Pertumbuhan Kerajaan-Kerajaan di Indonesia
Adanya hubungan antara rakyat pribumi dengan para pedagang Islam telah mempengaruhi sistem pemerintah kerajaan-kerajaan di Indonesia. Sehingga berapa kota yang semula hanya sebagai bandar-bandar dagang berkembang menjadi kerajaan. Nah marilah kita lihat perkembangan kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia.
1. Kerajaan Perlak
Hasil Seminar Sejarah Islam di Medan tahun 1963, telah menyimpulkan bahwa kemudian kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Perlak. Kesimpulan seminar tersebut kemudian di kukuhkan dalam Seminar Sejarah Islam di Banda Aceh tahun 1978. kesimpulan ini kemudian dikukuhkan lagi dalam Seminar Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh dan Nusantara tahun 1980 di Banda Aceh. Dengan demikian semakin kokohlah kesimpulan bahwa Kerajaan islam pertama di Indonesia adalah Kerajaan Perlak. Pendapat ini semakin kokoh karena keberadaan Kerajaan Perlak didukung oleh adanya / ditemukannya sumber-sumber dan bukti-bukti sejarah (A. Hasjmy, 1989).
1) Naskah-naskah Tua Berbahasa Melayu
Naskah-naskah tua yang dijadikan sebagai rujukan mengenai keberadaan Kerajaan Perlak paling tidak ada tiga yakni :
µ Idharatul Haq fi Mamlakatil Ferlah wal Fasi, karangan buku Abu Ishak Makarani Al Fasy.
µ Kitab Tazkirah Thabakat Jumu Sultan As Salathin, karangan Syekh Syamsul Bahri Abdullah As Asyi.
µ Silsilah Raja-raja perlak dan Pasai, catatan Saiyid Abdullah Ibn Saiyid Habib Saifuddin.
Ketika naskah tua tersebut mencatat bahwa kerajaan islam pertama Nusantara adalah Kerajaan Islam Perlak. Hanya di sana-sini terdapat perbedaan tahun dan tempat, karena mungkin terjadi karena kekurangan telitian para penyalinnya. Misalnya mengenai tahun berdirinya kerajaan perlak, Kitab Idharul Haq fi Mamlakatil Perlab val fasi menyebut tahun 225 sementara Tazkirah ThabakatSulthan As Salathin menyebut tahun 227. secara tegas Kitab Idharul Haq fi Mamlakatil. Ferlah wal Fasi menyebutkan bahwa kerajaan Perlak didirikan pada tanggal 1 Muhharam 225 H (840M) dengan rajanya yang pertama adalah Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah, yang semula bernama Syaid Abdul Aziz.
2) Bukti-bukti Peninggalan Sejarak
Paling tidak bukti-bukti peninggalan sejarah yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mendukung dan membukti mengenai keberadaan Kerajaan perlak ada tiga yakni ; mata uang perlak, stempel kerajaan dan makam raja-raja Benoa.
= Mata Uang Perlak
Mata uang Perlak ini diyakini merupakan mata uang tertua yang diketemukan di Nusantara. Ada tiga jenis mata uang yang ditemukan, yakni yang pertama terbuat dari emas (dirham) yang kedua dari Perak (kupang) sedang yang ketiga dari tembaga atau kuningan.
- Mata uang dari emas (dirham)
Pada sebuah sisi uang tersebut tertulis ”al A’la” sedang pada sisi yang lain tertulis ”Sulthan”. Dimungkinkan yang dimaksud dalam tulisan dari kedua sisi mata uang itu adalah Putri Nurul A’la yang menjadi Perdana Menteri pada masa Sulthan Makhdum Alaidin Ahmad Syah Jauhan Berdaulat yang memerintah Perlak tahun 501-527 H (1108 – 1134 M).
- Mata uang perak (kupang)
Pada satu sisi mata uang Perak ini tertulis ”Dhuribat Mursyidam”, dan pada sisi yang tertuliskan ”Syah Alam Barinsyah”. Kemungkinan yang dimaksud dalam tulisan kedua sisi mata uang itu adalah Puteri Mahkota Sultan Makhdum Alaidin Abdul Jalil Syah Jouhan Berdaulat, yang memerintah tahun 592 – 622 H (199 – 1225 M). Puteri mahkota ini memerintah Perlak karena ayahnya sakit. Ia memerintah dibantu adiknya yang bernama Abdul Aziz Syah.
