pantai Aceh. Setahun kemudian, tahun 1607, ia dinobatkan sebagai Sultan Aceh. <br />Pada masa pemerintahan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh mengalami masa jaya. Wilayah kerajaan ini meliputi sebagian besar pantai barat dan pantai Timur Sumatera. Beberapa kerajaan di Semenanjung Malaya (Malaysia) berada di bawah kekuasaan Aceh. <br />Musuh utama yang dihadapi Iskandar Muda ialah bangsa Portugis yang sejak tahun 1511 sudah menguasai Malaka. Portugis di Malaka merupakan Ancaman terhadap Aceh. Sebaliknya, Portugis pun menganggu Aceh sebagai ancaman terhadap monopoli perdagangan yang ingin mereka jalankan di sekitar Selat Malaka. Karena itulah antara dua kekuasaan ini sering terjadi bentrokan bersenjata. Kapal-kapal Portugis yang berlaya di Selat Malaka sering sering oleh armada Aceh. Begitu pula sebaliknya.<br />Untuk mengusir Portugis dari Malaka, Iskandar Muda memperkuat angkatan perang Aceh, terutama angkatan laut. Pelatih-pelatih didatangkan dari luar negeri, terutama dari Turki.<br />Serangan terhadap Portugis di Malaka dilancarkan pada tahun 1615. Serangan itu gagan. Serangan kedua dan besar besaran dilancarkan lagi pada thaun 1629. Pasukan Portugis terkepung dan terancam. Mereka hampir saja menyerah. Akan tetapi, pada saat Aceh hamper memetik kemenangan, Portugis mendapat bantuan dari pasukan Johor, Pahang, dan Patani. Ketiga kerajaan ini memang tidak menyanangi Aceh sebab pernah ditaklukkan Aceh pada masa sebelumnya. Dengan datangnya pasukan bantuan itu, Portugis menjadi kuat. Armada Aceh terkepung dan akhirnya mengundurkan diri. <br />Sesudah kegagalan serangan yang kedua itu, Sultan Iskandar Muda lebih banyak mencurahkan perhatiannya terhadap masalah-masalah dalam negeri. System pemerintahan disempurnakan dan pendidikan agama mendapat prioritas. Pedagang-padagang Inggris dan Belanda diizinkan berdagang di wilayah kekuasaan Aceh menurut jangka waktu tertentu dan harus tunduk kepada peraturan yang diberlakukan oleh Aceh. Sesudah berhasil membawa Aceh ke puncak kejayaan, pada tanggal 27 September 1636, dalam usia 43 tahun, Sultan Iskandar Muda meninggal dunia. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">TUANKU TAMBUSAI (1784-1882)</span><br />Pahlawan Nasional <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 071/TK/Tahun 1995,<br />Tanggal 7 Agustus 1995)<br />Tuanku Tambusai lahir pada tanggal 5 Nopember 1784 di Dalu-dalu, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Nama kecilnya Muhammad Saleh, putra pejabat tinggi agama di Kerajaan Tambusai. Selain pada ayahnya, ia juga belajar ilmu agama pada beberapa ulama di Sumatera Barat. Pada waktu itulah ia berkenalan dengan tokoh Padri, Tuanku Imam Bonjol. <br />Pada waktu kaum Padri berperan melawan Belanda, Tuanku Tambusai membentuk pasukan yang beroperasi di bagian utara Sumatera Barat. Mula-mula ia bergabung dengan Tuanku Rao. Mereka mendirikan benteng pertahanan di Rao. Pada bulan September 1832 benteng itu jatuh ke tangan Belanda. Tuanku Tambusai membawa pasukannya ke Tapanuli Selatan. Setelah Tuanku Rao gugur dalam pertempuran di Airbangis, Praktis Tuanku Tambusailah yang memimpin pasukan Padri di bagian utara Sumatera Barat. Pada thaun 1834 ia mulai mendirikan serangkaian benteng di Dalu-dalu.<br />Tuanku Tambusai merupakan ancaman yang cukup serius bagi Belanda. Peranannya dalam mengurangi tekanan Belanda terhadap pertahanan utama Padri di Bonjol sangat besar. Pada tahun 1835 pasukannya mengepung kedudukan Belanda di Rao dan Lubuk Sikaping sehingga hubungan pasukan mengepung kedudukan Belanda di rao dan Lubuk Sikaping sehingga hubungan pasukan Belanda antara satu tempat dan tempat lain terputus. Adakalanya ia menyerang pos-pos militer Belanda di Tapanuli Selatan sehingga kekuatan Belanda yang mengepung Bonjol menjadi tepecah. Namun, pada bulan Agustus 1837 Bonjol jatuh ke tangan Belanda. <br />Walaupun Bonjol jatuh namun Belanda belum merasa aman sebelum perlawanan Tuanku Tambusai diakhiri. Untuk itu, pada awal tahun 1838 pasukan Belanda menyerang Dalu-dalu dari dua arah, yakni dari Pasir Pengarayan dan dari Tapanuli Selatan.s erangan itu gagal. Tuanku Tambusai sudah mendirikan benteng berlapis-lapis. Serangan berikutnya dilancarkan Belanda pada bulan Mei 1838. Beberapa benteng dapat mereka rebut, namun Belanda memerlukan waktu beberapa bulan lagi sebelum perlawanan Tuanku Tambusai dapat mereka akhiri. Barulah pada tanggal 28 Desember 1838, benteng utama Dalu-dalu jatuh ke tangan Belanda. Tuanku Tambusai berhasil meloloskan diri ke Malaysia. Ia meninggal dunia pada tanggal 12 Nopember 1882 di negeri Sembilan, Malaysia. <br />Kehebatan perlawanan Tuanku Tambusai diakui oleh pihak Belanda. Mereka menyebut Tuanku Tambusai sebagai “Harimau Padri dari Rokan”. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">NY. Hj. SITI HARTINAH SOEHARTO (1923-1996)</span><br />Pahlawan Nasional <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 060/TK/Tahun 1996,<br />Tanggal 30 Agustus 1996)<br /><br />Siti Hartinah yang akrab dengan panggilan Ibu Tien lahir pada tanggal 23 Agustus 1923 di Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah. Ia menempuh pendidikan Hollands Inlandsche School (setingkat Sekolah Dasar) di Wonogiri. Sesudah itu, ia bekerja di sebuah lembaga kebudayaan di Surakarta. Pada masa pendudukan Jepang, Siti Hartinah memasuki organisasi wanita Fujinkai. sesudah kemerdekaan Indonesia di Solo. Di samping itu, ia juga aktif bekerja dalam organisasi Palang Merah Indonesia. <br />Pada tahun 1947 Siti Hartinah menikah dengan Letnan Kolonel Soeharto. Sesudah Perang Kemerdekaan (1945-1949) berakhir, karier militer Soeharto semakin meningkat sampai akhirnya ia berpangkat jenderla dan pada thaun 1967 diangkat menjadi Presiden RI. Siti Hartinah pun menyesuaikan diri dengan kedudukan suaminya. Selama dua puluh sembilan tahun, sebagai istri presiden, ia menyandang predikat “Ibu Negara”. <br />Ibu Tien menyibukkan dirinya dalam berbagai kegiatan sosial dan budaya. Ia aktif memperkenalkan budaya Indonesia kepada tamu-tamu Negara yang berkunjung ke Indonesia. Untuk lebih memperkenalkan budaya itulah, di samping untuk membina rasa persatuan antarsuku, ia memprakarsai pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Perhatiannya terhadap hak-hak wanita cukup besar. Ia memperjuangkan hak-hak wanita dalam perkawinan yang akhirnya melahirkan Undang-Undang Perkawinan.<br />Ibu Tie aktif pula membina kepemudaan dan kepramukaan, pendidikan, peningkatan kesejahteraan anak terlantar, dan kesejahteraan para penyandang cacat. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, ia memprakarsai pendirian beberapa rumah sakit, seperti Rumah Sakit Anak dan Bersalin, Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, dan Rumah Sakit Kanker Dharmais. Selain itu, ia juga memimpin berbagai yayasan social, antara lain Yayasan Harapan Kita, dan Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan. Untuk menumbuhkan minat baca di kalangan masyarakat, ia memprakarsai pendirian perpustakaan Nasional.<br />Ny. Siti Hartinah Soeharto meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 21 April 1996. Jenazahnya dikebumikan di Pemakaman keluarga “Giribangun” di Karanganyar, Jawa Tengah. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">RAJA HAJI FISABILILLAH (1725-1784)</span><br />Pahlawan Nasional <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 072/TK/Tahun 1997,<br />Tanggal 11 Agustus 1997)<br /><br />Raja Haji pada tahun 1725 di Kota Lama, Hulu Riau. Pada tahun 1777 ia diangkat sebagai Yang Dipertuan Muda (YDM) Kerajaan Melayu – Riau. Dalam Sistem Kerajaan Melayu-Riau, pemerintah sehari-hari dijalankan oleh YDM. <br />Raja Haji berhasil memajukan Kerajaan Melayu-Riau baik di bidang ekonomi maupun dibidang budaya. Ia juga membangun angkatna perang yang kuat, terutama armada. Kubu-kubu pertahanan dibangun di berbagai tempat, terutama di Pulau Penyengat, tempat kedudukan YDM. Hal itu dimaksudkannya untuk menghadapi ancaman Belanda yang pada masa itu masih menguasai Malaka. <br />Pada tahun 1780 Raja Haji mengadakan perjanjian persahabatan dengan Belanda. Akan tetapi, dua tahun kemudian, perjanjian itu dilanggar oleh Belanda. Akibatnya, hubungan Belanda dengan Kerajaan Melayu-Riau menjadi tegang. <br />Selama sebelas bulan angkatan laut Belanda memblokade Riau, tetapi hasilnya hamper-hampir tidak ada. Bahkan, sebuah kapal perang Belanda diledakkan oleh armada Melayu-Riau. Usaha Belanda merebut Pulau Penyengat juga gagal. Sesudah itu tercapai persetujuan gencatan senjata. Akan tetapi, secara diam-diam Belanda mendatangkan kapal perang yang lebih besar perairan Riau. Dengan demikian, pertempuran pecah kembali. <br />Raja Haji bersepakat dengan Sultan Selangor untuk bersama-sama menyerang Malaka. Untuk itu, ia membangun pertahanan di Teluk Ketapang. Pada bulan Prebruari 1784 pasukan gabungan Melayu-Riau dan Selangor mulai melancarkan serangan. Untuk menghadapi serangan itu, Belanda mendatangkan pasukan yang cukup besar dari Jawa. Mereka berusaha merebut pertahanan Raja Haji di Teluk Ketapang, namun gagal. Karena itu, Belanda menambah lagi kekuatan pasukannya. Pada tanggal 18 Juni 1784 pertahanan Raja Haji di Teluk Ketapang mereka serang dari arah belakang. Pertempuran sengit berkobar. Raja Haji langsung memimpin pasukannya. Namun, ia terkena tembakan dan tewas seketika. Jenazahnya dimakamkan di sebuah lereng bukit di kota Malaka, kemudian dipindahkan ke pemakaman raja-raja Melayu-Riau di selatan Pulau Penyengat. <br />SULTAN SYARIF KASIM II (1893-1968)<br />Pahlawan Nasional <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 109/TK/Tahun 1998,<br />Tanggal 6 Nopember 1998)<br /><br />Sultan Syarif Kasim II lahir di Siak Sri Indrapura pada tanggal 1 Desember 1893. Selain memperoleh pendidikan agama, ia juga mengikuti pendidikan hukum dan tata Negara pada Institut Beck en Volten di Jakarta. <br />Pada tahun 1915 Syarif Kasim dinobatkan sebagai Sultan Siak. Sejak itu, ia mulai memperlihatkan sikap tidka senang terhadap Belanda. Ia tidak mau mengakui perjanjian yang dibuat Belanda dengan sultan-sultan terdahulu. Ia menolak anggapan bahwa Kerajaan Siak adalah milik pemerintah Belanda yang dipinjamkan kepada raja-raja Siak. Akibatnya, hubungan Sultan dengan Belanda tegang.<br />Syarif Kasim berusaha meningkatkan kecerdasan penduduk Siak. Untuk itu didirikannya sekolah-sekolah dasar berbahasa Belanda di samping sekolah-sekolah berbahasa Melayu. Murid-murid yang berbakat diberinya bea siswa untuk melanjutkan pendidikan di daerah lain, didirikan pula sekolah agama. Para pengajar didatangkannya dari daerah lain, bahkan dari Mesir. <br />Sesudah kemerdekaan Indonesia diperoklamasikan, Sultan Syarif Kasim mengirim telegram kepada Pemerintah RI yang menyatakan bahwa Kerajaan Siak adalah bagian dari wilayah RI. Untuk membantu pemerintah RI, ia menyumbangkan kekayaannya sebanyak tiga belas juta gulden. Sultan-sultan di Sumatera Utara diajaknya agar mendukung RI, walaupun ajakannya itu kurang berhasil. Beberapa waktu lamanya ia berdiam di Langkat dan aktif membantu pejuang-pejuang RI dengan menyediakan bahan makanan. <br />Sementara itu, pada bulan Maret 1956 di Sumatera Utara terjadi revolusi social yang didalangi oleh golongan kiri untuk menghancurkan kaum bangsawan. Sultan Syarif Kasim pindah ke Aceh dan menyumbangkan tenaga membantu pemerintah daerah Aceh. Melalui pidato radio ia menganjurkan agar penduduk Siak tetap setia kepada pemerintah RI dan menolak pembentukan Dewan Siak oleh Belanda. Pada bulan Oktober 1949, ia berangkat ke Yogyakarta untuk menyerahkan lagi sebagian harta kekayaan kepada pemerintah RI. <br />Sesudah pengakuan Kedaulatan, Sultan Syarif Kasim diminta oleh Presiden menjadi penasihat presiden. Ia meninggal dunia pada tanggal 23 April di Rumbai, Pekanbaru. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">FATMAWATI SOEKARNO (1923-1980)</span><br />Pahlawan Nasional <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 188/TK/Tahun 2000,<br />Tanggal 4 November 2000).<br /><br />Fatmawati dilahirkan di Pasar Padang, Bengkulu, pada tanggal 15 Februari 1923, putrid dari seorang tokoh Muhammadiyah setempat. Ia menempuh pendidikan di Hollands Inlandsche School (HIS : Setingkat Sekolah Dasar) dan sekolah kejuruan yang dikelola oleh seorang organisasi Katolik. Ketika masih duduk di bangku HIS, ia sudah aktif berorganisasi sebagai anggota pengurus Nasyiatul Aisyiah, organisasi yang ada di bawah naungan Muhammadiyah. Namun, sebagai murid sekolah Katolik, ia tidak canggung berperan sebagai Bunda Maria dalam sandiriwa yang diadakan oleh sekolah tersebut. <br />Pada tahun 1938 Fatmawati berkenalan dengan Bung Karno. Tokoh pergerakan nasional ini dipindahkan di Flores ke Bengkulu. Bung Karno memasuki Muhammadiyah dan bertugas sebagai pengajar. Fatmawati menjadi salah seornag murid. Ia tinggal di rumah kediaman Bung Karno dan istrinya Inggit Garnasih. Lebih dari itu, ia dilamar oleh Bung Karno untuk dijadikan istri. Mereka menikah di Jakarta pada tahun 1943 setelah Bung Karno menceraikan Inggit secara baik-baik dan berjanji akan membantu kehidupan Inggir untuk masa selanjutnya.<br />Sejak tahun 1943 itu Fatmawati tinggal di Jakarta. Pada masa itu Indonesia berada di bawah kekuasaan pemerintah pendudukan Jepang. Sebagai istri tokoh pergerakan nasional, ia berkenalan dengan banyak tokoh lain. Seperti tokoh-tokoh lain itu. Fatmawati yakin bahwa kemerdekaan pasti tercapai. Untuk itu, ia menyiapkan selembar bendera yang akan dikibarkan bila saat bersejarah itu tiba. Bendara itu dijahitnya sendiri. Kain untuk bendera itu diperolehnya dari pemuda Chaerul Basri. Bendera itulah yang dikibarkan sesaat setelah kemerdekaan diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. kini bendera yang bersejarah itu dijadikan bendera pusaka dan disimpan di Museum Monumen Nasional (Monas). <br />Sehari setelah kemerdekaan diproklamasikan, Bung Karno diangkat menjadi presiden RI dan Fatmawati pun resmi menjadi Ibu Negara. Karena situasi Jakarta tidak aman lagi sejak datangnya NICA, mereka pindah ke Yogya. Sebagai seorang istri, Fatmawati mendampingi Bung Karno menghadapi masa-masa sulit selama berlangsungnya perang mempertahankan kemerdekaan melawan Belanda. Pada waktu Belanda melancarkan agresi militer kedua (Desember 1948), Presiden Soekarno tertawan dan diasingkan ke luar Jawa. Fatmawati tetap tinggal di Yogya. Dalam keadaan serba sulit, dengan berbagai cara ia berusaha membantu kehidupan para istri prajurit yang ditinggal suami karena bergerilya di luar kota. Bahkan, bersama istri Kolonel Nasution, Fatmawati sering mengirim berbagai keperluan untuk para gerilyawan di daerah pedalaman.<br />Sebagai seorang wanita, Fatmawati berusaha meningkatkan peranan kaum wanita dalam pemerintahan. Usaha itu berhasil dengan diangkatnya beberapa tokoh wanita sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Sesudah pengakuan Kedaulatan ia gigih memperjuangkan agar dokumen, arsip, dan benda-benda milik RI yang dirampas Belanda antara tahun 1945 dan 1949 dikembalikan kepada pemerintah RI. <br />Fatmawati meninggalkan kehidupan istana dan tinggal di rumah pribadi setelah Presiden Soekarno menikah dengan Hartini. Ia meninggal dunia pada tanggal 14 Mei 1980 di Kuala. Jenazahnya dimakamkan di Taman pemakaman Umum (TPU) Karet, Jakarta.kulingetikhttp://www.blogger.com/profile/13154004340632680631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2285591517006369783.post-83422621703587518882010-02-05T00:11:00.000-08:002010-02-05T00:12:58.843-08:00Album Pahlawan NegaraKI HAJAR DEWANTARA (1889-1959)<br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959 <br />tanggal 28 Nopember 1959)<br /><br />R.M. Suwardi Suryaningrat, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara, lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Sesudah menamatkan sekolah Dasar, ia melanjutkan pelajaran ke STOVIA di Jakarta, tetapi tidak sampai selesai. Sesudah itu, ia bekerja sebagai wartawan, membantu beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, dan Utusan Hindia. Bersama Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo, pada tanggal 25 Desember 1912 ia mendirikan Indische Partij yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Pada tahun 1913 ia ikut membentuk Komite Bumiputera. Melalui komite itu dilancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis. Karangannya yang berjudul Als Ik een Nederlander was (seandainya aku seorang belanda), berisi sindiran dan kecaman yang pedas. Akibatnya, pada bulan Agustus 1913 ia dibuang ke negeri Belanda. Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga ia berhasil memperoleh Europeesche Akte. <br />Setelah kembali ke tanah air pada tahun 1918, ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan. Pada tanggal 3 Juli 1922 didirikannya Taman Siswa, sebuah perguruan yang bercorak nasional. Kepada anak didik ditanamkan rasa kebangsaan agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Banyak rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa, antara lain adanya Ordonansi Sekolah Liar yang dikeluarkan oleh Pemerintah Belanda. Tetapi, berkat perjuangan Ki Hajar Dewantara, ordonansi itu dicabut kembali. <br />Pada masa Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan Ki Hajar Dewantara. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (putera) pada tahun 1943, ia duduk sebagai salah seorang pemimpinnya di samping Ir. Sukarno, Drs. Muhammad Hatta, dan K.H. Mas Mansur. Jabatan yang pernah dipegangnya setelah Indonesia merdeka ialah Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. <br />Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional dan pendiri Taman Siswa. Ajarannya yang terkenal ialah tut wuri handayani, ing wadya mangun karsa, ingarsa sungtulada, artinya di belakang memberi dorongan, di tengah memberi teladan. Ia meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. Hari lahir Ki Hajar Dewantara, tanggal 2 Mei, diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />R.M. SURYOPRANOTO (1871-1959) <br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 310 Tahun 1959 <br />tanggal 30 Nopember 1959)<br /><br />Suryopranoto lahir di Yogyakarta pada tahun 1871. Setelah memperoleh ijazah pendidikan pegawai negeri, ia bekerja di bidang pemerintahan, tetapi seringkali bertengkar dengan atasannya, orang Belanda. Pendidikan lain yang ditempuh ialah Sekolah Pertanian di Bogor. Sesudah itu, ia diangkat menjadi Kepala Dinas Pertanian di Wonosobo. Pada tahun 1914 ia minta berhenti sebagai protes atas pemecatan seorang pegawai yang menjadi anggota Sarekat Islam. Selanjutnya, ia tidak mau lagi bekerja sebagai pegawai Pemerintah Belanda. <br />Suryopranoto sangat memperhatikan nasib kaum tani buruh di perkebunan-perkebunan tebu di Yogyakarta. Untuk membantu mereka, pada tahun 1914 didirikannya organisasi Adhi Dharma yang bergerak di bidang koperasi, usaha pertukangan, dan sebagainya. Selain itu, didirikannya pula sekolah Adhi Dharma untuk mendidik anak-anak petani-buruh. Tuntutan-tuntutan yang dilancarkannya agar para majikan menaikkan upah buruh dan memberikan jaminan sosial yang layak, dianggap revolusioner. Karena itu, ia dihalang-halangi berbicara di depan para buruh dan tani, bahkan pengusaha Belanda bersedia memberi uang asal ia mau menghentikan kegiatannya.<br />Dalam Sarekat Islam, Suryopranoto menduduki jabatan sebagai Pengurus Besar. Selain itu, ia juga menjadi pemimpin kaum buruh yang tergabung dalam Personeel Fabrieks Bond (PFB). Dalam Kongres Sarekat Islam tahun 1919, ia menganjurkan pemogokan sebagai kekuatan buruh untuk menuntut perbaikan nasib. Pada tahun 1922 terjadi pemogokan kaum buruh pegadaian di Yogyakarta dan kemudian menjalar ke tempat-tempat lain. Ribuan buruh dipecat akibat pemogokan itu. Suryopranoto mendirikan sebuah badan untuk menolong keluarga buruh yang terkena pemecatan itu.<br />Karena kegiatan-kegiatan itu, tiga kali ia harus masuk penjara, tahun 1923 di penjara Malang, tahun 1926 di Semarang, dan tahun 1933 di Sukamiskin, Bandung. Kegiatan lain ialah bidang kewartawanan. Hasil karyanya berupa seni ensiklopedi tentang perjuangan sosialisme, disita dan dilarang beredar oleh Pemerintah Belanda.<br />Pada masa pendudukan Jepang, Suryopranoto menolak bekerjasama dengan pemerintah Jepang. Sesudah Indonesia merdeka ia menyumbangkan tenaga di bidang pendidikan. Ia meninggal dunia pada tahun 15 Oktober 1959 di Cimahi, Jawa Barat dan dimakamkan di Kota Gede, Yogyakarta. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />MUHAMMAD HUSNI THAMRIN (1894-1941)<br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 175 Tahun 1960<br />tanggal 28 Juli 1960)<br /><br />Muhammad Husni Thamrin lahir di Jakarta pada tanggal 16 Februari 1894. Setelah menamatkan HBS (Setingkat Sekolah Menengah Umum), ia bekerja di kantor kepatihan, kemudian di kantor Residen, dan akhirnya di perusahaan pelayaran Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM). Pada tahun 1919 Thamrin diangkat menjadi anggota Dewan Kota Batavia (Jakarta). Empat tahun kemudian ia mendirikan Persatuan Kaum Betawi yang bertujuan memajukan pendidikan, perdagangan, kerajinan, dan kesehatan untuk penduduk Jakarta. <br />Dalam Dewan Kota Thamrin mempunyai pengaruh yang besar. Karena dianggap mampu, ia diangkat menjadi Wakil Wali Kota, tetapi hal itu tidak mencegahnya untuk mengecam tindakan Pemerintah Belanda yang menindas rakyat. Pada tahun 1927 ia diangkat menjadi anggota Volksraad dan kemudian membentuk Fraksi Nasional untuk memperkuat kedudukan golongan nasionalis dalam dewan tersebut. Bersama Kusumo Utoyo, ia mengadakan peninjauan ke Sumatera Timur untuk menyelidiki nasib buruh perkebunan yang sangat menderita akibat adanya poenale sanctie. Tindakan pengusaha perkebunan yang sewenang-wenang terhadap buruh, dibebeerkannya dalam pidatonya di Volksraad, pidato itu berpengaruh di luar negeri. Di Amerika Serikat timbul kampanye untuk tidak membelit embakau Deli. Akibatnya, Poenale sanctie diperlunak dan akhirnya dihapuskan sama sekali. <br />Patrai politik yang dimasuki Thamrin ialah Partai Indonesia Raya (Parindra). Setelah dr. Sutomo meninggal dunia, Thamrin diangkat menjadi ketua Parindra. Sementara itu, perjuangan dalam Volksraad tetap dilanjutkan. Pada tahun 1939 ia mengajukan mosi agar istilah Nederlands Inddie, Nederland Indische dan Inlander diganti dengan istilah Indonesia, Indonesisch, dan Indonesier. Mosi itu ditolak oleh Pemerintah Belanda walaupun mendapat dukungan sebagian besar anggota Volksraad. Sejak itu, rasa tidak senangnya terhadap pemerintah jajahan semakin besar. Akibatnya, pemerintah Belanda mencurigai dan mengawasi tindak-tanduknya. Tanggal 6 Januari 1941 Muhammad Husni Thamrin dikenakan tahanan rumah dengan tuduhan bekerja sama dengan pihak Jepang. Walaupun sedang dalam keadaan sakit, teman-temannya dilarang berkunjung. Tanggal 11 Januari 1941, ia meninggal dunia dan dimakamkan di Pekuburan Karet. Jakarta. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />SI SINGAMANGAJARA XII (1849-1907)<br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 590 Tahun 1961<br />tanggal 09 Nopember 1961)<br /><br />Patuan Bosar Ompu Pulo Batu yang lebih dikenal dengan nama Si Singamangaraja XII, lahir di Bakkara, Tapanuli, tahun 1849. Pada tahun 1867 ia diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya yang meninggal dunia akibat serangan penyakit kolera. Pada masa pemerintahannya, kekuasaan kolonial Belanda mulai memasuki daerah Tapanuli. Mereka berlindung di balik kegiatan zending yang mengembangkan agama Kristen. Si Singamangajara XII tidak menentang usaha-usaha mengembangkan agama, tetai ia tidak bisa menerima tertanamnya kekuasaan Belanda di wilayah kekuasaannya. Untuk menghadapi segala kemungkinan, ia mengadakan persiapan-persiapan. Pada bulan Pebruari 1878 serangan dilancarkan terhadap pos pasukan Belanda di Bahal Batu, dekat Tarutung. Sesudah itu, pertempuran berkobar di tempat-tempat lain, seperti balige dan Bakkara. Tetapi, karena kekurangan senjata, pasukan Si Singamangajara XII semakin lama semakin terdesak. Bakkara terpaksa ditinggalkannya, dan sejak saat itu perjuangan dilanjutkan di tempat lain. Pada bulan Mei 1883 kedudukan Belanda di Uluan digempur. Begitu pula Balige mendapat serangan yang cukup kuat. Dalam serangan ke Tangga Batu pada tahun 1884, pasukan Belanda berhasil dihancurkan. Karena itu, Belanda melipatgandakan kekuatannya.<br />Sesudah Bakkara jatuh, Si Singamangaraja XII memindahkan markas ke Lindong. Pada tahun 1889 tempat ini digempur Belanda yang berusaha menangkap Raja Tanah Batak ini hidup atau mati. Tetapi ia berhasil meloloskan diri dari kepungan. Perlawanan dilanjutkan di daerah Sidikalang dan Dairi. <br />Sejak tahun 1904 Belanda melakukan pengepungan yang ketat. Tiga tahun berikutnya Si Singamangaraja XII berhasil meloloskan diri dari kepungan demi kepungan. Berkali-kalipula pasukan Belanda tertipu. Akhirnya, Belanda mengetahui juga tempat persembunyiannya, yakni di hutan di daerah Simsim. Pada tahun 17 Juni 1907 tempat itu dikepung oleh pasukan Belanda. Komandan pasukan Belanda meminta supaya Si Singamangaraja XII menyerah, tetapi permintaan itu ditolaknya. Pertempuran dilanjutkan. Si Singamangaraja XII gugur dalam pertempuran itu. Jenazahnya mula-mula dimakamkan di Tarutang, kemudian dipindahkan ke Balige dan akhirnya ke Pulau Samosir. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DOKTER SUTOMO (1888-1938)<br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 657 Tahun 1961<br />tanggal 27 Desember 1961)<br /><br />Subroto yang kemudian berganti nama menjadi Sutomo lahir di desa Ngepeh, Jawa Timur, pada tanggal 30 Juli 1888. Pada waktu belajar di STOVIA (Sekolah Dokter) ia sering bertukar pikiran dengan pelajar-pelajar lain tentang penderitaan rakyat akibat penjajahan Belanda. Terkesan oleh saran dr. Wahidin untuk memajukan pendidikan sebagai jalan untuk membebaskan bangsa dari penjajahan, pada tanggal 20 Mei 1908 para pelajar STOVIA mendirikan Budi Utomo, organisasi modern pertama yang lahir di Indonesia. Sutomo diangkat sebagai ketuanya. Tujuan organisasi itu ialah memajukan pengajaran dan kebudayaan. <br />Setelah lulus dari STOVIA tahun 1911, Sutomo bertugas sebagai dokter, mula-mula di Semarang, sesudah itu dipindahkan ke Tuban. Dari Tuban dipindahkan ke Lubuk Pakam (Sumatera Timur) dan akhirnya ke Malang. Waktu bertugas di Malang, ia membasmi wabah pes yang melanda daerah Magetan. Sering berpindah tempat itu ternyata membawa manfaat. Ia semakin banyak mengetahui kesengsaraan rakyat dan secara langsung dapat membantu mereka. Sebagai dokter, Sutomo tidak menetapkan tarif. Adakalanya pasien dibebaskan dari pembayaran.<br />Kesempatan memperdalam pengetahuan di negeri Belanda diperoleh dr. Sutomo pada tahun 1919. Setibanya kembali di tanah air, ia melihat kelemahan yang ada pada budi Utomo. Waktu itu sudah banyak berdiri partai politik. Karena itu, di usahakannya agar Budi Utomo bergerak di bidang politik dan keanggotannya terbuka buat seluruh rakyat. <br />Pada tahun 1924 Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club (ISC) yang merupakan wadah bagi kaum terpelajar Indonesia. ISC berhasil mendirikan sekolah tenun, bank kredit, koperasi, dan sebagainya. Pada tahun 1931 ISC berganti nama menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Di bawah pimpinan Sutomo PBI cepat berkembang. Sementara itu, tekanan-tekanan dari Pemerintah Belanda terhadap pergerakan nasional semakin keras. Karena itu, pada bulan Desember 1935 Budi Utomo dan PBI digabungkan menjadi satu dengan nama Partai Indonesia Raya (Parindra). Sutomo diangkat menjadi ketua. Parindra berjuang untuk mencapai Indonesia merdeka.<br />Selain bergerak di bidang politik dan kedokteran, dr. Sutomo giat pula di bidang kewartawanan dan memimpin beberapa buah surat kabar. Ia meninggal dunia di Surabaya pada tanggal 30 mei 1938 dan dimakamkan di sana. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />KYAI HAJI AKHMAD DAHLAN (1868-1923)<br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 657 Tahun 1961<br />tanggal 27 Desember 1961)<br /><br />Muhammad Darwis yang kemudian lebih dikenal dengan nama Kyai Haji Akhmad Dahlan lahir di Yogyakarta pada tahun 1868. Selain menerima pendidikan agama di pesantren, ia banyak membaca buku ilmu pengetahuan. Dua kali ia ke Mekah dan kesempatan itu dipergunakan untuk memperdalam pengetahuan agama. Ia terperangah oleh cita-cita pembaharuan Islam. Pada waktu itu, umat Islam Indonesia sedang dalam keadaan mundur. Mereka tidak bersatu, dan karena itu menjadi lemah. Ajaran agama banyak dipengaruhi oleh hal-hal yang berbau mistik. <br />Ahmad Dahlan berusaha memperbaiki keadaan yang buruk itu. Untuk memajukan umat Islam harus dilakukan pembaharuan di bidang praktik keagamaan dan pembaharuan itu harus dimulai dengan car amengadakan perbaikan di bidang kemasyarakatan. Atas dasar keyakinan tersebut, pada tahun 1912 ia mendirikan Muhammadiyah, sebuah organisasi yang bergerak di bidang kemasyarakatan dan pendidikan. Melalui Muhammadiyah, Ahmad Dahlan berusaha memajukan pendidikan Islam dan membangun masyarakat Islam yang sebenarnya. Untuk itu, kegiatan dakwah ditingkatkan. Pelajaran agama diberikan di sekolah-sekolah umum. Sebaliknya, di sekolah-sekolah agama diajarkan pula pengetahuan umum yang pada masa sebelumnya termasuk hal yang dilarang. <br />Pembaharuan yang dijalankan Akhmad Dahlan pada mulanya mendapat tentangan dari masyarakat. Pada waktu membetulkan arah kiblat di masjid-masjid di Yogyakarta, masyarakat menjadi gempar dan marah. Di masjid besar Yogyakarta ia membuat garis-garis saf menurut yang semestinya. Garis-garis itu dihapus orang dan surau miliknya dibongkar. Waktu mengadakan dakwah di Banyuwangi, ia diancam akan dibunuh, dituduh sebagai kyai palsu sebab berani mengajarkan pengetahuan umum di sekolah agama. Tetapi lama kelamaan, masyarakat menerima perubahan yang diadakannya. Sekolah masjid, langgar, rumah sakit, poliklinik, dan rumah yatim piatu banyak didirikan. Semua itu adalah hasil perjuangannya melalui Muhammadiyah. <br />Ia juga memikirkan nasib generasi muda dan berpendapat bahwa ilmu tanpa agama sangat berbahaya bagi kehidupan anak-anak muda. Untuk memajukan kaum wanita, pada tahun 1918 didirikan Aisyiah, selain itu, dibentuk pula kepanduan Hizbul Wathan.<br />Kyai Haji Akhmad Dahlan meninggal dunia pada tanggal 23 Pebruari 1923 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />HAJI AGUS SALIM (1884-1954)<br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 657 Tahun 1961<br />tanggal 27 Desember 1961)<br /><br />Masyhudul Haq, yang lebih dikenal dengan nama Haji Agus Salim, lahir di Koto Gedang, dekat Bukittinggi, pada tanggal 8 Oktober 1884. Pendidikan di bangku sekolah hanya ditempuh sampai HBS (Setingkat Sekolah Menengah Umum). Sesudah menamatkan HBS tahun 1903, ia belajar sendiri. Tidak kurang dari sembilan bahasa asing yang dikuasainya, antara lain bahasa Belanda, Inggris, Jerman, Prancis, Arab, Turki, dan Jepang. Hal itu memungkinkannya membaca bermacam-macam buku ilmu pengetahuan. <br />Mula-mula Agus Salim bekerja sebagai penerjemah, kemudian sebagai notaries. Dari tahun 1906 sampai 1911, ia bekerja pada Konsulat Belanda di Jedah. Kesempatan itu dipakainya untuk memperdalam pengetahuan tentang agama Islam, sambil mempelajari seluk beluk diplomasi. Kegiatan politik dimulainya setelah memasuki Sarekat Islam (SI) dan diangkat sebagai anggota Pengurus Pusat. Waktu sebagian anggota SI dipengaruhi oleh paham komunis, Agus Salim meminta supaya diadakan disiplin partai. Dengan cara demikian, anggota-anggota yang sudah dipengaruhi komunis dikeluarkan dari SI. Dalam siding-sidang Volksraad, ia berpidato menggunakan bahasa Indonesia, walaupun dicemoohkan oleh orang-orang Belanda. Pada tahun 1929 Sarekat Islam berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Setelah Cokroaminoto meninggal dunia tahun 1934, Haji Agus Salim diangkat menjadi ketua PSII. Selain aktif di bidang politik, ia aktif pula di bidang kewartawanan dan memimpin beberapa surat kabar. <br />Pada masa pendudukan Jepang, Agus Salim duduk sebagai anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Islam. Setelah Indonesia merdeka, ia diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung. Karena memiliki pengetahuan yang luas di bidang diplomasi. Pemerintah RI mengangkatnya menjadi Menteri Muda Luar Negeri dalam Kabinet Syahrir I dan Kabinet Syahrir II dan kemudian Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Hatta.<br />Sesudah Pengakuan Kedaulatan Agus Salim tidak duduk lagi dalam pemerintahan, tetapi buah pikirannya tetap diperlukan oleh pemerintah dank arena itu ditunjuk sebagai penasihat Menteri Luar Negeri. <br />Agus Salim meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 4 Nopember 1954 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />JENDRAL GATOT SUBROTO (1907-1962) <br />Tokoh Nasiona;/Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 222 Tahun 1962<br />tanggal 18 Juni 1962))<br /><br />Gatot Subroto lahir di Banyumas pada tahun 1907. Mula-mula ia bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS), tetapi dikeluarkan sebab berkelahi dengan seorang anak Belanda. Karena itu, masuk ke Holands Inlandse School (HIS). Setelah tamat, ia tidak meneruskan ke sekolah yang lebih tinggi, tetapi bekerja sebagai pegawai. Ternyata hal itu tidak cocok dengan jiwanya, dan pada tahun 1923 ia masuk sekolah militer di Magelang. <br />Selesai pendidikan militer, Gatot menjadi anggota KNIL (Tentara Hindia Belanda), tetapi tidak berarti menjadikaki tangan yang patuh dari alat colonial. Sebaliknya malah, ia sering mendapat teguran dari pihak atasan sebab dianggap terlalu memihak kepada rakyat kecil. Sebagian gajinya di sumbangkan untuk membantu keluarga orang hukuman yang ada di bawah pengawasannya. Sebagai militer, ia bersikap tegas terhadap anak buah yang melanggar disiplin dengan tidak memandang bulu.