- Mata uang tembaga (kuningan)
Bertuliskan huruf Arab tetapi belum dapat dibaca. Adanya mata uang yang ditemukan ini menunjukkan bahwa Kerajaan Perlak merupakan sebuah kerajaan yang telah maju.
= Stempel kerajaan
Stempel kerajaan ini bertuliskan huruf Arab, model tulisan tenggelam yang membentuk kalimat ”Al Wasiq Billah Kerajaan Negeri Bendahara Sanah 512”. Kerajaan Negeri Bendahara adalah menjadi bagian dari Kerajaan Perlak.
= Makam Raja Benoa
Bukti lain yang memperkuat keberadaan Kerajaan Perlak adalah makam dari salah raja Benoa di tepi Sungai Trenggulon. Batu nisan makan tersebut bertuliskan huruf Arab. Berdasarkan penelitian Dr. Hassan Ambari, nisan makam tersebut dibuat pada sekitar abad ke-4 H atau abad ke-11 M. Berdasarkan catatan Idharul Haq fi Mamlakatil Ferlah wal Fasi, benoa adalah negara bagian dari Kerajaan Perlak.
Bukti-bukti peninggalan sejarah yang diketemukan tersebut semakin memperkuat keberadaan Kerajaan Perlak, yang memiliki angka-angka tahunnya berdiri lebih awal dibanding Kerajaan Samodra Pasai. Dengan demikian pemikiran-pemikiran bahwa Kerajaan Perlak sebagai Kerajaan Islam pertama di Nusantara dapat dipertanggung jawabkan, bukan sebuah kesimpulan yang mengada-ada atau diada-adakan.
b. Raja-raja Penguasa Kerajaan Perlak
Adapun raja-raja yang pernah memerintah kerajaan perlak berdasarkan berbagai catatan paling tidak ada sebagai berikut (A Hasjmy, 1989):
1) Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz (225 – 249 H / 840 – 964 M). semula Sultan ini bernama Saiyid Abdul Aziz. Pada tanggal 1 Muhharam 225 H ia disahkan menjadi Sultan Kerajaan Perlak dengan Gelar Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah. Estela pengangkatan ini Bandar Perlak diubah menjadi Bandar Khalifah.
2) Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdurrahim Syah (249 – 285 H / 864 – 888 M). Pada tahun 250 H, membangun sebuah lembaga pendidikan Islam yaitu Dayah Bukit De Cerek.
3) Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abbas Syah (285 -300 H / 888 – 913 M). Mendirikan lembaga pendidikan baru, yaitu Dayah Cotkala disebuah dataran yang bernama Aramia di sebelah selatan Bandar Khalifah.
4) Sultan Alaidin Saiyid Maulana Ali Mughayat Syah (302 – 305 H / 915 – 918 M). Terjadi perang saudara yang berpangkal pada pertentangan antara aliran syi’ah dengan Ahlusunnah. Pertentangan berakhir dengan tumbangnya pemerintahan Syaiyid (Dianasti Azizah) yang beraliran syi’ah dan munculnya dinasti Makhdum dari bangsawan alsi Peureelak (Perlak) yang beraliran ahlusunnah.
5) Sultan makhdum Alaidin Malik Abdul Kadir Syah Jouhan Berdaulat (306 – 310 H / 918 – 922). Memperkuat kembali kerajaan yang porak-poranda akibat perang saudara.
6) Sultan Makhdam Alaidin Malik Muhammad Amin Syah Jouhan Berdaulat (310 – 334 H / 922 – 946 M). Mempersatukan kembali pertentangan antara keluarga Azizah dengan keluarga Makhdum dengan cara antara lain mengangkat seorang keturunan Azizah yang bernama Saiyid Maulana Abdullah sebagai mengkubuminya.
7) Sultan makhdum Alaidim Malik Jouhan Berdaulat (334 – 361 H / 946 – 973). Pecah kembali perang saudara, namun dapat diakhiri dengan melakukan perjanjian alue Meuh pada 10 Muhharam 353 H. Isi pokoknya, Perlak dibagi menjadi dua : Peureelak Baroh yang diperintah keluarga Azizah dan Peureelak Tunong yang diperintah keluarga Makhdum.
8a. Sultan Alaidin Saiyid Maaulana Mahmud Syah (365 – 377 H / 976 – 988) yang memerintah di Peureulak Baroh dengan kota kedudukannya di Banda Peureulak.
8b. Sultan Makhdum Alaidin Malik Ibrahim Syah Jouhan Berdaulat (365 – 402 H / 576 – 1012) memerintah di Peureulak Tunong dengan kota kedudukannya di Bandar Khalifah. Pada masa dua kekuasaan di Perlak ini datang serangan dari Sriwijaya, yaitu tahun 986 M. Dalam serangan ini Sultan Maulana Makhmud gugur. Setelah Sriwijaya mundur dari Perlak dan dengan maksud untuk menyatukan kekuatan menghadapi serangan Dharmawangsa di Jawa, Kerajaan Perlak di satukan kembali pada tahun 1006.
9) Sulthan Makhdum Alaidin Malik Mahmud Syah Jouhan Berdaulat (402 – 250 H / 1012 – 1059 M)
10) Sultan Makhdum Alaidin Mansyur Syah Jouhan Berdaulat (450 – 470 H / 1059 – 1078 M).
11) Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdullah Syah Jouhan Berdaulat (470 – 501 H / 1078 – 1108 M). Untuk menghindari pertentangan dengan keluarga Azizah Sultan memperistri Putri Syarufah Hazizah. Dari perkawinan ini lahirlah seorang putri, Putri Nurul A’la yang nantinya memainkan peranan penting dalam pemerintah Perlak.
12) Sultan Makhdum Alaidin Malik Ahmad Syah Jouhan Berdaulat (501 – 527 H / 1108 – 1134 M). Tindakan Sultan Makhdum Alaidin Malik Ahmad Syah Jouhan Berdaulat yang penting adalah mengangkat putri Nurul A’la menjadi Perdana Mentri.
13) Sultan Makhdum Malim Mahmud Syah Johan Berdaulat (527-522 H / 1134 – 1158 M). Karena peranan wanita dalam pemerintah wanita dipertanyakan maka kedua putri di atas mengundurkan diri.
14) Sultan Makhdum Alaidin Malik Usman Syah Johan Berdaulat (552-565 H / 1158 – 1170 M)
15) Sultan Makhdum Alaidin Malik usman Syah Johan Berdaulat (565-592 H / 1170 – 1196 M). Mengislamkan daerah-daerah yang belum Islam. Daerah yang berhasil diislamkan adalah kerajaan Indra Purba dan Kerajaan Seudu.
16) Sultan Makhdum Alaidin malik Abdul Jalil Syah Johan Berdaulat (592-622 H / 1196 – 1225 M)
17) Sultan makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan berdaulat (662-662 H/1225-1263 M). Merupakan masa kemajuan kerajaan Perlak terutama dalam bidang pendidikan islam dan perluasan. Dakwah Islamiah. Dalam rangka mewujudkansemua itu, Sultan Mengawinkan dua putrinya masing-masing.
a. Putri Ganggang Sari (Putri Raihani) dengan Sultan Malik Saleh dari Smodra Pasai.
b. Putri Ratna Kumala dengan Raja Tumasik (Singapura sekarang). A Hasmy menyebutkan bahwa perkawinan ini dengan perameswara / Iskandar syah yang kemudian bergelar Sultan Muhammad Syah.
18) Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat (662-692 H/1263-1293M). Merupa-kan sultan terakhir Perlak, sebab sepeninggalan Sultan makhdum alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat Perlak di satukan dengan samodra Pasai. Yang berkuasa waktu itu di Samudra Pasai adalah Muhammad Malikul Dhahir, Putra Sultan Malikul Saleh dengan Putri Ganggang Sari.
Sebagai catatan, sumber-sumber yang berkaitan denagn keberadaan kerajaan Perlak perlu didukung oleh sumber-sumber kepurbakalaan lain, misal batu nisan yang menukilkan angka tahun, inskripsi-inskripsi yang menukil-kan peringatan suatu peristiwa ataupun kitap lain yang ditulis pada periode awal berdirinya kerajaan perlak. Sebab, suatu peristiwa sejarah memang perlu adanya data dan fakta yang mendukung.
2. Kerajaan Samodra Pasai
Kerajaan Islam berikutnya ynag muncul di Indoesia adalah Kerajaan Samodra Pasai. Kerajaan ini berkembang di pusat kegiatan perdagangan Samodra dan Pasai. Samodra Pasai terletak di Aceh Utara, di Kabupaten Loksumawe sekarang. Mengingat letaknya yang strategis, di pintu masuk selat Malaka, maka sangat mungkin Samodra Pasai merupakan daerah yang bersentuhan dengan Islam sejak abad ke8. pada abad ke 13 baru kemudian muncul kerajaan Samodra pasai.