<br />Pada masa Pendudukan Jepang Gatot mengikuti pendidikan TEntara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Sesudah itu, ia diangkat menjadi komandan kompi di Sumpyuh, Banyumas, kemudian naik menjadi komandan batalyon. Ia sering menentang orang Jepang yang bertindak kasar terhadap anak buahnya. <br />Sesudah Indonesia merdeka, Gatot memasuki Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang kemudian berkembang menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ia dipercayai memegang beberapa jabatan penting. Pada masa Perang Kemerdekaan (1945-1950), ia pernah menjadi Panglima Divisi II, Panglima Corps Polisi Militer, dan Gubernur Militer Daerah Surakarta dan Sekitarnya. Dalam jabatan terakhir itu ia menghadapi pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang meletus pada bulan September 1948. sesudah Pengakuan Kedaulatan, ia diangkat menjadi Panglima Tentara & Teritorium (T&T) IV/Diponegoro. Pada tahun 1953 Gatot Subroto mengundurkan diri dari dinas militer. Tetapi, tiga tahun kemudian ia diaktifkan kembali dan diangkat menjadi Wali Kepala Staf Angkatan Darat. <br />Letnan Jenderal Gatot Subroto mempunyai perhatian yang besar terhadap perwira muda. Gagasannya untuk menyatukan akademi militer, terwujud dengan terbentuknya Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri), ia meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 11 Juni 1962 dan dimakamkan di desa Mulyoharjo, Ungaran, Yogyakarta. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />CUT NYAK DIEN (1950-1908) <br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 106 Tahun 1964<br />tanggal 2 Mei 1964)<br /><br />Cut Nyak Dien lahir di Lampadang. Aceh, pada tahun 1850. Ia dibesarkan dalam suasana memburukannya hubungan antara kerjaan Aceh dan Belanda. Situasi itu berpengaruh terhadap dirinya. <br />Ia menikah dalam usia muda dengan Teuku Ibrahim Lamnga. Pada bulan Desember 1875, Lampadang diduduki Belanda. Cut Nyak Diem mengungsi ke tempat lain, berpisah dengan suami dan ayahnya yang terus melanjutkan perjuangan. Ibrahim Lamnga tewas dalam pertempuran hanya akan kawin dengan laki-laki yang bersedia membantu untuk menuntut balas kematian suaminya. <br />Pada tahun 1880 ia menikah untuk kedua kalinya dengan Teuku Umar, kemenakan ayahnya. Teuku Umar adalah seorang pejuang Aceh terkenal pula dan banyak mendapatkan kerugian kepada pihak Belanda. Pada tahun 1893 Teuu Umar bekerja sama dengan Belanda, sebagai taktik untuk memperoleh senjata dan perlengkapan perang. Tiga tahun kemudian, ia berbalik memerangi Belanda kembali. Ia gugur dalam pertempuan di Meulaboh pada tanggal 11 Pebruari 1899. sesudah itu, Cut Nyak Dien melanjutkan perjuangan di daerah pedalaman Meulaboh. Ia termasuk salah seorang pejuang yang pantang tunduk dan tidak mauberdamai dengan Belanda. <br />Enam tahun lamanya Cut Nyak Dien bergerilya. Pasukan Belanda berusaha menangkapnya, tetapi tidak berhasil. Lama kelamaan jumlah pasukan semakin berkurang. Bahan makanan sulit diperoleh. Ia semakin tua, mata mulai rabun, dan penyakit encok mulai pula menyerang. Anak buahnya merasa kasihan melihat keadaan yang demikian itu. Atas dasar kasihan itu, Pang Laot, seorang paanglima perang dan kepercayaan Cut Nyak Dien, menghubungi pihak Belanda. Sesudah itu, pasukan Belanda dating untuk menangkapnya. <br />Sewaktu akan ditangkap, Cut Nyak Dien mencabut rencong. Dan berusaha melwan. Tanyannya dapat dipegang oleh seornag tentara Belanda, lalu ditawan dan dibawa ke Banda Aceh. Tetapi, ia masih saja berhubungan dengan para pejuang yang belum tunduk. Karena itu, ia di buang ke Sumedang, Jawa Barat. Di tempat pembuangan itu ia meninggal dunia pada tanggal 6 Nopember 1908, dan dimakamkan di sana. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />CUT NYAK MEUTIA (1870-1910) <br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 107 Tahun 1964<br />tanggal 2 Mei 1964)<br /><br />Cut Nyak Meutia lahir di Perlak, Aceh, pada tahun 1870, tiga tahun sebelum perang Aceh Belanda meletus. Suasana perang itu mempengaruhi perjalanan hidupnya selanjutnya. Waktu masih kecil, ia dipertunangkan dengan Teuku Syam Syarif, tetapi ia lebih tertarik kepada Teuku Muhammad. Akhirnya keduanya menikah Teuku Muhammad adalah seorang pejuang yang lebih terkenal dengan nama Teuku Cik Tunong. <br />Sekitar tahun 1900 pejuang-pejuang Aceh sudah banyak yang tewas. Gerakan pasukan Belanda sudah sampai ke daerah pedalaman Aceh. Cut Nyak Meutia bersama suaminya memimpin perjuangan gerilya di daerah Pasai. Berkali-kali pasukan mereka berhasil mencegat patroli pasukan Belanda. Markas Belanda di Idie pernah pula diserang. Melalui pihak keluarga, Belanda berusaha membujuk supaya Meutia menyerahkan diri kepada Pemerintah Belanda. Tetapi, bujukan itu tidak berhasil. Ia termasuk pejuang yang pantang tunduk. Pada bulan Mei 1905 Teuku Cik Tunong ditangkap Belanda dan kemudian dijatuhi hukuman tembak. Sesuai dengan pesan Suaminya, Meutia kemudian kawin dengan Pang Nangru, seorang teman akrab dan kepercayaan Teuku Cik Tunong. Bersama suaminya yang baru itu, ia melanjutkan perjuangan melawan Belanda. Karena kepungan Belanda semakin ketat, mereka masuk jauh lagi ke rimba Pasai, berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menghindarkan diri agar jangan sampai tertangkap. <br />Pada bulan September 1910 Pang Nangru tewas dalam pertempuran di Paya Cicem. Cut Meutia masih dapat meloloskan diri. Beberapa orang teman Pang Nangru kemudian menyerahkan diri kepada Belanda. Meutia dibujuk supaya menyerah pula, tetapi ia tetap menolak. Dengan seornag anaknya berumur sebelas tahun, bernama Raja Sabil, ia berpindah – pindah di pedalaman rimba Pasai. Tempat persembunyiannya akhirnya diketahui juga oleh pasukan Belanda. Pada tanggal 24 Oktober 1910 tempat itu mereka kepung. Cut Nyak Meutia mengadakan perlawanan dengan menggunakan sebilah rencong. Tiga orang tentara Belanda melepaskan tembakan. Sebuah peluru mengenai kepala dan dua buah mengenai dadanya. Ia gugur pada saat itu juga. <br />RADEN AJENG KARTINI (1879-1904)<br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 108 Tahun 1964<br />tanggal 2 Mei 1964)<br /><br />Raden Ajeng Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, pada tanggal 21 April 1879. Ia hanya sempat bersekolah sampai Sekolah Dasar. Keinginan untuk melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi tidak diizinkan oleh orang tuanya. Sesuai dengan adat – istiadat yang berlaku pada waktu itu, setelah menamatkan Sekolah Dasar, seornag anak gadis harus menjalani masa pingitan sampai tiba saatnya untuk menikah. Mereka tidak bebas bergerak, berbeda dengan keadaan kaum pria. <br />Kartini banyak bergaul dengan orang – orang terpelajar. Kegemaran membaca buku, terutama buku-buku mengenai kemajuan wanita di luar negeri, menyebabkan pikirannya terbuka. Rasa sedih melihat keadaan wanita bangsanya mulai timbul. Mereka jauh tertinggal dibandingkan dengan wanita luar negeri terutama wanita Eropah. Sejak saat itu, timbul keinginan Kartini untuk berjuang memajukan wanita Indonesia. Kemajuan itu dapat dicapai melalui pendidikan. <br />Ia banyak menulis surat kepada teman-temannya orang Belanda. Dalam surat itu diungkapkannya cita-cita untuk memajukan wanita Indonesia. Ia juga menginginkan adanya persamaan hak dan kewajiban antara kaum wanita dan kaum pria. Kartini sendiri ingin memasuki Sekolah Guru di Negeri Belanda, agar kelak dapat menjadi seorang pendidik. Usaha untuk memperoleh beasiswa dari Pemerintah Belanda berhasil, tetapi pada saat itu pula orangtuanya menentukan bahwa ia harus menikah dengan Raden Adipati Joyodiningrat, Bupati Rembang. Namun sebelum itu, ia sudah berhasil mendirikan sekolah untuk anak gadis di Jepara. Di sekolah itu diajarkan pelajaran menjahit, menyulam, memasak, dan lain-lain tanpa dipungut bayaran. Setelah menikah, sekolah seperti itu didirikan pula di Rembang. Apa yang dilakukan Kartini dengan sekolah itu, kemudian ditiru oleh wanita-wanita di tempat-tempat lain. Di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan lain-lain bermunculan “Sekolah Kartini”. <br />Kartini tidak sempat mengenyam hasil usahanya. Ia meninggal dunia dalam usia muda, pada tanggal 17 September 1904, sewaktu melahirkan putra pertama. Surat-suratnya kemudian dikumpulkan dan diterbitkan menjadi sebuah buku yang berjudul Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Buah pikiran Kartini yang terdapat dalam buku itu sangat besar pengaruhnya dalam mendorong kemajuan wanita Indonesia. Hari lahir Kartini, tanggal 21 April, diperingati setiap tahun sebagai Hari Kartini. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DR. CIPTO MANGUNKUSUMO (1886-1943)<br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 109 Tahun 1964<br />tanggal 2 Mei 1964)<br /><br />Cipto Mangun Kusumo lahir di Pecangakan, dekat Ambarawa tahun 1886. Setelah memperoleh ijazah STOVIA (Sekolah Dokter) di Jakarta, mulailah ia bertugas sebagai dokter pemerintah. Waktu bertugas di Demak, ia banyak menulis karangan yang menceritakan penderitaan rakyat akibat penjajahan Belanda. Karangan-karangan itu dimuat dalam harian De Express. Akibatnya, ia diberhentikan dari jabatan sebagai dokter pemerintah. <br />Pada tahun 1910 dr. Cipto berhasil membasmi wabah pesyang berjangkit di daerah Malang. Waktu itu banyak dokter bangsa Belanda yang tidak bersedia ditugasi membasmi wabah tersebut. Karena itu, namanya semakin terkenal. Pemerintah Belanda menganugerahkan bntang Orde van Oranye Nassau sebagai penghargaan, tetapi kemudian bintang itu dikembalikannya. Kegiatan di bidang politik semakin meningkat setelah bersama Douwes Dekker dan Suwardi Suryaningrat turut mendirikan Indische Partij tahun 1912. Partai itu adalah partai politik pertama yang berjuang untuk mencapai Indonesia merdeka. Akibat kegiatan dalam Komiter Bumiputera, ia dibuang ke negeri Belanda pada tahun 1913. Komite itu dibentuk untuk memprotes maksud Pemerintah Belanda merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis. Belum sampai setahun, ia sudah kembali ke Indonesia karena serangan penyakit asma. Perjuangan selanjutnya diteruskan Cipto dalam Volksraad, mengkritik Pemerintah Belanda dan membela kepentingan rakyat kecil. Akibatnya, pada thaun 1920 dr. Cipto diperintahkan meninggalkan Solo, tempat ia giat mengembangkan “Kartini Club” selain menjalankan praktik sebagai dokter. Ia tinggal di BAndung sebagai tahanan kota, tetapi kegiatan politiknya tidak terhenti. Rumahnya menjadi tempat berkumpul dan berdebat tokoh-tokoh pergerakan nasional, antara lain Ir. Soekarno. Sekali lagi Pemerintah Belanda bertindak. Pada thaun 1927 dr. cipto Mangunkusumo dibuang ke Banda Neira. Setelah tiga belas tahun tinggal di Banda Neira, ia dipindahkan ke Ujungpandang dan dari sana dipindahkan lagi ke Sukabumi, Jawa Barat. Karena udara Sukabumi tidak cocok untuk penyakit asma, dipindahkan ke Jakarta. <br />Tanggal 8 Maret 1943 dr. Cipto Mangunkusumo meninggal dunia di Jakarta dan dimakamkan di Watu Ceper, Ambawara. Namanya diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum Pusat di Jakarta. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />KYAI HAJI MAS MANSUR (1896-1946)<br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 162 Tahun 1964<br />tanggal 26 Juni 1964)<br /><br />Mas Mansur lahir di Surabaya pada tanggal 25 Juni 1896. Ia belajar agama di Mekah dan kemudian di Universitas Al Azhar, Kairo. Selain mendalami pengetahuan agama, ia juga rajin mempelajari pengetahuan Barat. Karena itu, pemikirannya menjadi uas. Mansur terpengaruh pula oleh perjuangan bangsa Mesir melepaskan diri dari penjajahan. <br />Setelah kembali ke tanah air, ia mengajar di pesantren Mufidah di Surabaya. Selain itu, ia aktif pula dalam pergerakan nasional, mula-mula menjadi anggota Muhammadiyah, kemudian memasuki Persatuan bangsa Indonesia (PBI). Banyak kejadian yang telah dilakukannya untuk memajukan Muhammadiyah, antara lain giat berdakwah ke daerah-daerah. Dari jabatan ketua cabang, Mansur diangkat menjadi Knsul Muhammadiyah Jawa Timur, Mansur diangkat menjadi Konsul Muhammadiyah Jawa Timur. Pada tahun 1937 ia terpilih sebagai Ketua Pucuk Pimpinan Muhammadiyah. <br />Pada masa pendudukan Jepang ia giat mengurus perguruan Muhammadiyah. Bersama K.H. Wahid Hasyim dan K.H. Taufiqurrahman, ia mendirikan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Ketika Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera), Kyai Haji Mas Mansur diangkat menjadi salah seorang pemimpinnya di samping Ir. Sukarno, Drs. Muhammad Hatta, dan Ki Hajar Dewantara. Putera dibentuk untuk mengambil hati tokoh-tokoh nasionalis. Buat Mas Mansur, yang tidak menyukai pemerintah Jepang, tugas itu tidak menyenangkan. Tetapi, demi kepentingan umat Islam, diterimanya juga. Hidup di Jakarta merupakan tekanan batin yang berat sebab hamper setiap hari ia menyaksikan orang-orang bergaul bebas, meminum minuman keras, dan melakukan pekerjaan-pekerjaan lain yang bertentangan dengan ajaran Islam. Karena itu, pada tahun 1944, ia kembali ke Surabaya dengan alas an kesehatan terganggu. Namun demikian, ia masih juga diangkat sebagai anggota Coa Sangi In. <br />Menjelang Proklamasi Kemerdekaan, Mas Mansur diangkat menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia Sesudah Indonesia merdeka, ia giat membantu pemuda-pemuda Surabaya berjuang melawan Inggris. Karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap para pemuda, ia di tangkat oleh Belanda dan dipenjarakan di penjara Kalisosok, Surabaya. Dalam penjara ini ia meninggal dunia pada tanggal 25 April 1946. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />K.H. ABDUL WAHID HASYIM (1914-1953)<br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 206 Tahun 1964<br />tanggal 24 Agustus 1964)<br /><br />Abdul Wahid Hasyim lahir di Jombang pada tahun 1914 dan dibesarkan di lingkungan pesantren. Ayahnya, K.H. Hasyim Asy’ari, mempunyai sebuah pesantren di Tebu Ireng. Jombang. Di Pesantren itu Wahid belajar agama, kemudian di pesantren-pesantren lain. Sesudah itu, ia mengajar di pesantren Tebu Ireng membantu ayahnya. Membaca huruf Latin dan menulis dipelajarinya sendiri. Karena itu, ia dapat membaca buku-buku ilmu pengetahuan, sehingga pengetahuannya bertambah luas. <br />Di Pesantren Tebu IReng diajarkan pengetahuan umum. Murid-murid diharuskan belajar huruf Latin dan membaca buku-buku lain di samping buku agama. Tindakan itu menimbulkan reaksi dari masyarakat. Orang-orang tua murid mengancam akan menarik anak-anak mereka dari pesantren. Pemerintah Belanda pun tidak setuju dengan cara-cara yang dilakukan itu sebab di pesantren hanya diizinkan memberikan pelajaran agama. Tetapi, Wahid Hasyim tidak mundur walaupun mendapat makian dari kanan kiri. Pada tahun 1925 didirikannya madrasah modern, Nidhomiah. Di situ murid-murid diajar berpidato dan berorganisasi. Mereka diharuskan membaca buku, Koran dan majalah yang memuat pengetahuan umum. Untuk melatih murid-murid berorganisasi, didirikannya Ikatan Pelajar – Pelajar Islam (IPPI). <br />Pada tahun 1938 Wahid Hasyim memasuki Nahdatul Ulama (NU) dan diangkat sebagai jurutulis ranting NU di desa Cukik. Empat tahun kemudian, ia diserahi jabatan penting, yakni Ketua Pengurus Besar NU. Pada masa pendudukan hanyalah majelis Islam A’la Indonesia (MIAI). Wahid Hasyim diangkat menjadi ketua. Tak lama kemudian MIAI dilarang pula. Bersama K.H. Mas Mansur, dan K.H. Taufiqurrahman, Wahid Hasyim mendirikan Masyumi. Menjelang masa akhir pendudukan Jepang, ia diangkat sebagai anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. <br />Pada masa awal pemerintahan Ri, K.H. Wahid Hasyim diangkat sebagai Menteri Negara dalam Kabinet Presidensiil. Sesudah berhenti, ia banyak mencurahkan perhatian untuk membangun kembali NU. Sesudah pengakuan Kedaulatan, tiga kali ia diangkat menjadi Menteri Agama, yakni dalam Kabinet RIS (1949-1950), Kabinet Natsir (1950-1951), dan Kabinet Sukiman (1951-1952). Ia meninggal dunia pada tanggal 19 April 1953 dalam kecelakaan mobil di Cimahi, Bandung, dan dimakamkan di pekuburan keluarga di Tebu Ireng. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />K.H. ABDUL WAHID HASYIM (1914-1953)<br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 206 Tahun 1964<br />tanggal 24 Agustus 1964)<br /><br />Hasyim Asy’ari lahir di Demak, Jawa Tengah, pada bulan April 1875. Sejak kecil ia sudah hidup di lingkungan pesantren dan bergaul dengan para santri. Mula-mula ia mendapat pendidikan agama dari ayah dan kakeknya, kemudian di pesantren-pesantren lain. Di pesantren Siwalan ia belajar pada Kyai Jakub yang kemudian mengambilnya sebagai menantu. <br />Pada thaun 1896 Hasyim naik haji dan tinggal di Mekah selama tujuh tahun untuk memperdalam pengetahuan agama, Dalam perjalanan pulang ke tanah air, ia singgah di Johor, Malaysia dan mengajar di sana. Setelah pulang ia mengajar di pesantren kakeknya. Pada tahun 1907 didirikannya sebuah pesantren di desa Cukir, Jombang. Pesantren itu terkenal dengan nama Pesantren Tebu Ireng. Dalam pesantren itu bukan hanya ilmu agama yang diajarkan, tetapi juga pengetahuan umum. Murid-murid disuruh belajar membaca huruf Latin, menulis dan membaca buku-buku yang berisi pengetahuan umum, berorganisasi, dan berpidato. Cara yang dilakukannya itu mendapat reaksi masyarakat sebab dianggap bid’ah. Hasyim dikecam, tetapi ia tidak mundur dari pendiriannya. Baginya, mengajarkan agama berarti memperbaiki manusia. Mendidik para santri dan menyiapkan mereka untuk terjun ke masyarakat, adalah salah satu tujuan utama perjuangan Hasyim Asy’ari. <br />Pada waktu Nahdatul Ulama (NU) berdiri pada bulan Januari 1926, Hasyim dipilih menjadi Raihul Akbar. Walaupun sudah menjadi tokoh penting dalam NU, ia tetap bersikap toleran terhadap aliran lain. Yang paling dibencinya ialah perpecahan di kalangan umat Islam. Pemerintah Belanda bersedia mengangkatnya menjadi pegawai negeri dengan gaji yang cukup besar asalkan mau bekerja sama, tetapi ditolaknya. <br />Dalam alas an yang tidak diketahui, pada masa awal pendudukan Jepang, Hasyim Asy’ari ditangkap. Berkat bantuan anaknya, K.H. Wahid hasyim, beberapa bulan kemudian ia dibebaskan dan sesudah itu diangkat menjadi Kepala Urusan Agama. Jabatan itu diterimanya karena terpaksa, tetapi ia tetap mengasuh pesantrennya di Tebu Ireng. <br />Sesudah Indonesia merdeka, melalui pidato-pidatonya K.H. Hasyim Asy’ari membakar semangat para pemuda supaya mereka berani berkorban untuk mempertahankan kemerdekaan. Ia meninggal dunia pada tanggal 25 Juli 1947 karena pendarahan otak dan dimakamkan di Tebu Ireng. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />R.M. SURYO (1898-1948)<br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 294 Tahun 1964<br />tanggal 17 Nopember 1964)<br /><br />R.M. Suryo lahir di Magetan, Jawa Timur, pada tanggal 9 Juli 1898. Setelah menamatkan HIS (setingkat Sekolah Dasar), ia melanjutkan sekolah ke OSVIA (Sekolah Pamongpraja) di Magelang. Tamat dari OSVIA tahun 1918, ia bekerja sebagai pamongpraja di Ngawi. Dua tahun kemudian dipindahkan ke Madiun sebagai Mantri Veldpolitie. Pada tahun 1922 ia mendapatkan kesempatan menempuh pendidikan polisi di Sukabumi. Setelah menjalani masa kerja sebagai asisten wedana beberapa tempat, ia mendapat lagi tugas belajar di Bestuurs School di Jakarta. Sesudah itu ia diangkat menjadi wedana dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Pada tahun 1938, Suryo diangkat menjadi Bupati Megetan. Jabatan itu tetap dipegangnya sampai berakhirnya masa pemerintahan Belanda. Pada masa pendudukan Jepang ia diangkat sebagai Syucokan (Residen) Bojonegoro.<br />Sebagai Gubernur Jawa Timur setelah Indonesia merdeka, R.M. Suryo berkedudukan di Surabahaya. Pada tanggal 23 Oktober 1945 pasukan Inggris mendarat di kota itu. Tugas mereka sebenarnya ialah melucuti pasukan Jepang dan memulangkan mereka ke negeri asalnya. Ternyata Inggris melindungi kepentingan Belanda yang bermaksud menjajah Indonesia kembali. Bentrokan bersenjata terjadi antara pihak Inggris dan pasukan RI. Pada tanggal 28 – 30 Oktober 1945 berkobar pertempuran yang mengakibatkan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby. Inggris sangat marah. Tanggal 9 Nopember 1945 mereka mengeluarkan ultimatum agar semua orang Indonesia yang bersenjata api menyerahkan kepada Inggris selamat-lamabatnya pukul 18.00 tanggal 9 NOpember 1945. apabila ultimatum itu tidak dipenuhi, Surabaya akan digempur dari darat, laut dan udara. <br />Keadaan yang kritis itu dihadapi Gubernur Suryo dengan kepala dingin. Pemerintah Pusat di Jakarta menyerahkan kepadanya tindakan apa yang akan diambil. Setelah berunding dengan pemimpin Tentara Keamanan Rakyat (TKR), pukul 23.00 malam tanggal 9 Nopember 1945 ia berpidato di depan corong radio menolak ultimatum Inggris. Keesokan harinya meletuslah pertempuran hebat yang terkenal dengan nama Pertempuran Surabaya. <br />Pada tahun 1947 R.M. Suryo diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung. Sewaktu mengadakan perjalanan dinas di desa Bago, kedunggalar (Ngawi) pada tanggal 10 September 1948 ia dicegat dan dibunuh oleh gerombolan PKI. Jenazahnya ditemukan empat hari kemudian dan dimakamkan di Magetan. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />PROF. DR. R. SUPOMO SH (1903-1958)<br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No.123 Tahun 1965<br />tanggal 14 Mei 1965)<br /><br />Supomo lahir di Sukoharjo, Surakarta, pada tanggal 22 Januari 1903. Setelah ELS (Setingkat Sekolah Dasar), ia melanjutkan pelajaran ke MULO (setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama). Sesudah itu ia memasuki Sekolah Hukum dan lulus pada tahun 1923. Beberapa waktu lamanya ia bekerja di Pengadilan Negeri Surakarta. Kemudian memperdalam pengetahuan mengenai ilmu hukum di Universitas Leiden, negeri Belanda dan berhasil memperoleh gelar doctor dalam ilmu hokum. Setelah kembai ke tanah air, Supomo bekerja di Pengadilan Negeri Yogyakarta. <br />Perhatian Supomo terhadap pergerakan nasional sudah tampak ketika masih bersekolah, dengan memasuki organisasi Jong Java. Bersama Ali Sastroamijoyo, pada tahun 1928 ia menulis brosur yang berjudul Perempuan Indonesia Dalam Hukum sebagai sumbangan pikiran terhadap diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia. <br />Kegiatan Supomo yang paling menonjol ialah di bidang hokum. Pada tahun 1933, ia menyelidiki masalah hokum adapt di Jawa Barat dan sebagai hasilnya terbit monografi mengenai hokum adat privat Jawa Barat. Karangan lain banyak terdapat dalam majalah Indisch Tijdschrift van het Recht. Ia juga pernah menjadi Ketua Balai Pengetahuan Masyarakat Indonesia. Sebagai pegawai pemerintah, seringkali ia memegang jabatan penting, antara lain Ketua Landraad Purworejo dan pegawai tinggi pada Departemen van Justitie, di samping menjadi Guru Besar pada Sekolah Hakim Tinggi. <br />Pada masa pendudukan Jepang, Supomo duduk sebagai anggota Panitia Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan kemudian sebagai anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Karena ahli di bidang ilmu tatanegara, buah pikirannya banyak dipakai dalam menyusun Undang-Undang Dasar 1945. <br />Setelah Negara Republik Indonesia terbentuk, Supomo diangkat menjadi Menteri Kehakiman dalam Kabinet Presidensiil. Di samping itu, ia turut membina Universitas Gajah Mada dan kemudian diangkat menjadi Guru Besar Universitas tersebut. Sesudah Pengakuan Kedaulatan, ia diangkat menjadi Menteri Kehakiman, dan pada tahun 1951 menjadi Presiden (sekarang Rektor) Universitas Indonesia (UI). Beberapa tahun lamanya ia menjadi Duta Besar RI di London. Ia meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 12 September 1958 dan di makamkan di Solo. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />JENDRAL ANUMERTA AHMAD YANI (1922-1965)<br />Pahlawan Revolusi <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 111 Tahun 1965<br />tanggal 5 Oktober 1965)<br /><br />Ahmad Yani Lahir di Jenar, Purworejo, pada tanggal 19 Juni 1922. Pendidikan umum sempat ditempuhnya sampai kelas dua AMS (Setingkat Sekolah Menengah Umum) bagian B, sebab pada waktu itu Pemerintah Hindia Belanda mengumumkan milisi. Yani mengikuti pendidikan militer pada Dinas Topografi militer di Malang dan secara lebih intensif di Bogor. Pada masa pendudukan Jepang ia mengikuti pendidikan Heiho di Magelang dan tentara Pembela Tanah Air (peta) di Bogor. <br />Pada awal kemerdekaan, Ahmad Yani berhasil meluncuti senjata jepang di Magelang. Setelah Tentara keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia diangkat menjadi komandan TKR Purwokerto. Karier militernya cepat menanjak. Dalam Agresi Miiter I Belanda pasukannya beroperasi di daerah Pingit dan berhasil menahan serangan Belanda ke daerah tersebut. Selama Agresi Militer II Belanda ia memegang jabatan sebagai Komandan. Wehrkreise II yang meliputi daerah pertahanan Kedu. Sesudah Pengakuan Kedaulatan, ia diserahi tugas untuk menghancurkan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) yang mengacau di Jawa Tengah. Untuk itu dibentuknya pasukan Banteng Raiders yang diberi latihan khusus. Sesudah itu, ia ditarik ke Staf Angkatan Darat dan kemudian disekolahkan pada Command and General Staff College di Amerika Serikat. <br />Pada tahun 1958 di Sumatera dan Sulawesi Utara meletus pemberontakan PRRI/Permesta. Kolonel Ahmad Yani diangkat menjadi Komandan Komando Operasi 17 Agustus. Dalam waktu singkat pasukannya berhasil menduduki kota Padang dan kemudian Bukittinggi. Karena hasil-hasil yang dicapai itu, Yani serahi memegang jabatan-jabatan penting dalam Angkatan Darat. Pada tahun 1962 ia diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat. Selama memegang jabatan sebagai Kepala Staf Angkatan Darat. ia banyak menghadapi rongrongan dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Angkatan Darat difitnah bekerja sama dengan sebuah Negara asing untuk menjatuhkan Presiden Sukarno. Dengan tugas Yani menolak rencana PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri atas buruh dan tani. Karena itu, ia dimusuhi oleh PKI. <br />Dinihari tanggal 1 Oktober 1965 PKI melancarkan pemberontak yang mereka namakan “Gerakan Tiga Puluh September”. Letnan Jenderal Ahmad Yani mereka culik dan mereka bunuh. Mayatnya disembunyikan di Lubang Buaya. Setelah ditemukan, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibatan, Jakarta. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />LETJEN ANUMERTA SUPRAPTO (1920-1965)<br />Pahlawan Revolusi <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 111 /KOTI/Tahun 1965<br />tanggal 5 Oktober 1965)<br /><br />Suprapto lahir di Purwokerto pada tanggal 20 Juni 1920. setelah menamatkan MULO (Setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama), ia melanjutkan pelajaran ke AMS (setingkat SEkolah Menengah Umum) bagian B di Yogyakarta dan tamat pada tahun 1941. Pada waktu itu pula Pemerintah Hindia Belanda mengumumkan milisi sehubungan dengan pecahnya Perang Dunia II. Suparto memasuki pendidikan militer pada Koninklijke Militaire Akademie di Bandung, tetapi tidak sampai tamat sebab Jepang sudah mendarat di Indonesia. Ia ditawan dan dimasukkan ke dalam penjara, tetapi berhasil meloloskan diri. <br />Pada masa Pendudukan Jepang, Suprapto mengikuti kursus Pusat Latihan Pemuda dan sesudah itu bekerja di Kantor Pendidikan Masyarakat. Selain itu, ia mengikuti pula latihan keibodan, seinendan, dan syuisyintai. Sesudah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, ia turut serta merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap. Kemudian ia menjadi anggota Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Purwokerto dan turut dalam pertempuran melawan pasukan Inggris di Ambarawa. Pernah pula ia diangkat sebagai ajudan Panglima Besar Jenderal Sudirman. <br />Sesudah Pengakuan Kedaultan, Suprapto bertugas sebagai kelas Staf Tentara & Teritorium (T &T) IV/Diponegoro di Semarang. Dari T & T ia ditarik ke Staf Angkatan Darat di Jakarta. Ia seringkali berpindah tugas dari Staf Angkatan Darat ke Kementerian Pertahanan. Sesudah pemberontakan PRRI/Permesta dipadamkan, Suprapto diangkat menjadi Deputy Kepala Staf Angkatan Darat untuk Wilayah Sumatera, berkedudukan di Medan. Tugasnya berat, sebab harus menjaga agar pemberontakan seperti yang lalu itu tidak terulang kembali. Dari Medan ia pindahkan ke Jakarta untuk memangku jabatan Deputi II Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad). Dalam tugas tersebut, ia banyak menghadapi rongrongan dari perwira yang menolak rencana PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri atas buruh dan tani. Oleh karena itu, perwira yang taat menjalankan ibadat agama ini,dimusuhi PKI. <br />Dinihari tanggal 1 Oktober 1965 PKI melancarkan pemberontakan yang disebut “Gerakan Tiga Puluh September”. Mayor Jenderal Suprapto mereka culik dan mereka bunuh. Mayatnya disembunyikan di Lubang Buaya. Setelah ditemukan, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />LETJEN ANUMERTA S.PARMAN (1918-1965)<br />Pahlawan Revolusi <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 111 /KOTI/Tahun 1965<br />tanggal 5 Oktober 1965)<br />S. Parman lahir di Wonosobo, Jawa Tengah, pada tanggal 4 Agustus 1918. Sesudah menyelesaikan Sekolah Dasar ia meneruskan pelajaran ke Sekolah Menengah dan kemudian memasuki Sekolah Tinggi Kedokteran. Sebelum tamat, Jepang sudah mendarat di Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang, ia berkerja pada Jawatan Kenpeitai. Karena dicurigai, ia ditangkap, tetapi kemudian dibebaskan kembali. Sesudah itu, ia dikirim ke Jepang untuk mengikuti pendidikan pada Kenpei Kasya Butai. Setelah kembali ke tanah air, ia tetap bekerja pada Jawatan Kenpeitai. <br />Sesudah kemerdekaan Indonesia diproklamasi, S. Parman memasuki Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Akhir Desember 1945 ia diangkat menjadi Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara (PT) di Yogyakarta. Selama Agresi Militer II Belanda, ia turut bergerilya. Bulan Desember 1949 ia diserahi tugas sebagai Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya. Ia berhasil membongkar rahasia gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang akan melakukan operasinya di Jakarta di bawah pimpinan Westerling. Pada bulan Maret 1950 ia diangkat menjadi Kepala Staf G dan setahun kemudian dikirim ke Amerika Serikat untuk mengikuti pendidikan pada Military Police School. <br />Kembali dari Amerika Serikat, untuk beberapa waktu lamanya S. Parman bertugas di Kementerian Pertahanan. Pada tahun 1959 ia diangkat sebagai Atase Militer RI di London. Lima Tahun kemudian ia diserahi tugas sebagai Asisten I Menteri/Panglima Angkatan DArat (Men/Pangad). Waktu itu ia sudah berpangkat mayor jenderal. <br />Pada waktu S. Parman menjadi Asisten I Men/Pangad, Partai Komunis Indonesia (PKI) sedangkan melakukan kegiatan untuk melancarkan pemberontakan. Sebagai perwiran interlijen, ia banyak mengetahui kegiatan gelap PKI. Bersama beberapa orang perwira lain, ia menolak rencana PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri atas buruh dan tani. Karena itu, ia dimusuhi oleh PKI. <br />Dinihari tanggal 1 Oktober 1965 PKI melancarkan pemberontakan yang disebut “Gerakan Tiga Puluh September”. Mayor Jenderal S. Parman mereka culik dan mereka bunuh. Mayatnya disebunyikan di Lubang Buaya. Setelah ditemukan, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibatan, Jakarta. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />LETJEN ANUMERTA M.T. HARYONO (1924-1965)<br />Pahlawan Revolusi <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 111 /KOTI/Tahun 1965<br />tanggal 5 Oktober 1965)<br /><br />M.T. Haryono lahir di Surabaya pada tanggal 20 Januari 1924. Mula-mula ia menempuh pendidikan di ELS (setingkat Sekolah Dasar), kemudian melanjutkan HBS (setingkat Sekolah Menengah Umum). Pada masa pendudukan Jepang, ia memasuki Ika Dai Gakko (Sekolah Kedokteran) di Jakarta, tetapi tidak sampai tamat. <br />Pada waktu kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, Haryono berada di Jakarta. Ia segera menggabungkan diri dengan pemuda-pemuda lain untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan. Kemudian, ia memasuki Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan memperoleh pangkat mayor. Kemampuan berbicara dalam tigas bahasa asing, yakni bahasa Belanda, Inggris, dan Jerman, menyebabkan tenaganya banyak diperlukan dalam perundingan-perundingan antara pemerintah RI dan pihak Inggris maupun Belanda. Selama Perang Kemerdekaan (1945-1950), ia sering berpindah tugas. Mula-mula bekerja pada Kantor Penghubung, kemudian sebagai sekretaris delegasi RI dalam perundingan dengan Inggris dan Belanda. Pernah pula ia diangkat sebagai sekretaris Dewan Pertahanan Negara dan sebagai Wakil Tetap pada Kementerian Pertahanan Urusan Gencatan Senjata. Dalam Konferensi Meja bundar, Haryono diserahi tugas sebagai sekretaris Delegasi Militer Indonesia. <br />Haryono merupakan perwira teladan Angkatan Darat yang lebih banyak bekerja di lingkungan staf daripada sebagai komandan pasukan. Pada tahun 1950 ia bertugas di Negeri Belanda sebagai Atase Militer RI. Kembali di sana, ia diserahi bermacam-macam tugas dan jabatan di lingkungan Staf Angkatan Darat, antara lain Direktur Intendans. Pada tahun 1964 ia diangkat sebagai Deputy III Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad). Waktu itu ia sudah berpangkat mayor jenderal. <br />Haryono adalah seorang perwira yang tidak menyukai Partai Komunis Indonesia (PKI). Dengan beberapa perwira lain, ia menolak rencana PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri atas buruh dan tani. Karena itu, ia dimusuhi oleh PKI. Dinihari tanggal 1 Oktober 1965 PKI mulai melancarkan pemberontakan yang disebut “Gerakan Tiga Puluh September” Mayor Jenderal M.T. Haryono mereka culik. Ia mengadakan perlawanan, tetapi tertembak. Mayat culik. Ia mengadakan perlawanan, tetapi tertembak. Mayatnya disembunyi-kan di Lubang Buaya. Setelah ditemukan, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />LETJEN ANUMERTA D.I. PANJAITAN (1925-1965)<br />Pahlawan Revolusi <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 111 /KOTI/Tahun 1965<br />tanggal 5 Oktober 1965)<br /><br />Donald Ignatius Panjtaitan dilahirkan di Balige, Tapanuli, pada tanggal 9 Juni 1925. Setelah menamatkan Sekolah Dasar, ia melanjutkan pelajaran ke Sekolah Menengah Pertama dan kemudian di Sekolah Menengah Atas. Pada masa pendudukan Jepang ia mengikuti latihan gyugun. Setelah selesai, ditugaskan sebagai anggota gyugun di Pekanbaru, Riau, dan tetap berada di kota itu pada waktu kemerdekaan Indonesia diproklamasikan. Bersama pemuda lain, D.I. Panjaitan membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang kemudian berkembang menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Mula-mula ia diangkat menjadi komandan batalyon. Pada bulan Maret 1948 ia diserahi tugas sebagai Komandan batalyon. Pada bulan Maret 1948 ia diserahi tugas sebagai komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi. Tak lama kemudian diangkat sebagai Kepala Staf Umum IV (Supplay) Komandemen Tentara Sumatera. Sewaktu Agresi Militer II Belanda, ia diangkat pula menjadi Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). <br />Sesudah Pengakuan Kedaulatan, D.I. Panjitan diangkat menjadi Kepala Staf Operasi Tentara & Teritorium (T & T) I/Bukit Barisan di Medan. Dari situ ia dipindahkan ke Palembang untuk memangku jabatan Kepala Staf T & T II/Sriwijaya. Pada tahun 1956 ia mengikuti kursus Militer Atase (Milat) dan setelah selesai, ditugaskan sebagai Atase Militer RI di Bonn, Jerman Barat. Pulang dari Bonn, tahun 1962, ia ditunjuk sebagai Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad). Selain ia pernah pula belajar pada Associated Command and General Staff College di Amerika Serikat. <br />Sebagai Asisten IV Men/Pangad, Brigadir Jenderal D.I. Panjaitan berhasil membongkar rahasia kiriman senjata dari Republik Rakyat Cinta (RRC) untuk Partai Komunis Indonesia (PKI). Senjata-senjata tersebut dimasukkan ke dalam peti-peti bahan bangunan yang akan dipakai untuk membangun gedung Conefo (Conference of the New Emerging Forces). Pada waktu itu PKI sedang giat mengadakan persiapan untuk melancarkan pemberontakan. D.I. Panjaitan termasuk salah seorang perwira yang menolak rencana PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri atas buruh dan tani. Karena itu, ia dimusuhi oleh PKI. Dinihari tanggal 1 Oktober 1965 PKI melancarkan pemberontakan yang disebut “Gerakan Tiga Puluh September”. Mereka menculik dan membunuh Brigadir Jenderal Panjaitan. Mayatnya disembunyikan di Lubang Buaya. Setelah ditemukan, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibatan Jakarta. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />SUTAN SYAHRIR (1909-1966)<br />Pahlawan Revolusi <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 76 Tahun 1965<br />tanggal 5 Oktober 1965)<br /><br />Sutan Syahrir lahir di Padangpanjang, Sumatera Barat, pada tanggal 5 Maret 1909. Ia menempuh pendidikan MULO (setingkat Sekolah Menengah Tingkat Pertama) di Medan dan AMS (setingkat Sekolah Menengah Umum) bagaian A di Bandung. Perhatiannya terhadap masalah-masalah politik mulai timbul sejak ia menjadi anggota Patria Squenteque (Untuk Tanah Air dan Bangsa), sebuah organisasi yang didirikan oleh para pelajar AMS Bandung. Ia ikut pula mendirikan Jong Indonesia yang kemudian berganti nama menjadi pemuda Indonesia. <br />Pada tahun 1929 Syahrir berangkat ke negeri Belanda untuk mengikuti kuliah ilmu hukum. Dua tahun kemudian ia kembali ke Indonesia sebelum menyelesaikan kuliahnya. Pada waktu itu pergerakan nasional sedang mengalami tekanan berat dari pemerintah Belanda. Syahrir mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia yang lebih dikenal dengan nama PNI-Baru. Partai ini dijadikan wadah untuk mendidik kader-kader pemimpin dan menanamkan kesadaran politik kepada rakyat. Karena kegiatan politik itu, pada tahun 1934 ia ditangkap dan pada bulan Januari 1935 di buang ke Digul, Irian Jaya. Dari Digul ia dipindahkan ke Banda Neira, akhirnya ke Sukabumi, Jawa Barat. <br />Pada masa pendudukan Jepang, Syahrir memimpin gerakan bawah tanah menentang pemerintah Jepang. Melalui pesawat radio yang dapat disembunyikannya dari penyegelan Jepang, ia mengetahui perkembangan internasional. Pada tanggal 14 Agustus 1945 ia sudah mengetahui bawah Jepang sudah menyerah kepada sekutu. Syahrir mendesak Ir. Sukarno dan Drs. Mohammad Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan. Pada bulan Nopember 1945 ia diangkat sebagai perdana menteri, memimpin cabinet parlementer. Syahrir berjuang melalui cara-cara diplomasi untuk memperoleh pengakuan internasional umumnya dan Belanda khususnya terhadap Republik Indonesia. Perjuangan diplomasi itu melahirkan Perjanjian Linggajati (Marat 1947). Pada waktu berjuang di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar badan internasional itu memerintahkan Belanda menghentikan agresi militernya. <br />Sejak tahun 1950, Syahrir tidak pernah lagi duduk dalam pemerintah. Ia giat membina Partai Sosialis Indonesia (PSI). pada masa pemerintahan Orde Lama, ia ditangkap dan dipenjarakan karena dituduh terlibat dalam usaha pembunuhan terhadap Presiden Sukarno. Dalam penjara ia menderita lumpuh, lalu dikirim ke Swis untuk berobat. Akan tetapi, hal itu tidak dunia di rumah sakit Zurich, Swis. Jenazahnya dibawa ke Indonesia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />RADEN DEWI SARTIKA (1884-1947)<br />Pahlawan Revolusi <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 252 Tahun 1966<br />tanggal 1 Desember 1966)<br /><br />Raden Dewi Sartika lahir di Cicalengka, Jawa Barat, pada tanggal 4 Desember 1884. Ayahnya, Raden Somanagara, meninggal dunia dalam pembuangan di Ternate sebab melawan Pemerintah Belanda. Ia mengikuti pendidikan Sekolah Dasar Cicalengka. Pulang sekolah, ia mengikuti pendidikan Sekolah Dasar Cicalengka. Pulang sekolah, ia bermain sekolah-sekolahan dengan anak-anak perempuan yang sebaya dan berpera sebagai guru. Setelah tinggal di Bandung, ia berjuang untuk mendirikan sekolah bagi anak-anak wanita agar mereka memperoleh kesempatan untuk menuntut ilmu pengetahuan. Pada tahun 1904 didirikannya Sekolah Isteri. Sekolah itu hanya terdiri atas dua kelas. Untuk ruang belajar dipinjam sebagai ruangan Kepatihan Bandung. Muridnya mula – mula hanya dua puluh orang. Mereka diajar berhitung, membaca, menulis, menjahit, meren, dan menyulam. Pelajaran agama pun diberikan pula. <br />Sekolah itu mendapat perhatian dari masyarakat. Murid-murid bertambah banyak. Ruangan Kepatihan Bandung tidak cukup lagi untuk menampung mereka. Karena itu, Sekolah Istri dipindahkan ke tempat yang lebih luas. Pada tahun 1910 nama sekolah itu diganti menjadi Sekolah Keutamaan Isteri. Mata pelajaran ditambah pula. Dewi Sartika berusaha mendidik anak-anak gadis agar kelak menjadi ibu rumah tangga yang baik, bias berdiri sendiri, luwes, dan trampil. Pelajaran yang berhubungan dengan pembinaan rumah tangga banyak diberikan. Tetapi ia harus membanting tulang mencari biaya untuk mengongkosi sekolah tersebut. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />PANGERAN ANTASARI (1809-1862)<br />Pahlawan Kemerdekaan Nasional <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 06/TK/ tanggal 27 Maret 1968)<br /><br />Pangeran Antasari lahir di Banjarmasin pada thaun 1809. Walaupun ia keluarga Sultan Banjar, tetapi tidak pernah hidup dalam lingkungan istana. Karena dibesarkan di tengah-tengah - tengah rakyat biasa, Antasari menjadi dekat dengan rakyat, mengenal perasaan dan mengetahui penderitaan mereka. Pada waktu itu kekuasaan colonial Belanda sedang giat berusaha melemahkan kerajaan Banjar. Untuk melemahkan kerajaan tersebut, Belanda mengadu domba golongan-golongan yang ada dalam istana, sehingga mereka terpecah-pecah dan bermusuhan. Bahkan, dalam pengangkatan seorang sultan pun Belandalah yang menentukan.<br />Pada tahun 1859 Sultan Tamjid diangkat menjadi sultan kerajaan Banjar, padahal yang berhak naik tahta adalah Pangeran Hidayat. Sultan Tamjid tidak disukai oleh rakyat sebab terlalu memihak kepada Belanda, lalu bersekutu dengan kepala – kepala daerah Hulu Sungai, Martapura, Barito, Pleihari, Kahayan, Kapuas, dan lain-lain. Mereka semuanya bertekad untuk mengangkat senjata mengusir Belanda dari kerajaan Banjar. Sesudah itu berkobarlah pertempuran yang terkanal dengan nama Perang Banjar. Pertempuran pertama terjadi tanggal 18 April 1859 ketika pasukan Pangeran Antasari menyerang tambang batu bara di Pengaron. Pangeran Antasari berhasil mengerahkan tenaga rakyat dan mengobarkan semangat mereka, sehingga Belanda menghadapi kesulitan. Karena hebatnya perlawanan, Belanda membujuk Antasari dengan janji muluk-muluk asal bersedia menghentikan perang. Semua bujukan itu ditolaknya.<br />Dalam keadaan sangat terjepit, Pangeran Hidayat menyerah kepada Belanda. Kepala-kepala daerah lainpun banyak pula yang menyerah. Antasari tetap melanjutkan perjuangan. Baginya, pantang untuk berdamai dengan Belanda, apalagi menyerah. Pada bulan Oktober 1862 ia merencanakan serangan besar-besaran terhadap benteng Belanda. Kekuatan untuk itu sudah dikumpulkan. Tetapi, pada waktu itu berjangkit wabah cacar. Pangeran Antasari pun terkena wabah tersebut yang akhirnya merenggut nyawanya. Ia meninggal dunia di Bayan Begak (Kalimantan Selatan), pada tanggal 11 Oktober 1862 dan dimakamkan di Banjarmasin. <br /><br />JENDRAL SUDIRMAN (1916-1950)<br />Pahlawan Pembela Kemerdekaan<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 015/TK/ Tanggal 20 Mei 1970)<br /><br />Sudirman dilahirkan di Bodas Karangjati, Kabupaten Purbalingga, tanggal 24 Januari 1916. Pendidikan umum terakhir yang ditempuhnya ialah Sekolah Guru Muhammadiyah di Solo, tidak sampai tamat. Sesudah itu ia menjadi guru Muhammadiyah Cilacap di samping menjadi anggota Muhammadiyah. Sewaktu muda Sudirman giat dalam organisasi pramuka dan terkenal disiplin. <br />Pada masa pendudukan Jepang, Sudirman banyak mencurahkan perhatian terhadap masalah social. Ia mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Selain itu, ia juga menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas. <br />Pada masa itu pula Sudirman mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (peta) di Bogor. Setelah selesai, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Bersikap tegas, ia sering memprotes tindakan tentara jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap itu ia hamper saja dibunuh oleh Jepang. Jasa pertama Sudirman setelah Indonesia merdeka ialah merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia diangkat menjadi Panglima Divisi 1945, ia memimpin pasukan TKR dalam pertemuran melawan Inggris di Ambarawa. Tanggal 12 Desember dilancarkan serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris. Pertempuran berkobar selama tiga hari. Akhirnya, psukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang. Sementara itu, dalam konferensi TKR tanggal 12 Nopember 1945 Sudirman terpilih menjadi Panglima Besar TKR. Tanggal 18 Desember 1945 ia dilantik oleh Presiden dengan pangkat jenderal. Sejak saat itu mulailah kerja berat untuk membina TKR yang akhirnya tumbuh menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). <br />Waktu Belanda melancarkan Agresi Militer II, Jendral Sudirman sedang sakit, tetapi ia menolak saran Presiden supaya tetap tinggal dalam kota. Kurang lebih tujuh bulan ia memimpin perang gerilya di hutan-hutan dan gunung-gunung. Banyak penderitaan yang dialami, penyakitnya sering kambuh dan obat hampir-hampir tidak ada. Pulang dari medan gerilya, karena masih sakit, ia tidak dapat memimpin Angkatan Perang secara langsung, tetapi buah pikirannya selalu dibutuhkan oleh Pemerintah. <br />Panglima Besar Jenderal Sudirman meninggal dunia di Magelang pada tanggal 19 Januari 1950 dan dimakamkan di Taman Pahlawan Semaki, Yogyakarta. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />SULTAN AGENG TIRTAYASA (1631-1692)<br />Pahlawan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 045/TK/Tahun 1970<br /> Tanggal 1 Agustus 1970)<br /><br />Abu’l Fath Abdulfattah yang lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa lahir di Banten pada tahun 1631. dalam usia dua puluh tahun ia diangkat menjadi raja Kerajaan Banten. Pada waktu itu Belanda sudah menguasai beberapa daerah Indonesia, antara lain Jakarta, dan sedang berusaha mengembangkan kekuasaan mereka. Di Banten pun terdapat sebuah kantor dagang Belanda.<br />Sultan Ageng berusaha menghalang-halangi perdagangan Belanda. Selain itu, orang-orang Banten diperintahkan melancarkan serangan-serangan gerilya terhadap kependudukan Belanda di Jakarta, baik melalui darat maupun melalui laut. Pada tahun 1655 dua buah kapal Belanda dirusak oleh orang-orang Banten. Akibatnya, hubungan antara Banten dan Belanda menjadi tegang. Belanda terpaksa menutup kantor dagangnya di Banten, dan sebagai belasan, melancarkan blockade laut terhadap Banten. Tetapi Sultan Ageng berhasil menjalin hubungan dagang dan kerja sama dengan pedagang-pedagang Eropah bukan Belanda. Pedagang-pedagang Inggris dan Denmark bebas membeli lada di seluruh wilayah kerajaan Banten. <br />Sesudah itu, Belanda melakukan politik adu domba. Sultan haji, putra Sultan Ageng, berhasil dipengaruhi sehingga memusuhi ayahnya. Akibatnya terjadi perselisihan antara anak dan ayah. Masyarakat pun terbagi dua. Sebagian tetap etia kepada Sultan Ageng, sedangkan yang lain memihak Sultan Haji. Pada bulan Pebruari 1682 pecah perang antara Sultan Ageng di satu pihak dan Belanda serta Sultan Haji di pihak yang lain. Pasukan Sultan Ageng berhasil merebut istana Sultan Haji di Surosowan. Belanda melipatgandakan kekuatan. Lama kelamaan Sultan Ageng terdesak dan kekuatannya mulai lemah, tetapi ia tidak mau menyerah kepada Belanda. Pengikut – pengikutnya yang masih setia melanjutkan perjuangan di daerah pedalaman. <br />Pada tahun 1683 Sultan Ageng tertangkap dan dipenjarakan di Jakarta. Ia meninggal dunia dalam penjara dan dimakamkan dekat Mejis Agung Banten. <br /><br /><br />SAGE RUDOLF SUPRATMAN (1903-1938)<br />Pahlawan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 016/TK/Tahun 1971<br /> Tanggal 20 Mei 1971)<br /><br />Wage Rudolf Supratman lahir di Jatinegara, Jakarta, pada tanggal 9 Maret 1903, putra dari seorang bintara KNIL (Tentara Hindia Belanda). Setelah menamatkan Sekolah Dasar di Jakarta, melanjutkan pelajaran di Normaal School Ujungpandang, sampai selesai. Beberapa waktu lamanya ia bekerja sebagai guru Sekolah Dasar, kemudian indah bekerja pada sebuah perusahaan dagang. Dari Ujungpandang, ia pindah ke Bandung dan bekerja sebagai wartawan. Pekerjaan itu tetap dilakukannya sewaktu sudah tinggal di Jakarta. Dalam pada itu ia mulai tertarik kepada pergerakan nasional dan banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan. Rasa tidak senang terhadap penjajahan Belanda mulai tumbuh dan akhirnya dituangkan dalam buku Perawan Dewa. Duku itu disita dan dilarang beredar oleh Pemerintah Belanda. <br />Sewaktu tinggal di Ujungpandang, Supratman memperoleh pelajaran musik dari kakaknya, sehingga pandai bermain biola dan kemudian bias menggubah lagu. Ketika tinggal di Jakarta, pada suatu kali ia membaca sebuah karangan dalam majalah Timbul. Penulis karangan itu menentang ahli-ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan. Supratman terangsang, lalu mulai mengubah lagu. Pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya. <br />Pada bulan Oktober 1928 di Jakarta dilangsungkan Kongres Pemuda. Kongres itu melahirkan Sumpah Pemuda. Pada malam penutupan kongres, tanggal 28 Oktober 1928, Supratman memperdengarkan lagu ciptaanya secara instrumental di depan peserta umum. Pada saat itulah untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua itu hadir terpukau mendengarnya. Engan cepat lagu itu terkenal di kalangan pergerakan nasional. Apabila partai-partai politik mengadakan kongres, maka lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan. Lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan kehendak untuk merdeka. <br />Sesudah Indonesia merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan lagu kebangsaan, lambing persatuan bangsa. Tetapi, tercipta lagu itu, Wage Rudolf Supratman, tidak sempat menikmati hidup dalam suasana kemerdekaan. Ia meninggal dunia pada tanggal 17 Agustus 1938 di Surabaya dan dimakamkan di sana. <br />NYI H. SITI WAIDAH AHMAD DAHLAN (1872-1946)<br />Pahlawan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 042/TK/Tahun 1971<br /> Tanggal 22 September 1971)<br /><br />Siti Walidah yang kemudian terkenal dengan nama Nyi Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta pada tahun 1872. Sebagai anak seorang pejabat agama kreaton Yogyakarta, sejak kecil ia didik dalam hal agama. Ia tidak pernah mengikuti pendidikan di sekolah umum. Pada itu anak-anak perempuan harus tinggal di rumah, dipingit, sampai dating saat untuk menikah.<br />Setelah menikah dengan K.H. Ahmad Dahlan, Siti Walidah giat belajar dari suaminya dan giat mengembangkan Muhammadiyah, melakukan dakwah ke daerah-daerah. K.H. Ahmad Dahlan adalah seorang pembaharu Islam dan pendiri Muhammadiyah. Karena pembaharuan itu ia mendapat kecaman dari masyarakat. Siti walidah Pernah diancam akan dijadikan sandera dan suaminya akan dibunuh kalau berani dating ke Banyuwangi. Tetapi, suami isteri itu tidak gentar dan pada waktunya tetap dating ke tempat tersebut. <br />Selain giat memajukan Muhammadiyah, Siti Walidah turut berjuang untuk mencapai persamaan hak antara laki-laki dan wanita. Kaum wanita harus diberi kesempatan untuk mengejar kemajuan. Pada tahun 1918 Muhammadiyah mendirikan bagian wanita yang disebut aisyiah. Pada saat – saat permulaan, ia aktif memimpin aisyiah, tetapi kemudian hanya duduk sebagai penasihat dan ppelindung. Buah pikirannya tetap dibutuhkan oleh Aisyiah. Beberapa kali ia memimpin kongres. Dalam kongres Aisyiah di Surabaya, nama Siti Walidah menjadi terkenal, sebab sebagai seorang yang tidak pernah duduk di bangku sekolah, ia mampu memimpin kongres yang cukup besar. Masyarakat sangat kagum melihat kemampuan tersebut.<br />Atas saran-saran Nyi Ahmad DAhlan, Aisyiah mendirikan asrama-asrama untuk pelajar-pelajar putrid. Dalam asrama itu mereka dididik mengenai soal-soal agama dan masyarakat. Tidak lupa pula ditanamkan rasa kebangsaan agar kaum wanita mengambil peran aktif dalam pergerakan nasional. <br />Pada masa awal revolusi, Nyi Ahmad Dahlan giat membantu perjuangan,w alaupun usia sudah sangat tua. Kaum wanita dianjurkan agar mendirikan dapur umum untuk membantu tentara yang sedang berperang di garis depan. Pemuda-pemuda pun digembleng agar tetap tabah berjuang mempertahankan kemerdekaan. Sering pula ia bertukar pikiran dengan Presiden Sukarno dan Jenderal Sudirman mengenai perjuangan. Ia meninggal dunia pada tanggal dunia pada tanggal 31 mei 1964 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />SULTAN HASANUDDIN (1631-1670)<br />Pahlawan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 087/TK/Tahun 1973<br /> Tanggal 6 November 1973)<br /><br />Muhammad Bakir atau I. mallambosi yang lebih dikenal dengan nama Sultan Hasanuddin lahir di Ujungpandang pada tahun 1631. Sebelum dinobatkan menjadi raja Gowa ke-16 pada tahun 1653, Hasanuddin sudah sering diutus oleh ayahnya ke beberapa kerajaan lain di Indonesia, seperti Banten dan Mataram, untuk mengadakan perjanjian kerja sama perdagangan dan pertahanan. <br />Pada masa pemerintahan ayahnya, Sultan Malikussaid, Belanda sudah mendirikan beberapa kantor dagang di Kepulauan Maluku dan berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah di daerah tersebut. Hal itu merupakan ancaman bagi kerajaan Gowa. Setelah Hasanuddin kembali memaklumkan perang kepada Belanda. Dalam perang ini Belanda dibantu oleh beberapa kerajaan yang dapat mereka pengaruhi. Belanda mengerahkan angkatan beberapa yang besar dibantu oleh beberapa kepada Belanda. Dalam perang ini Belanda dibantu oleh beberapa kerajaan yang dapat mereka pengaruhi. Belanda mengerahkan angkatan beberapa buah benteng pertahanan Gowa jatuh ke tangan Belanda. Pada tanggal 18 Nopember 1667 diadakan Perjanjian Bungaya yang mengakhiri perang perang tersebut. <br />Perjanjian itu tidak berhasil memelihara perdamaian untuk waktu yang lama. Hasanuddin yang merasa dirinya terlalu tertekan oleh isi perjanjian itu, pada bulan April 1668 kembali melancarkan serangan terhadap kedudukan-kedudukan Belanda. Pertempuran sengit terjadi di beberapa tempat. Hasanuddin memberikan perlawanan yang gigih. Tetapi, akhirnya ia terpaksa mengakui keunggulan lawannya. Tanggal 24 Juni 1668, pertahanan terkuat dan terakhir kerajaan Gowa, yakni benteng Sombaopu, jatuh ke tangan Belanda. Dengan jatuhnya benteng tersebut kekuatan Hasanuddin semakin lemah. Lima hari kemudian ia mengundurkan diri dari takhta kerajaan. Namun, ia tetapa tidak mau bekerja sama degan Belanda.<br />Sultan Hasanuddin meninggal dunia tanggal 12 Juni 1670. karena keberaniannya, Belanda menamakannya “Ayam Jantan dari Timur”.<br /><br /><br />KAPITAN PATTIMURA (1783-1817)<br />Pahlawan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 087/TK/Tahun 1973<br /> Tanggal 6 November 1973)<br /><br />Thomas Matulessy yang lebih terkenal dengan nama Kapitan Pattimura lahir di negeri Haria, pulau Saparua, Maluku, pada tahun 1783. ia mengalami masa pergantian pemerintahan dari tengah Belanda ke tangan Inggris pada tahun 1798. pada masa pemerintahan Inggris, ia masuk dinas militer dan memperoleh pangkat sersan. <br />Tahun 1816 Belanda kembali berkuasa di Maluku. Penduduk Maluku kembali pula mengalami penderitaan. Mereka dipaksa bekerja rodi, dan menyerahkan hasil rempah-rempah kepada Pemerintah Belanda. Karena tekanan-tekanan tersebut, penduduk Maluku mengangkat senjata untuk membebaskan diri dari penjajahan.<br />Perlawanan mula-mula berkobar di Saparua dan kemudian menjalar ke tempat-tempat lain. Thomas Matulessy diangkat menjadi pimpinan perlawanan dengan gelar Kapitan Pattimura. Di bawah pimpinannya, penduduk Saparua berhasil merebut benteng Duurstede pada tanggal 16 mei 1817. Semua tentara Belanda yang ada dalam benteng itu, termasuk Residen Van den Berg, tewas. Pasukan Belanda yang dikirimkan untuk merebut kembali benteng tersebut, dihancurkan oleh pasukan Pattimura. Akhirnya, Belanda mengirimkan pasukan yang lebih besar dengan persenjataan yang lebih lengkap. Benteng Duurstede berhasil direbut Belanda kembai, setelah tiga bulan lamanya dikuasai penduduk Saparua. Sesudah itu Belanda melancarkan operasi besar-besaran untuk memadamkan perlawanan. Karena kekuatan yang tidak seimbang, lama kelamaan perlawanan menjadi berkurang. Kapitan Pattimura tertangkap sewaktu berada di sebuah rumah di Siri Sori. Dengan beberapa orang temannya, ia dibawa ke Ambon. Belanda membujuknya untuk bekerja sama, tetapi bujukan itu ditolak. <br />Pengadilan colonial Belanda menjatuhkan hukuman gantung kepada Pattimura. Sehari sebelum hukuman itu dijalankan, Belanda masih membujuk, tetapi ia tetap menolak. Pada hari Selasa tanggal 16 Desember 1817 hukuman gantung dilaksanakan di depan benteng Victoria di Ambon. <br /><br />PANGERAN DIPONEGORO (1785-1855)<br />Pahlawan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 087/TK/Tahun 1973<br /> Tanggal 6 Nopember 1973)<br />Raden Mas Ontowiryo yang kemudian lebih terkenal dengan nama Pangeran Diponegoro, lahir di Yogyakarta pada tanggal 11 Nopember 1785. Ayahnya, Sultan Hamengku Buwono III, ingin mengangkatnya sebagai raja, tetapi ia menolak karena ibunya bukan permaaisuri. <br />Sekitar tahun 1820-an campur tangan Belanda dalam persoalan kerajaan Yogyakarta semakin bertambah besar. Peraturan tata tertib yang dibuat oleh Pemerintah Belanda sangat merendahkan martabat raja-raja Jawa. Para Bangsawan diadudomba sehingga dalam istana terdapat golongan yang pro dan yang anti-Belanda. Kedua golongan itu curiga mencurigai. Sementara itu, tanah-tanah kerajaan banyak yang diambil untuk perkebunan-perkebunan milik pengusaha-pengusaha Belanda.<br />Melihat keadaan itu, Pangeran Diponegoro mulai memperlihat perasaan tidak senang. Ia meninggalkan keratin dan menetap di Tegalrejo. Belanda menuduhnya menyiapkan pemberontakan. Tanggal 20 Juni 1825 pasukan Belanda menyerang Tegalrejo dan dengan demikian mulalah perang yang dikenal dengan nama Perang Diponegoro (1825-1830). Setelah Tegalrejo jatuh, Diponegoro membangun pusat pertahanan baru di Selarong. Perang dilancarkan secara gerilya. Gerakan pasukan berpindah-pindah, sehingga sulit dihancurkan. Tahun-tahun pertama pasukannya unggul di mana-mana. Di tempat-tempat yang sudah dikuasai didirikan benteng-benteng, sehingga gerakan psukan Diponegoro dapat dibatasi. Selain itu, beberapa orang tokoh perlawanan dibujuk sehingga mereka menghentikan perang. Sejak tahun 1829 perlawanan semakin berkurang, tetapi belum padam sama sekali. Belanda berjanji akan memberi hadiah sebesar 50.000 gulden kepada siapa saja yang dapat menangkap Diponegoro.<br />Kekuatan Diponegoro bertambah lemah, tetapi ia tidak mau menyerah. Karena tidak berhasil menangkap, pimpinan tentang Belanda menjalankan cara yang licik. Pangeran Diponegoro diundang ke Magelang untuk berunding dengan jaminan kalau perundingan gagal, goleh kembali ke tempatnya dengan aman. Dalam perundingan di Magelang tanggal 28 Maret 1830, DIponegoro ditangkap dan dibuang ke Menado, kemudian dipindaahkan ke Ujungpanjang. Ia meninggal dunia di benteng Retterdam, Ujungpandang, pada tanggal 8 Januari 1855 dan dimakamkan di sana. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />R. OTTO ISKANDAR DINATA (1897-1945)<br />Pahlawan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 088/TK/Tahun 1973<br /> Tanggal 6 Nopember 1973)<br /><br />Otto Iskandardinata lahir di Bandung pada tanggal 31 Maret 1897. Setelah menamatkan Sekolah Dasar ia melanjutkan pelajaran ke Sekolah Guru dan kemudian ke Sekolah Guru Atas di Purworejo. Sesudah selesai, ia diangkat menjadi guru di Banjarnegara, kemudian pindah ke Pekalongan. Di kota ini Otto menjadi anggota Budi Utomo dan tak lama kemudian diangkat sebagai wakil budi Utomo dalam Dewan Kota. Dalam dewan itu ia seringkali mengkritik pengusaha-pengusaha perkebunan Belanda yang bertindak kasar dan sewenang-wenang terhadap petani. Karena bertengkar dengan Residen Pekalongan, ia pindah ke Jakarta dan mengjar di Perguruan Muhammadiyah. Di samping itu, ia duduk pula dalam Paguyuban Pasundan, mula-mula sebagai anggota Pengurus Besar, kemudian menjadi ketua. Berkat pimpinannya Paguyuban Pasundan menjadi maju, sehingga berhasil mendirikan sekolah, bank, dan sebagainya yang bermanfaat untuk rakyat banyak. Pada thaun 1930 Otto diangkat menjadi anggota Volksraad sebagai wakil Paguyuban Pasundan. Pidato-pidatonya dalam Voksraad tak hentinya mengecam pemerintah Belanda. Karena itu, ia sering disuruh berhenti waktu sedang berpidato. <br />Atas usaha otto iskandardinata Paguyuban Pasundan bergabung dengan Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Ketika pada tahun 1939 terbentuk Gabungan Politik Indonesia (Gapi), Paguyuban Pasundan pun menjadi anggota Gapi. Pada masa pendudukan Jepang organisasi itu dilarang berdiri. Karena itu, Iskandardinata memindahkan kegiatan ke bidang lain, yakni bidang kewartawanan dengan cara menerbitkan surat kabar Warta Harian Cahaya. Pada masa itupula ia diangkat menjadi anggota Jawa Hokokai, kemudian menjadi anggota Cuo Sangi In. menjelang Proklamasi Kemerdekaan, ia duduk dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan turut serta menyusun Undang-Undang Dasar 1945. <br />Sesudah Negara republic Indonesia berdiri, Otto Iskandardinata ikut membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). Dalam Kabinet Presidensiil, ia diangkat menjadi Menteri Negara. Pada bulan Oktober 1945 ia diculik oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan kemudian dibunuh di Mauk (Banten) pada tanggal 20 Desember 1945. Pada tahun 1957 makamnya dipindahkan ke Bandung. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />PROF. MUHAMMAD YAMIN, S.H. (1903-1962)<br />Pahlawan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 088/TK/Tahun 1973<br /> Tanggal 6 Nopember 1973)<br /><br />Muhammad Yamin lahir di Talawi, dekat Sawahlunto, Sumatera Barat, pada tanggal 28 Agustus 1930. mula-mula ia memasuki Sekolah Dasar Bumiputera. Pernah pula ia belajar pda Sekolah Pertanian di Bogor. Tetapi, semua sekolah itu tidak memuaskan hatinya, lalu ia memasuki AMS (Setingkat Sekolah Menengah Umum) bagian A di Yogyakarta sampai tamat. Sesudah itu, Yamin melanjutkan pelajaran ke Sekolah Kehakiman di Jakarta dengan beasiswa dari Pemerintah Belanda. Karena sering berpidato mengkritik pemerintah, maka beasiswa itu kemudian dihentikan. Namun demikian, Yamin berhasil juga menyelesaikan pelajaran di sekolah tersebut. Di kalangan mahasiswa, ia terkanal sebagai pemuda cerdas bercita-cita tinggi, gemar membaca sehingga memiliki perpustakaan sendiri. <br />Kegiatan berorganisasi dan berpolitik dimulai Yamin dengan memasuki Jong Sumateranen Bond dan kemudian Indonesia Muda. Ia termasuk salah seorang yang selalu mendambakan persatuan Indonesia. Dasar-dasar untuk persatuan itu digali dari buku-buku yang banyak dibacanya. Dari buku-buku itu ditemukan tiga unsur pokok yang dapat dijadikan dasar untuk membina persatuan, yakni kesatuan bangsa, kesatuan bahasa, dan kesatuan wilayah yang sudah ada di antara suku-suku bangsa Indonesia sejak zaman lampau. Pokok-pokok pikiran itu dilontarkannya dalam Kongres Pemuda bulan Oktober 1928 dan dari situ lahirlah Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. <br />Menjelang Proklamasi Kemerdekaan, Yamin duduk dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan ikut menyampaikan gagasan tentang dasar falsafah Negara yang sekarang dikenal dengan nama Pancasila. Ia turut pula merumuskan Undang-Undang Dasar 1945. Setelah Negara Republik Indonesia terbentuk, Yamin diangkat menjadi penting Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Jabatan penting lain yang pernah dipegangnya ialah Ketua Badan Perancang Pembangunan Nasional, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Wakil Menteri Pertama Bidang Khusus dan Menteri Penerangan.<br />Prof. Muhammad Yamin, S.H. banyak menulis buku, baik mengenai sejarah maupun mengenai hokum. Ia meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 1962 sewaktu menjadi Menteri Penerangan dan dimakamkan di Talawi, tempat kelahiran dan kampong halamannya. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />SUPRIYADI (1923-1945)<br />Pahlawan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 063/TK/Tahun 1975 <br /> Tanggal 9 Agustus 1975)<br /><br />Supriyadi lahir di Trenggalek, Jawa Timur, pada tanggal 13 April 1923. sesudah menamatkan ELS (setingkat Sekolah Dasar), ia melanjutkan pelajaran ke MULO (setingkat sekolah Lanjutan Tingkat Pertama), kemudian memasuki Sekolah Pamongpraja di Magelang sampai Jepang mendarat di Indonesia. <br />Pada masa Jepang, Supriyadi memasuki Sekolah Menengah Tinggi. Sesudah itu mengikuti latihan pemuda (seinendoyo) di Tangerang. Pada bulan Oktober 1943 Jepang membentuk Tentara Pembela Tanah Air (Peta). Tujuannya ialah untuk memberikan latihan kemiliteran kepada pemuda-pemuda Indonesia. Mereka selanjutnya akan dipakai untuk membantu Jepang menahan serbuan Sekutu. Tetapi, tokoh-tokoh pergerakan nasional berhasil menanamkan perasaan kebangsaan di kalangan pemuda-pemuda tersebut. <br />Supriyadi mengikuti pendidikan Peta dan sesudah itu diangkat menjadi Shodanco di Blitar. Ia sering bertugas mengawasi para romusnya membuat bententg-benteng pertahanan di pantai selatan. Ia menyaksikan bagaimana sengsaranya para romusya. Makanan kurang dan kesehatan tidak terjamin. Banyak diantaranya yang meninggal dunia karena sakit. Supriyadi tidak tahan melihat keadaan itu. Dengan beberapa orang temannya, ia merencanakan pemberontakan melawan Jepang. Walaupun menyadari bahwa waktu itu Jepang sangat kuat, namun ia tetap berniat untuk melakukan perlawanan. <br />Pemberontakan dilancarkan dinihari tanggal 14 Pebruari 1945, di Daidan Blitar. Jepang sangat terkejut mendengar perlawanan tersebut. Mereka mengerahkan kekuatan yang besar untuk menangkap anggota-anggota pasukan Peta Blitar. Selain itu, dilakukan pula siasat membujuk beberapa tokoh pemberontak. <br />Karena kurang pengalaman dan kekuatan tidak seimbang, pemberontakan itu ditindas Jepang. Tokoh-tokoh pemberontak yang tertangkap, diadili dalam mahkamah militer Jepang. Ada yang dihukum mati dan ada pula dihukum penjara. Supriyadi tidak ikut diadili, bahkan namanya tidak disebut dalam sidang pengadilan. Rupanya ia sudah di bunuh Jepang pada waktu tertangkap. Sampai saat ini tidak diketahui di mana makam Supriyadi. <br />SULTAN AGUNG (1591-1645)<br />Pahlawan Nasional<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 106/TK/Tahun 1975,<br /> Tanggal 3 Nopember 1975)<br />Sultan Agung Hanyokrokusumo lahir di Yogyakarta pada tahun 1591. Umur dua puluh dua tahun, pada tahun 1613, ia sudah diangkat menjadi raja Kerajaan Mataram. Ia terkenal tangkas, cerdas dan taat menjalankan agama Islam. Hamper seluruh pulau Jawa berhasil ditempatkan di bawah kekuasaan Mataram. Dengan kerajaan-kerajaan lain di Indonesia di binanya hubungan baik, terutama dalam masalah perdagangan.<br />Pada masa Pemerintahan Sultan Agung, Kompeni Belanda sudah menguasai beberapa daerah di Indonesia, antara lain Jakarta, dan terus berusaha memperluas daerah kekuasaannya. Keadaan itu merupakan bahaya untuk keutuhan dan kebesaran Mataram. Untuk menghadapi bahaya tersebut, Sultan Agung memperbesar angkatan perang Mataram dan rencana untuk menyerang Belanda di Jakarta disusun. Serangan pertama dilancarkan pada tahun 1628. Sultan Agung mengerahkan sebuah armada yang terdiri atas 59 buah kapal dan pasukan darat berjumlah kurang lebih 20.000 orang. Pasukan tersebut menempuh jalan yang sangat jauh dari Yogyakarta ke Jakarta. Beberapa orang panglimaperang turut memimpin, antara lain Baurekso dan Tumenggung Suro Agul-agul. Serangan pertama itu berakhir dengan kegagalan sebab Belanda dengan cepat dapat mendatangkan bala bantuan dari daerah lain.