Raja-raja yang memerintah Samodra Pasai.
a. Sultan Malik al Saleh
Raja pertama Samudra Pasai adalah Sultan malik al Sale. Sebelum masuk Islam bernama Marah Silu di Islamkan oleh Syech Ismail utusan dari Syarif Mekkah. Ia kemudian diberi gelar Malik al Saleh. setelah menjadi raja, Sultan Malik al Saleh kemudian memperistri putri Perlak yang sudah masuk Islam. Sultan Malik al Saleh berusaha meletakan dasar-dasar kekuasaan Islam, juga berusaha mengembangkan kerajaannya antara lain melalui perdagangan.
b. Sultan Malik al Tahir (1297-1326 M)
Sultan Malik al Saleh wafat pada tahun 1297. hal ini dapat dilihat pada batu nisan makam Sultan Malik al Saleh. Batu nisan itu bertarikh 675 H. Yang bertepatan dengan tahun 1297 M. setelah meninggal Sultan Malik al Saleh digantikan putranya yang bernama Sultan Muhammad. Ia lebih dikenal dengan nama Sultan Malik al Tahir. Ia berusaha meneruskan usaha-usaha yang telah dilakukan oleh ayahnya, sehingga kerajaan Samodra Pasai terus mengalami perkembangan. Pada masa pemerintahannya kerajaan Perlak kemudian disatukan dengan kerajaan Samodra Pasai.
c. Sultan Malik al Tahir II (1326-1348 M)
Raja ketiga Samodra Pasai adalah Raja Ahmad. Ia juga bergelar Sultan al Tahir. Maka ia disebut Sultan Malik al Tahir II. Diberitakan oleh Ibn Batutah, Sultan Malik al Tahir II sangat teguh memegang ajaran islam. Ia juga aktif menyebarkan Islam ke negeri-negeri sekitarnya. Dengan demikian Samodra Pasai berkembang sebagai pusat penyebaran islam. Diceritakan bahwa Sultan memiliki armada laut yang kuat. Sehingga para pedagang merasa aman singgah dan berdagang di sekitar Samodra Pasai. Apalagi Sultan sangat hormat kepada para sahaya. Dari kerajaan Samodra Pasai inilah kader-kader Islam yang siap untuk mengembangkan Islam ke berbagai daerah. Sebagai contoh, adalah fatahilah. Ia adalah putra pasai yang kemudian menjadi panglima Demak. Kerajaan Samudra Pasai. Berkembang sampai abad ke-16. tahun 1522 Samodra Pasai diduduki oleh Portugis.
3. Kerajaan Malaka
Hubungan perdagangan antara Samodra Pasai dengan Malaka yang semakin ramai telah membawa pengaruh islam di Malaka. Muncullah kemudian masyarakat islam di Malaka. Pada abad ke-14 M, Malaka menjadi bandar paling penting di Asia Tenggara. Dalam perkembangannya masyarakat muslim Malaka semakin banyak sehingga kemudian muncul sebagai kerajaan besar.
a. Sultan Iskandar Syah
Kerajaan Malaka didirikan oleh Parameswara. Ia adalah keturunan bangsawan Majapahit. Ia tampil sebagai raja pertama Kerajaan Malaka dengan gelar Sultan iskandar Sya. Ia memerintah pada tahun 1296-1414. di bawah Sultan Iskandar Syah kerajaan Malaka mengalami perkembangan pesat. Malaka kemudian menjadi pusat perdagangan dan perkembangan islam di Asia Tenggara.
b. Raja-raja yang Memerintah Kemudian :
· Sultan Muhammad Syah
· Sultan Mudhafar Syah
· Sultan mansyur Syah
Pada masa ini muncul tokoh terkenal Laksmana Hang Tuah. Tokoh ini sangat terkenal dalam usahanya menyebarkan Islam di daerah Semenanjung Malaka, Sumatra Tengah, Siak, Indragiri, daerah sekitar Kampar dan Kepulauan Riau.
Tahun 1511 Malaka diserang dan diduduki Portugis. Penyerangan ini dipimpin oleh raja muda yang bernama d’Albuquerque. Akhirnya Malaka dapat dikuasai Portugis tahun 1511.
Akhirnya para pedagang Islam banyak yang menyingkir dan menyebar ke berbagai daerah, misalnya Jawa, Suatra, Kalimantan bahkan ada yang sampai ke Filipina.
4. Kerajaan Aceh
Awal abad ke-16 Aceh masih merupakan kerajaan kecil yang tunduk dibawah kekuasaan pedih. Pada masa kekeuasaan Sultan Ibrahim. Aceh melepaskan diri dari kekuasaan Pedir. Pusat pemerintah kerajaan Aceh ada di Kutaraja.
Kerajaan Aceh mengalami perkembangan pusat. Hal ini didorong oleh letak aceh yang sangat strategis ditinjau dari segi pelayaran. Jatuhnya Malaka di Tangan Portugis ditambah lagi Samudra Pasai kemudian, menjadikan Aceh semakin ramai dikunjungi pedagang islam. Aceh menjadi sebuah kerajaan yang semakin kaya dan besar pengaruhnya.
Untuk memperkuat kerajaannya sekaligus untuk menandingi kekuatan Portugis, Sultan Ibrahim membentuk angkatan perang yang kuat. Yang menarik ada anggota angkatan yang perang yang berasal dari Asia Barat. Misalnya dari Arab dan Turki. Aceh juga menjalin persahabatan dengan Kesultanan Turki (Turki Usmaniah). Dari hubungan persahabatan ini Aceh mendapatkan bantuan kapal dan peralatan perang dari Turki. Dengan kekuatan ini Aceh berusaha meluaskan daerah kekuasaannya. Daerah Sumatra Barat yang kaya emas dan lada berhasil ditundukan.
Aceh mencapai jaman keemasan di bawah pemerintah Sultan Iskandar Muda yang memerintah tahun 1607-1936. ia adalah orang yang cakap dan pemeluk Islam yang taat. Wilayah di Semenanjung Malaya, seperti Johor, Kedah, pahang berhasil dikuasai. Demikian juga daerah Perlak, Pulau Bintan dan Nias.
Iskandar muda bersikap anti penjajah. Ia bercita-cita dapat mengusir Portugis dari Malaka. Oleh sebab itu Iskandar Muda beberapa kali menyerang Portugis di Malaka. Contoh, tahun 1629, ia melakukan serangan besar-besaran ke Malaka. Namun karena persenjataan yang tidak seimbang belum berhasil. Portugis pun juga menyerang dan berusaha menguasai Aceh, namun selalu dapat dipukul mundur oleh tentara Aceh.
Pada masa kekuasaan Iskandar Muda disusun suatu Undang-undang tentang tata Pemerintah. Undang-undang itu disebut Adat Mahkota Alam.
Tahun 1636 Sultan Iskandar Muda Wafat kemudian digantikan Sultan Iskandar thani. Sultan Iskandar Thani memerintah sampai tahun 1641. raja-raja yang berkuasa selanjutnya lemah. Sementara tahun 1641 Belanda sudah berhasil menguasai Malaka. Lama kelamaan Belanda pun berhasil memasukkan pengaruhnya ke Aceh.
5. Kerajaan Demak
Pada awalnya Demak adalah sebuah wilayah dengan nama Glagah atau Bintoro yang berada di awah kekuasaan majapahit. Sekitar akhir abad ke-15 Majapahit mengalami kemunduran. Mundurnya Majapahit ini telah memberi peluang bagi Demak untuk berkembang menjadi kota besar dan pusat perdagangan.
Sebagai penguasa Demak adalah R. Patah. Di camping sebagai Bupati, R. Patah juga memimpin penyebaran Islam di Jawa Tengah. Dengan demikian Demak tampil sebagai pusat penyebaran agama Islam.
Sekitar tahun 1500-an R. Patah menyatakan melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit. Dengan dibantu para ulama anggota Dewan Wali Sanga, R. Patah kemudian mendirikan kerajaan Islam. Berdirilah Kesultanan Demak. Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertama di jawa.
a. Pemerintah
1) Pemerintah R. Patah (1500-1518)
Raden Patah sebenarnya adalah putra raja Majapahit. Namun kecilnya adalah Pangeran Jimbun. Setelah masuk Islam lebih dikenal dengan R. Patah Tahun 1500 ia tampil sebagai raja Demak. Ia kemudian bergelar Sultan Alam Akhbar al fatah. Di bawah kepemimpinannya dan dibantu para Wali Demak tampil sebagai pusat penyebaran Islam. Untuk melengkapi sebagai pusat penyebaran Islam dibangunlah sebuah masjid yang megah yaitu Masjid Demak.