<br />Untuk kedua kalinya, pada tahun 1629 pasukan Mataram bergerak lagi ke Batavia dengan persiapan yang lebih baik. Di beberapa tempat didirikan gudang-gudang untuk menyimpan bahan makanan. Kota Batavia dikepung dengan ketat. Meriam-meriam Mataram menghujani banteng-benteng Belanda. Tetapi, pada waktu itu berjangkit wabah penyakit sehingga banyak pasukan mataram yang terserang wabah dan meninggal dunia. Selain itu, Belanda dapat pula mengetahui tempat-tempat penyimpanan bahan makanan pasukan Mataram lalu membakarnya. Serangan yang kedua ini pun mengalami kegagalan. <br />Sesudah serangan yang kedua itu Sultan Agung tidak dapat lagi mengerahkan pasukan untuk menyerang Belanda. Ia kembali ke Mataram dan memperkuat pertahanan dalam negeri serta memajukan kemakmuran rakyat. Sultan Agung meninggal dunia dalam thaun 1645 setelah berhaasil membawa Mataram ke puncak kejayaan. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman raja-raja Mataram di Imogiri, sebelah selatan Yogyakarta. <br />IR. SOEKARNO (1591-1645)<br />Pahlawan Proklamator<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 081/TK/Tahun 1986,<br /> Tanggal 23 Oktober 1986)<br /><br />Ir. Soekarno lahir pada tanggal 6 Juni 1901 di Surabaya. Pada usia dua puluh lima tahun ia menyeleaikan kuliahnya di Technische Hoge School (sekarang Institut Teknologi Bandung). <br />Sejak muda soekarno sudah melibatkan diri dalam pergerakan politik memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1925 ia mendirikan Algemeene Studie Club di Bandung. Dua tahun kemudian, 4 Juli 1927, bersama beberapa tokoh politik lainnya, Ir. Soekarno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI). PNI berjuang untuk memperoleh kemerdekaan dengan kekuatan sendiri, tanpa kerja sama dengan pemerintah Belanda. <br />Ir. Soekarno yang lebih dikenal dengan panggilan Bung Karno, terkenal sebagai orator yang ulung. Pidato-pidatonya mampu membangkitkan semangat rakyat. Dengan tuduhan mampu membangkitkan semangat rakyat. Dengan tuduhan menghasut rakyat untuk memberontak, pada akhir Desember 1929 Bung Karno dan beberapa tokoh PNI ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara. Pada waktu Bung Karno dalam penjara, PNI membubarkan diri. Sebagai gantinya didirikan Partai Indonesia (Partindo). Setelah bebas dari tahanan, Bung Karno memimpin Partindo. Kembali ia berjuang untuk memperoleh kemerdekaan bangsanya. Akibatnya, pada bulan Agustus 1933 ia ditangkap dan diasingkan ke Ende (Flores), kemudian dipindahkan ke Bengkulu. Bung Karno baru bebas setelah Jepang menduduki Indonesia. <br />Pada masa pendudukan Jepang, Ir. Soekarno memimpin Pusat Tenaga Rakyat (Putera) bersama Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansur. Organisasi ini dibentuk Jepang untuk kepentingan mereka. Akan tetapi, Bung Karno dan kawan-kawannya menggunakan Putera untuk kepentingan Indonesia. Karena itu, Putera dibubarkan oleh Jepang.<br />Bulan September 1944 Jepang mengeluarkan janji akan memerdekakan Indonesia. Untuk itu dibentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar Negara yang disebutnya Pancasila. Gagasan itu kemudian disempurnakan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dibentuk setelah BPUPKI dibubarkan Ir. Soekarno diangkat sebagai ketua PPKI. <br />Pada tanggal 17 Agustus 1945, Ir. Soekarno dan Mohmammadh Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 Ir. Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia Jabatan. Sebagai presiden itu dipangkunya sampai tahun 1967.<br />Ir. Soekarno meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 21 Juni 1970. Jenazahnya dimakamkan di Blitar, Jawa Timur. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />DR. MOHAMMAD HATTA (1902-1980)<br />Pahlawan Proklamator<br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 081/TK/Tahun 1986,<br /> Tanggal 23 Oktober 1986)<br /><br />Mohammad Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Setelah menyelesaikan pendidikan di dalam negeri, pada tahun 1921 ia berangkat ke negeri Belanda mengikuti kuliah pada Handels Hogere School (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Terrerdam. Kuliah ini baru dapat diselesaikannya pada tahun 1932 karena kegiatannya dalam Perhimpunan Indonesia (PI). Selama empat tahun berturut-turut, dari tahun 1926 sampai 1930, ia menjadi Ketua PI. Organisasi para mahasiswa Indonesia yang belajar di negeri Belanda ini berjuang untuk mencapai kemerdekaan bangsa atas dasar kekuatan sendiri, dilakukan oleh seluruh bangsa tanpa membedakan suku bangsa. <br />Hatta sering menghadiri kongres ertarap internasional yang diadakan oleh berbagai organisasi antikolonialisme. Dalam kongres itu ia memperkenalkan perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan Belanda. Pemerintah Belanda menuduh Hatta menghasut rakyat agar memberontak. Pada bulan September 1927 ia dan tiga orang tokoh PI ditangkap, kemudian diadili. Dalam sidang pengadilan bulan Maret 1928 mereka dibebaskan sebab pengadilan tidak dapat membuktikan kesalahan mereka. <br />Hatta kembali ke Indonesia pada tahun 1932. bersama sutan Syahrir, ia memimpin partai politik Pendidikan Nasional Indonesia yang lebih dikenal dengan nama PNI-Baru. Karena kegiatan politik itu, pada bulan Januari 1935 ia diasingka ke Digul, kemudian dipindahkan ke Banda Naira, dan akhirnya ke Sukabumi (Jawa Barat). Ia baru bebas setelah Jepang menduduki Indonesia. <br />Pada masa pendudukan Jepang, Hatta ikut memimpin Pusat Tenaga Rakyat (Putera) kemudian ia diangkat sebagai Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 17 Agustus 1945, Hatta mendampingi Ir. Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI 18 Agustus 1945, ia dipilih menjadi wakil Presiden RI. Selama Perang Kemerdekaan ia pernah pula menjadi Perdana Menteri Republik Indonesia Serikat (RIS). Sesudah Indonesia kembali ke bentuk Negara kesatuan, Hatta diangkat menjadi Wakil Presiden RI. Jabatan itu dipangkunya sampai ia mengundurkan diri pada tanggal 1 Desember 1956.<br />Dr. Mohammad Hatta yang juga dikenal dengan penggilan Bung Hatta meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 14 Maret 1980. Sesuai dengan amanatnya, jenazahnya dimakamkan di Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta. Selain sebagai negarawan, Hatta dikenal pula sebagai Bapak Koperasi. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO IX (1912-1988)<br />Pahlawan Nasional <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 053/TK/Tahun 1986)<br /><br />Sri Sultan Hamengku Buwono IX lahir di Yogyakarta pada tanggal 12 April 1912. Sesudah menyelesaikan pendirikan di dalam negeri, pada tahun 1912. sesudah menyelesaikan pendidikan di dalam negeri, pada tahun 1930 ia berangkat ke negeri Belanda mengikuti kuliah pada Gymnasium di Haarlem, kemudian Jurusan Indologi pada Rijksintituut di Leiden. Kuliah ini tidak sempat diselesaikannya berhubung dengan pecahnya Perang Dunia II pada tahun 1939. Ia terpaksa kembali ke tanah air. <br />Hamengku Buwono IX dinobatkan sebagai Sultan Yogya pada bulan Maret 1940. Dalam menjalankan pemerintahan, ia berusaha mengurangi campur tangan Belanda. Ia tidak begitu saja mengikuti peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah Belanda. Terhadap pemerintah pendudukan Jepangpun Sultan bersikap tegas. <br />Dua hari sesudah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, Hamengku Buwono IX mengirim telegram ucapan selamat kepada Presiden Soekarno. Kemudian, pada tanggal 5 September 1945 ersama Paku Alam VIII, ia mengeluarkan maklumat yang menyatakan bahwa daerah Yogyakarta adalah bagian dari wilayah RI. Selama Perang Kemerdekaan (1945-1949) ia aktif membantu perjuangan melawan Belanda. Pada waktu kota Yogya diduduki Belanda dalam agresi militer kedua, Sultan membantu dan melindungi prajurit-prajurit TNI di dalam keratonnya walaupun Belanda mengancam akan menduduki keraton. <br />Pada tanggal 27 desember 1949 Belanda mengakui kedaulatan Indonesia. Upacara pengakuan kedaultan dilaksanakan di Indonesia dan di negeri Belanda. Di Indonesia, Sultan Hamengku Buwono menerima pengakuan kedaultan dari Wakil Tinggi Mahkota Belanda untuk Indonesia. <br />Dalam pemerintah RI, beberapa kali Sultan menduduki jabatan penting, antara lain Menteri Pertahanan, Wakil Perdana Menteri, Ketua Badan Pengawas Keuangan, dan Menteri Utama Bidang Ekonomi dan Keuangan. Ia berjsa meyakinkan Negara – Negara lain untuk membantu perekonomian Indonesia yang sangat parah pada masa awal Orde Baru. Peranannya juga besar dalam memajukan olahraga, membina pramuka, dan mengembangkan pariwisata. Ia pernah menjadi Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, dan Ketua Dewan Pembimbing Lembaga Pariwisata Nasional. <br />Sri Sultan Hamengku Buwono IX meninggal dunia di Amerika Serikat pada tanggal 3 Oktober 1988. Jenazahnya dikebumikan di pemakaman raja-raja Yogya di Imogiri. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />SULTAN ISKANDAR MUDA (1593-1636)<br />Pahlawan Nasional <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 077/TK/Tahun 1993)<br /><br />Sultan Iskandar Muda lahir di Banda Aceh pada tahun 1593. Sejak muda ia sudah memperlihatkan kemampuan memimpin. Pada tahun 1606 ia memimpin pasukan Aceh memukul mundur pasukan Portugis yang mencoba mendarat di pantai Aceh. Setahun kemudian, tahun 1607, ia dinobatkan sebagai Sultan Aceh. <br />Pada masa pemerintahan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh mengalami masa jaya. Wilayah kerajaan ini meliputi sebagian besar pantai barat dan pantai Timur Sumatera. Beberapa kerajaan di Semenanjung Malaya (Malaysia) berada di bawah kekuasaan Aceh. <br />Musuh utama yang dihadapi Iskandar Muda ialah bangsa Portugis yang sejak tahun 1511 sudah menguasai Malaka. Portugis di Malaka merupakan Ancaman terhadap Aceh. Sebaliknya, Portugis pun menganggu Aceh sebagai ancaman terhadap monopoli perdagangan yang ingin mereka jalankan di sekitar Selat Malaka. Karena itulah antara dua kekuasaan ini sering terjadi bentrokan bersenjata. Kapal-kapal Portugis yang berlaya di Selat Malaka sering sering oleh armada Aceh. Begitu pula sebaliknya.<br />Untuk mengusir Portugis dari Malaka, Iskandar Muda memperkuat angkatan perang Aceh, terutama angkatan laut. Pelatih-pelatih didatangkan dari luar negeri, terutama dari Turki.<br />Serangan terhadap Portugis di Malaka dilancarkan pada tahun 1615. Serangan itu gagan. Serangan kedua dan besar besaran dilancarkan lagi pada thaun 1629. Pasukan Portugis terkepung dan terancam. Mereka hampir saja menyerah. Akan tetapi, pada saat Aceh hamper memetik kemenangan, Portugis mendapat bantuan dari pasukan Johor, Pahang, dan Patani. Ketiga kerajaan ini memang tidak menyanangi Aceh sebab pernah ditaklukkan Aceh pada masa sebelumnya. Dengan datangnya pasukan bantuan itu, Portugis menjadi kuat. Armada Aceh terkepung dan akhirnya mengundurkan diri. <br />Sesudah kegagalan serangan yang kedua itu, Sultan Iskandar Muda lebih banyak mencurahkan perhatiannya terhadap masalah-masalah dalam negeri. System pemerintahan disempurnakan dan pendidikan agama mendapat prioritas. Pedagang-padagang Inggris dan Belanda diizinkan berdagang di wilayah kekuasaan Aceh menurut jangka waktu tertentu dan harus tunduk kepada peraturan yang diberlakukan oleh Aceh. Sesudah berhasil membawa Aceh ke puncak kejayaan, pada tanggal 27 September 1636, dalam usia 43 tahun, Sultan Iskandar Muda meninggal dunia. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />TUANKU TAMBUSAI (1784-1882)<br />Pahlawan Nasional <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 071/TK/Tahun 1995,<br />Tanggal 7 Agustus 1995)<br />Tuanku Tambusai lahir pada tanggal 5 Nopember 1784 di Dalu-dalu, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Nama kecilnya Muhammad Saleh, putra pejabat tinggi agama di Kerajaan Tambusai. Selain pada ayahnya, ia juga belajar ilmu agama pada beberapa ulama di Sumatera Barat. Pada waktu itulah ia berkenalan dengan tokoh Padri, Tuanku Imam Bonjol. <br />Pada waktu kaum Padri berperan melawan Belanda, Tuanku Tambusai membentuk pasukan yang beroperasi di bagian utara Sumatera Barat. Mula-mula ia bergabung dengan Tuanku Rao. Mereka mendirikan benteng pertahanan di Rao. Pada bulan September 1832 benteng itu jatuh ke tangan Belanda. Tuanku Tambusai membawa pasukannya ke Tapanuli Selatan. Setelah Tuanku Rao gugur dalam pertempuran di Airbangis, Praktis Tuanku Tambusailah yang memimpin pasukan Padri di bagian utara Sumatera Barat. Pada thaun 1834 ia mulai mendirikan serangkaian benteng di Dalu-dalu.<br />Tuanku Tambusai merupakan ancaman yang cukup serius bagi Belanda. Peranannya dalam mengurangi tekanan Belanda terhadap pertahanan utama Padri di Bonjol sangat besar. Pada tahun 1835 pasukannya mengepung kedudukan Belanda di Rao dan Lubuk Sikaping sehingga hubungan pasukan mengepung kedudukan Belanda di rao dan Lubuk Sikaping sehingga hubungan pasukan Belanda antara satu tempat dan tempat lain terputus. Adakalanya ia menyerang pos-pos militer Belanda di Tapanuli Selatan sehingga kekuatan Belanda yang mengepung Bonjol menjadi tepecah. Namun, pada bulan Agustus 1837 Bonjol jatuh ke tangan Belanda. <br />Walaupun Bonjol jatuh namun Belanda belum merasa aman sebelum perlawanan Tuanku Tambusai diakhiri. Untuk itu, pada awal tahun 1838 pasukan Belanda menyerang Dalu-dalu dari dua arah, yakni dari Pasir Pengarayan dan dari Tapanuli Selatan.s erangan itu gagal. Tuanku Tambusai sudah mendirikan benteng berlapis-lapis. Serangan berikutnya dilancarkan Belanda pada bulan Mei 1838. Beberapa benteng dapat mereka rebut, namun Belanda memerlukan waktu beberapa bulan lagi sebelum perlawanan Tuanku Tambusai dapat mereka akhiri. Barulah pada tanggal 28 Desember 1838, benteng utama Dalu-dalu jatuh ke tangan Belanda. Tuanku Tambusai berhasil meloloskan diri ke Malaysia. Ia meninggal dunia pada tanggal 12 Nopember 1882 di negeri Sembilan, Malaysia. <br />Kehebatan perlawanan Tuanku Tambusai diakui oleh pihak Belanda. Mereka menyebut Tuanku Tambusai sebagai “Harimau Padri dari Rokan”. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />NY. Hj. SITI HARTINAH SOEHARTO (1923-1996)<br />Pahlawan Nasional <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 060/TK/Tahun 1996,<br />Tanggal 30 Agustus 1996)<br /><br />Siti Hartinah yang akrab dengan panggilan Ibu Tien lahir pada tanggal 23 Agustus 1923 di Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah. Ia menempuh pendidikan Hollands Inlandsche School (setingkat Sekolah Dasar) di Wonogiri. Sesudah itu, ia bekerja di sebuah lembaga kebudayaan di Surakarta. Pada masa pendudukan Jepang, Siti Hartinah memasuki organisasi wanita Fujinkai. sesudah kemerdekaan Indonesia di Solo. Di samping itu, ia juga aktif bekerja dalam organisasi Palang Merah Indonesia. <br />Pada tahun 1947 Siti Hartinah menikah dengan Letnan Kolonel Soeharto. Sesudah Perang Kemerdekaan (1945-1949) berakhir, karier militer Soeharto semakin meningkat sampai akhirnya ia berpangkat jenderla dan pada thaun 1967 diangkat menjadi Presiden RI. Siti Hartinah pun menyesuaikan diri dengan kedudukan suaminya. Selama dua puluh sembilan tahun, sebagai istri presiden, ia menyandang predikat “Ibu Negara”. <br />Ibu Tien menyibukkan dirinya dalam berbagai kegiatan sosial dan budaya. Ia aktif memperkenalkan budaya Indonesia kepada tamu-tamu Negara yang berkunjung ke Indonesia. Untuk lebih memperkenalkan budaya itulah, di samping untuk membina rasa persatuan antarsuku, ia memprakarsai pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Perhatiannya terhadap hak-hak wanita cukup besar. Ia memperjuangkan hak-hak wanita dalam perkawinan yang akhirnya melahirkan Undang-Undang Perkawinan.<br />Ibu Tie aktif pula membina kepemudaan dan kepramukaan, pendidikan, peningkatan kesejahteraan anak terlantar, dan kesejahteraan para penyandang cacat. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, ia memprakarsai pendirian beberapa rumah sakit, seperti Rumah Sakit Anak dan Bersalin, Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, dan Rumah Sakit Kanker Dharmais. Selain itu, ia juga memimpin berbagai yayasan social, antara lain Yayasan Harapan Kita, dan Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan. Untuk menumbuhkan minat baca di kalangan masyarakat, ia memprakarsai pendirian perpustakaan Nasional.<br />Ny. Siti Hartinah Soeharto meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 21 April 1996. Jenazahnya dikebumikan di Pemakaman keluarga “Giribangun” di Karanganyar, Jawa Tengah. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />RAJA HAJI FISABILILLAH (1725-1784)<br />Pahlawan Nasional <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 072/TK/Tahun 1997,<br />Tanggal 11 Agustus 1997)<br /><br />Raja Haji pada tahun 1725 di Kota Lama, Hulu Riau. Pada tahun 1777 ia diangkat sebagai Yang Dipertuan Muda (YDM) Kerajaan Melayu – Riau. Dalam Sistem Kerajaan Melayu-Riau, pemerintah sehari-hari dijalankan oleh YDM. <br />Raja Haji berhasil memajukan Kerajaan Melayu-Riau baik di bidang ekonomi maupun dibidang budaya. Ia juga membangun angkatna perang yang kuat, terutama armada. Kubu-kubu pertahanan dibangun di berbagai tempat, terutama di Pulau Penyengat, tempat kedudukan YDM. Hal itu dimaksudkannya untuk menghadapi ancaman Belanda yang pada masa itu masih menguasai Malaka. <br />Pada tahun 1780 Raja Haji mengadakan perjanjian persahabatan dengan Belanda. Akan tetapi, dua tahun kemudian, perjanjian itu dilanggar oleh Belanda. Akibatnya, hubungan Belanda dengan Kerajaan Melayu-Riau menjadi tegang. <br />Selama sebelas bulan angkatan laut Belanda memblokade Riau, tetapi hasilnya hamper-hampir tidak ada. Bahkan, sebuah kapal perang Belanda diledakkan oleh armada Melayu-Riau. Usaha Belanda merebut Pulau Penyengat juga gagal. Sesudah itu tercapai persetujuan gencatan senjata. Akan tetapi, secara diam-diam Belanda mendatangkan kapal perang yang lebih besar perairan Riau. Dengan demikian, pertempuran pecah kembali. <br />Raja Haji bersepakat dengan Sultan Selangor untuk bersama-sama menyerang Malaka. Untuk itu, ia membangun pertahanan di Teluk Ketapang. Pada bulan Prebruari 1784 pasukan gabungan Melayu-Riau dan Selangor mulai melancarkan serangan. Untuk menghadapi serangan itu, Belanda mendatangkan pasukan yang cukup besar dari Jawa. Mereka berusaha merebut pertahanan Raja Haji di Teluk Ketapang, namun gagal. Karena itu, Belanda menambah lagi kekuatan pasukannya. Pada tanggal 18 Juni 1784 pertahanan Raja Haji di Teluk Ketapang mereka serang dari arah belakang. Pertempuran sengit berkobar. Raja Haji langsung memimpin pasukannya. Namun, ia terkena tembakan dan tewas seketika. Jenazahnya dimakamkan di sebuah lereng bukit di kota Malaka, kemudian dipindahkan ke pemakaman raja-raja Melayu-Riau di selatan Pulau Penyengat. <br />SULTAN SYARIF KASIM II (1893-1968)<br />Pahlawan Nasional <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 109/TK/Tahun 1998,<br />Tanggal 6 Nopember 1998)<br /><br />Sultan Syarif Kasim II lahir di Siak Sri Indrapura pada tanggal 1 Desember 1893. Selain memperoleh pendidikan agama, ia juga mengikuti pendidikan hukum dan tata Negara pada Institut Beck en Volten di Jakarta. <br />Pada tahun 1915 Syarif Kasim dinobatkan sebagai Sultan Siak. Sejak itu, ia mulai memperlihatkan sikap tidka senang terhadap Belanda. Ia tidak mau mengakui perjanjian yang dibuat Belanda dengan sultan-sultan terdahulu. Ia menolak anggapan bahwa Kerajaan Siak adalah milik pemerintah Belanda yang dipinjamkan kepada raja-raja Siak. Akibatnya, hubungan Sultan dengan Belanda tegang.<br />Syarif Kasim berusaha meningkatkan kecerdasan penduduk Siak. Untuk itu didirikannya sekolah-sekolah dasar berbahasa Belanda di samping sekolah-sekolah berbahasa Melayu. Murid-murid yang berbakat diberinya bea siswa untuk melanjutkan pendidikan di daerah lain, didirikan pula sekolah agama. Para pengajar didatangkannya dari daerah lain, bahkan dari Mesir. <br />Sesudah kemerdekaan Indonesia diperoklamasikan, Sultan Syarif Kasim mengirim telegram kepada Pemerintah RI yang menyatakan bahwa Kerajaan Siak adalah bagian dari wilayah RI. Untuk membantu pemerintah RI, ia menyumbangkan kekayaannya sebanyak tiga belas juta gulden. Sultan-sultan di Sumatera Utara diajaknya agar mendukung RI, walaupun ajakannya itu kurang berhasil. Beberapa waktu lamanya ia berdiam di Langkat dan aktif membantu pejuang-pejuang RI dengan menyediakan bahan makanan. <br />Sementara itu, pada bulan Maret 1956 di Sumatera Utara terjadi revolusi social yang didalangi oleh golongan kiri untuk menghancurkan kaum bangsawan. Sultan Syarif Kasim pindah ke Aceh dan menyumbangkan tenaga membantu pemerintah daerah Aceh. Melalui pidato radio ia menganjurkan agar penduduk Siak tetap setia kepada pemerintah RI dan menolak pembentukan Dewan Siak oleh Belanda. Pada bulan Oktober 1949, ia berangkat ke Yogyakarta untuk menyerahkan lagi sebagian harta kekayaan kepada pemerintah RI. <br />Sesudah pengakuan Kedaulatan, Sultan Syarif Kasim diminta oleh Presiden menjadi penasihat presiden. Ia meninggal dunia pada tanggal 23 April di Rumbai, Pekanbaru. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />FATMAWATI SOEKARNO (1923-1980)<br />Pahlawan Nasional <br />(Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 188/TK/Tahun 2000,<br />Tanggal 4 November 2000).<br /><br />Fatmawati dilahirkan di Pasar Padang, Bengkulu, pada tanggal 15 Februari 1923, putrid dari seorang tokoh Muhammadiyah setempat. Ia menempuh pendidikan di Hollands Inlandsche School (HIS : Setingkat Sekolah Dasar) dan sekolah kejuruan yang dikelola oleh seorang organisasi Katolik. Ketika masih duduk di bangku HIS, ia sudah aktif berorganisasi sebagai anggota pengurus Nasyiatul Aisyiah, organisasi yang ada di bawah naungan Muhammadiyah. Namun, sebagai murid sekolah Katolik, ia tidak canggung berperan sebagai Bunda Maria dalam sandiriwa yang diadakan oleh sekolah tersebut. <br />Pada tahun 1938 Fatmawati berkenalan dengan Bung Karno. Tokoh pergerakan nasional ini dipindahkan di Flores ke Bengkulu. Bung Karno memasuki Muhammadiyah dan bertugas sebagai pengajar. Fatmawati menjadi salah seornag murid. Ia tinggal di rumah kediaman Bung Karno dan istrinya Inggit Garnasih. Lebih dari itu, ia dilamar oleh Bung Karno untuk dijadikan istri. Mereka menikah di Jakarta pada tahun 1943 setelah Bung Karno menceraikan Inggit secara baik-baik dan berjanji akan membantu kehidupan Inggir untuk masa selanjutnya.<br />Sejak tahun 1943 itu Fatmawati tinggal di Jakarta. Pada masa itu Indonesia berada di bawah kekuasaan pemerintah pendudukan Jepang. Sebagai istri tokoh pergerakan nasional, ia berkenalan dengan banyak tokoh lain. Seperti tokoh-tokoh lain itu. Fatmawati yakin bahwa kemerdekaan pasti tercapai. Untuk itu, ia menyiapkan selembar bendera yang akan dikibarkan bila saat bersejarah itu tiba. Bendara itu dijahitnya sendiri. Kain untuk bendera itu diperolehnya dari pemuda Chaerul Basri. Bendera itulah yang dikibarkan sesaat setelah kemerdekaan diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. kini bendera yang bersejarah itu dijadikan bendera pusaka dan disimpan di Museum Monumen Nasional (Monas). <br />Sehari setelah kemerdekaan diproklamasikan, Bung Karno diangkat menjadi presiden RI dan Fatmawati pun resmi menjadi Ibu Negara. Karena situasi Jakarta tidak aman lagi sejak datangnya NICA, mereka pindah ke Yogya. Sebagai seorang istri, Fatmawati mendampingi Bung Karno menghadapi masa-masa sulit selama berlangsungnya perang mempertahankan kemerdekaan melawan Belanda. Pada waktu Belanda melancarkan agresi militer kedua (Desember 1948), Presiden Soekarno tertawan dan diasingkan ke luar Jawa. Fatmawati tetap tinggal di Yogya. Dalam keadaan serba sulit, dengan berbagai cara ia berusaha membantu kehidupan para istri prajurit yang ditinggal suami karena bergerilya di luar kota. Bahkan, bersama istri Kolonel Nasution, Fatmawati sering mengirim berbagai keperluan untuk para gerilyawan di daerah pedalaman.<br />Sebagai seorang wanita, Fatmawati berusaha meningkatkan peranan kaum wanita dalam pemerintahan. Usaha itu berhasil dengan diangkatnya beberapa tokoh wanita sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Sesudah pengakuan Kedaulatan ia gigih memperjuangkan agar dokumen, arsip, dan benda-benda milik RI yang dirampas Belanda antara tahun 1945 dan 1949 dikembalikan kepada pemerintah RI. <br />Fatmawati meninggalkan kehidupan istana dan tinggal di rumah pribadi setelah Presiden Soekarno menikah dengan Hartini. Ia meninggal dunia pada tanggal 14 Mei 1980 di Kuala. Jenazahnya dimakamkan di Taman pemakaman Umum (TPU) Karet, Jakarta.kulingetikhttp://www.blogger.com/profile/13154004340632680631noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2285591517006369783.post-10993491754687862122010-02-05T00:08:00.000-08:002010-02-05T00:10:41.714-08:00DIKTATORMacam – Macam Tipe dan Perilaku Para Diktator <br />Seperti yang telah kita kenal, kediktatoran pada abad ke-20 dipisahkan antara seorang figure militer yang memperoleh kekuasaan melalui kekuatan militer, dan tokoh politik yang menyusun kekuatan melalui jalan tersendiri menuju pada kekuasaan mutlak di negaranya. <br />Jenderal Franco dari Spanyol, seorang serdadu sepanjang hidupnya, adalah contoh klasik dadu sepanjang hidupnya, adalah contoh klasik kediktatoran militer. Selama perang sipil Spanyol, tokoh yang pada usia 33 tahun telah menjadi jenderal itu, memimpin tentara pemberontak. Dengan bantuan militer dari Jerman dan Italia, tentaranya menghancurkan Republik Spanyol yang demokratis dan sah dipilih rakyat. <br />Duvalier dari Haiti merupakan tipe seorang dictator politik. Semula dia menjadi dokter di pedalaman, lalu memenangkan pemilihan umum dengan membangkitkan prasarangka dan rasa dendam, serta mengobral janji-jani muluk. Setelah terpilih, dia menetapkan negara dalam keadaan darurat dan membabat habis semua kekuatan konstitusional. Dia mengangkat dirinya sebagai pemegang kekuasaan pada masa darurat. Akhirnya, dia menetapkan diri sebagai “Presiden Seumur Hidup”. <br />Di negara-negara Eropa Timur, meskipun hampir sebagian besar penguasanya adalah dictator, tetapi mereka biasanya hanya boneka yang dipasang yang bukan orang kuat sesungguhnya. Karena kekuasaan yang dihadiahkan Uni Sovyet setelah Perang Dunia II, sebagian besar mereka berkuasa hanya menuruti keinginan-keinginan Maskow, setidaknya hingga kematian Stalin pada tahun 1953. <br />Banyak terdapat perbedaan individual yang besar antara pada dictator dan kediktatoran yang mereka jalankan. Contohnya Juan Peron dari Argentina. Dia merayu massa dan menjanjikan mereka daging dengan harga murah – enam sen setengah kilo. Sedangkan Mussolini bergaya lain. Dictator Italia ini melecehkan massa Italia yang mengerumuninya, “Saya katakan padamu, kamu semua jorok! Kamu harus membersihkan dirimu sendiri! Kamu semua bebal! Kamu semua harus mau belajar!”. <br />Salazar dari Portugal adalah mahaguru brilian di Universitas Coimbra; Hitler dari Jerman adalah seorang tukang cat rumah yang menciptakan teori rasialis yang ngawur. Duvalier dari Haiti adalah si kikir, yang bersembunyi di istananya dengan senjata selalu tergeletak di meja kerjanya dan kunci-kunci peti uang yang berderet persis tasbih di lehernya. Castro dari Kuba adalah seorang yang membenci kekayaan pribadi, berperilaku bebas dan berani di tengah penduduknya. <br />Tito adalah seorang ateis. Dan franco seorang penganut Katolik yang teguh. Sukarno dari Indonesia, pada saat kekuasaannya hampir pudar, adalah seorang periang, banyak senyum, seorang berdansa dan cerita-cerita humor. Chiang Kai Shek dar Republik Cina, seorang yang dingin, angkuh dan kaku. <br />Juga, para diktator yang berhasil dalam satu negara yang sama pun memiliki banyak perbedaan. Lenin dar Rusia adalah seorang ahli hukum yang terdidik,c erdas, yang mengambil inisiatif dan sikap untuk membebaskan para petani dan buruh dari tindasan Tsar selama berabad-abad. Stalin, murid Lenin yang sukses, adalah seseorang yang licik, tiran kejam yang membunuh ribuan petani hanya untuk mempertahankan rencana kolektivitas pertanian Sovyet. Kruschov, pengganti Stalin yang mengecamnya dan berusaha men-“desentralisasi” Sovyet, adalah seorang periang, walaupun kasar. Brezhnev dan Kosygin yang mendepak turun Kruschov adalah tipe business-man yang efisien dan pendiam. <br />Kediktatatoran juga tumbuh sumbur di negara-negara feudal Amerika Latin. Negara-negara hanya dimiliki segelintir bangsawan kaya, sementara penduduknya sendiri tetap miskin dan tak terdidik. Perbedaan tajam antara kaya dan miskin menimbulkan rasa sakit hati dan pedih bagi si miskin. Satu keadaan yang merangsang perubahan-perubahan dengan cara kekerasan. Perubahan seperti itu biasanya dipimpin oleh seorang tokoh cerdas dan kharismatik seperti Fidel Castro dari Kuba. <br />Penduduk dengan tradisi kolonialisme sering kali menerima kediktatoran dengan sikap masa bodoh. Karena terbiasa taat dengan penindasan, mereka memilih untuk bersikap bungkam sambil berharap kepada pemerintah yang mengontrol hidup mereka. Mereka terima sebagai hal yang normal jika satu tokoh yang kuat tetap pada kekuasaannya, sampai pada saat ia digulingkan oleh sosok lain yang lebih kuat. <br />Penduduk Meksiko pertama kali menghadapi pemerintahan demokratis yang stabil baru ketika pada tahun 1934, saat pemilihan Presiden Cardenas. Cardenas sendiri mengajarkan kepada rakyatnya bahwa mereka seharusnya berharap dan menuntut satu pemerintahan yang dipilih secara demokratis daripada dengan kekerasan.<br />Masa-masa ketidakpuasan dan pertentangan penduduk sipil seringkali merupakan kesempatan baik bagi munculnya seorang dictator. Makin malangnya penduduk membuat mereka semakin mudah terbuai pada ucapan-ucapan seorang tokoh. Setelah Perang Dunia I, penduduk Italia yang lapar, tanpa pekerjaan, dan frustasi, berbaris di bawah bendera fasisme Mussolini yang menjanjikan pekerjaan penuh, upah tinggi, rumah dan sekolah baru, serta kebangkitan kembali Italia kepada masa kejayaan Romawi Kuno. <br />Keinginan berkuasa dictator fasis seperti Mussolini, Hitler dan Franco didukung penuh kelas penguasa, yaitu kaum bangsawan yang cemas akan kemungkinan pecahnya revolusi. Mereka, kelas penguasa, cenderung mencari seorang dictator yang mampu menjinakkan dan mengendalikan rakyat yang gelisah.<br />Sebagian besar diktator menyembunyikan nafsu berkuasanya dibalik sikap sebagai pendobrak dengan motif dan alasan-alasan yang luhur. Hitler meyakinkan penduduk Jerman bahwa ia menyelamatkan mereka dari “persekutuan kaum Yahudi sedunia”. Cromwell berkata kepada penduduk Inggris bahwa ia menyelamatkan mereka dari raja yang tiran. Franco bersumpah di hadapan penduduk Spanyol bahwa mereka diselamatkan dari pemerintah yang terpilih, “Yang terjebak oleh kaum Komunis”. <br />Diktator fasis umumnya memerintah secara pribadi. Dia diagungkan sebagai “Der Fuehrer”, “Il Duce”, “El Jefe Politice”, the “Generatlisimo”, atau “El Caudillo”. Ini berbeda jika dibandingkan dictator komunis yang cenderung memerintah melalui satu birokrasi partai yang secara ketat dikontrolnya. Bagaimanapun, tak seorangpun meragukan bahwa seorang dictator adalah penguasa tunggal. Sekali kekuasaannya telah berurat-akar, seorang dictator terang-terangan menggunakan terror untuk menyurut tunggal. Sekali kekuasaannya telah berurat-akar, seorang dictator terang-terangan menggunakan terror untuk menyurutkan setiap usaha menggulingkannya. Duvalier memiliki tentara pribadi sendiri; Tonton Macoutes (Bogeymen) meneror penduduk Haiti supaya tetap patuh. Mussolini juga mempunyai tentara pribadi; seperti Hitler dengan SS-nya. Sedangkan Stalin memiliki polisi rahasia OGPU yang telah membunuh ribuan penduduk Rusia. <br />Taktik “memecah-belah dan melumpuhkan” digunakan para dictator agar ia tetap bertahan pada kekuasaannya. Ia selalu memelihara pertentangan golongan dibawah payung nasional sehingga mereka tidak mampu menggabungkan kekuatan dan kemudian menyerangnya. Dengan menguasai taktik-taktik ini, Diaz dari meksiko sanggup bertahan di puncak kekuasaannya selama 30 tahun.<br />Peluang untuk meyakinkan rakyat dengan berusaha menentang kekuatan-kekuatan besar di dunia, adalah “emas” yang paling dicari dictator-diktator yang lihai untuk dimanfaatkan. Seperti halnya Nasser yang meyakinkan rakyatnya dengan mengusir Inggris ke luar terusan Suez. Sukarno berbuat yang sama ketika ia berkata pada Amerika Serikat agar menarik kembali bantuannya dan keluar dari negara Indonesia. <br />Menetapkan perang dengan negara lain adalah langkah favorit untuk memelihara popularitas. Rakyat yang demam perang hanya punya sedikit kesempatan untuk mengetahui betapa program-program domestic dari sang dictator itu sesungguhnya sama sekali tidak berharga.<br />Seorang dictator yang unggul sangat mengerti sejauh mana ia dapat menyetir rakyatnya; sejauh mana pengorbanan yang dapat dituntut dari rakyatnya guna mencapai tujuan-tujuannya sendiri. Pada pemerintahan Castro rakyat Kuba tetap menderita kekurangan rumah, makanan dan pakaian, tetapi, rakyat miskin Kuba tetap mempercayai sang diktator.<br /><br />Tiran-Tiran Favorit<br />Sebagian dari para diktator itu adalah tiran yang baik. Seperti Kemal Attaturk, yang walaupun pembaharuan-pembaharuan yang dilakukannya telah membawa negara Turki bergaya abad pertengahan menjadi negara modern, tetap tidak begitu popular di kalangan rakyat Turki.<br />Beberapa diktator berhasil membuat dirinya begitu popular sehingga jika mereka berani mengambil risiko mengadakan pemilihan umum, ada peluang besar bagi mereka untuk tetap dipilih. Tito dari Yugoslowakia adalah contoh pahlawan sejati bagi sebagian besar rakyatnya. Tetapi, bukan watak asli seorang diktator jika ia mau menyerahkan kekuasaan kepada rakyat; walaupun kekuasaan itu sebenarnya diperolehnya dari sana. Selalu ada kemungkinan, menurut jalan dipikiran diktator, rakyat akan menentangnya. <br />Mengamati kediktatoran abad modern kini, haruslah selalu dihindari ungkapan klise, stereotip dan penyederhanaan yang berlebih-lebihan. Semua diktator tidak serupa. Komunis dan fasis bukanlah hal yang sama. Tidak sama diktator adalah setan.<br />“Jika Anda ingin berbicara tentang sikap anti komunis sekarang ini,” kata George F. Kennan, duta besar pertama Amerika Serikat untuk Uni Sovyet,” Anda harus memulai dengan menjawab pertanyaan : Sikap Anti Komunis yang sama? Komunis dari Karl Marx, atau Lenin, atau Stalin, atau Mao, atau Gromulka, atau bahkan Tito?... mereka tidak dengan sendirinya sama. Bahkan tidak juga bagi kaum komunis sendiri yang sejauh ini tetap berpura-pura akan hal itu.”<br />Tentunya juga ada perbedaan tajam di antara para diktator sayap kanan. Mimpi Hitler untuk menaklukkan seluruh dunia hanya memiliki sedikit persamaan dengan tiran Trujillo yang hanya membatasi diri dengan Republik Dominikanya. Usaha keras Nasser untuk mempersatukan dan memimpin dunia Arab sangat bertentangan dengan diktator yang tenang yang hampir-hampir tidak kentara seperti Salazar dari Portugal. <br />Diktator sayap kiri menawarkan program keadilan sosial bagi buruh dan tani. Hal yang berbeda sekali dengan diktator sayap kanan yang biasanya berkaitan erat dengan golongan kaya, kaum industrialis, bangsawan dan seringkali borjuis, atau kelas menengah. <br />“Kenyataan yang sederhana,” menurut para redaksi nation, “bahwa USSR dan Cina – atau Kuba dalam hal ini – kesemuanya adalah rezim revolusioner yang bersifat sosial. Baik atau buruk mereka tetaplah seperti itu. Keseluruhannya muncul dari kenyataan sosial yang parah dan semuanya mencoba untuk memperbaiki keadaan itu. Manusia seperti Marx, Lenin, Mao Tsetung atau bahkan Stalin – tidak bisa dibandingkan dengan Mussolini dan Hitler. Kedua tiran terakhir ini sama sekali tidak pernah memiliki pandangan filsafat sosial, dan secara sederhana mereka dapat dikatakan sebagai orang berbakat terhadap kekuasaan, dan nekat. Bagaimanapun juga walau tujuan ke dua jenis diktator berbeda, mereka sering menggunakan cara yang sama untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Keduanya tidak segan memakai kekerasan dan cara-cara illegal.” <br />“Ketidaktatoran proleter,” kata Lenin,” Jelas berdasarkan kekuasaan yang bersandar pada kekuatan dan tidak dibatasi oleh apapun – bahkan oleh hukum – secara mutlak tidak ada aturan sama sekali.” <br />Adolf Hitler menuliskan strategi fasis dalam bukunya Mein Kampf : “Satu cara termudah mencapai kemenangan melawan akal budi adalah kekuatan dan terror.” <br />“Perbuatan kekuasaan dengan kekerasan oleh partai militer yang terorganisir,” tulis sejarawan politik Max Eastman,” Apakah ia mengatasnamakan Kediktatoran Proletar, Kejayaan Romawi. Biasanya akan membawa pada negara totaliter… satu istilah modern untuk kata Tirani”. <br />Pada buku ini pembaca akan melihat bagaimana kediktatoran kiri maupun kanan timbul dan berkuasa di empat belas negara. Tokoh kuat seperti Nkrumah atau Tshombe tidak dimasukkan karena mereka lebih mirip kepala suku yang liar daripada diktator, dan hanya berkuasa dalam waktu singkat. Daftar panjang diktator berumur pendek di Vietnam Selatan sejak dari Bao Dai hingga Ky (Nguyenkoolky) juga tidak dimasukkan dalam buku ini.<br />Mengingat pentingnya daerah Amerika Latin, perhatian khusus diberikan pada kediktatoran daerah itu seorang pengamat politik, Walter Lipman, yang banyak pandangannya sering mempengaruhi Presiden AS, menyatakan bahwa di depan hidung kita (Amerika Serikat) sedang terjadi pendidikan revolusi dan perang sipil. Benturan-benturan yang terjadi antara kekuatan-kekuatan sayap kanan dan kiri, yang masing-masing akan memunculkan kediktatoran akan dapat menyebabkan krisis besar pada kebijaksanaan luar negeri Amerika Serikat. <br />Semakin kita mengerti tentang diktator dan keadaan yang memungkinkan munculnya, semuakin baik kita berbuat untuk melindungi dunia demokratis tetap aman dengan kebebasannya dan untuk mempengaruhi rakyat negara lain agar memilih jalan yang kita buat. <br /><br />Uni Soviet <br />Lenin, Stalin, Kruschev <br />Abad-abad gelap berlalu ketika rakyat Rusia terpaksa hidup di bawah sistem feudal yang buas. Tirani Tsar yang berkuasa membungkam seluruh perlawanan dengan mencambuki petani yang tidak puas, menginterogasi dengan siksaan, memecat dan memenjarakan buruh-buruh yang berontak, menghancurkan setiap buku yang ide-idenya dianggap berbahaya. <br />Pada akhir abad XIX, kaum intelektual Rusia mulai menyusun rancangan untuk menghancurkan tiran Tsar. Kitab suci pegangan mereka adalah Manifesto Komunis (communist Manifesto) karangan Marx dan Engels, yang salah satu tulisannya berbunyi : “Buatlah kelas penguasa gemetar dengan revolusi kaum Komunis. Kaum proletar tidak akan kehilangan apa-apa kecuali rantai yang membelenggunya. Mereka memiliki dunia ini, mereka akan menang. Wahai buruh seluruh dunia, bersatulah”. <br />Tahun 1905, peserta demonstrasi damai di luar istana Musim Dingin dibunuhi secara missal dan kejam oleh pasukan pengawal istana Tsar. Walau Tsar menghancurkan mereka dengan cara biadab, “Minggu berdarah” di St. Pertersburg itu mengawali kebangkitan revolusi di seluruh dunia. <br />Ketika Tsar Nicholas menyeret negaranya ke dalan kancah Perang Dunia I, ketidakpuasan sekali lagi berkobar. Bahkan kaum bangsawan sendiri merasa sakit hati melihat Tsar dan Tsarina jatuh ke dalam pengaruh seorang pendeta sinting Rasputin. Sementara di istana pesta mewah terus berlangsung, rakyat Rusia kedinginan dan kelaparan. Pemuda-pemuda Rusia dikirim ke Front Timur, untuk berperang atas nama Tsar, tanpa dibekali senjata. Tentara-tentara muda yang sial itu diperintahkan menepuk-nepuk tangannya supaya musuh mengira itu bunyi senjata.<br />Pada tahun pertama perang itu, separuh dari tentara muda itu terbunuh sia-sia. Jumlahnya tak kurang dari empat juta orang. Terjadi desersi besar-besaran, angkatan lautnya mulai erontak. “Revolusi bukan saja merupakan kemungkinan”, perdana Menteri Inggris ketika itu mengamati, “Tapi telah menjadikeharusan.” Untuk menyelamatkan Rusia yang merupakan sekutu perangnya, dengan setengah berputus asa ia mengirimkan duta besarnya dan berpesan : “Yang Mulia, Tuan harus menghancurkan penghalang yang memisahkan Tuan dengan rakyat Tuan dan mendapatkan kembali kepercayaan mereka.” <br />Tapi, pesan itu dijawab Tsar dengan angkuh, “Tuan maksudkan, saya harus mendapat kepercayaan dari rakyat saya atau mereka yang harus mendapat kepercayaan saya?” Pertanyaan Tsar ini dijawab rakyatnya dengan revolusi kedua di bulan Februari 1917 yang berhasil menjungkirkan Tsar dari tahta. <br />Selama sembilan bulan yang singkat, Rusia dikuasia oleh pemerintah sementara, dengan pimpinan Alexander Kerensky. Tokoh ini dengan perlahan akan membawa pembaharuan tidak hanya bagi kelas pekerja, tapi juga bagi rakyat Rusia seluruhnya. Sikap ini ditolak kaum Bolsyewik, yang tetap bersikeras meyakini kebenaran kaum Marx. “Perjuangan kelas harus diarahkan kepada kediktatoran proletar. Satu masa peralihtan untuk menghilangkan perbedaan kelas. Dan menuju satu masyarakat tanpa kelas. “Pemerintah Kerensky berakhir, digilas kaum Bolsyewik, yang kemudian menyusun kekuatannya sendiri. <br />Kediktatoran proletar mulai menggeliat bangun. <br /><br />I. VLADIMIR ILYICH LENIN<br />Di London – kota tempat Lenin dalam pembuangan – Lenin seringkali dimintai pendapat pemimpin-pemimpin serikat dagang Inggris. Seorang pemimpin serikat pelayan took satu kali bertanya kepada Lenin, yang waktu itu telah menjadi figure berwibawa kaum sosialis, apa yang harus dilakukan kalau tuntutan-tuntutan para pekerja tidak disetujui.<br />“ya… mengapa tidak diputuskan mogok saja?” Lenin balik bertanya. Pelayan took itu menggeratakkan gerahamnya, “Saya kira apa yang harus kita perbuat adalah menciptakan revolusi dunia dan kakus yang lebih bersih.” <br />Itulah juga tujuan Lenin ia menginginkan kehidupan yang lebih baik bagi buruh. Dan ia juga yakin mereka tidak akan mendapatkannya kecuali dengan merebut kekuasaan.<br />Vladiamir Ilyich Lenin dilahirkan di Simbirak, tepi Danau Volga, 10 April 1870. ia, enam bersaudara dengan ayah seorang direktur sekolah, dan ibu seorang dokter anak-anak. Ia benar-benar menikmati kehidupan ideal masa kanak-kanak. Memancing di Danau Volga, main ski, berselancar di lereng bukit, berkelana ke bukit-bukit. Lenin tumbuh sebagai anak yang cerdas dan merasa superior dari teman-temannya sekelas. Ia biasanya meloncat keluar dari jendela jika ingin meninggalkan saudara-saudaranya atau sepupunya yang ingin ikut bermain dengannya. “Kalian harus mematuhi saya dengan tidak usah ikut bermain,” katanya dengan menyeringai kecil.<br />Hobinya ketika muda, seperti orang Rusia yang lain, adalah bermain catur. Dan biasanya ia sengaja memberikan keuntungan kepada lawannya satu atau dua buah catur; “Tidak asyik jika aku tidak sungguh-sungguh ditantang melepaskan buah caturku,” katanya.<br />Tahun 1887, setahun setelah kematian ayahnya, kakaknya, Alexander, seorang pemuda revolusioner sosial ditangkap karena percobaan pembunuhan Tsar Alexander III yang gagal. Lenin terkejut mendengar berita itu. Bagi Lenin muda, sang kakak adalah tokoh idolanya. Tampaknya dari sini kebencian Lenin kepada kaum borjuis mulai tumbuh. Ketika ibunya menengok kakaknya di penjara, tak seorangpun dari keluarga teman-temannya yang liberal mau menemani ibunya. Sikap pengecut ini menimbulkan kebencian Lenin. Hanya kelas pekerja yang bisa dipercaya.<br />Mendengar pengadilan Tsar memutuskan hukuman gantung bagi kakaknya, Lenin dengan penuh rasa sakit hati bersumpah untukmemberikan hidupnya bagi kehanuran kekaisaran Tsar. Sewaktu dipenjarakan, suatu saat dia berkata pada temannya satu komplotan, “Jalan hidupku disinari oleh kakakku”. Tetapi pikiran tajamnya, mengingatkannya untuk tidak mengulangi kesalahan kakaknya itu. Pembunuhan hanya akan mengubah tirai menjadi anarki. <br />Sebaliknya, komunisme Karl Marx menawarkan cetak biru cara merebut kekuasaan. Di tuntut oleh “dewa” komunis itu, kaum revolusioner tidak hanya mengerti bagaimana merebut kekuasaan pemerintahan, tetapi juga bagaimana menggunakannya. Seperti halnya dalam bidang hukum, revolusi Marxis adalah satu profesi. <br />Tahun 1887, Lenin menjadi mahasiswa hukum Universitas Kazan. Waktunya habis digunakan untuk menyusun rencana melaksanakan demonstrasi anti-Tsar yang menyebabkan ia dipecat dan dikurung selaka tiga bulan. <br />“Hey, anak muda, mengapa kau selalu ingin berontak?” Tanya seorang mata-mata polisi pada satu kesempatan, “Tidakkah kau melihat bahwa kau akan menabrak tembok batu?” <br />“Tembok batu itu sedang ambruk,” jawab Lenin Kalem, yang kelak terbukti. <br />Hanya empat tahun dibutuhkan Lenin untuk menjadi sarjana. Tapi, mudah diduga, ia memandang hina bekerja di kantor pengadilan Tsar. Ia memilih pergi ke luar negeri untuk mengadakan kontak dengan kaum revolusioner bangunan. Kelompok itu terkesan dengan anakmuda berusia 25 tahun, intelektual dengan bacaan yang kaya, berdahi lebar dan dengan tatapan mata yang selalu tajam. Ia biasanya bicara dengan penuh rasa percaya diri, tangannya angkuh tergenggam di kantong mantel musim dinginnya. <br />Kembali ke St. Petersbug, ia menerbitkan surat kabar illegal. Tetapi dengan cepat ia ditangkap, empat belas bulan waktunya habis di penjara. Sambil menunggu pengadilan, ia melewatkan waktu dengan menulis buku,pesan rahasia, dan bermain catur melawan teman sepenjaranya dengan jalan memakai kode ketukan sebagai tanda jalannya permainan. Keputusan pengadilan akhirnya membuangnya ke Siberia selama tiga tahun ia dikirim naik kereta, menunggu kuda dan motor sungai ke Siberia. Ia ditemani kekasihnya, Nadya Krupskaya, seorang teman wanita revolusionernya. Mereka berdua menikah tanggal 22 Juli 1898. <br />Untuk mendapatkan tambahan makanan, Lenin diperbolehkan berburu rubah. Tetapi, ia tidak tampak bergairah dengan perannya sebagai pemburu. Pada suatu hari, ketika sedang berburu, seekor rubah dengan cepat melewatinya, Lenin terkejut dan ia sempat mengejarnya, namun sama sekali tidak mengangkat senjata yang dipegangnya.<br />“Oh Tuhan, mengapa kau tak menembaknya?” tuntut Nadya dengan perasaan malu, Lenin menjawab, “Rubah itu terlalu cantik”. <br />Tahun 1900, ia dibuang dari tanah Rusia. Selama 17 tahun berikutnya, pasangan ini mengembara di sepanjang Eropa, membangun partai buruh Sosialis Demokrat Rusia, membangun partai buruh Sosialis Demokrat Rusia, dan mengedit majalah berbahasa Rusia, Iskra (cetusan). Tinggal di kamar tanpa perabotan, membeku di musim ingin, naik sepeda dengan sepatu botnya yang berat, mereka begitu miskinnya sehingga mantel musim dinginpun tak mereka punyai. Ketika satu kali Lenin ambruk karena penderitaan yang berat akibat sakit panasnya, Nadya berjaga sepanjang malam, mengobati hanya dengan yodium, karena mereka sama sekali tidak mampu berobat ke dokter. <br />Tahun 1903, saat Kongres Partai di Brussel, Belgia, Lenin mendesak agar partai dikendalikan oleh komite pusat pejuang-pejuang revolusioner. Tantangan terhadap pendapat ini demikian keras dan kuat sehingga polisi Belgia ikut campur tangan dan memerintahkan para delegasi kongres untuk meninggalkan negeri itu. Dengna segala macam cara, debat panas itu berlanjut terus di kepal yang membawa mereka ke London. Pengikut moderat partai enurut satu kepemimpinan yang demokratis. Mereka merasa bahwa jalan untuk mencapai nasionalisme adalah bekerja sama dengan pemimpin-pemimpin borjuis.<br />Di London, partai itu akhirnya terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama, kelompok mayoritas, adalah kelompok Lenin. Kelompok ini, kaum Bolsyewik, adalah kelompok garis keras yang berpikir perubahan harus dimenangkan dengan senjata. Dalam sejarah terbukti bahwa kelompok ini adalah nucleus (inti perkembangan) dari Partai Komunis Rusia sedangkan kelompok kedua, kaum mensyewik, merupakan kelompok minoritas yang kemudian menjadi kaum sosialis moderat yang membentuk sikap bahwa perubahan harus dilakukan dengan damai. <br />Pada tahun 1912, perpecahan itu makin menajam. Dan kedua kelompok itu menjadi sadar sekali bahwa mereka tidak bisa lagi bekerja sama. Kaum Mensyewik memang terkejut dengan sikap bajingan Lenin yang kadang-kadang tidak segan membunuh demi untuk mendapatkan dana partai. Lenin jelas-jelas mengabdikan dirinya pada Bolsyewikisme. <br />Lenin tidak merasa heran ketika PD I peah di tahun 1914. “Negara-negara kapitalis tidak mungkin hidup tanpa peperangan,” katanya. Tetapi, timbul perasaan jengkelnya ketika menengar para delegasi partai sosialis mendadak pulang ari pertemuan kaum Sosialis Internasional kembali ke negerinya guna membantu tujuan-tujuan perang pemerintahannya masing-masing. <br />“Kelas pekerja jangan ikut-ikutan bertempur di perang kapitalis,” serunya. “bagaimana kaum Marxis bisa tertipu dengan sikap patriotic semacam itu? Tidaklah mereka tahu bahwa perang yang paling tepat bagi mereka adalah perang sipil – perang melawan kaum borjuis negaranya sendiri?”<br />Tetapi, walau revolusi itu tidak terjadi di Benua Eropa, revolusi itu pecah di negerinya sendiri, Rusia. Ia menengar berita itu etika sedang berada di Zurih, Swiss. Revolusi itu, Revolusi Februari tahun 1917 yang membawa rezim moderat Alexander karensky ke jenjang kekuasaan. Lenin sadar ia harus secepatnya kembali ke negerinya, tapi tentara-tentara Jerman menjadi pikirannya. <br />Lenin mengetuk-ngetuk dahinya, “Mereka tahu bahwa karensky akan tetap membiarkan Rusia terseret dalam perang ini. Dan mereka tahu bahwa aku tidak. Kukira mereka akan sungguh-sungguh menolong kita pulang ke Rusia.” <br />Ia benar, Pemerintah jerman menyediakan kereta dan uang dolar. “Jika kapitalis Jerman cukup tolol membawa kita ke Rusia,” ucap Lenin pada seorang pembantunya, “Inilah saat mereka mulai menggali liang kuburnya”. <br />Kembali ke St. Petersbug (yang kemudian berubah menjadi Petrogard dan Leningrad pada masa kekuasaan komunis Uni Sovyet), ia merasa cemas dan gelisah ketika melihat bahwa kaum Bolsewik di sana bekerja sama dengan Kerensky. “Harus kita tanggalkan pakaian kotor ini,” tukasnya, dang anti dengan yang bersih”. Melihat ia memaw kaum Bolsyewik bertentangan dengan pemerintahan Mensyewik, Kerensky lantas memerintahkan penangkapannya.<br />Muridnya, Jospeh Stalin menukur janggut dan kumisnya, dan menolongnya bersembunyi. Rezim Kerensky memang sangat tidak senang dengan semboyan Lenin “Roti, Tanah dan Damai” yang ketika itu telah demikian bergelora di sanubari rakyat Rusia. Dari Finlandia, bukan Oktober, Lenin menulis surat ke pimpinan partai, “Krisis itu ada di sini (Rusia, maksudnya). Kita berdosa kalau kita tangguhkan. Kaum Bolsyewik mampu dan harus merebut kekuasaan ke tangan mereka sendiri”. <br />Mereka (kaum Bolsyewik) ragu-ragu. Kemunculannya yang tiba-tiba di Petrogard mematuk picu kebangkitan rakyat Rusia. Tanggal 26 Oktober 1917, pertempuran berkobar di tengah-tengah kota Petrogard. Istana musim dingin Tsar jatuh ke tentara merah Lenin. Kerensky melarikan diri. Dokumen-dokumen Tsar jatuh ke tangan Lenin, termasuk dokumen penting perjanjian Sekutu untuk mengatur peta dunia setelah mereka berhasil menaklukkan Jerman. Rezim moderat kaum sosialis yang singkat tumbang dan diganti dengan rezim kaum Bolsyewik yang keras. <br />Penguasa baru Rusia minta kepada para serdadu, petani, buruh, untuk mengadakan gencatan senjata. Seluruh pemerintah yang berperang harus mengusahakan perdamaian tanpa berpikir tentang daerah taklukkan, rampasan perang. Ia berjanji akan tetap memelihara semboyan “Roti, Tanah dan Damai”. Dengan sederhana di simpulkannya, “kita harus bersiap-siap membangun cita-cita kaum Sosialis”. <br />Lenin yang tidak senang dengan diplomasi rahasia menganam akan menyebarluaskan perjanjian-perjanjian rahasia yang diketemukannya. Di Washington, Woodrow Wilson. Presiden Amerika Serikat cemas dengan ancaman Lenin. Wilson sendiri pernah berkata kepada rakyat Amerika bahwa perang adalah “untuk menyelematkan dunia bagi kepentingan demokratsi”. Tetapi, jika Lenin menyebarluaskan perjanjian rahasia itu, rakyat Amerika akan tahu bahwa perang itu sebenarnya tidak lebih dari perselisihan jorok kaum kapitalis imperialis untuk memperebutkan daerah pasaran barang-barangnya, keuntungan ekonomis dan ambisi-ambisi mendapatkan daerah baru. Peran akan “ternoda”. <br />Wilson menyusun angan-angannya dalam Empat Belas pasal dan memohon Perancis dan Inggris agar menandatanganinya sebagai pernyataan pihak Sekutu Barat bahwa perang yang dilancarkan bertujuan hanya untuk perdamaian. <br />Lenin sendiri percaya bahwa rezimnya hanya merupakan peralihan. “tentu saja,” katanya di tahun 1918, “kemenangan terakhir sosialisme di satu negara tidak mungkin. Kesatuan pekerjaan dan petani Sovyet hanya merupakan satu satuan dair kekuatan dunia yang besar”. Ia dengan penuh harap menunggu revolusi yang lain. <br />Sementara itu, meneteri luar negerinya, Leon Trotsky, berunding dengan pihak jerman di Brest Litovsk. Syarat-syarat yang diberikan Jerman agar membiarkan Rusia tetap terhindar dari perang begitu beratnya hingga Trotsky menolaknya. “Tandatangani saja,” desak Lenin, “tentara Rusia selalu siap memilih perdamaian di atas kaki mereka sendiri; dengan melarikan diri.” Di samping itu juga tidak ada yang lebih penting dari menjaga dan mempertahankan negara Sovyet yang baru. <br />Perjanjian itu sendiri akan memberi peluang sementara, dan Lenin sama sekali tidak ada niat untuk menghormatinya. Jika Jerman kalah dalam perang itu, ia akan hapus dari peta dunia. Lenin kemudian terbukti benar.<br />Winston Chruchill, perdana menteri Inggris yang terkenal, terkesan akan kecemerlangan Lenin, memandang Lenin sebagai setan itu sendiri; senjata logikanya, perasaannya yang dingin dan luas seperti lautan Artik, rasa dendamnya seperti algojo, keinginannya untuk menyelematkan dunia dan metoda untuk menghancurkannya.<br />Bulan September 1918, Churchill menyokong kekuasaan Rusia Putih dalam pertempuran melawan tentara Merah, menggiring tentaranya lewat Pegunungan Alpen ke Siberia. Untuk menolong mereka. Tiga tahun lamanya Lenin menghantam usaha-usaha yang ingin menghancurkan rezim Sovyet yang baru itu. Dan berhasil. <br />Pada waktu yang sama ia mulai mentransformasikan Rusia menjadi negara sosialis pertama di dunia. Pekerja-pekerja Sovyet mengambil alih kembali pabrik-pabrik. Transportasi kereta dan Bank dinasionalisir. “Pengadilan Rakyat” memimpin semua gedung pengadilan. Diskriminasi kepada wanita adalah melanggar hukum. Di dunia militer, calon tentara yang mendaftarkan diri diperbolehkan memilih komandannya sendiri. <br />Bagaimanapun juga, banyak aturan-aturan baru hanya tinggal di atas kertas. Lenin sendiri menilai itu semua sebagai satu propaganda dari kenyataan bahwa sebenarnya pemerintahan tidak bersandar pada aturan tetapi terutama pada manusianya. Ketika sikap-sikap sinis yang mulai terbawa pada kebiasaan sikap keras kepada seorang diktator, “Saya tidak berkata bohong kepadamu, saya sedang meyakinkanmu. <br />Lenin bukan seorang haus darah, tanpa perasaan seperti Stalin. Ia membenci korban yang tidak perlu dan sungguh-sungguh mencoba melindungi keluarga Tsar dari pembantaian kaum Bolsyewik. Walaupun ia tetap memperbolehkan hukuman mati yang dipandangnya sangat perlu. “Situasi kehidupan kita yang menjadi penyebab mengapa kekejaman diperlukan,” katanya satu kali pada rekannya novelis Maxim Gorky, “hanya bisa dimengerti dan dimaafkan di masa yang akan datang”. <br />Malangnya, jika ia sendiri tidak percaya pada pembunuh politik, kaum revolusioner justru melakukannya. Seorang gadis bernama Fanny Kaplan, pada tanggal 30 Agustus 1918, menembaknya tepat ketika ia baru saja meninggalkan pertemuan kaum buruh. Ia sendiri selamat, tetapi sejak itu kesehatannya tak pernah lagi pulih seperti semula. <br />Persoalan terbesar bagi negara muda itu adalah kaum petani. Mereka (kaum petani) tidak pernah tertarik dengan teori-teori Marx. Hanya janji tanah yang akan diberikan kepada merekalah yang memikatnya. Sekali mereka telah membagi-bagikan dan mendapatkan tanah-tanah dari tuan tanah, mereka sendiri menjadi tuan tanah baru. <br />“Kenyatakan memang sesuatu yang keras kepala”, demikian pengakuan Lenin pada pemimpinan-pemimpinan Bolsyewik yang lain. “Daerah kota sedang menderita kelaparan, para petani menolak menghasilkan pangan lebih dari yang mereka butuhkan tanpa keuntungan yang mereka peroleh. Kali ini mereka telah memukul kita.” <br />Pada thaun 1921 di dalam kebijaksanaan ekonomi barunya, ia terpaksa memperolehkan petani menjual surplus produksinya pada pasar bebas.<br />Ia bahkan manawarkan kepada Bernard Baruch, seorang pengusaha Amerika kelas kakap, satu miliar setahun untuk dating ke Moskow dan mengindustrialisasikan ekonomi Rusia yang primitive. <br />“Saya tahu bahwa Anda tidak tertarik dengan uang ini,” katanya kepada Baruch, “Tetapi tidaklah tantangan ini juga merangsang Anda?”<br />Tanpa sama sekali mengambil uang itu Baruch langsung setuju, dengan syarat bahwa Sovyet harus pertama-tama memberi prioritas pada sandang, pangan dan pemukiman sebelum membangun pusat irigasi dan pengecoran logam, “Tidakkah ini apa yang dimaksud oleh revolusi Tuan?” desaknya. Tetapi, di dalam jalan pikiran Sovyet industrialisasi harus dibangun dahulu sebelum mencapai standar hidup yang lebih tinggi, walau betapapun buruknya keadaan hidup rakyat Rusia. <br />Sewaktu diminta mendefinsiikan Komunisme, Lenin menjawab, “Republik Sovyet ditambah dengan elektrifikasi”. <br />Ia mempekerjakan penasihat-penasihat teknis dari negara kapitalis Jerman dan Perancis. “Satu orang ahli teknik (entah dari negara manapun) sama nilainya dengan sepuluh orang komunis,” katanya pahit kepada Trotsky. <br />Ketika ia mendatangkan modal asing ke negerinya, Lenin berkilah dengan alasanya sendiri. “Mengapa kita harus menutup mata dari hal itu? Secara sederhana, kita harus berjalan di garis dunia kapitalisme”. Bagi Lenin tujuan selalu menghalalkan cara. <br />Ia sendiri tidak mencoba menyembunyikan kegagalan-kegagalan komunisme. “Kita membuat kesalahan-kesalahan tolol,” katanya jujur pada sidang Komunis Internasional Ketiga.” <br />Tidak ada yang tahu lebih baik dari saya. Karena Rusia negara terbelakang, karena tidak ada bantuan dari dunia luar, kita telah menjadi negara birokrasi”. Ia mengakui, setelah empat tahun mencoba mengurangi jumlah penerima gaji pemerintah, ia malah mengakhirinya engan menambah 20 ribu orang birokrat lagi. <br />Kecurigaan Lenin terhadap pemerintah lain tidak pernah hilang. “Jika kita tetap toleran dengan bajingan-bajingan seperti kapitalis-kapitalis itu,” ungkapnya pada thaun 1930, “Masing-masing dari mereka siap menusukkan pisaunya ke tubuh kita. Adalah tugas utama kita untuk membuat mereka saling menusuk antara mereka sendiri.” <br />Untuk itu dicobanya menggerakkan revolusi di negara-negara Eropa lainnya melalui Komitmen (Komunis Internasional), persekutuan Partai Komunis Sedunia. Tetapi, ia tertawa ketika mendengar rencana Trotsky untuk menggerakkan revolusi itu di Amerika. <br />“Hanya dengan banyak omong dan membuat rencana-rencana kelas teri,” diledeknya Trotsky, “tangan lemah partai komunis kita di Amerika dapat membuat bngung pemerintah Amerika?” <br />Kecemerlangan Lenia terletak pada kepekaan terhadap dinamika massanya dan keluwesan yang cukup untuk memberi apa yang mereka inginkan, bahkan seandainya ia harus mengorbankan prinsip. Hanya tampak ada kekurangan persepsinya pada penilaian terhadap seseorang. Ia tidak belajar tentang nafsu berkuasa Stalin, sampai pada saat yang begitu terlambat. Ketika pemimpin tentara Merah Bella Kun terbang ke Hongaria, Lenin menerimanya sebagai pahlawan. Dan mengirimnya ke Crimea untuk menerima penyerahan tentara putih yang telah dijanjikan Amnesti oleh Lenia. Tetapi, Bella Kun menggantung tiga puluh ribu tentara putih malang itu dan meletakkan “dosa” itu dipunggung Lenin. <br />Satu hal yang jelas, apapun kegagalan yang dialaminya, Lenin tetap tidak tertarik pada kekayaan pribadi. Sebagai penguasa tunggal dan mutlak Uni Sovyet, ia dan istrinya tetap hidup sederhana seperti saat mereka masih dalam pembuangan dahulu. dengan pemakaian jenis murahan, santapan sehari-hari dengan menu sederhana, Lenin tampaknya hanya tertarik kepada kekayaan pikiran. <br />Pada musim semi tahun 1922, ia menderita tiga kali serangan kelumpuhan syaraf. Saat-saat menjelang kematiannya di daerah peristirahatan di Gorky, ia menjadi sadar akan bahayanya ambisi-ambisi Stalin. Dan ia berusaha memperingatkan partainya akan bahayanya hal itu sebelum tepat di tanggal 21 Januari 1921, tanggal kematiannya. Dan dengan setengah sinis Stalin mengangkat penguburan Lenin ke panggung drama sebagai usahanya untuk menunjukkan kepada rakyat Rusia bahwa ia adalah pewarisnya. Jutaan rakyat Rusia berderet di Lapangan merah guna memberikan penghormatan terakhir bagi pahlawan pujaannya itu. <br />Di London, seorang wartawan Inggris mewawancarai seorang tua pengunjung perpustakaan Museum Inggris tempat Lenin menghabiskan tahun-tahun pengasingannya, belajar bagaimana memimpin negara yang besar.<br />“Orang kurus bejanggut? Berpakaian kumal? Orang asing?” orang tua itu berpikir sejenak,” Ya… ya saya masih ingat benar ia. Saya heran apa saja yang terjadi pada dirinya. <br /><br /><br />II. JOSEPH STALIN <br />George Kennan, duta besar Amerika di Uni Sovyet yang pertama berhasil menemukan bhawa paspor yang digunakan oleh Stalin untuk menghadiri Kongres Partai di Stockholm 1906 dikeluarkan oleh Okhrana, dinas polisi rahasia Tsar. Penemuannya itu berhasil menyingkap tabir teka – teki yang menyelubungi figure misterius Stalin. Menurut cerita – cerita yang beredar ketika itu, Stalin satu saat pernah jadi agen polisi rahasia Tsar demi keselamatan dirinya. Kejadian yang terjadi sekitar tahun 1906-1912 itu pernah diakui Stalin ditahun 1920. Majalah – majalah Sovyet memuat pernyataannya tentang hal itu. Tetapi beberapa minggu kemudian majalah – majalah itu, yang memuat penyataannya, lenyap dari peredaran dan dari setiap perpustakaan yang ada di negara komunis itu. <br />Kennan, yang yakin dengan cerita itu ada penemuannya tentang paspor Stalin, kemudian berusaha melacaknya pada anggota – anggota partai yang hadir pada saat kongres tersebut. Ternyata Kennan menjumpai bahwa tidak satupun anggota itu luput dari pembunuhan Stalin. <br />Joseph Vissarionovich Jugashvili, dikenal dengan nama Stalin atau manusia baja, lahir di kampong kecil, Georgia, di utara Rusia. Ia lahir tanggal 21 Desember 1879, dari seorang ibu petani yang saleh yang setiap saat berdoa agar Stalin menjadi pendeta. Ayahnya sendiri seorang pembuat sepatu, pemabuk, yang seringkali memukul. Ayahnya meninggal di usia muda.<br />Dengan harapan Stalin dapat masuk sekolah agama, ibu Stalin menghabiskan waktunya berjam-jam mejahit dengan hanya berpenerangan lilin. Di sekolah, teman-temannya menghina pakaian murah yang dikenakannya. Tapi itu dibalasnya dengan menjadi murid terpandai di kelasnya. Ia juga melatih kemampuan berbicara dengan gaya sarkastis agar dapat menguasai lingkungan pergaulannya.<br />Akibat bacaan-bacaan propaganda terlarang kaum revolusioner sosial, stalin menjadi hilang kepercayaannya terhadap agama. “Tahu tidak kamu, mereka menipu kita,” katanya satu kali pada rekan sebayanya,” sebenarnya Tuhan itu tidak ada.” Temannya yang lain mendengar ucapan Stalin ketautan dan berkata, “Engkau pasti terbakar di api neraka.” <br />Sikap ateisnya tidak menghalanginya melamar dan kemudian berhasil memenangkan beasiswa di Tfflis Theological Seminary, satu-satunya kesempatan baginya untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. Tetapi, ketimbang belajar menjadi pendeta, ia diam-diam belajar pikiran-pikiran kaum Marxis melalui hubungannya dengan kelompok revolusioner di tempat belajarnya itu. Setelah tak kurang dari tiga belas kali dihukum, ia akhirnya dipecat. <br />Bergabung dengan Partai Sosialis Demokrat, ia dengan cepat menjadi pimpinan dan langsung memimpin demonstrasi untuk pertama kalinya pada hari buruh, 1 Mei. Tindakannya ini kemudian dipuji setinggi langit oleh Iskra, surat kabar partai yang diterbitkan Lenin diserang lautan. <br />Stalin selalu berhasil menghindari penangkapan, hingga akhirnya di tahun 1902 ia ditangkap oleh Okhrana, lalu dibuang ke Siberia. Tetapi berhasil melarikan diri engan keadaan hampir mati di badai salju di padang Siberia. Kembali ke Tfflis, ia menganggap karirnya adalah bajingan revolusioner, peran yang dilakukannya dengan sejumlah nama palsu. Ia memimpin pemogokan umum buruh tambang minyak di tahun 1904. Dan ketika polisi-polisi rahasia melarang pemogok-pemogok itu bernyanyi lagu-lagu yang revolusion “bagaimanapun setiap orang telah tahu syairnya,” katanya.<br />Tahun 1905 menghantamnya dengan dua pukulan : gagalnya revolusi sosial Rusia dan kematian seorang gadis petani yang dinikahinya, Khaterine Svanide. Di kuburan isteri tercintanya itu, ia menangis, “Saya kenal ia. Tetapi, ia kini telah tiada. Inilah perasaan hangat saya yang terakhir pada seluruh manusia.” <br />Ia berubah makin dingin, sarkastis, penuh curiga, dendam dan kejam. Untuk mendapatkan dana dan senjata untuk kaum Bolsyemwik, ia memimpin kelompok-kelompok gerilya, melemparkan bom, menyerang polisi, merampok bank, kantor pos, dan gudang-gudang senjata. Ia dituduh membunuh ribuan korban pada teror-teror itu, ketika dnyatakan hal itu satu kali tetapi Stalin hanya mengangkat bahunya, “ Katau tidak bisa menciptakan revolusi dengan bersikap lemah lembut.” <br />Satukali peristiwa, saat ia dipenjara, Stalin memberi isyarat kepada kawan Bolsyewiknya, Mitka bahw ada pekerja muda yang mengetahuinya menjadi polisi rahasia mata-mata. Stalin minta ia dilenyapkan. Dan Mitka lalu menusuk mati pemuda itu.<br />Seorang teman sepenjaranya menggambarkan Stalin sebagai, “Tidak memiliki prinsip yang teguh, licik dan benar-benar kejam.” Di tahun 1913 Stalin bertemu dengan Trotsky, seorang pemimpin partai terbesar setelah Lenin, ketika kongres Bolsyewik sedang berlangsung. Trotsky yang melihat gaya tertawa Stalin dan aksen petaninya yang kasar lantas menghinanya. Bagi Stalin kejadian itu tak akan pernah dilupakannya.