Di bawah R. Patah Islam dan kerajaan Demak berkembang pesat. Daerah kekuasaannya meliputi, daerah Demak senidri, semarang, tegal, jepara dan sekitarnya. Pengaruh di luar jawa.
Misalnya Palembang dan Jami di Sumatera, serta beberapa wilayah di Kalimantan.
Sebagai pusat perdagangan Demak memiliki pelabuhan-pelabuhan penting, seperti Jepara, Tuban, SEdayu, Gresik. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugal tahun 1511 di satu pihak menjadikan posisi Demak semakin penting di lain pihak hal itu merupakan encaman bagi Demak. Oleh karena itu tahun 1513 Demak mengirim armadanya ke Malaka di bawah pimpinan Pati Unus, putra R. Patah sendiri, Serangan ini mengalami kegagalan.
2) Pemerintah Pati Unus (1518-1512)
Estela R. Patah wafat tahun 1518, kemudian digantikan oleh putranya Pati Unus. Ia memerintah tahun 1518-1521. walau ia tidak memerintah cukup lama, tetapi namanya cukup terkenal sebagai panglima perang yang berani. Ia berusaha membendung pengaruh Portugis jangan sampai meluas ke Jawa.
3) Pemerintahan Sultan Trenggana (1521-1546)
Pati Unus wafat 1521 tanpa meninggalkan putra. Salah seorang adiknya, yakni Raden Trenggana, tampil menggantikan sebagai raja yang bijaksana. Pada masa kekuasaannya, demak mencapai jaman kejayaan ia. Memperluas wilayah kekuasaan ke Jawa Barat dan Jawa Timur.
Waktu itu Portugis mulai meluaskan pengaruhnya ke Jawa Barat. Portugis merencanakan mendirikan Benteng dan kantor dagang di sunda Kelapa. Hal ini menimbulkan ketidaksenangan dan kemarahan Demak. Sehingga Demak mengirimkan tentaranya pada tahun 1522 di bawah pimpinan fatahillah, berhasil mengusir Portugis. Tahun 1527 tentara Demak dibawah Fatahillah berhasil mengalahkan dan menguris portugis dari Sunda Kelapa oleh Sultan Trenggana. Beberapa daerah berhasil dikuasai. Dalam serangannya ke pasuruan, sultan trenggana gugur.
b. Berakhirnya Kerajaan Demak
Sultan Trenggana wafat tahun 1546. timbullah pertentangan di kalangan keluarga sendiri. Orang yang berhak menggantikan sebagai Raja demak seharusnya saudara Sultan Trenggana, yakni PangeranSekar sedolepen. Tetapi ia dibunuh oleh Sunan Prawoto dengan harapan dapat mewarisi tahta kerajaan. Tetapi Arya Penangsang, anak Pengaeran Sekar Sedolepen, yang merupakan Adipati Jipang tidak tinggal diam. Ia merasa paling berhak atas kerajaan Demak.
Arya Penangsang kemudian berusaha menyingkirkan rival-ravalnya. Sunan Prawoto dan para pedukungnya berhasil dibunuh. Tetapi akhirnya ia dapat dikalahkan oleh Adiwijaya (Jaka tingkir/Mas Karebet), menantu Sultan Trenggana yang menjadi Adipati di Pajang. Estela kemelut berakhir dengan kemenangan pihak pajang (Adiwijaya) pusat kerajaan Demak dipindahkan ke pajang. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Kerajaan Demak.
6. Kerajaan Pajang
Dalam pertikaian antara Jipang di bawah Arya Penangsang dengan Panjang di bawah adiwijaya memperebutkan tahta Demak dimenangkan oleh Adiwijaya dari pajang. Dengan kemenangan ini maka pusat kerajaan Demak kemudian dipindahkanke Pajang.
Sultan Adiwijaya (hadiwijaya) memerintah dari tahun 1568 sampai 1582. ia memberikan balas budi kepada para pembantunya dalam pertempuran melawan Arya Penangsang. Kia Geng Pemanahan menerima hadiah tanah di daerah Mataram (alas mentaok). Ki Penjawi diberi hadiah di daerah Pati keduanya sekaligus diangkat sebagai Bupati di daerah masing-masing. Bupati srabaya yang banyak berjasa menundukan daerah-daerah Jawa Timur, diangkat sebagai wakil raja dengan dengan daerah kekuasaan Sedayu, Gresi, Surabaya, dan Penarukan.