<br />Selama revolusi Oktober, Lenin dan Trotsky menguasai panggung sedangkan Stalin berada di pinggir dengan peran yang kecil. Ketika revolusi berhasil, Trotsky menjadi menteri luar negeri dan Stalin menjadi komisaris nasional. Mereka selalu berselisih. Terutama ketika pada perdebatan apakah revolusi dunia adalah mendasar bagi tegaknya sosialisme di Rusia. Trotsky memandangnya benar, sedangkan Stalin setuju dengan Lenin yang memandang hal itu benar bahwa Uni Sovyet sebagai negara sosialis dapat tegak berdiri tanpa revolusi dunia. <br />Trotsky terus menerus mencemoohkan Stalin. Stalin dengan sabar menunggu kesempatan membalas. “Tidak ada yang lebih nikmat,” katanya geram, “daripada menunggu kesempatan yang tepat untuk menusukkan pisau, menggoyang-goyangkan, kemudian pulang kerumah lantas tidur nyenyak.” Ia dan Trotsky selalu bersaing satu sama lain agar dikenal sebagai orang kedua di bawah Lenin. <br />Selama perang sipil yang berlangsung sepanjang tahun 1918 hingga 1921, Trostky memimpin tentara merah memukul tentara putih. Ia sangat marah ketika Stalin menolak kepemimpinannya dengan tidak mematuhi perintah Trotsky pergi ke daerah-daerah. Trotsky langsung mengirim telegram “lupakan saja”. <br />Selama perang ia menikahi isteri keduanya Nadya Alliluyep. Dengan Nadya ia memiliki dia anak. Hidupnya sederhana, mirip kehidupan Spartan. Kemewahan dan kenyamanan tidak memiliki arti apa-apa; kekuasaan adalah segalanya memperdayai kawan-kawan Bolsyewiknya dengan selalu mendengar mereka dengan tenang tampak meragukan dan pemalu, tokoh ini dengan mahir membangun organisasi partai menjadi loyal secara pribadi pada dirinya. <br />Sesaat perang sipil menang, ia menjadi Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai. Trotsky melecehkannya,” Sang koki ini hanya mampu membuat sambal.” Satin, tanpa kenal ampun, menekan setiap opsisi yang menentang partai dan dirinya sendiri. Ketika rakyat dari Georgiea, daerahnya sendiri melancarkan agitasi untuk menjadi daerah otonomi sendiri, Stalin marah besar dan berkata, “Semua orang Georgia harus dibenamkan di dalam tanah.” Ribuan rakyat Georgia dibunuh, sebagian besar dari mereka adalah pendukung-pendukung Trotsky. <br />Ketika Lenin jatuh sakit, Triumvirat Stalin, Zinoviev dan Kamenev bergegas dating ke Kremlin. Stalin mendorong birokrat-birokrat partai agar menyingkirkan Trotsky dari pembagian kekuasaan. Ia juga melihat kenyataan bahwa Trotsky, yang sedang menyehatkan tubuhnya dari sakitnya di tempat peristirahatan di Caucasus, sama sekali tidak mempelajari dan bersiap-siap menyambut kematian Lenin, sampai hal itu terlambat. Kegagalan Trotsky bergerak di saat kematian Lenin menyebabkan ia harus membayar mahal dengan kesempatan sukses buat Stalin. <br />Stalin dengan cepat menyingkirkan Zinoviev dan Kamenev ke pinggir panggung. Keduanya lantas bergabung dengan Trotsky menentang Stalin sebagai oposisi “kiri”. Dengan mudah Trotsky dan menempatkan kedua yang lain pada posisi kecil tak berarti di daerah propinsi. Serangan Trotsky yang terus-menerus kepada Stalin membuat berang Stalin. Dan kemudian Trotsky dibunuh di kota Meksiko, Amerika Latin. <br />Gambaran pribadi yang sederhana, ramah, putra petani sederhana, besar dan kukuh mulai menghiasi gedung-gedung pertemuan, kantor, pojok-pojok simpang empat di jalan-jalan di kota Uni Sovyet. Kini, tidak ada seorangpun yang dapat meragukan siapa yang telah mengisi peran Kamerad Lenin. <br />Tahun 1924, Stalin mulai melancarkan rencana lima tahunnya; satu rencana pintas untuk mengindustrialisasikan Sovyet. <br />“Kita harus mengubah keterbelakangan Rusia dan menjadikannya negara modern,” urainya, Rakyat Rusia mulai bekerja mati-matian dengan upah untuk membangun pabrik dan mesin-mesin yang mereka inginkan. Ketika petani menolak usahanya untuk memaksa mereka ke dalam pertanian kolektif, Stalin tidak segan-segan menghukum mati ribuan orang, mengirim ribuan yang lain sebagai orang buangan ke Siberia. <br />Kebiadabannya ini mengejutkan isterinya. Pada satu pertemuan kaum Bolsyewik, Nadya tiba-tiba memprotes bahwa hal itu sangat melukai partai. Stalin mendengar itu langsung berbaur ke kerumunan massa yang sedang mendengar pidatonya, sedangkan isterinya pulang sambil menangis. Keesokan harinya surat-surat kabar Sovyet melaporkan bahwa isteri kamerad Stalin tiba-tiba meninggal dunia karena “Sesuatu penyakit”. Sebagian menduga ia telah membunuh isterinya, yang lain menduga ia memaksa sang isteri mebunuh diri. <br />Bagaimanapun, kejadian itu menyebabkan Stalin sadar bahwa isterinya benar. Ia telah terlalu jauh dengan semangat kolektivisasinya. Untuk itu, ia kemudian mengecam “terlalu bersemangatnya” pejabat-pejabat partai dalam menghukum petani. Ia berjanji juga untuk memperbaiki kehidupan buruh kota yang keras. <br />Rencana lima tahunnya yang kedua mulai disemarakkan dengan semangat kegembiraan baru; kelompok-kelompok dansa, kelompok-kelompok pemberantasan buta huruf, kesehatan dan etiket pergaulan. Ia mulai membangun kota Moskow sebagai potret kebanggan kaum sosialis. <br />Tetapi, ketakutan dan kebencian yang diilhami oleh tindakan-tindakannya terlanjur makin dalam. Di awal tahun 1955 ia menengar ada rencana kelompok yang ingin menghancurkannya. Jengkel dan kaget, ia kemudian membunuh 117 orang yang dicurigai tanpa diadili. Ribuan kaum Bolsyewik lama dituduhnya sebagai pengkhianat dalam satu pengadilan rahasia. Trotsky yang sedang dalam pembuangan, dituduhnya bekerjasama dengan Jerman dan Jepang untuk menyerang rezim. Pers luar negeri mengejek berita ini dan mengatakan bahwa tuduhan itu hanya propaganda kosong Stalin. <br />Dengan sangat marah, Stalin memerintahkan pengadilan umum bagi koresponden-koresponden asing. Banyak tertuduh, dengan bukti-bukti “yang memberatkan”, terpaksa mengaku. Di antara tertuduh kaum Bolsyewik terdapat Kemenev dan Zinoviev, yang melibatkan Trotsky. “Kejadian-kejadian yang terjadi itu jelas sekali membuktikan bahwa memang ada kelompok dan rencana politik yang ingin menghancurkan pemerintahan Stalin,” lapor Joseph E. Davis, yang kemudian menjadi duta besar Amerika untuk Sovyet. <br />Pembersihan besar-besaran berlangsung selama empat tahun. Yagoda, kepala polisi rahasia yang telah mengirim ribuan tertuduh sebelum mereka ditembak, mengalami nasib yang sama. Bisik-bisik beredar di kalangan kaum Bolsyewik lama, mengatakan bahwa mereka harus menutup erat-erat mulut mereka. <br />Bulan Maret 1939, Stalin melegakan sedikit ketakutan di kalangan kaum Bolsyewik. Di hadapan kongres partai, ia berkata, “Sudah jelas bahwa kita tidak perlu lagi mempertahankan “motode” pembersihan besar-besaran.” Walaupun begitu, ia tetap mengancam setiap pejabat partai dengan tuduhan subversif. <br />Stalin mengalihkan pandangannya ke luar negeri. dengan Tentara Merah yang lemah akibat pembersihan besar-besaran itu, Stalin memandang cemas Nazi Jerman dan Fasis Italia. Ia menduga bahwa kedua musuhnya itu diam-diam didorong oleh Inggris, Perancis dan Amerika untuk menyerang Sovyet. Ketiga negara itu sama sekali tidak menghentikan Hitler yang terus menusuk maju menaklukkan Spanyol dan kemudian menelan Cekoslowakia. Panah nazi kini tepat di timur kota Moskow. <br />Stalin mendesak negara-negara demokrasi untuk bergabung dengannya ke dalam satu perjanjian saling membantu. Ketika London dan Perancis dengan dingin menolak usul itu, ia memperingatkan mereka dengan geram, “Rakyat Rusia tidak akan membiarkan diri mereka dijadikan mariam kanon kekuatan-kekuatan kapitalis.” <br />Ia melempat “bom” ke kubu barat dengan menandatangani perjanjian tiba-tiba untuk “tidak saling menyerang” dengan Hitler. Keduanya setuju membagi sendiri Polandia menjadi dua bagian. Kaum Liberal di seluruh dunia terkejut dan muak dengna tindakan Stalin yang bersedia bekerjasama dengan Nazi Jerman. Tetapi buat Bos Kremlin, seorang diktator sejati, tujuan sekali lagi selalu menghalalkan cara. <br />Dengan mengambil bagian timur Polandia, ia tetap menahan tentara Nazi di perbatasan Sovyet. Jika peperangan pecah, biarlah itu terjadi di tanah Polandia dan bukan di Rusia. Sementara ia sendiri mendapat waktu yang berharga untuk menyusun pertahanan Rusia yang ketika itu telah demikian lemah. <br />Melihat tentara Nazi mulai menyerbu Polandia, Perancis dan Inggris harus mengumumkan perang. Jika Hitler telah berjanji bahwa ia tidak akan menyerang Rusia, hal ini berarti tombak perangnya ditujukan ke daerah Barat untuk mencari daerah taklukan baru. Tetapi, tahun 1942, Hitler tiba-tiba merobek-robek perjanjiannya dengan Stalin dan mengirim tentara-tentara Nazi melintasi Polandia dan menuju Sovyet. <br />Stalin menyusun barisan rakyat Rusia, tidak atas nama komunisme tetap atas nama sang “ibu Rusia”. <br />Ia memerintahkan politik bumi hangus, membakar segalanya dalam pengunduran diri dan meninggalkan sang penakluk tempat yang sudah kosong dan hangus. Kesempatan itu digunakannya untuk membakar semangat rakyatnya. Mereka, setelah sebelumnya merasa takut dan benci kepada Stalin, kini mempercayainya dan mematuhinya dengan patriotisme besar dan tinggi. <br />Ia melibatkan seluruh industri-industri perang; mengatur kembali industri itu di Pegunungan Ural di belakang Moskow. Ia mengukur-ukur, menumpulkan dan menjebak kekuatan-kekuatan tentara Hitler. Dna mengorbankan dua puluh ribu rakyat Rusia untuk mempertahankan Leningrad dan Moskow. Ia berdamai dengan Gereja Ortodoks Rusia guna mendapatkan dukungan mereka terhadap usaha perang Sovyet. <br />Kedudukan Rusia di Eropa Timur setelah perang mencemaskan Presiden Amerika Serikat, Harry Truman, yang sangat tidak senang dan tidak setuju dengan tuntutan Rusia bahwa hanya pemerintah pro-Sovyet yang diperbolehkan tegak antara Berlin dan Moskow. Stalin sangat marah ketika Doktrin Truman itu mulai berhasil mempengaruhi dunia internasional. Dan uni Sovyet kemudian memulai perang dingin. <br />Stalin mencapai kemenangan simbolis dengan memblokade Berlin, satu pulau asing Sekutu di tengah-tengah kekuatan Blok Timur yang terletak di dalam Jerman Timur. Stalin berusaha menekan ke luar kekuatan-kekuatan Barat yang terdapat di dalamnya. Truman membalasnya dengan menjatuhkan dari udara empat ribu ton lebih suplai ke penduduk kota Berlin setiap hari pergulatan politik itu menyatukan kekuatan-kekuatan Barat ke dalam persekutuan anti Sovyet, NATO (North Atlantic Treaty Organization). <br />Marah melihat hal itu, Stalin kembali mendorong pemerintahan komunis Korea di dalam gerakan agresif menyerang pemerintahan yang di sokong Amerika, Korea Selatan, Truman berhasil mempecundangi Stalin melalui kemenangannya mendapatkan dukungan militer PBB bagi Korea Selatan. Perang Korea kembali menjadi ajang baru pertarungan perang dingin Timur dan Barat. <br />Di tahun 1953, Stalin tiba-tiba mendapat serangan otak. Ketika ia meninggal dunia pada tanggal 5 Maret tahun itu, sambutan rakyat Rusia tetap menunjukkan bahwa ia dihormati dan dipandang besar walaupun hanya beberapa yang mencintainya. “Ia seorang yang besar”, komentar pemimpin Partai Buruh Inggris, Herbert Morrison, “tetapi bukan manusia yang baik”. <br /><br /><br /><br /><br />III. NIKITA KRUSCHEV <br />“Saya akan bakar kamu!” teriak Nikita Kruschev satu kali pada seorang wakil Amerika Serikat di PBB yang sangat dibencinya. Krucshev lahir di gubuk reot dan becek, tanggal 17 April 1894 di Ukraina. Kampong itu begitu miskinnya dan setiap orang hanya memiliki sepasang sepatu bot selama hidupnya kakeknya seorang budak, yang hanya mandi dua kali sepanjang umurnya. Sekali ketika dibaptis dan yang kedua ketika dikuburkan. Ayahnya seorang petani dengan sesekali lembur sebagai buruh tambang. <br />“Orangtuaku adalah muzhiks, paling miskin dari yang miskin,” kenangnya, “Seringkali kami tidur dalam keadaan lapar sepanjang malam.” <br />Masa kanak-kanak Kruschev dijalaninya sebagai penggembala sapi milik tuan tanah. Satu saat, karena begitu ingin makan dengan lauk ikan, Kruschev memancing di kolom milik seornag tuan tanah. Ia ditangkap penjaga kolam itu dan dicambuk dengan cemeti. Setelah itu baru dibawa ke kantor polisi, yang kemudian dengan senang hati menambahi cambuknya. <br />Usia lima belas tahun, ia pergi ke Yusovka (kota anjing), sebuah kota kecil penuh tenda dan gubuk tempat penampungan buruh-buruh tambang. Pernah ia satu saat hampir mati terbakar di bara panas tempat pengecoran logam. Mengenang saat-saat itu, “Disana saya menemukan sesuatu tentang kapitalis. Semua yang mereka inginkan dari saya adalah kerja yang terbaik dan upah kecil sebatas kemampuan hidup.” <br />Tukang berontak, agresif, kasar dan tidak sabaran, ia juga memiliki kelebihan lain yang menyenangkan; selera humornya yang baik, blak-blakan, dan kesenangannya pada suasana pergaulan yang riuh terutama yang membuatnya bisa popular. <br />Ia terbakar oleh protes-protes yang dilancarkan para pemimpin buruh-buruh tambang. Tulisan-tulisannya kemudian selalu diberi tanda rahasia buat peringatan bagi mandor-mandor lain bahwa ia – Kruschev – adalah agitator yang berbahaya. Pada satu kesempatan minum-minum di hari Buruh dengan seorang temannya, ia tiba-tiba menjadi sadar bahwa teman minumnya itu seorang mata-mata yang mengintainya. Ia tetap tenang dan selalu mengucapkan selamat pada Tsar dan mendesak temannya itu agar bergabung dengan kelompoknya. Ketika kemudian mata-mata itu mati kebanyakan minum, yang lain cepat-cepat berlari ke cerobong pabrik yang paling tinggi dan mengibarkan bendera merah di sana dan merayakan hari buruh. <br />Seorang penyair Marxis mengilhami Kruschev melalui tulisannya yang menyebutkan bahwa Revolusi Rusia akan mendidik petani-petani yang paling merana dan tak terdidik untuk menjadi orang yang berbudaya, mampu menikmati karya seni yang terbesar di dunia, musik, buku-buku, dan dengan mimpi seperti itulah ia bergabung dengan tentara merah pada Revolusi Oktober 1917. <br />“Hari-hari buruk telah berlalu,” teriaknya. “Kini tidak ada lagi pemimpin-pemimpin semua anggota.” Partai komunis mengirimnya ke sekolah Yukovza selama tiga tahun; dididik dalam pendidikan Marxis. Di sini ia bertemu dengan wanita kekasihnya, salah seorang pengajarnya, Nina Petrovna, kemudian menjadi isterinya dan berbuah tiga anak. Dengan kemampuan memimpin yang cerdas, keras hati dan pemberani, ia berhasil menjadi pemimpin partai daerah Ukrania. Tugas utamanya menggerakkan dan meningkatkan produksi petani dan buruh-buruh tambang. <br />Waktu panen, ia membawa para buruhke pertanian kolektif untuk membantu panenan di sana. Dan ketika petani sedang tak sibuk mengurus ladangnya, mereka dibawanya ke pertambangan. Beberapa petani yang percaya takhayul satukali pernah ketakutan dengan apa yang mereka sebut “setan bumi”. Dalam satu pertemuan, Kruschev menyemangati petani yang ketakutan itu, “Bumi adalah ibu kita. Dan di pertambangan engkau dengan jantungnya.”<br />Pernah seorang penentangnya berusaha menjatuhkannya di dalam satu pertemuan partai daerah. “angkat tanganmu,” ejek Kruschev pada orang itu. “LIhat Kamerad-kamerad, inilah tangan seorang penjaga toko, bukan tangan buruh tambang seperti kita. Siapa yang Tuan lebih percayai?” <br />Ia mahir sekali menghilangkan ketidakpuasan dengan gaya-gaya humor petani yang memaksa buruh-buruh tambng yang sedang marah itu tertawa; dan jika inipun gagal ia akan menggertak mereka dengan ancaman. “Jika engkau gagal mengajak mereka menggunakan otaknya; cobalah yang lain,” nasihatnya pada pemimpin local partai yang lain. “Jika tidak ada pikiran di sana, mungkin yang ada hanyalah perasaan. <br />Keberhasilannya menggerakkan orang demikian meyakinkan dan mengesankan. Hal ini membawanya ke jenjang kedudukan yang lebih tinggi. Ia diserahi memimpin pembangunan kereta bawah tanah, kota Moskow, kota kebanggaan Stalin. Engan menggunakan satu “Brigade kejutan”, Kruschev berhasil menyelesaikan dalam waktu yang terbilang rekor tertinggi. Ia berusaha menyeret dirinya lebih dekat lagi ke Stalin engan menyerang “tikus-tikus busuk” dan “boneka-boneka fasis” di dalam pengadilan Moskow. Di surat kabar Pravda (surat kabar resmi Partai Komunis Rusia) ia menulis, “Mereka semua menudingkan tangannya menentangke manusia terbesar. Sahabat kita, pemimpin kita yang bijaksana, kamerad Stalin!” Bulan maret 1929, ia menjadi salah satu dari delapan pimpinan tertinggi Politbiro dan pemimpin utama daerah Ukrania. Selama perang Dunia II ia mengawasi pemindahan besar-besaran pabrik-pabrik Ukrania ke daerah timur, memimpin gerilya perang di garis belakang Nazi dan membantu mempertahankan Leningrad. <br />Setelah Stalin meninggal di tahun 1953, Rusia dipimpin oleh kepemimpinan kolektif. Pertama dipimpin oleh Malenov, kemudian diganti Bulkanin. Nikita Kruschev dengan cerdik dan tenang mengatur waktu penampilan yang tepat di panggung kekuasaan hingga pada saat yang tepat ia dapat mengangkangi kekuasaan sepenuhnya. Bulan September di tahun yang sama, ia menjabat Sekretaris Pertama Partai. <br />Tiga tahun waktu dibutuhkan untuk menyerang ‘iman’ kaum Stalin yang diwariskan kepda pemimpin-pemimpin Kremlin. Ketika itu. Bulan Februari 1956, pada pertemuan rahasia Kongres Partai yang ke-20, pemimpin-pemimpin baru kremlin berpidato dengan penuh berapi-api mengecam Tiran almarhum Stalin, yang pernah oleh Kruschev sendiri disebut sebagai “yang terbesar dari seluruh manusia”. <br />Semangat kejam dan dingin warisan stalinisme mulai mencair di seluruh Uni Sovyet, mengalirkan angina baru yang lebih liberal, dengan barang-barang konsumsi, kebebasan yang lebih besar, suasana riang yang makin semarak, Kruschev sendiri bahkan mengunjungi Yugoslawakia untuk memberi pengakuan bahwa Tito (pemimpin utama Yugoslavia) bertindak benar ketika ia menentang Stalin. Dengan semangat tinggi selama kunjungan itu, Kruschev tampak gembira, riang dan bermain-main dengan menantang Mikoyan adu gulat dalam satu pertunjukan gulat di Yugoslavia. Dia sepanjang jalan, disaksikan rakyat Yugoslavia, kedua pemimpin Uni Sovyet itu bersendau-gurau.<br />Kelompok anti komunis di Hongaria, yang terluka akibat kendali ketat Sovyet setelah Perang Dunia, menyimpulkan bahwa Tito dapat lolos dari cengkeramanan beruang merah Uni Sovyet sambil mencium hidung Moskow. Mereka juga pasti dapat. Mulailah diatur kebangkitan itu di Bucharest, ibukota Hongaria. Dan kemudian menuntut kemerdekaan polis. Tetapi, senyuman Kruschev hilang berganti seringai sinis. Tank-tank Sovyet mengalir lewat perbatasan dan menyerbu Hongaria; menghancurkan para pemberontak. “Jika saatnya kita menentang imperialis,” katanya dengan marah, “Kita semua adalah Stalinis.”<br />Melihat itu, opini dunia terbakar. Bulkanin (menggunakan kesempatan itu) memaksanya mundur dari kedudukan sebagai Sekretaris Pertama Partai. <br />“Kami punya tujuh suara,” desak Bulkanin, “Kau hanya empat.” <br />Kruschev hanya menjawab sinis, “Dalam matematika dua kali dua memang empat, tetapi politik adalah soal lain.” <br />Dengan mengatur dukungan dari pendukungnya, ia mencampakkan saingannya itu. Dan di tahun 1958, ia menjadi diktator tunggal Uni Sovyet. <br />Prestasi ahli-ahli ruang angkasa Sovyet, terutama ketika mereka berhasil pertama kali meluncurkan satelit ke ruang angkasa, sangat menyenangkan hatinya. Ia luar biasa gembira. Ia, seorang anak petani miskin, berhasil memukul kekuatan Amerika Serikat di dalam perlombaan ruang angkasa. Ia, seorang bekas buruh tambang, berhasil membawa negaranya ke puncak keunggulan teknologi, Kruschev meluncur maju. Ia terbang ke Eropa dan Asia guna mencari kawan baru bagi rezimnya. <br />Cerdik, norak, keras seperti paku, ia menggunakan tipuan licik gaya petani kampungan untuk membujuk dan meyakinkan negara-negara lain bahwa mereka tidak perlu bergabung dalam persekutuan anti soviet. Ia menjajakan Komunisme sebagai “gelombang di masa depan”. Ia bisa berbuat, bersikap hangat yang mengesankan dunia diplomasi, mengancam Negara-negara Satelit Barat yang lemah, terus-menerus meningkatkan pemimpin-pemimpin komunis di dunia lainnya kepada ajaran Marx dengan maksud agar mereka tetap pro-Sovyet dan anti-Mao. <br />Satu daya tarik dari Kruschev ialah kemampuannya untuk membuat tuan rumah menebak-nebak dan tidak tahu apa yang bisa diharapkan darinya. Di Denmark, saat ia dibawa tur ke daerah pertanian di sana, ia berkomentar dan memandang rendah kompleks pertanian yang dilihatnya. “terlalu kecil,” katanya.<br />Lain ucapannya ketika di Swedia. Diktator itu berbicara di hadapan kelompok pengusaha kapal, “Meskipun saya komunis dan atheis, dan memang tidak percaya pada hal-hal semacam itu, saya harap Anda meminta kepada Tuhan agar menolong Anda menurunkan harga hingga kami dapat terus membeli kapal-kapal Anda!”<br />Ia memberi isyarat kepada Presiden Eisenhower bahwa ia mau meletakkan perbedaan-perbedaan Timur dan Barat tentang masalah Jerman sedemikian rupa, hingga mereka melaksanakan kebijaksanaan koeksistensi : membagi dunia ini dengan damai. Dengan persaingan bebas dari perasaan, pikiran, dan pasar negara-negara netral. <br />Tahun 1959, Kruschev menjadi diktator Sovyet pertama yang menginjakkan kakinya di tanah mengalir lewat perbatasan dan menyerbu Hongaria : Menghancurkan para pemberontak. “Jika saatnya kita menentang imperialis,” katanya dengan marah, “Kita semua adalah Stalinis.” <br />Melihat itu, opini dunia terbakar. Bulkanin (menggunakan kesempatan itu) memaksanya mundur dari kedudukan sebagai Sekretaris Pertama Partai.<br />“Kami punya tujuh suara,” desak Bulkanin, “Kau hanya empat”. <br />Kruschev hanya menjawab sinis, “Dalam matematika dua kali dua memang empat, tetapi politik adalah soal lain.”<br />Dengan mengatur dukungan dari pendukungnya, ia mencampakkan saingannya itu. Dan di tahun 1958, ia menjadi diktator tunggal Uni Sovyet. <br />Prestasi ahli-ahli ruang angkasa Sovyet, terutama ketika mereka berhasil pertama kali meluncurkan satelit ke ruang angkasa, sangat menyenangkan hatinya. Ia luar biasa gembira. Ia seorang anak petani miskin, berhasil memukul kekuatan Amerika Serikat di dalam perlombaan ruang angkasa. Ia, seorang bekas buruh tambang, berhasil membawa negaranya ke puncak keunggulan teknologi. Kruschev meluncur maju. Ia terbang ke Eropa dan Asia guna mencari kawan baru bagi rezimnya.<br />Cerdik, norak, keras seperti paku, ia menggunakan tipuan licik gaya petani kampungan untuk membujuk dan meyakinkan negara-negara lain bahwa mereka tidak perlu bergabung dalam persekutuan anti Sovyet. Ia menjajakan Komunisme sebagai “gelombang di masa depan”. Ia biasa berbuat, bersikap hangat yang mengesankan dunia diplomasi, mengancam Negara-negara Satelit Barat yang lemah, terus-menerus meningkatkan pemimpin-pemimpin komunis di dunia lainnya kepada ajaran Marx dengan maksud agar mereka tetap pro-Sovyet dan anti-Mao.<br />Satu daya tarik dari kruschev ialah kemampuannya untuk membuat tuan rumah menebak-nebak dan tidak tahu apa yang bisa diharapkan darinya. Di Denmark, saat ia dibawa tur ke daerah pertanian di sana, ia berkomentar dan memandang rendah kompleks pertanian yang dilihatnya. “Terlalu kecil,” katanya. <br />Lain ucapannya ketika di Swedia. Diktator itu berbicara di hadapan kelompok pengusaha kapal, “Meskipun saya komunis dan atheis, dan memang tidak percaya pada hal-hal semacam itu, saya Anda meminta kepada Tuhan agar menolong <br />Anda menurunkan harga hingga kami dapat terus membeli kapal-kapal Anda!”<br />Ia memberi isyarat kepada Presiden Eisen hower bahwa ia mau meletakkan perbedaan-perbedaan Timur dan Barat tentang masalah Jerman sedemikian rupa, hingga mereka dapat melaksanakan kebijaksanaan koeksistensi : membagi dunia ini dengan damai. Dengan persaingan bebs dari perasaan, pikiran, dan pasar negara-negara netral. <br />Tahun 1959, Kruschev menjadi diktator Sovyet pertama yang menginjakkan kakinya di tanah Amerika. Pada kunjungannya itu, ia merasa terpesona dengan kenyataan yang dilihatnya : kekuatan industri, ragamnya pertanian, majunya teknologi. Juga, kenikmatna hidup kaum buruh Amerika. Serta, betapa berjubelnya mobil-mobil Amerika. <br />Merasa jengkel dan terpojok, ia mengkritik Eisenhower, “Tokoh sekali membiarkan begitu banyak mobil mengisi jalan raya dengan hanya satu penumpang di dalamnya suatu hal yang sia-sia. Tampak jelas rakyat tuan kelihatan tidak senang dengan tempat di mana mereka hidup. Mereka selalu harus bepergian ke mana-mana! Kami tidak butuh begitu banyak mobil karena kami menyukai tetangga… ya tentu saja kritik ini tidak akan dilaporkan oleh pers Tuan!”<br />Ketika Eisenhower memanggil para wartawan untuk mendengar kritik-kritik dari Kruschev, pemimpin Sovyet itu terkejut dan heran. Apalagi setelah membaca kritikannya itu di surat kabar keesokan harinya. <br />Membanggakan asalnya sebagai petani, Kruschev menolak berpakaian resmi ketika hadir di perjamuan makan malam di Gedung Putih. Ditawari naik helikopter menuju Washington ia merasa curiga, yang baru bisa hapus setelah melihat tanda-tanda Eisenhower akan pergi bersama-sama dengannya. <br />Sebagai peragaan tunggal dari seorang tokoh puncak komunis, perjalanannya ke Amerika menarik sekaligus menimbulkan rasa marah rakyat Amerika. Ketika ditunjukkan keberhasilan kaum kapitalis, ia hanya merendahkannya. Komentarnya, “Hanya kuburan yang dapat meluruskan si Bongkok.”<br />Cemas terhadap kemungkinan penyerbuan mendadak orang sinting di tengah suasana ramai di Disneyland (pusat hiburan terkenal Amerika), pemerintah mencegah keinginan diktator itu yang sangat ingin pergi berkunjung ke sana. Mendengar itu, Kruschev kntan meledak marah, “Apa! Anda punya tempat peluncuran peluru kendali di sana?” Senator Lyndon Johnson (yang kelak menjadi Presiden Amerika) pernah ditegurnya dalam satu pertemuan, “Saya tahu semua tentang Tuan. Saya telah membaca semua pidato-pidato Tuan. Dan tidak satupun yang saya sukai!”<br />Pertemuannya dengan pemimpin-pemimpin Komunis Amerika menimbulkan rasa jengkelnya. Pemimpin-pemimpin itu justru menyerangnya lebih pahit dari kaum kapitalis Amerika sendiri. Dua hasil produksi yang paling mengesankannya adalah kripik kentang dan serpih jagung (pop corn) “Makanan ini lezat dan bergizi,” katanya kepada pembantunya.” Dan lagi harganya murah. Lihatlah baik-baik, kita punya panen kentang dan jagung yang berlebih!”<br />Perjalanan tokoh itu ke Amerika diakhiri dengan percakapan pribadi yang hangat dengan Eisenhower, di Camp David, Maryland, mereka setuju dengan pertemuan puncak di Paris untuk memecahkan masalah-masalah Jerman. <br />Kembali ke negerinya, Kruschev dengan bersemangat bercerita pada rakyatnya. Dan menghadapi kolega-koleganya yang meragukan manfaat kunjungannya itu, Kruschev dengan sungguh-sungguh meyakinkan mereka bahwa apa yang dilakukannya adalah satu langkah kemenangan komunis. <br />“Selama berdiri di Pangkalan Udara Washington mengucapkan selamat tinggal kepada rakyat Amerika Serikat, korps musik menyanyikan lagu kebangsaan Uni Sovyet, dan meriam berdentum dua puluh satu kali,” kenangnya puas, “Lantas saya berkata pad diri sendiri, penghargaan petama untuk Karl Marx, penghargaan kedua untuk Engels, ketiga untuk Lenin, dan yang keempat untuk yang terhormat kelas Buruh.” Dilanjutkannya, “Tuan-tuan harus mengakui bahwa hal itu tidak jelek, tidak jelek sama sekali!”<br />Bagaimanapun, tepat sebelum konferensi paris, ia demikian terkejut ketika pesawat mata-mata U-2 Amerika tertembak jatuh di Rusia tanggal 1 Mei 1960. “Inilah Eisenhower yang Tuan percayai?” Tanya Suslov, tokoh ideolog partai, dengan sarkastis. Terheran-heran, Kruschev tetap mencoba memaafkan Eisenhower, dengan keyakinan bahwa presiden Amerika itu tidak tahu sama sekali terhadap penerbangan pesawat itu. Tetapi keyakinannya buyar ketika mendengar pernyataan Eisenhower yang mengaku memerintahkan dan bertanggung jawab dengan penerbangan itu. <br />Peristiwa itu menyebabkan kruschev tidak punya alternative. Pada pertemuan puncak Paris ia mengecam baik Eisenhower maupun Amerika Serikat. Yang berakibat suasana pertemuan itu menjadi tegang. Kegagalan kedua tokoh pemimpin superpower itu mencapai persetujuannya tentang pengaturan Berlin, Washington hanya menunggu apa yang akan diperbuat oleh Kruschev. Sejak itu hubungan Amerika dan Unisovyet jatuh pada titik-titik terendah.<br />Tahun 1960, ia menjual tampang di PBB dengan mengecam Dag hamersjkold – Sekretaris Jenderal PBB, sebagai sosok yang condong ke Barat. Lgaknya makin menjadi-jadi. Dengan gaya konyal ia menanggalkan sepatu dan memukul-mukulkannya ke meja mendengar jawaban Dag Hamersjkold yang berlarut-larut. Anggota delegasi yang lain tentu saja terkejut melihat tingkahnya itu. <br />Ketika John F. Kennedy, pengganti Eisenhower, menjadi Presiden Amerika Serikat yang baru, Kruschev mencoba memaksanya kenal dengan Sovyet melalui bonekanya, Jerman Timur. Upaya ini gagal. Dengan marah diperintahakannya membangun tembok Berlin. Lantas di bulan Oktober 1962, ia diam-diam mencari jalan untuk menghambat peningkatan peluru kendali jarak jauh Amerika dengan membangun pangkalan peluru kendali jarak pendeknya di Kuba. Ketika kennedy tahu hal itu, Kruschev yang terdesak berusaha membela tindakan itu dengan menunjuk basis-basis peluru kendali Amerika yang dibangun di Turki, yang tepat menuju ke Uni Sovyet. <br />Tak bergeming dengan alsan Kruschev, Kennedy mengajak Amerika berhadapan dengan Sovyet “mata dengan laut” lewat blockade kapal-kapal Sovyet oleh Angkatan Laut Amerika. Akhirnya, dengan perasaan murung dan malu, Kruschev setuju untuk membatalkan pembangunan pangkalan itu.<br />Tahun berikutnya, ia didesak oleh Menteri Pertanian Amerika yang mengatakan bahwa menteri itu lebih tertarik dengan emakmuran soviet daripada perlombaan senjatanya dengan Amerika. Kruschev mengakui hal itu. Tapi, dengan gerakan tangan yang mencekek lehernya sendiri, ia berkilah, “Saya menelan roket itu di sini!”<br />Makin kuat ia mencoba mendekatkan diri ke Amerika Serikat, makin berapi-api Cina merah mengecam sebagai pengkhianat revolusi proletar. Merah dengan tuduhan itu, Kruschev coba mengatur satu pertemuan puncak negara-negara komunis untuk mengasingkan Cina dari pergaulan negara-negara sosialis dan mengangganya menyimpang dari garis-garis Marx.<br />Mengamati itu semua, Mao Tsetung marah besar. “hari ketika saat kongres itu berlangsung,” teriaknya, “adalah hari-hari engkau mulai melangkah ke liang kuburmu!”<br />Tahun 1964, saat Kruschev berumur 70 tahun, tiba-tiba ia dihadapkan dengan pemberontakan di dalam kepemimpinannya sendiri. Muak dengan tingkah gaya petani dan sifat impulsive Kruschev, suatu gabungan kekuatan pimpinan Bolsyewik menuduhnya “makin gila hormat”, satu tuduhan yang sama dengan ketika Kruschev menuduh Stalin. Tidak kurang dari dua puluh sembilan kesalahan yang didaftar oleh kelompok itu, ini pun tidak termasuk dengan tingkahnya di PBB yang merusak citra Sovyet di mata dunia.<br />Merasa terancam, Kruschev dengan gigih mempertahankan kebijaksanaannya. Melihat itu, Suslov hanya berkata kepada teman-temannya, “Lihatlah kamerad-Kamerad, sangat mustahil bericara dengannya”. Merasa sangat jengkel Kruschev berteriak, “Menteri-menteri saya adalah seumpulan orang-orang yang keras kepala!” <br />Tetapi, kejatuhan Kruschev memang tidak bisa dicegah lagi. Komite Sentral Partai menggeser Kruschev – melalui satu pemungutan suara menggantinya dengan duet kepemimpinan, Leonid Bruzhnev dan Alexej Kosygin. <br />Setelah jatuh dari puncak, Kruschev mengundurkan diri. Tinggal di apartemen dengan empat kamar di dekat Kremlin, bertetangga dengan Molotov dan Zukov; dua tokoh komunis yang dulu pernah ditendangnya. <br />Lebih menyedihkan lagi, tanggal lahir Kruschev dicopot dari kalender resmi partai, serentak dipasangnya kembali tanggal kelahiran Joseph Stalin. Brezhnev dan Kosygin juga memerintakan sejarawan Sovyet mempersiapkan penilaian yang seimbang dari peranan Stalin dalam pembangunan negara sosialis Uni Sovyet. Hanya satu yang tidak berubah-kediktatoran Uni Sovyet meniadakan hak rakyat Rusia untuk memiliki suara yang bebas dalam memilih pemimpinnya.<br />“Kediktatoran,” tulis Mikhail Bulkanin, tokok anarkis abad sembilan belas, hanya punya satu tujuan : mengabdikan diri sendiri.” <br />Ia belum terbukti salah. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />KARIBIA<br /><br />Tragedy Kepulauan Karibia, seperti sebagian besar negara-negara Amerika Latin, adalah tetap tinggal sebagai masyarakat feudal dengan kekuasaan di tangan sikaya yang memperbudak kaum miskin selama berabad-abad. Tidak adanya kelas menengah yang berusaha menegakkan demokrasi dan berjuang bagi pembaharuan masyarakat melalui satu pemilihan umum yang jujur, mengakibatkan negara-negara itu menjadi tungku masak revolusi dan sarang kediktatoran. <br />Tragedy lain berasal dari kenyataan negara yan telah kering terkuras oleh diktator – diktator yang bersekongkol dengan kepentingan-kepentingan dagang pengusaha Amerika. Wilson, Franklin Roosevelt, cukup banyak mengkritik kecenderungan diplomasi dolar ini. Diplomasi dilaksanakan demi menunjang kediktatoran Amerika Latin. <br />Presiden Einsenhower pernah mengakui bahwa ia engan menarik dukungan terhadap Diktator Trujillo dari Republik Dominika, karena takut pemerintahan komunis yang akan menggantikannya. Ketika Santo Domingo menggelegak karena perang sipil di bulan April 1965, Presiden Johnson mengirim lebih dari 2.000 tentara ke pulau itu demi “melindungi kepentingan nasional Amerika”. Tetapi, lalu diakuinya sendiri bahwa alas an yang sebenarnya adalah ketakutan akan kudeta kaum komunis. <br />Ketakutan yang sama juga dialami oleh diktator sayap kanan Amerika Latin. <br /><br />REPUBLIK DOMINIKA<br />RAFAEL TRUJILLO (1891-1961) <br />Dalam usianya yang menginjak tiga puluh satu tahun, Rafael Trujillo telah menjadi seorang diktator, Seorangdiktator di satu negeri yang dijadikannya satu negara feudal milik pribadi, dengan rakyat yang diperbudak. Negara dengan penguasa kelas elite terdiri dari keluarga dan teman-temannya. Ia melindungi diri dengan membayar jutaan dolar untuk memelihara citranya di dunia internasional maupun domestic, serta untuk para pelobi di Washington. <br />Seorang peranakan kulit putih dan India yang bangga dengan latar belakang kulit putihnya dan sangat membenci warna gelap kulitnya, warisan dari Haiti. Setelah cukup lama bekerja sebagai penggembala sapi, Trujillo kemudian berbangga dengan geng kecil para gali yang mengajarnya cara-cara sempurna merampok, memeras dan melakukan kekerasan. Pada umur 24 tahun, merinis Amerika merampas republic Dominika yang sedang merosot, demi kepentingan penaman modal Amerika. <br />Setelah enam bulan mendekam di penjara, tahun 1918 Trujillo lepas dan langsung bekerja sebagai mata-mata tentara Marinir, berkhianat terhadap rakyat Dominika yang menentang penjajahan Amerika. Pekerjaan itu tampaknya demikian baik. Dan ketika Marinir melatih dan membentuk tentara baru Dominika, Trujillo diangkat menjadi Jenderal. <br />Akhirnya tentara Marinir meninggalkan negeri itu, setelah mengatur Jenderal Horacio Vasquez menjadi Presiden. Rafael Trujillo mulai menunggu saat-saat takdirnya dating. Itu terjadi di tahun 1929; sebelas tahun dari terakhir kali ia menjadi gali. <br />Ketika Vasquez mulai mencari kemungkinan tetap duduk sebagai presiden dengan rencana empat tahunnya, Trujillo naik darah dan berteriak, “Di atas segalanya, saya menentang diktator.” Dengan menembaki terang-terangan para pengikut Vasquez, ia menghancurkan kedudukan presiden itu. Dan dalam pemilihan umum yang kemudian diadakan, tentara-tentara mabuk itu “mengawal” kotak suara. Hasilnya – bisa diduga – Trujillo terpilih menjadi presiden “tanpa oposisi yang berarti”. <br />Ribuan musuh dan lawan politik dengan cepat dibunuhnya. Ketika mayat-mayat mulai bertumpuk lebih cepat dari kemampuan tentaranya untuk melenyapkan. Perasaan malu mulai menyesak di dada sang diktator. Ia mulai mencari dalih an menuduh mayat-mayat yang bertumpuk itu sebagai penyebab timbulnya wabah yang telah menimbulkan kematian hampir 3.000 rakyat Dominika. Lantas mayat-mayat itu disuruhnya ditumpuk di perempatan jalan di kota, kemudian dibakar. “Tindakan yang kilat ini,” dalihnya, “Telah menyelamatkan negeri ini dari wabah mengerikan.”<br />Tanpa membuang waktu, Trujillo mulai menumpuk kekayaan buat diri dan keluarganya; keberuntungan yang jelas-jelas berkembang menjadi 30 juta dolar setahun. Harga garam dinaikkannya sepuluh kali lipat untuk setiap ponnya, yang memungkinkan ia mengantongi keuntungan jutaan dollar. Pajak gelap juga dipungutnya dari semua usaha dagang. “Demi melancaran roda pemerintahan Dominika” para karyawan diwajibkan menyumbang 10% gaji untuk partai Dominika. Tentara-tentara terpaksa menyerahkan separuh dari gaji mereka : yakni sebesar 15 dolar sebulan, untuk membayar biaya cuci pakaian di tempat pencucian pakaian milik saudar aperempuan Trujillo.<br />Anaknya, Famfis, diangkat menjadi Kolonel dengan gaji penuh dan fasilitas lengkap saat si bocah berumur tiga tahun. Walaupun ia harus menunggu hari ulang tahunnya yang kesepuluh untuk naik pangkat satu jenjang menjadi Brigadir Jendral. Jika Trujillo tidak dapat mengontrol suatu tempat, maka kawan-kawannya didudukkan di tempat itu. Perbedaan antara keuangan negara dan perusahaan keluarga sangatlah kabur. Sehingga satu kali ia pernah “berbaik hati membayar hutang pemerintah Dominika yang segunung dengan cek pribadi”. Kalkulasi terakhir keuntungannya, yang didapat setelah menjadi diktator, mencapai kisaran angka ratusan juta dolar. <br />Propaganda-propaganda yang menyatakan dirinya adalah “administrator yang sangat efisien”, rupanya lupa menambahkan bahwa efisiennya hanya berkaitan dengan kantungnya sendiri. Satu kali dengan menggebu-gebu propaganda itu mengatakan bahwa Trujillo memberikan susu gratis kepada rakyatnya ketika harga susu sedang naik. Pernyataan indah ini menyembunyikan kenyataan yang sebenarnya, bahwa susu itu berasal dari perusahaan-perusahaan susu yang terpaksa menjual kepada Trujillo sebesar tiga sen dolar yang kemudian dijual kepada Partai Dominika sebesar lima belas sen dolar. Berapa keuntungan yang diperoleh administrator ini jika kita tahu bahwa penyaluran susu tersebut hanya melalui tangannya. <br />Mengangkat dirinya sebagai Generalismo, Trujillo sekaligus menjadi Pimpinan Agung, Penyelamat Republik Dominika, Dermawan Agung, Penyelamat Keuangan negara. Gedung-gedung umum dan dua ribu patung beringas ditegakkannya demi keagungan rezimnya. Satu rangkaian tulisan dengan lampu neon bersinar dengan kalimat : TUHAN DAN TRUJILLO. Media – media massa penjilat malah menunjukkan sikap yang lebih memuja lagi dengan menulis TRUJILLO DAN TUHAN. <br />“Ia adalah lagu pujaan keagungan,” tulisan seorang redaktur Koran Dominiko, “yang jatuh ke tengah-tengah kita bagai daun surga dan bagai sayap kupu-kupu putih.” Beberapa orang agak tercengang ketika ia mengunjungi ayahnya yang uzur di rumah kelahirannya. Ketika ia mendekati ayahnya itu, ucapannya yang pertama, “Ayah, tekukkan kakimu jika Presiden Republik ini dating.” <br />Trujillo tidak pernah percaya pada siapapun. Para pegawai diangkatnya sendiri dan diberi surat pengunduran yang belum bertanggal. Semua orang di sekelilingnya dikendalikan dengan ancaman atau sogokan. Seseorang yang dipandannya cerdas, akan dibelinya. Atau kalau tidak mau, dibunuhnya. Dan kemudian mayatnya dibuang ke laut dan menjadi santapan ikan hiu. Satu kali di curiga dengan sambutan persahabatan seorang colonel. Colonel itu diperintahkannya agar dipenjara. Lelaki yang malang itu protes dan mendebat hebat. Langsung di muka sang diktator. “Ya, Trujillo,” katanya, “Aku memang pembunuh – tapi dengan keberanian. Kau juga pembunuh – dengan sikap pengecut.”Esok harinya, colonel itu didapati menggantung dirinya di sel. <br />Cambuk-cambuk kawat menunggu setiap penduduk Dominika yang gegabah berani protes terhadap setiap tindakan Trujillo. “Saya sendirian di sel yang panjangnya tidak sampai enam meter dan lebar kurang dari dua meter,” cerita seorang korban tentang penderitaannya. “Saya tidak bisa melihat keluar dan sangat kekurangan udara segar. Tergeletak di sana selama berhari-hari dengan tubuh penuh luka yang menyakitkan. Hanya sejumput roti dan seteguk air. Mereka sering kali membawa saya keluar sel untuk menjadi sasaran pukulan.” <br />Tahun 1933, Revolusi Kuba membuagn diktatornya, Gerrardo Machado ke Pulau Trujillo. Satu saat, diktator yang terbuang itu memberinasihat baik kepada diktator yang masih dalam puncak kekuasaannya itu. “Rafael, belajarlah dari kemalangan saya,” katanya sambil tersenyum pahit, “Apapun yang kau lakukan, yang penting hindari publikasi yang buruk dari pers-pers Amerika. Engkau hanya selamat selama Yankee mendukungmu.” Nasihat ini dituruti dengna baik oleh Trujillo. Dengan cepat dikeluarkan undang-undang yang melarang setiap pembicaraan dan tulisan yang menentangnya. Pelanggaran terhadap hal itu ditetapkannya sebagai satu kejahatan criminal. <br />Seminggu setelah undang-undang itu ditetapkan, seorang pemuda Puerto Rico, negara tetangga Republik Donimika, berumur 18 tahun yang berbicara menjelek-jelekan dirinya ditangkap dan kemudian ditembak mati. Tetapi ketika Washington meneliti kasus tersebut, Trujillo menjadi gugup. Terutma setelah Washington menuntut agar ia menerangkan masalah itu secara terbuka kepda warga Amerika. Trujillo lantas mencari kambing hitam dengan mengutuk ketololan prajuritnya. Prajurit-prajurit yang malang itu ditahan dan “tertembak ketika berusaha melarikan diri”. <br />Maka, lebih dari 12.000 orang dibunuh dengan kejam; banyak yang disayat-sayat dengan pisau. Sebagian mayatnya dinaikkan ke atas truk kemudian dibuang ke jurang, atua – yang lebih kejam – ditumpuk di kapal penangkap ikan, di bawa ke tengah laut. Di sana dilempar ke tengah-tengah sekumpulan ikan hiu. Untuk mencegah agar berita-berita itu tidak bocor di luar, Trujillo memperketat sensor pada setiap surat kabar dan saluran berita. <br />Seorang Missionaris Amerika yang merasa terkejut, menulis cerita pembunuhan itu kepada saudaranya di Amerika. Surat itu tidak pernah sampai. Ia sendiri kemudian ditemukan terbunuh secara brutal di rumahnya. Malangnya, berita itu lolos sensor di Trujillo, yang kemudian menggerakkan keputusan Amerika, meksiko dan Kuba untuk mengadakan penyelidikan bersama. <br />Merasa terancam, Trujillo menulis nota protes ke tiga negara itu. “Beberapa orang Haiti terbunuh oleh penduduk Donimika karena kehilangan ondok dan hasil panenan yang dicuri mereka. Kami telah menangkap sepuluh dari seluruh petani yang terlibat dalam kejadian yang memalukan ini.” Ia membayar ganti rugi sebesar 100 ribu dolar kepada Presiden Haiti, Vincent. Dan memasang iklan satu halaman penuh di surat kabar surat kabar Amerika yang isinya berusaha meyakinkan setiap pembaca Amerika bahwa penyelidikan tidak perlu lagi, karna Trujilo telah menyelesaikan masalah itu dengan pihak Haiti. <br />Tetapi, Jenderal Hugh Johnson, seorang pejabat penting program New Deal, mengejutkan rakyat Amerika dengan menguraikan kejahatan itu di radio. Bagaimana wanita-wanita Haiti ditikam dan dukurung, bayi-bayi dibayonet dan laki-laki diikat lantas ditenggelamkan di luat. Hamilton Fish, anggota Kongres yang dihormati, dari komite masalah-masalah Luar Negeri, berteriak di Senat Amerika. “Kejahatan yang paling memalukan yang pernah terjadi di dalam lingkungan Amerika.” Dan ia menuntut agar hubungan dengan Trujillo diputuskan. <br />Berharap dapat mendinginkan suasana, diktator yang semakin cemas itu mengumumkan bahwa ia tidak mencalonkan diri pada pemilihan kembali tahun 1918. seorang pemimpin boneka didudukkannya di kursi presiden, sementara ia sendiri tetap mengendalikan negerinya dengan tangan besi dari balik layer. Makin khawatir terhadap citirnya yang tambah buruk di Amerika Serikat, ia memutuskan untuk menghabiskan biaya berapa saja guna merehabilitasi dirinya. Keterangan-keterangan yang ditulis dalam New York Times, Koran terkemuka Amerika Serikat, menyebutkan Trujillo telah menghabiskan lima juta dolar dari pundit uangnya, untuk menyuap beberapa anggota Senat Amerika dan pejabat Pemerintah, dan lima juta dolar lainnya untuk agen-agen pers Amerika. Semuanya dikeluarkan guna mempertahankan citra baiknya di pers dan masyarakat Amerika. <br />Penasihat-penasihat publikasi menasihatinya agar menawarkan tempat penampungan bagi pengungsikaum loyalitas Spanyol dan kaum pengungsi Yahudi Jerman. Tindakan ini dimaksudkan untuk meninggikan publikasi pribadi Trujillo sebagai tokoh yang manusiawi. Saudaranya mencoba melarangnya dengan menyatakan bahwa pengungsi itu berbahaya – mereka semua membenci kediktatoran. “Mata-mata kita akan selalu mengawasi,” bantah Trujillo, “Aku butuh publisitas. Di samping itu kaum imigran keturunan kulit putih yang cerdas akan memperkokoh kedudukan kita.”<br />Mesin publisitas Amerika mulai bekerja keras dengan menerbitkan buku-buku dan tulisan-tulisan yang memujinya sebagai seorang negarawan yang besar. Lebih jauh lagi, mereka bahkan mengusulkan sang diktator agar mendapat hadiah Nobel. Tetapi ketika Presiden Roosevelt mengundang pemimpin-pemimpin Amerika Latin berkunjung ke Gedung Putih, Trujillo tidak termasuk dalam daftar. <br />Trujillo sendiri tidak kekurangan akal. Dengan membeli yacht pribadi untuk perlajanannya ke Amerika, ia bersiap-siap dengan acaranya sendiri. Para agen yang dibayar mengatur penyambutan resmi untuknya. Barisan kehormatan dan korps musik disipakan di Miami. Pembicara resmi dalam resespi kehormatan adalah anggota Kongres Hamilton – setengah rikuh, membantahnya dan mengatakan bahwa itu didapat dari hasil trasaksi bisnis biasa. Di luar hotel tempat Trujillo menginap, satu spanduk besar bertuliskan huruf – hurus sebesar gajah, “Kami menolak kunjungan diktator erdarah yang pernah dikenal di dunia.”<br />Setelah merasa aman lagi, di tahun 1942, Trujillo kembali menduduki kursi kepresidenan, secara resmi ia mengizinkan dua partai berkampanye sebelumnya. Calon presiden partai pertama adalah Rafael Trujillo. Trujillo menang. <br />Ia terus merayu tokoh-tokoh Amerika yang berpengaruh, agar Amerika tetap membeli gula Donimika dengan harga yang tinggi. Ia membiarkan sebagian pabrik gula di tangan pengusaha-pengusaha Amerika. Pajak gula yang dipungutnya menghasilkan uang lebih dari cukup dari yang dibutuhkan isteri dan gundik-gundiknya untuk memelihara istananya. Ia menjamu pejabat pemerintah Amerika beserta keluarganya dengan penuh gaya Romawi. Tamu-tamu dilayaninya selama tiga bulan bersantai di Dominika dan pulang dengan segudang hadiah. Pemimpin Komite pertanian Senat Amerika – setelah menikmati layanan Trujillo, memuji dengan mengatakan, “tipe pemimpin yang dibutuhkan lebih banyak lagi di Amerika Latin”. <br />Agen persnya dengan konsekuen terus menjajakan diri Trujillo kepada rakyat Amerika sebagai “Tulang punggung dunia barat dalam menentang komunis”. Ia mengizinkan Amerika Serikat membangun bisnis peluru kendali di sana. Dan Duta Besar Amerika Serikat memujinya setinggi langit, meyakinkan rakyat Dominika, “tidak seorangpun yang dapat membantah kesuksesan – kesuksessan yang dihasilkannya.” Walaupun, para petani yang dipaksa bekerja membngun jalan-jalan dengan perut lapar, karena upah yang kecil, mungkin tidak akan setuju.<br />Lawan-lawan politik Trujillo yang melarikan diri keluar negeri yang bekerja keras untuk menggulingkannya, tidak luput dari ancamannya. Pembunuh-pembunuh bayaran berhasil membuat seorang redaktur surat kabar Dominika menjadi mayat yang tergeletak di tengah kota New York. Dr. Jesus Amria de Gelindez, seorang maha guru Universitas Columbia yang anti – Trujillo, diculik di tahun 1952. setelah dibius dan diterbangkan ke Dominika, akhirnya maha guru itu dibunuh. <br />Ketika majalah Life dan Time serta jaringan teve swasta Columbia Broadcasting System (CBS) membongkar kisah itu, Trujillo terpaksa merogoh kantongnya lagi untuk membayar agen-agen persnya. Agen yang setia dan rakus ini dimintanya untuk mengisukan bahwa Gelindez sedang merencanakan rancangan komunis untuk menjelek-jelekkanya. Bukan saja usaha itu gagal, anaknya sendiri, Ramfis, muncul di halaman pertama surat kabar-surat kabar, sedang terbang dengan pesawat pribadi menuju ke Paris. Dan membanjiri rumah seorang artis Hollywood dengan pakaian mewah danmobil-mobil balap. Apakah begitu, pertanyaan yang muncul di pers Amerika, cara uang bantuan Amerika dihabiskan? <br />Tahun 1960, oposisi terhadap rezim Trujillo makin berkembang luas, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. merasa terancam, ia membeli perlengkapan militer seharga lima puluh miliar dan menambah barisan miliernya dengan 6.000 orang laig. Ia juga menangkap ribuan rakyat Dominika yang dituduh berkhianat, serta menuduh Gerakan Katolik sebagai pemimpin kelompok yang menentangnya.<br />“Taktik-taktik penyerangan seperti itu,” kata Presiden Einsenhower jengkal, “biasanya merupakan cara terakhir dari sang diktator yang putus asa.” <br />Einsenhower mencoba menahan tambahan jatah pembelian gula Dominika yang uangnya biasanya digunakan untuk menyuap agen-agen pers dan para anggota Senat Amerika. Organisasi negara-negara Amerika Latin (OAS) – yang merasa mendapat isyarat dari Washington – mulai mengambil inisiatif. Dipimpin oleh Presiden Romula Betancourt dari Venezuela. OAS menuduh Trujillo melakukan “Penyebarluasan kekerasan dan penumpasan yang keji terhadap hak asasi manusia”. <br />Trujillo marah dan merencanakan penggulingan pemerintahan Venezuela, serta berusaha membunuh presiden Betancourt. Kedua-duanya gagal. Organisasi OAS akhirnya mendesak semua negara Amerika Latin memutuskan hubungan dengan Republik Dominika. Dalam keputusasaan dan usaha menyelematkan dirinya yang terakhir, ia berpaling ke Kuba dan Rusia; meminta bantuan ke negara-negara komunis yang semula di bencinya. <br />Delapan jenderal yang tidak dapat lagi menahan rasa muaknya, dipimpin Jenderal Antonio Imbert Barreras, mengambil kesimpulan bahwa mereka telah cukup mampu. Pada tanggal 30 Mei 1961, 31 tahun kediktatoran Trujillo telah sampai pada titik kulminasi kekejamannya. Sebutir peluru menghabisi riwayat penuh darah sang diktator peranakan kulit putih itu. Kembali Dominika berada dalam suasana kekacauan yang meluas berada dalam suasana kekacauan yang meluas karena perebutan kekuasan di atas kelompo-kelompok yang pengaruh. <br />Duta besar Amerika Serikat yang baru melaporkan hasil penyelidikannya ke Washington : “Disini tidak ada sama sekali yang tegak tidak ada pemerintahan tanpa serikat buruh tidak ada uang yang beredar, tidak ada pekerjaan, tidak ada ekonomi yang berjalan, tidak ada pelayanan umum, tidak ada demokrasi. Tidak ada apa-apa sama sekali.” <br />Itulah warisan megah seorang diktator yang pernah satu kali dipuji setinggi langit oleh seorang anggota Komite Luar Negeri Senat Amerika dalam kalimat-kalimatnya, “Jenderal, anda telah menciptakan “jenderal, Anda telah menciptakan abad keemasan bagi negeri Anda. Saya bangga dan bahagia mengulangi lagi waktu ini untuk didengar oleh rakyat Amerika, bahwa Anda akan tercatat dalam sejarah negeri Anda sebagai pembangun yang lebih besar dibandingkan dengan semua penakluk Spanyol. <br /><br />KUBA<br />I. FULGECIO BATISTA<br />Menjadi yatim ketika berumur delapan tahun, Batista tumbuh dan besar di kalangan jelata, di satu kampong terdampar, Propinsi Orrinte. Kampung yang kontrol oleh United Fruit Company, dengan pejabat yang hidup mewah, yang menimbulkan rasa iri pada diri Batista. Kakak yang paling dicintainya meninggal akibat TBC, disebabkan minimnya fasilitas kesehatan bagi petani Kuba. <br />Sebagai seorang pemuda yang ambisius, Batista pernah bekerja sebagai pembantu tukang jahit, penebas tebu, kerani di perusahaan kecil, tukang cukur dan buruh jalan KA. Kerja serabutan ini ditempuhnya sebelum dia sadar dan memutuskan bahwa dia butuh pendidikan sekolah agar bisa lebih maju. Pada umur 21 tahun ia bergabung dengan militer sambil malamnya belajar di sekolah. Saat menjadi stenografis resmi militer, ia menjadi sadar akan meluasnya oposisi terhadap kediktatoran Gerrardo Machado, seorang politikus korup yang mendapatkan kekuasaannya di Kuba tahun 1924. jaringan hubungan dibinanya dengan orang – orang yang dikenalnya ketika bekerja pada mereka di seluruh pusat-pusat militer Kuba. <br />Setelah 12 tahun sebagai tenaga sipil, ia kemudian dipromosikan menjadi sersan. Saat itu ia telah menjadi tokoh pusat jaringan revolusioner. Tahun 1933, disulut oleh kerusuhan-kerusuhan buruh-buruh AS, pekerja-pekerja Kuba berani menentang Machdo dengan menghimbau satu serangan umum. Batista mulai sadar dan menetapkan bahwa detik-detik jam nasibnya mulai bekerja. Ia memberi isyarat agar diadakan satu revolusi kaum serdadu. Pada setiap pos militer, di waktu subuh ketika sang perwira sedang tidur nyenyak, sersan-sersan yang memegang kunci penting mengambil alih seluruh komando militer. <br />Batista kegirangan dan dengan cepat menaikan pangkatnya sendiri menjadi colonel. Seluruh komando militer kini dipegangnya. Ia mengirim telegram kepada seorang sersan, “Secepatnya bergerak. Engkau diangkat menjadi Kapten. Perhatikan!” <br />Jawaban telegram dari sersan itu kembali dengan isi, “Telegram Anda terlambat. Saya telah mengangkat diri saya sendiri menjadi colonel.” Namun, terheran-heran dan terpesona, akhrnya Batsta menarik baik. <br />Selama tujuh tahun berikutnya, ia mengendalikan Kuba dari balik layer dengan memasang seorang boneka Presiden. Pernah salah seorang dari mereka itu menolak perintahnya, Batista hanya sederhana ‘mengangkat jarinya’. Lantas, parlemen Kuba menjadi sibuk dan menggulingkan presiden tersebut. Benteng kekuasaannya dibangun melalui tangan-tangan polisi dan tentara yang membungkam setiap surat kabar oposisi, memenjarakan dan menyiksa wartawan, mengancam politikus saingannya dengan membuangnya ke Miami. <br />Ia menikah dua kali dan menjadi ayah dari lima orang anak. Menunjuk pada putranya yang dikenakannya pakaian seragam militer dan dipanggilnya “sersan kecil”, ia berkata bahwa, “Saya tidak tahu siapa ayah saya, tetapi anak saya dapat berkata dengan penuh rasa bangga “Papaku adalah Batista!”<br />Seperti setiap diktator, ia membayar demi keharuman namanya. Tahun 1988, ia mendapat undangan ke Washington dari Jenderal Malvin Carig, Kastaf AB Amerika SErikat. Merasa enam baris mendali yang pernah dihadiahkan kepadanya akan kalah semarak, ia bertanya kepada bawahannya berapa banyak baris medali Jenderal Malvin Craig. <br />“Satu,” jawab bawahannya. <br />Batista terheran-teran, “Nombre de Dios! Saya tidak akan pergi ke Washington seperti seekor monyet yang memakai tongkat. Tanggalkan semua medaliku ini, kecuali dua baris yang diatas!” <br />Perasaan hausnya dapat pendidikan tidak pernah hilang. Ia menutupi kekurangannya ini dengan belajar membahas Marx dan Ploto. Darwin dan Spengler dibacanya penuh minat. Marx membuka matanya akan kebutuhan pemerintahan yang menolong kaum miskin. Plato mengajarnya bagaimana bersikap persuasive dan berorganisasi. Darwin membuatnya sinis terhadap ajaran-ajaran Gereja, kecuali sejauh ia dapat dimanfaatkan untuk memadamkan revolusi. Spengler membuatnya waspada terhadap komunisme dan sosialisme. <br />Saat rakyat Kuba memandangnya sebagai contoh terdekat di hari mereka; manusia bersahabat. Seorang tokoh perkasa berambut hitam. Kecuali kekejamannya sebagai diktator, rakyat Kuba merasa bahwa ia tetap salah seorang dari mereka seoranganak miskin yang membenci kemewahan dan berkeinginan menolong mereka. <br />Batista berketetapan hati untuk mengambil risiko dengan menanggalkan baju militernya dan terjun secara resmi menjadi presiden, “Kini,” kampanyenya pada rakyat Kuba, “Saya mampu yakin bahwa saya adalah salah seorang dari kamu semua.” Ia menangkan dengan mulus pemilihan umum. Bahkan kaum komunis menyokongnya. Dan Batista menghargai mereka lewat suara kecil yang diberikannya dalam pemerintahan yang baru.” <br />Mereka jauh kurang berbahaya jika berkoalisi dengan pemerintahan di mana saya dapat mengendalikannya,” katanya diam-diam, “daripada melepaskannya mengorganisir satu revolusi!”<br />Para pemimpin militer yang tadinya terlibat dengan jaringan revolusionernya, tidak satupun dipercayainya. Dan dianggapnya bakal menjadi bibit revolusi. Hampir seluruh waktu tidur malamnya, dari matahari mulai terbenam hingga fajar mulai dating, digunakannya untuk meminta dukungan mereka. Mereka menolak. Sejam kemudian, tanpa membuang-buang waktu, mereka ditangkap, dibuang keluar dengan kapal. Sebagian lagi dipersilakan melrikan diri keluar negeri, Miami, Florida, Amerika Serikat. Setiap pejabat militer yang lain diperingatkan agar tidak berusaha mencampuri era baru kaum sipil di Kuba.<br />Dalam peran barunya sebagai presiden, ia melancarkan program kesehatan, pendidikan dan pelayanan – pelayanan umum. Untuk mengingat kakaknya yang meninggal terkena serangan TBC, dibangunnya sebuah sanatorium seharga jutaan dolar. <br />Havana kini tampak bergairah dengan tempat bermain anak-anak yang indah, hasil rencananya. Ia membangun ratusan sekolah, mengeluarkan undang-undang perlindungan buruh, memecah pabrik-pabrik gula yang besar menjadi pabrik-pabrik yang diserahkannya pada si petani lemah. Sarana transportasi mulai dibangun. <br />Meskipun program-programnya popular, Batista sendiri tidak. Rakyat Kuba tahu bahwa dia mengeruk kekayaan secara gelap. Setengah dari keuntungan perjudian di kasino-kasino diserahkan kepada isterinya. Satu kesempatan emas pertama pernah didapat pimpinan militer itu. Batista digulingkan dari kursi kepresidenan dan terpaksa melarikan diri ke Florida. Di pantai indah di tepi barat Amerika itu, ia menikmati kekayaannya dengan santai. Bagaimanapun, diktator yang sangat menikmati kekuasaannya itu – setelah empat tahun menjadi turis kaya – mulai bosan. Kekayaan pribadinya sebesar 40 miliar rupiah ternyata harus dinikmati bersama-sama dengan candu kekuasaan. Tahun 1948, ia mendapat izin pulang ke Havana. Di negerinya itu ia mulai menapaki karir politik melalui kursi senat yang berhasil diraihnya. <br />Empat tahun kemudian, d tahun 1952, keinginannya meraih kursi kepresidenan timbul lagi. Tetapi ia merasa terhina ketika hanya mendapat ranking ketiga dalam pencalonan. Nalurinya bergerak dan mengumpulkan pejabat-pejabat muda yang berambisi, bergabung menjadi komplotan yang siap kudeta. Dua bulan sebelum hari pemilihan, ia mengenakan kembali seragam militernya yang lama dan memimpin kudeta yang untungnya tak berdarah. Presiden Carlos Prio dilemparkan dari kursinya. Mulailah babak kedua kekuasaan Batista. Kekuasaan Batista. Kekuasaan dictatorial kini kembali dicengkeramnya erat-erat. <br />Seorang pengacara muda bernama Fidel Castro yang mencalonkan diri menjadi anggota parlemen Havana bersumpah dan bersedia mati bila perlu – untuk menghancurkan Batsta, pengambil-alih kekuasaan dan penghancur demokrasi Kuba. Tokoh baru yang mulai menaiki tangga panggung sejarah, lari ke pedalaman Propinsi oriente untuk membangkitkan pemberontakan. <br />Kerakusan Batista terhadpa uang suap tetap bertahan perjanjian gelap dengan bandit-bandit kakap Amerika dibuatnya. Mereka diperbolehkan membuka perjudian dan perlindungan pribadi di Havana sebagai imbalannya. Pembagian keuntungan juga didapatnya dari perdagangan dan dunia pariwisata. <br />Cemas dengan gerilya Castro yang makin meluas, Batista menghapus semua hak-hak sipil. “undang-undang peraturan umum” melarang semua media massa mengkritik pemerintah. ketika Castro tertangkap dan diadili, ia berpestapora. <br />“Kuranglah saya!” teriak pemberontak muda itu dengan berani di pengadilan, “Tidak soal. Sejarah akan membebaskanku!”<br />Castro dihukum lima belas tahun penjara. Hukuman yang dijalaninya dengan tabah berbekal keyakinan dari dictum Victor Hugo : ketika kediktatoran menjadi kenyataan, maka revolusi menjadi kebenaran. Kecemasan Bastita bertambah setelah melihat massa – ketika ia tampil di depan umum – lebih bersorak kepada Castro daripada dirinya.<br />Amnesty diberikannya kepada sejumlah tahanan politik. Castro beruntung mendapat keringanan itu. Sementara Batista menyelenggarakan pemilihan umum untuk mendapatkan keabsahan bagu lagi kursi kepresidenannya. Tetapi, dalam waktu enam bulan, Castro kembali dari luar negeri, dan menetap di Pegunungan Propinsi Oriente sebagai basis perjuangannya. Hasil nyata yang pertama dari gerakannya adalah ketidakpuasan yang menyeluruh di seluruh pelosok pulau itu. <br />Para pengusaha telah bosan dengan kerakusannya. Petani pun marah karena kegagalannya memenuhi janji meluaskan land-reform. Cendekiawan tidak senang dengan kebiasaannya mengubah peraturan yang tidak disenangninya dengan seenaknya. Serdadu yang terhimpit dengan gaji rendah, kini mulai sadar akan miliaran rupiah yang dicuri pemimpinnya dari kas negara.<br />Mencium akan datangnya topan, Washington menarik pulang duta besarnya di Kuba, Arithur Gardner, yang telah mengidentifikasikan dirinya dengan tiran Batista. “Tuan Arthur Gardner bertindak lebih mirip seorang pengusaha dari pada seorang duta besar,” seorang redaktur Havana menulis, “Dan membuat kekliruan besar”. <br />Duta esar yang baru, Karl Smith, disambut di Havana oleh kaum demonstran wanita yang mendesaknya agar membantu memperbaiki kebebasan di Kuta. <br />Begitu oposisi mulai memuncak, Batista dengan cepat menyebarkan wabah teror. Teror yang diharapkannya dapat memusnahkan penentang-penentangnya. Mereka dicambuki, disayat mukanya dengan pisau. Tulang punggungnya dalam arti harfiah – dipatahkan. Lebih dari 21.000 rakyat Kuba dihukum mati. Banyak dari mereka di buldoser dipekuburan umum, yang lain digantung sebagai peringatan bagi penentang yang lain.<br />Batista memainkan kartu kuat ketakutan Washington terhadap revolusi Castro. Bukti nyata bantuan Amerika dituntutnya agar terbuka hingga ia dapat mempublikasikan uluran tangan pemerintah kapitalis itu di media massa Kuba. Seorang Mayor Jenderal Amerika terbang ke Havana untuk menghadiahkan medali Logion of Merit kepadanya, medali yang diberikan kepada tokoh militer yang sangat berjasa terhadap Amerika Serikat. Jenderla lain berbicara di depan umum memuji Batista sebagai pemimpin Amerika Latin yang besar. Menteri Luar Negeri AS, John Foster Dulles, mengunjungi acara makan malam di kedutaan besar Kuba di Washington dan memberi ucapan selamat buat Batista. <br />Akhirnya suasana penuh persahabatan itu menyurut di bulan maret 1958, setelah Presiden Einsenhower menghentikan kapal perang Batista. “Jelas sekali Castro telah mendapatkan dukungan emosional dari rakyat Kuba,” ia menjelaskannya kemudian. Sejumlah besar pemelot lari dari kekuatan pemerintah menyebarang ke kekuatan gerilya Castro. <br />Dalam keputusasaan, Batista menerjunkan ribuan poster dari uara ke pedalam Propinsi Oriente, menawarkan hadiah uang yang besar bagi siapa saja yang berhasil menyerahkan kepala Castro. Ia mengancam akan membunuh 10 penduduk sipil jika seorang serdadu pemerintah terbunuh. Ketika batista yang makin panic yang menyuruh membom setiap kota yang diduduki Castro, banyak dari pilotnya merasa muak dan kemudian membelok ke pihak Castro. <br />Melihat malapetaka mulai mendekati dirinya, Batista dengan kebijaksanaan menyembunyikan kekayaannya di luar negeri. pemberontakan Castro mulai menyebar dan mengitari Havana. Bergabung dengan petani yang merayakan pesta kemenangannya, Castro mengepung Havana. Di pagi buta menjelang tahun baru 1959, Batista melarikan diri menyelamatkan pesta kemenangannya, Castro mengepung Havana. Di Pagi buta menjelang tahun baru 1959, Bastista melarikan diri menyelamatkan hidupnya ke Republik Dominika. Mencari perlindungan ke diktator lain, Trujillo. Ketika dua tahun kemudian Trujillo jatuh, Batista pergi ke Portal. Di sana ia tinggal dengan menyamar. <br />Demikian akhir riwayat seorang diktator, tepat seperti apa yang diuraikan Plato dalam bukunya republic, lebih dari dua ribu tahun yang lalu. “…ketika muncul pertama kali ia bertindak sebagai pelindung. Di saat-saat awal karirnya ia penuh senyum dan penuh hormat pada setiap orang yang dijumpainya – ia kemudian disebut tiran; mereka yang berjanji di depan umum dan secara pribadi.. berkeinginan menjadi baik dan ramah pada setiap orang! Kemudian ia membuat rakyatnya melarat dengan menarik pajak. Memaksa mereka mengabdikan dirinya kepada kemauan-nya setiap hari, dan mencegah mereka bersekongkol.” <br />Bagi setiap Batista, seorang Castro yang lain akan menunggu. <br /><br />II. Fidel Castro <br />Salah seorang menteri kabinetnya yang pertama mengomentari Castro, “Ia berbicara hingga ia lelah. Ia makan hingga puas. Ia bergerak terus hingga kecapaian. Ia bertempur sampai ia terbunuh. Ia berontak menentang Batista, menentang masyarakat Kuba, menentang Amerika. Ia berontak terhadap Rusia… dengan pemberontakan yang tak henti-hentinya.” <br />Ketidakpuasan aneh seperti apa yang mendorong pribadinya itu?<br />Ayah Fidel Castro adalah seorang tuan tanah di Propinsi Oriente, yang cukup mampu membiayai dua perkawinannya serta tujuh orang anaknya dengan kenyamanan yang layak. Tetapi, bagaimanapun keluarga itu adalah keluarga kacau. Fidel Castro tumbuh terasing dari keluarga, kecuali dengan dua orang adik yang disayanginya, Raul dan Y. Juanita. <br />Fidel Castro dididik dalam pendidikan Katolik di Santiago dan Havana. Ia unggul baik di pelajaran sekolah maupun olahraga. Unggul dalam permainan basket, baseball dan lari cepat. Buku laporan tahunan sekolahnya menulis, “ia tahu betul bagaimana mendapatkan pujian dan sambutan hangat dari semua temannya.” <br />Semasa menjadi mahasiswa di Universitas Havana, kemauannya bertualang di luar situasi akademi makain menjadi-jadi. Berhasil jadi pimpinan kelompok pecinta alam. Satukali ketika memimpin kelompoknnya berjalan kaki ke Sierra delos Organos, kabut tebal menyelubungi lembah yang harus mereka lalui. Castro melompat terjun ke sungai di dasar lembah. Ia menyeberangi sungai deras itu dengan ujung tali panjang digigt di antara giginya. Merayap menembus sisi lembah yang lain. Ia kemudian mengikat tali itu ke sebatang pohon dan sepenuhnya membantu temannya melintas jalan yang berbahaya itu. <br />Selama bertualang di daerah pegunungan itu, ia dating ke tempat latihan rahasia pemberonta Dominika yang berniat menghancurkan Trujillo. Cintanya pada petualangan dan kebenciannya pada kediktatoran membawaya bergabung dengan ekspedisi mereka di bulan Agustus 1947. iring-iringan rombongan itu diketahui tentara Trujillo dan kemudian diserbu. Iringan itu bubar, Castro melarikan diri ke luar Dominika dan berenang di laut dengan membawa senjata tommygun-nya. <br />Sekembalinya ke Universitas, ia berhasil menjadi pimpinan organisasi resmi mahasiswa hukum. Bulan Oktober, ia menikah dengan teman kuliahnya, Mirtha Diaz Balart, yang setelah anaknya lahir, dua tahun kemudian diceraikannya. Idealisme ditempa oleh Eduarto Chiba, seorang pembaharu yang gigih menuntut satu pemerintah bersih, jujur serta memperhatikan kepentingan rakyat miskin Kuba. Setelah lulus ditahun 1950, Castro menghabiskan waktunya dengan menolong rakyat Kuba yang miskin dan tak mampu membayar pengacara. <br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br />INDONESIA<br />Soekarno<br /><br />Pemuda Soekarno tidak melihat ada yang salah ketika menyontek pada ujian sekolah. “Ini masuk ke dalam apa yang kita sebut gotong-royong,” dijelaskannya. <br />Sebagai pesaing yang sengit, ia tidak akan pernah mengizinkan dirinya dilampaui siapapun. “Di dalam permainan gasing, satu gasing milik teman yang berputar lebih cepat dari punyaku,” kenangnya.” Aku memcahkan situasi ini dengan gaya Soekarno yang berpikir cepat – melempar gasingnya ke sungai”! logikanya ini tidak berubah banyak ketika menjadi penguasa dari jutaan rakyat Indonesia. <br />Ia lahir di Surabaya, Jawa Timur pada tahun 1901. Ayahnya seorang guru sekolah, ibunya adalah berasal dari bali yang bangga dan yakin bahwa putranya telah memberikan tanda nasibnya sendiri. <br />“Engkau adalah utra sang fajar,” katanya kepada putranya. “Engkau akan menjadi manusia yang mulia, pemimpin besar dari rakyatmu.” <br />Soekarno mempercayai itu, tetapi ia merasa dijengkelkan oleh tingkah anak-anak Belanda yang melecehkan kulit gelap pribuminya. Sebagai remaja ia menantang anak-anak itu dan memenangkan simpati gadis Belanda karena ketampanan dan kefasihannya dalam berbicara, “Ini adalah cara yang saya tahu untuk menghancurkan rasa superioritas dari ras kulit putih dan membuat mereka takluk pada kemauanku!”<br />Ia kemudian berkembang sebagai penakluk wanita, menikah berkali-kali tanpa merasa risih dengan harus menceraikan salah satu di antaranya.<br />Pada usia 15 tahun ia bergabung dengan partai nasional rahasia yang bersumpah akan mengusir keluar penjajah Belanda dari Indonesia. Di dalam tiga abad penjajahannya, Belanda telah memelorotkan kesejahteraan rakyat dan memeras kekayaan dari tiga ribu pulau yang terbesar di sepanjang daerah seluas Amerika Serikat. Mendaftarkan diri sebagai mahasiswa teknik di Institut Teknologi Bandung, Soekarno mempelajari revolusi melalui pandngna Garibaldi, Dalton, Marx, dan Lenin. Idolanya, bagaimanapun mencerminkan tipologi manusia yang punya pengaruh kuat Hitler, Mussolini, Roosevelt, George Washington, dan Muhammad. <br />Lulus pada thaun 1926, ia menyisihkan gelar insinyur sipilnya untuk menyalakan pidato-pidato politiknya. Hanya tinggi sekitar 167 cm, ia tampak bagaikan raksasa di para pembicara, mahir dalam bahasa Inggris, Belanda, Jerman dan Perancis. Kerumunan massa terilhami oleh paham “sosialis dmokrat”-nya (satu campuran seimbang antara SEmangat Demokrasi Amerika 1776, Islam, Kristen, dan karl Marx). <br />Pada bulan Juli 1927, ia membangun organisasi Partai Nasional Indonesia (PNI). Semboyannya, “Merdeka Sepenuhnya – Sekarang Juga” tidak dihargai oleh Belanda, yang memerintahkan organisasi tersebut dibubarkan. Soekarno menolak dan kemudian menghabiskan tiga belas tahun waktunya di penjara. Sebagai pemimpin martir gerakan kemerdekaan, ia diilhami oleh rasa kasih dan penghargaan dari rakyatnya seperti yang dirasakan rakyat India terhadap mahatma Gandhi.