Seorang putra Ki Ageng Pemanahan yang bernama Sutawijaya, karena memiliki keahlian dan kecakapan dalam bidang militer dan sekaligus sebagai balas jasa, dijadikan anak angkat Sultan Adiwijaya dan disaudarakan dengan putra mahkota pangeran Benawa. Ketika Ki Ageng Pemanahan meninggal tahun 1575, Sutawijaya diangkat sebagai bupati mataram.
Ketika Sultan Adiwijaya wafat 1582, timbul perebutan kekuasaan Arya Pangiri, putra Sunan Prawoto mencoba merebutkan kekuasaan. Usaha itu dapat digagalkan Pangeran Benawa dengan bantuan Sutawijaya. Pangeran benawa menyadari tak mamu mengendalikan pemerintah dan menjamin keamanan serta mempertahankan kekuasaan panjang. Pangeran Benawa terpaksa menyerahkan kekuasaan Pajang kepada saudara angkatnya, Sutawijaya. Akhirnya pada tahun 1586 pusat kerajaan Pajar dipindahkan ke Mataram oleh Sutawijaya.
7. Kerajaan Mataram Islam
a. Pemerintah penembahan Senopati (1586-1601)
Sutawijaya naik tahta dan memerintah Mataram dari tahun 1586-1601. ia bergelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Kerajaan Mataram ini berpusat di Kotagede (sebelah tenggara kota Yogyakarta sekarang).
Masa pemerintahan panemba-han Senopati ditandai dengan peran terus menerus. Perang tersebut dilakukan untuk menunndukkan para bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Mataram. Seperti Bupati Ponorogo, Madiun, Kediri, Pasuruan. Namun, perlawanan kabupaten-kabupaten tersebut dapat ditundukan. Demak yang berusah melepaskan diri juga dapat ditaklukkan. Bahkan cirebon dan Galuh tahun 1595 berhasil ditundukkan. Pertentangan dengan Surabaya dapat diselesaikan berkat jasa Sunan Giri.
b. Pemerintah Mas Jolang (1601-1613)
Panembahan Senopati wafat tahun 1601 kemudian digantikan putranya yang bernama Mas Jolang. Sebagai raja Mataram Mas Jolang bergelar Sultan Anyakrawati. Ia memerintah tahun 1601-1613. pada masa pemerintahannya banyak para bupati Jawa Timur yang melepaskan diri. Dengan susah payah ia berusaha menundukkan pemberontakan tersebut. Namun sebelum usahanya berhasil ia telah wafat dalam pertempuran didaerah Krapyak, sehingga kemudian dikenal denan Pangeran Sedo Krapyak.
c. Pemerintahan Sultan Agung (1613-1645)
Mas jolang digantikan putranya yang bernama Mas Rangsang. Ia lahir tahun 1591. mas rangsang lebih terkenal dengan gelarnya Sultan Agung. Pada masa kekuasaan Sultan Agung Mataram mencapai jaman keemasan. Mataram maju hampir dalam segala bidang. Pertanian maju, sehingga rakyat hidup makmur. Demikian juga dalam bidang keagamaan dan budaya. Karya kesusastraan yang terkenal adalah Sastra Gading yang merupakan karya Sultan Agung sendiri. Tahun 1633 Sultan Agung mengganti perhitungan tahun Hindu yang berdasarkan perhitungan matahari dengan tahun Islam yang berdasarkan perhitungan matahari dengan tahun Islam yang berdasarkan perhitungan bulan.
J Kutanegara, yang merupakan daerah pusat keraton. Pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh Patih Lebet (Patih dalam) yang dibantu Wedana Lebet (Wedana dalam).
J Negara Agung, yang merupakan daerah yang ada di skitar kutanegara. Dalam pelaksanaan pemerintah di pegang Patih jawi (patih luar) yang dibantu Wedana Jawi (Wedana luar)
J Mancanegara, yaitu daerah di luar negara Agung Daerah ini dipimpin oleh para Bupati.
J Pesisir, daerah Pesisir, yang dipimpin oleh para Bupati atau syah bandar.
0 komentar:
Posting Komentar