<br />Mereka manggilnya Bung (saudara) Karno. Tetapi bukan dia, tetapi Jepanglah yang mengusir Belanda keluar dari Indonesia. Ketika Jepang menyapu sepanjang Pasifik di tahun 1942, ia didapati sedang dibuang ke Sumatera. Ia diterima oleh Jepang sebagai perantara dan diperbolehkan bertindak sebagai Presiden boneka untuk memperlemah Indonesia untuk tidak menentang Jepang. Ia berdalih kepada rakyatnya bahwa ia bekerja sama dengan Jepang hanya sampai pada saat ia mampu menungganginya. <br />Ketika telah menjadi jelas bahwa Jepang akan kalah, Soekarno melakukan gerakannya. Di pertengahan Agustus 1945, ia merampas gudang-gudang senjata milik Jepang, memproklamirkan “Republik Indonesi” dengan dirinya sebagai orang Presiden. Tetapi, ketika perang berakhir, kekuatan Sekutu memaksa agar Indonesia kembali kepada kekuasaan Belanda, yang menolak berunding dengan Soekarno. Empat tahun perang gerilya mengakhiri penangkapan dan pembuangannya. <br />Bagaimanapun juga, di tahun 1949, PBB melakukan desakan pada Belanda untuk mengakhiri kekuasaan kolonialnya. Soekarno dengan cepat naik ke permukaan sekali lagi dan seperti pelampung yang tak tertahan kemudian menjadi Presiden dan sekaligus pemimpin republic yang baru. Selama delapan tahun ia mengendalikan negeri itu melalui bentuk demokrasi parlementer, kekuasaannya dilakukan dengan pengontrolan dari perwakilan tiga ribu pulau. Satu keberhasilannya adalah program pintas pendidikan rakyat, mengurangi kebutahurufan rakyat Indonesia dari 93 persen menjadi 55 persen. <br />Sedikit demi sedikit ia menggeser republic kea rah Kiri, di bawah pengaruh PKI, suatu organisasi politik beraliran Marxis yang berhubungan erat dengan Cina Merah. Pemimpin revolusionernya adalah Aidit, dengan lihai memainkan sikap ingin dipuja dari Soekarno dengan mengangkatnya sebagai “Pemimpin Besar Agung”. Aidit selalu mengerahkan kekuatannya untuk menyambut hangat pidato-pidato Bung Karno. <br />“PKI selalu dapat bekerja,” Soekarno membujuk para pemimpin politik yang lain. “anda semua harus menyerupainya!”<br />Pandangan tentang dirinya tak mengenal batas, “Aku mencintai negeriku dan aku mencintai wanita,” pernyataannya, “tetapi apa yang paling kucintai adalah diriku sendiri!”<br />Satu kali dia mengadakan jumpa pers dengan menggunakan seragam panglima besar biru yang cemerlang dengan kaki telanjang. Seorang koresponden bertanya mengapa “Badai listrik bergetar,” katanya serius. “Aku ingin membangun enerjiku. Kuserap impuls – impuls listrik dari dalam bumi.” <br />Pada thaun 1956, ia menarik perhatian dengan mengunjungi Washington, di mana Presiden Eisenhower menerimanya secara formal, tetapi tidak cukup antusias. Karena selalu merasa curiga dengan rasa kulit putih, Soekarno merasa terpukul. Dia kemudian mendapat sambutan hangat di Moskow, di mana masyarakat Rusia memperdalam keyakinannya bahwa hanya Marxisme yang memiliki jawaban bagi ras berwarna dengan kekayaan yang luar biasa, berupa karet, minyak, timah tetapi dengan pendapatan per kapita penduduknya hanya 160 dolar per tahun. <br />Pulang kembali ke rumah, ia mencap demokrasi parlemen ala Indonesia gagal. “aku tidak dapat dan tidak ingin menunggang kuda berkaki tiga!” kecamnya. Iapun mendekritkan “demokrasi terpimpin”, dengan membubarkan parlemen terpilih dan menyusun kediktatoran pribadi. <br />Dua kekuatan yang paling berpengaruh di Indonesia adalah tentara dan Partai Komunis. Memainkan pertentangan satu dengan yang lainnya, sehingga ia dapat menjadi penyelamat dair pertempuran itu, ia dengan mahir menyatukan mereka menghadapi musuh bersama. Yaitu Belanda. Ia menyita atau menasosialisasi investasi Belanda di Indonesia, ia menuntut agar Belanda mengembalikan Irian Barat (Papua). Untuk menekankan ancamannya, ia memesan 20 juta dolar persenjataan Amerika Serikat, tetapi Washington menahan untuk tidak menjualnya. <br />John Foster Duller, Menlu Amerika Serikat, merasa gugup dan khawatir denganmakin bergesernya Soekarno ke Kiri. Apakah setengah miliar dollar investasi Amerika di dalam bentuk perusahaan minyak, karet dan timah kelak akan disita? Apakah Indnesia merah akan menjadi pemimpin di dalam menyebarkan ajaran komunis di seluruh Asia Tenggara? Dulles kemudian sepakat dengan rencana rahasia CIA untuk menggulingkan Soekarno. <br />Pada bulan Desember 1957, seorang serdadu bayaran Allen Pope disewa untuk menerbangkan pelarian tentara yang dipersenjatai oleh Amerika dari Manila ke Sulawesi Utara, di mana mereka menyusun pemerintah Indonesia tandingan di Sumatera dan mengajak agar tentara melakukan revolusi. <br />“Tidak ada alasan yang mengharuskan kita cemas,” Soekarno menenangkan pengikutnya. Walaupun begitu, ia secara teratur mengirim tentara ke Sumatera untuk memberantas para pemberontak, yang membuat kesalahan dengan memamerkan senjata buatan Amerika dan meminta persenjataan lagi. Dulles yang merasa malu kemudian menjawab dengan protes umum bahwa Amerika Serikat bertindak netral <br />Membeli ratusan pesawat terbang dan jenis persenjataan lain dari Eropa Timur Komunis, Soekarno dengan sengit menuduh Washington telah memberikan pasokan senjata otomatis dan amunisi ke para pemberontak. Ketika tuduhan dibantah, satu kartu truf jatuh ke tangannya. Allen Pope kemudian ditembak jatuh ketika sedang terbang membawa misi pemboman di daerah pemberontak. Para pejabat Washington dengan muka merah dengan cepat berganti haluan untuk “meningkatkan hubungan” dengan Soekarno dan dengan tiba-tiba menawarkan kepadanya penjualan beras, senjata ringan dan onderdil pesawat terbang. <br />Bagaimanapun, para jenderal Indonesia yang kejam mendesak agar Pope diadili di pengadilan militer, di mana ia didapati bersalah dan diancam hukum mati. Presiden Amerika Serikat yang baru bagaimanapun mengundang Soekarno untuk dating ke Washington. Ia kemudian diterima dengan hangat oleh Presiden Kennedy yang berkata kepada para pembantunya di Gedung Putih. “Tidak heran bahwa Soekarno tidak begitu senang dengan kita. Ia kini duduk dengan rakyat yang mencoba menggulingkannya!”<br />Enam bulan kemudian, dengan selesainya pemberontakan di Sumatera, Soekarno dengan diam-diam melepaskan Pope dari penjara dan mengizinkannya untuk terbang kembali ke Amerika Serikat. Ia kemudian dihadiahi jutaan dolar bantuan dan pinjaman untuk ekonominya yang goyah dari pemerintah Amerika yang mengharapkan agar ia bersikap menjauh dengan pihak komunis. <br />Tetapi Soekarno bosan dan lesu jika ia tidak berada dalam sorotan. “Revolusi berjalan terus,” adalah imbauannya untuk menarik masa lalu.”Kita harus memutuskan total hubungan dengan dmokrasi Barat,” teriaknya kepada massa “Biarkan Nekolim tenggelam!” untuk membuat slogan yang familiar, ia mempersiapkan kata-kata Nekolim “Neokolonialisme dan imperialisme.”<br />Sikap flamboyannya yang jumawa dengan seragam putih, memakai kacamatan hitam dan membawa tongkat komando, mengundang cemoohan dari penentang-penentang politiknya. Secara pribadi, mereka menyebutnya Bapak (founding father) kemerdekaan Indonesia itu sebagai seorang demagog (tukang bual). Dengan tegar, hal itu dibantahnya, “Jika aku hanya seorang demagong, mengapa mereka taut dengan bualanku?” <br />Dia merasa tetap aman sejauh ia dapat mengendalikan 350.000 tentara yang diperlengkapi dengan senjata buatan Rusia tersebut, dan ia tetap mendapat dukungan dari 3 juta kaum komunis. <br />Sementara hubungannya semakin akrab baik dengan Moskow maupun Washington, Soekarno membelokkan keseimbangan kapal layar Indonesia itu ke dalam cuacana Cina Merah. Menteri Luar Negerinya yang komunis, bernegosiasi dengan Perdana Menteri Chou En-Lai untuk menyulihi pengaruh Rusia ke arah Cina. <br />Tetapi, kaum Muslim nasionalis mulai merasa tidak nyaman dengan gerak Soekarno kea rah ekstrem kiri. Dalam periode antara 1957 hingga 1962, kelompok Islam fanatic melakukan percobaan pembunuhan dirinya sebanyak lima kali. Soekarno mencoba mengkambinghitamkan Belanda. <br />Ia mengirim kekuatan kecil tentara ke Irian Barat untuk merebutnya dari Belanda. Hal itu hanya mempunyai nilai kecil bagi setiap orang, tetapi Soekarno membutuhkannya untuk mendorongkrak prestisenya. Seperti sebagian besar diktator yang tidak tahu apa yang harus dibuat untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi, ia berpaling ke luar negeri untuk menenggelamkan kritik di bawha penampilan patriotiknya. Seperti apa yang diamati oleh Plato tentang diktator. “ia selalu melakukan peperangan atau yang lainnya, yang di maksudkan agar rakyatnya memerlukan seorang pemimpin.” <br />Ia merasa sangat gembira ketika PBB setuju untuk mengembalikan mandate Irian Barat ke pemerintah Indonesia. Agenda berikutnya adalah “pembebasan” Malay, Singapura, dan Kalimantan Utara dari penjajahan Inggris. Ia merasa tidak puas ketika London memberikan miliknya itu kemerdekaan, mempersatukan mreka ke dalam negara baru yang disebut Malaysia. Menuduhnya sebagai boneka Inggris, Soekarno berteriak ke pada rakyatnya, “Ganyang Malaysia!”<br />Pada Januari 1964, sementara tentaranya menyerang, Malaysia terpilih sebagai anggota Dewan Keamanan PBB – satu tamparan diplomatic di wajah Soekarno. Memainkan sikap angkuh Soenarko yang terluka, Aidit dan Soebandrio menggarapnya hingga ia siap memberikan pertanda untuk membawa Indonesia keluar dari PBB. Ia mengajak bangsa-bangsa anti penjajahan untuk mengikuti langkahnya. Dia bertambah kesal karena tidak satupun yang melakukannya.<br />Ia berpidato serampangan menyerang program bantuan PBB, Apa itu UNICEF? Hanya susu bubuk. Aku lebih suka makan penyeum (tape) Bandung. FAO mengirim para ahli yang tidak tahu apa-apa tentang pertanian Indnesia. Aku katakana pada mereka, pergilah ke neraka dengan bantuanmu!”<br />Kemarahan pribadinya di arena diplomasi internasional malah memperburuk situasi ekonomi Indonesia dengan makin terisolasinya ekonomi Indonesia dari sebagian besar ekonomi dunia. <br />Produksi timah dan karet jatuh secara tajam. Jalan dan rel kereta yang dibangun oleh Belanda tidak bisa diperbaiki, karena tidak ada dana. Nilai inflasi meningkat dua kali lipat dalam waktu enam bulan, menambah ribuan pengemis telanjang dan anak-anak kelaparan di jalan-jalan di Indonesia. Soekarno mendesak untuk menyediakan dua pertiga dari anggaran nasional untuk operasi militer menghadapi Malaysia. Ketika para menterinya dating untuk mencoba membahas masalah terbangnya modal dari Indonesia, ia menggerutu, “Masalah-masalah ekonomi membuatku sakit kepala!”<br />Dukungan Amerika Serikat terhadap Malaysia memberikan peluang baginya untuk memanfaatkan Washington sebagai kambing hitam bagi kegagalannya. Ia mengancam untuk mengambil alih investasi Amerika disektor minyak dan karet ia memboikot fil-film Amerika dan mengusir ke luar Korps Perdamaian (organisasi relawan Amerika) yang popular. Diperingatkan bahwa Amerika Serikat akan memotong bantuannya, Soekarno berteriak, “pergilah ke neraka dengan bantuanmu!”<br />Dengan makin langkah beras, ia memerintahkan masyarakat Indonesia untuk menanam jagung dan kentang manis. Aidit menawarkan padanya usulan untuk mendapatkanprotein yang lebih baik dengan mengkombinasikan pembasmian hama, “Jika para pentane mulai berani makan tikus, maka tikus akanhilang, dan bahkan kita akan kekurangan tikus.” <br />Pada bulan Februari 1965, Soekarno menyita perkebunan karet Amerika Serikat yang bernilai 80 juga dolar di Sumatera “untuk melindunginya dari para pekerja yang marah,” ia menyetop surat-surat kepada warga Amerika Serikat yang hidup di Jakarta dan menasihatkan para pelayannya untuk mengundurkan diri. PKI mengatur protes jalanan para demonstran pro-Peking yang anti Amerika.<br />Pemimpin militer anti-komunis, yang dipimpin oleh Menteri Pertahanan yang muslim, Nasution, mengadakan pertemuan rahasia dan memutuskan bahwa kini saatnya telah dating untuk menghentikan gerakan Soekarno membawa Indonesia menjadi satelit Cina Merah. Poster-poster bertebaran di seantero Jakarta : “Gantung menlu Soebandrio!” Nasution membuang pejabat yang komunis ke luar dari kementeriannya, dan memaksa penangguhan 57 anggota komunis di Parlemen. Kemudian ia menuduh Soebandrio merencanakan kudeta komunis di Indonesia.<br />Para pemimpin militer yang loyal kepada Soebandrio dan Aidit tiba-tiba menculik Nasution dan para pimpinan militer puncak. Enam di antaranya dibunuh. Mreka mengabaikan Soeharto yang mengepung Istana dengan satu battalion tentara komandonya. Soekarno pergi terburu-buru bergabung dengan Aidit di pangkalanudara militer Halim Perana Kusuma. “tempat terbaik saya,” katanya kemudian, “adalah dekat dengan pesawat udara.” Aidit mendesaknya untuk membentuk “Dewan Revolusioner”. Tetapi ia ragu-ragu.<br />Soeharto mengambil-alih komando pemerintahan dan memerintahkan gerakan anti komunis di seluruh Indonesia. Bingung dan putus asa, Soekarno berteriak ke seluruh negeri, “Percayakan itu padaku. Percayakan itu pada bapak!”<br />Tetapi hal itu sangat terlambat. Aidit ditangkap dan ditembak mati. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur ribuan kaum komunis dan keluarganya di bunuh. Tentara dan kelompok Muslim diperkirakan membantai seratus ribu lebih warga sipil Indonesia.<br />Soekarno memohon kepada rakyatnya agar menghentikan pertemuan di antara sesamanya, dan ada mereka bersatu kembali “musuh sejati kita – adalah Nekolim!” mereka secara pribadi tetap menyenanginya, tetapi merasa bahwa ia telah dibius oleh komunis dan membutuhkan “Koreksi” dari tentara.<br />“bagaimana saya dapat memecahkan peristiwa 30 September,” katanya menunjuk pada tanggal dari usaha kudeta komunis di mana Nasution dan jenderalnya diculik, “Jika rakyatku tidak mengindahkan peringatanku?”<br />Ia berang saat Nasution menuntutnya untuk mengubah politik luar Negerinya, dan berteriak, “aku masih Presiden, masih emnjadi Pemimpin Besar Revolusi, dan tidak akan mundur satu sentipun dari kebijakanku!”<br />Demonstrasi mahasiswa yang besar bergerak menuntut berakhirnya kekuasaan diktator yang chaos, salah urus, dan korup. Pada 11 Maret 1966, tentara Soeharto menguasai Istana, menangkap Soekarno dan SUbandrio. Soekarno dipaksa untuk menandatangani dekritnya memberikan kekuasaan sepenuhnya pada Soeharto. Setelah itu, Soebandrio diadili dengan tuduhan pengkhianatan dan diancam tembak mati, “karena telah membawa tragedy dan penderitaan pada seluruh lapisan masyarakat Indonesia.” Setiap orang tahu bahwa ia menjadi korban untuk Soekarno.<br />Soekarno aman untuk beberapa waktu karena, seperti yang dikatakan oleh seorang komandan local, “Rakyat masih merasa bahwa ia adalah ayah mereka, dan setiap anak merasa harus mempertahankan orangtuanya bahkan jika ia membuat kesalahan yang buruk.” Seluruh gelarnya kemudian dicopot kecuali sebutan Bapak, dan diizinkan untuk tetap tinggal di Istana sebagai figus symbol. <br />Gelembung keangkuhan dari “George Washington dari Indonesia” mengempis. Ia tetap menolak kenyataan bahwa dirinya telah kehilangan kekuasaannya, menampakkan dirinya di depan public, “DIsinilah aku, tetap selelu tersenyum… masih menjadi pemimpin Revolusi!” ketika pers menekannya untuk mengklarifikasikan, ia marah, “Aku akan membisu seribu bahasa!”<br />Mengeluarkan perintah yang tidak dipatuhi seorang pun, membuat pengumuman yang tidak diacuhkan orang, ia menjadi sedih dan depresi. Ia mulai mohon pengertian.<br />“Rakyat kadang-kadang membuat kesalahan,” rekngeknya,” dan jika Andan menunjukkan apa kesalahanku, aku akan mengkoreksinya sendiri.”<br />Pada awal 1967, orang kuat Indonesia yang baru, Soeharto, memberikan sang diktator yang tumbang itu ultimatum – ke luar negeri atau diadili dengan tuduhan pengkhianat. Dan begitulah Soekarno perlahan menghilang dari pandangan public tidak dengan tiba-tiba tetapi dengan perlahan. <br />“Ia dicintai sekaligus dibenci – satu figure tragis,” amat seorang pengusaha Eropa di Jakarta. “Tetapi untuk setiap kegagalannya, tidak pernah ada seorang seperti Soekarno di Asia, juga tidak akan pernah ada lagi yang menyerupainya. <br /><br />KEDIKTATORAN MELAWAN DEMOKRASI<br /><br />Jika Romawi kuno memberikan kepada dunia kediktatorannya yang pertama, Yunani kuno menghasilkan demokrasinya yang pertama – satu kata Yunani yang berarti “Diperintah oleh rakat”. Pikiran-pikiran awal Yunani ini masih mewarnai demokrasi modern. Warga memerintah dirinya sendiri melalui wakil yang dipilih yang membuat hukum-hukum nasional. Pemilihan bebas yang teratur memungkinkan terjadinya perubahan, dengan pilihan jujur terhadap partai dan calonnya.<br />Individu dijamin kebebasan pribadinya dan haknya untuk tidak setuju secara terbuka dengan pemerintah. pengadilan bebas memutuskan setiap kasus dengan mendasarkan diri pada keadilan. Pemerintah dipaksa untuk menyejahterakan seluruh warganya, dan tidak hanya bagikeuntungan kelas istimeewa. Pada abad ke20 prinsip tersebut telah berkembang dengan sangat maju. <br />Ketika republic Amerika hadir di tengah 1789, sebagai contoh, ia mengalami cacat yang serius sebagai negara demokrasi. Ia memperbolehkan perbudakan, menolak suara dar si miskin, hanya mengizinkan golongan kaya terdidik untuk menjalankan pemerintahan. Amerika Serikat kini telah demikian memperluas pikiran-pikiran tanggung jawab demokratis pada rakyatnya. Amerika modern menjamin upaha mnimum, santunan bagi pengangguran, jaminan sosial, perawatan kesehatan, pendidikan universal, dan hak-hak sipil. <br />Pikiran-pikiran tentang demokrasi telah demikian popular di seluruh dunia hinga bahkan para diktator kadang-kadang memaksakan diri untuk berpura-pura bahwa rezimnya adalah demokratis. Soekarno menyebut kediktatorannya dengan “demokrasi terpimpin”. Jerman Timur dari Ullbricht memberikan label pada negaranya sebagai Republik Demokratis Jerman. Stalin menyebut kekuasannya dengan “Demokrasi sentralisme.” <br />Kekuasaan diktator yang tak terbatas memungkinkannya lebih mudah berubah dari pada di alam demokrasi. Ia dapat mengubah jalan pemerintahannya dengan hanya sederhana mengubah pikirannya. Sebaliknya, negara demokrasi konstitusional dengan sadar bergerak perlahan melalui checkadn balance. Kekuasan dan kewenangan terbagi antara Presiden, Kongres dan Mahkamah Agung; atau Perdana Menteri, Parlemen, dan Pengadilan Tinggi. Pengaturan yang cermat seperti itu akan membuat sulit bagi setiap orang atau kelompok untukmendapatkan kekuasaan yang cukup untuk menjalankan kediktatoran. <br />Namun, begitu banyaknya pembagian kekuasaan terkadang dapat melumpuhkan demokrasi sampai pada batas bawa ia tidak berfungsi sama sekali. Sebagai contoh, republic perancis ke Empat (1945-1958) adalah gambaran sempurna dari segala bayangan mengenai cita-cita revolusi Perancis. Tetapi pemerintahan terbagi oleh begitu banyak partai sempalan, yang tidak mampu menyepakati kebijakan nasional, sehingga satu administrasi berganti kolaps sampai saat de Gaulle menjadi Presiden. <br />Dalam kediktatoran muncul pemerintahan terpusat yang kuat yang memperlemah pemerintahan local. Demokrasi, sebaliknya, tergantung secara erat dengan pemerintahan sendiri pada tingkat negara, propinsi, kota dan kabupaten. Berbagai kekuasaan seringkali mempersulit pekerjaan seorang presiden, tetapi ini adalah cara penyelamat yang lain dari kediktatoran.<br />Hukum-hukum Hak Dasar adalah kunci yang membedakan dua bentuk pemerintahan. Warga Amerika yang mendapat jaminan hak-hak dasarnya mungkin akan bersemangat lagi menjaganya jika ia melihat apa yang akan terjadi di dalam kehidupan di bawah kediktatoran. Seorang editor yang mengkritik pemerintah dapat dilemparkan ke dalam penjara dan disika hingga ia mengaku melakukan pengkhianatan. Seorang pengusaha yang menolak suap pada begundal sang diktator dapat menyebabkan usahanya disita. Para mahsiswa mungkin menemukan kamarnya berantakan karena inteleijen negara mencari buku-buku yang terlarang. Pekerja yang meminpin pemogokan dapat disikat dan dipenjarakan bertahun-tahun tanpa pengadilan. <br />Bagi diktator seperti Stalin dan Hitler, kehidupan individual tidak penting. Masing-masing telah membunuh jutaan manusia tanpa merasa menyesal, memandang mereka hanya sebagai bidak yang harus dikorbankan bagikemuliaan negara. Sebaliknya, demokrasi memandang setiap kehidupan manusia adalah suci. Setiap warga dilindungi hak-haknya di bawah undang-undang, sebagai perisai legal antara dirinya dan setiap pejabat yang mungkin mencari kesalahannya.<br />Dalam negara demokrasi selalu ada pendukung atau kelompok yang, dengan mengabaikan undang-undang, berusaha menghilangkan hak-hak kaum minoritas. Kaum minoritas tidak banyak bebas untuk memprotes, dengan segala cara hingga ke Mahkamah Agung, tapi juga memiliki kewajiban untuk memprotes untuk memelihara agar demokrasi tetap kokoh. “Telitilah apa yang diinginkan penduduk,” kata seorang ahli hukum Fredrick Douglas, “dan Anda akan mendapati sejumlah ketidakadilan dan kesalahan yang menyelubungi mereka. Hingga mereka mempertahankannya.”<br />Bangsa yang dipimpin oleh seorang diktator seringkali terkesan lebih kuat dan bersatu ketimbang negara demokrasi, sebagian besar karena ia membungkam setiap penentang dengan menjadikan satu partai pemerintahan. Ketidakmamapuannya untuk menenggang kritikan atau mengakui kekeliruan adalah secara nyata sebagai pengakuan bagi kelemahannya. Diktator Italia, Mussolini, satu kali terpaksa harus sesumbar, dan mengatakan, “Mussolini selalu benar!” cina Merah di kira akan menjadi raksasa monolitis sehingga ketika kritikan Mao pada tahun 1967 tiba-tiba telah merobek-robek bangsa itu, menampakkan dirinya hanya “macam kertas” dengan kelemahan yang serius. <br />Demokrasi lebih bersikap luwes dengan kritikan dari pers bebas dan penentang politik. Jika kekeliruan pada kebijakan pemerintahan berada di bawah sorotan, Perdana Menteri atau Presiden yang gagal memperbaikinya akan dipersilahkan keluar dari kantornya. Berbeda dengan diktator, ia harus tanggap terhadap opini public.<br />Untuk menghilangkan keresahan sosial, diktator menjdikan bngsa sebagai masyarakat tertutup. Ia mengontrol media massa, radio, televise, film, dan menggunakan sarana itu sebagai propaganda; sekaligus untuk menyaring pikiran-pikiran “subversive” tentang demokrasi dan kemerdekaan. Diktator Jepang di masa perang, Hideki Tojo, melarang warga Jepang untuk menyerap setiap “pikiran berbahaya” Pemuda-pemuda Hilter dicuci otaknya oleh pelajaran sekolah yang memuliakan perang, ketaatan buta pada tanah air, dan hak Jerman untuk menguasai dunia.<br />Takut pada rencana untuk menggulingkannya, diktator tidak akan membiarkan pidato bebas. Rakyatnya diintimidasi oleh polisi rahasia yang memata-matai mereka dan menyensor siapapun yang membaca surat mereka. Warga negara Uni Sovyet yang kedapatan oleh polisi Stalin sedang berbicara dengan orang asing akan ditangkap dengan dakwaan pengkhianat.<br />Pertukaran ide yang bebas, sebaliknya, adalah hal yang esensial pada cara hidup demokratis. Duduk harus dicerahkan dengan diskusi terbuka mengenai berita atau pandangan-pandangan. Mereka harus bebas untuk menentang, demonstrasi melawan, kebijakan pemerintah yang merugikan, seperti banyak yang dilakukan oleh warga Amerika yang menentang perang Vietnam. Jelas sekali, bahwa tidak ada seorang warga Rusia yang berani melakukan protes ketika Kruschev yang secara brutal menghancurkan revolusi Hongaria. Demonstrasi hanya diperbolehkan di kediktatoran adalah aksi yang diatur untuk menunjang kebijakan pemerintah.<br />Kebebasan beragama seperti yang dikenal warga Amerika sangatjarang ditoleransi oleh diktator. Lenin, seorang atheis, menghancurkan kekuatan agama di Uni Sovyet. Franco membiarkan satu gereja negara dan menghukum yang lain seluruhnya. Kehidupan para pekerja di bawah kediktatoran kadang-kadang lebih baik bagi sebagian mereka dibandingkan dengan pemerintahan terdahulu. Tetapi serikat mereka dihapuskan atau kalau tidak dikontrol oleh pemerintah. diktator juga memanfaatkan perbudakan kaum buruh, seperti yang dilakukan oleh Hitler dan Stalin. Dalam sistem demkrasi para pekerja bebas untuk tawar – menawar melalui serikat mereka, dan dapat melaukan pemogokan jika tidak merasa puas<br />Sistem usaha bebas dari demokrasi berhasil mengembangkan standar hidup yang tinggi bagi sebagian besar penduduknya dengan mendorong investasi dan insiatif pribadi di dalam pembangunan eknomi nasional. Diktator sayap kiri tergantung dengan kontrol terencana pemerintah terhadap ekonomi yang seringkali menderita beban salah urus birokrasi. Diktator sayap kanan, seperti Franco, cenderung mengontrol ekonomi di tangan beberapa industiawan yang berkuasa yang berkembang menjadi kaya melalui monopoli, sementara usaha kecil dihancurkan dan penduduk hidup dalam kemelaratan. <br />Warga negara demokrasi menghargai Presiden atau Perdana Menteri, tapi tidak menganggapnya sebagai dewa. Sebaliknya, keinginan diktator adalah pencucian otak agar mempercayai dirinya sebagai superman yang berada di atas kritik dan kekeliruan. Potretnya diusung pada parade, ditempel di tembok-tembok, tergantung di setiap rumah dan sekolah. Arakan-arakan besar seringkali diadakan untuk memuliakannya. Tetapi permadani kekuasaannya lebih goyah disbanding dengan kedudukan presiden dan perdana menteri di dalam ukuran demokrasi. Seorang diktator terpaksa mencurigai para pembantu utamanya yang melakukan ambisi konspiratif untuk menggulingkannya. Diktator seperti Chiang Kai Shek dan Franco, bahkan ketika masa menjelang sepuh, menolak untuk menunjuk penggantinya, khawatir mereka akan tidak sabar dan menggulingkanya.<br />Pemerintah yang kestabilannya tergantung pada hidup dan matinya seorang manusia akan membuat penduduknya hidup di dalam kerawanan sosial yang mungkin akan meletus setiap saat, yang penuh dengan tidakpastian, sehingga kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi lima menit kemudian. “amerika adalah tempat,” sekali pernah Presiden Woodrow Wilson berkata, “Di mana Anda tidak dapat menghancurkan pemerintahan dengan hanya membunuh manusia yang memimpinnya.” Pembunuhan tragis John F. Kennedy di tahun 1963 membuktikan kebenaran pengamatan Wilson.<br />Dalam masalah-masalah luar negeri, penerimaan nilai supremasi hukum pada demokrasi membuat ia lebih baik dibandingkan dengan sikap kediktatoran dalam menghargai perjanjian internasional. Hitler, sebagai contoh, mengingkari pakta Non-Agresi yang ditandanganinya dengan Stalin kurang dari dua tahun sebelumnya. Stalin membatalkan semua persetujuan pasca perang dengan sekutu.<br />Diktator seringkali memiliki keunggulan militer dibandingkan dengan demokrasi karena ia menggantungkan kekuatannya pada tenatara regular yang besar. Secara wajar, pandangan yang popular di alam demokrasi hanya mengingkan sedikit tentara regular. Diktator merasa lebih bebas untuk menyerang lebih dahulu, sejauh dia dapat membatasi perang pada tingkat tetentu di mana tidak akan mengundang senjata nuklir Amerika. <br />Karena biasanya negaranya tidak dapat menanggung beban dengan program besar militer dan pelayanan barang-barang konsumsi, diktator seringkali melaksanakankebijakan “peluru ketimbang nasi”. Ia membutuhkan tentara yang besar guna mengontrol penduduknya serta untuk memuaskan nafsu petualangan internasionalnya. Tentara Mao Tse Tung yang besar hanya ditujukan untuk menekan oposisi daripada untuk penaklukan, dan disiakan juga untuk sekadar ancaman tersirat bagi diplomasi internasional. <br />Peragaan kekuatan militer diktator seringkali mirip rumah kardus yang tiba-tiba berantakan dengan tekanan tertentu. Contoh yang sempurna adalah Mussolini di mana tentaranya hanya sedikit bersemangat untuk berjuang demi kepentingannya sehingga mereka mudah menyerah. Tentara warga demokrasi, sebaliknya, umumnya merasa bahwa mereka berjuang demi mempertahankan kemerekaan yang mereka yakini dan mereka nikmati di rumah.<br />Demokrasi yang paling sukses di dunia di dapati di Amerika Serikat, Persemakmuran Inggris, dan Eropa Barat. Sebagian diperintah raja dan ratu yang melaksanakan monarki konstitusional. Sekalipun secara tulus dicintai penduduknya, mereka kini hanya berupa symbol nasional, dengan kekuasaan sesungguhnya ada di tangan parlemen terpilih. <br />Tidak semua demokrasi adalah sempurna,termasuk yang dimiliki Amerika. Dan tidak seluruhnya kediktatoran adalah setan. Beberapa diktator sesungguhnya, mungkin telah memberi kehidupan yang lebih baik pada rakyatnya dari apa yang pernah mereka kenal. Seperti apa yang diamati oleh majalah The Nation, “Biaya yang dipikul demi mewujudkan makna kemerdekaan memungkin terlalu tinggi – sebagian warga Amerika akan sependapat – tetapi penduduk tidak pernah memiliki banyak kemerdekaan.” <br />Diktator bisa saja mendapatkan kekuasaannya denganmotif-motif atriotik yang suci, seperti yang dilakukan oleh mao Tse Tung ketika ia bertempur melawan bangsawantuan tanah dan tentara nasionalis yang korup. Tetapi jika ia bertahan pad akekuasaannya cukup lama, ia seringkali menghakhirinya adalah korup,” kata sejarawan Inggris, Lord Acton, “dan kekuasaan absolute akan korup dengan mutlak.” <br />Dapat Amerika Serikat menjadi kediktatoran? <br />Diktator jarang muncul berkuasa pada bangsa yang distabilkan oleh kelas menengah terdidik, kuat, dan mampu berbuat di mana ada cukup peluang bagi si miskin untuk meningkatkan ekonominya melalui bantuan pemerintah, pendidikan, latihan, perkawinan atau karena keberuntungan. Tetapi mengherankan seperti tampaknya, pada thaun 1934 satu kelompok sayap kanan ekstremis yang kuat benar-benar merencanakan satu persekongkolan untuk menjadi Amerika Seringkat sebagai negara diktator. Mereka menghabiskan jutaan dolar untuk membiayai propaganda yang meyakinkan rakyat Amerika bahwa pemerintahan Roosevelt adlah Komunis. Langkah berikutnya adalah meminta pahlawan militer untuk memimpin tentara pribadi pergi ke Washington “untuk menyelamatkan Amerika”. Memasukkan Roosevelt ke penjara, ia dapat menyiarkan melalui radio ke seluruh bangsa bahwa ia telah “menghancurkan konspirasi kaum Komunis”. Kongres Amerika dibubarkan dan Hak-hak Asasi ditangguhkan “karena keadaan darurat”. Kemudian para pelaku persekongkolan itu akan mengambil alih kekuasaan melalui kediktatorannya. <br />Pilihan mereka untuk menjadi American II Duce meniru Mussolini ketika memimpin long march ke Roma adalah Jenderal Marinir Smedley Butler, penerima dua medali kehormatan (Congressional Medal of Honor). Jenderal yang terheran-heran itu bermain sesuai dengan apa yang diinginkan oleh persekongkolan tersebut hingga pada saat ia membongkar keseluruhan rencana tersebut. Kemudian ia pergi ke Washington dan melaporkan semuanya ke hadapan Komite McCormack – Dick stein dari Parlemen Amerika. Testimoninya yang didukung oleh saksi-saksi yang meyakinkan dapat dibaca di dalam laporan Kongres, 29 Desember 1934. Para komplotan itu dengan cepat membubarkan organisasi mereka, dan peristiwa tersebut padam dengan sendirinya.<br />Skema untuk membuat Fasis Amerika, bagaimanapun telah dimanfaatkan oleh novel pemenang hadiah Pulitzer Sinclair Lewis sebagai bahan utama karyanya di tahun 1935, It Can’t Here. Versi yang lain dari konspirasi tersebut telah ditulis versi fiksinya di dalam buku dan film dengan judul : Seven Day n May (Tujuh Hari di Bulan Mei). <br />Untuk dapat memahami mengapa hal itu dapat terjadi, harus diingat bahwa pada tahun 1930-an adalah situasi yang begitu berbahaya bagi sistem demokrasi di manapun. Telah terjadi begitu hebatnya pengangguran dan kelaparan, dan demokrasi diancam oleh depresi, dan ketidakmampuan mengatasinya. Mussolini, Hitler dan Stalin mendesakkan kediktatoran sebagai satu-satunya jawaban. <br />“Satu hal yang benar, bahwa demokrasi sudah punah!” kata seorang demagog Amerika yang berpengaruh, Father Charles Coughlin, yang tersiar di radio-radio dan didengar oleh jutaan orang di tahun 1936. “Pilihan terakhir kita adalah Fasisme atau Komunisme. Kita di samping jalan… saya mengambil jalan fasisme!”<br />Pada tahun 1950 Kongres Amerika mengambil tindakan untuk melindungi dari kemungkinan munculnya untuk melindungi dari kemungkinan munculnya kediktatoran sayap kiri dengan masyarakat Partai Komunis untuk mendaftar pada Departemen Kehadikman sebagai agen dari kekuatan asing. Pimpinan partai menolak dan kemudian dipenjarakan. Partai tersebut kemudian hanya memiliki 10.000 anggota, setengahnya tidak aktif. Kelompok konservatif, seringkali juga menuduh berbagai kelompok protes adalah dipengaruhi Komunis.<br />Beberapa diplomat Amerika terkenal telah mengingatkan untuk menentang para demagog yang meniru teknik-teknik Fasis dengan menggunakan ancaman Merah pada penduduk guna mendukung undang-undang yang opresif; atau memberikan kepada mereka kambing hitam yang dipersalahkan akibat blunder politik. <br />“Kelompok yang mengancam kebebasan individu,” kata Adlai Stevenson mengingatkan PBB,” seringkali didapati bersembunyi di dalam jubah anti-Komunisme.” <br />Mantan Duta Besar Amerika, George F. Kenan berkata kepada Asosiasi mahasiswa Kristen di Princeton ada tahun 1959, “Saya tidak dapat secara berlebih-lebihan mengingatkan kepada Anda bahwa … (bertentangan) usulan bahwa kesulitan pribadi Anda, atau dari masyarakat yang Anda miliki, hanya ditujukan pada penyebab adanya kekuatan-kekuatan konspirasi.. menerima usulan seperti itu adalah jalan seperti kea rah irasional, ilusi dan bencana.” <br />Dalam debat yang hangat yang berlangsung tahun 1966 mengenai kebijakan politik luar negeri Amerika, khususnya di Vietnam, pendukung pemerintah cenderung percaya bahwa kepentingan – kepentingan demokrasilah yang mendorong Amerika Serikat terlibat di dalam kediktatoran sayap kanan menentang gerakan revolusioner komunis. Pandangan ini ditentang oleh John Gunther, seorang jurnalis andal, yang mengemukakan, “Adalah selalu berbahaya bagi demokrasi seperti Amerika untuk menjadi terlalu dekat dengan diktator atau semi diktator, tidak soal betapapun bagus tampaknya. Ini adalah tugas penduduk terus-menerus, dan tak ada rezim yang berharga untuk didukung jika ia membiarkan warganya merosot, jika hanya karena alasan sederhana ia dapat dilenyapkan.” <br />Sepanjang warga dapat tidak setuju secara terbuka dengan kebijakan pemerintah, dan sepanjang kita dengankokoh melindungi setiap kebiasaan dan kemerdekaan pribadi seperti yang dijamin di dalam hak asasi, tidak akan ada seorang diktatorpun, baik Kanan atau Kiri, akan mampu menghancurkan keberhasilan eksperimen demokrasi yang dimulai di Philadelphia di tahun 1776.kulingetikhttp://www.blogger.com/profile/13154004340632680631noreply@blogger.com0