Merujuk pada bidang linguistik, bahasa yang tersebar di Indonesia termasuk rumpun bahasa Melayu Austronesia. Rumpun bahasa ini merupakan rumpun bahasa yang paling me-luas di dunia karena banyak digunakan.
Penggunaan bahasa Melayu Austronesia sangat berkaitan dengan proses persebaran penduduk yang menggunakan bahasa tersebut. Berdasarkan catatan linguistik dan pendapat arkeolog, disebutkan bahwa penggunaan bahasa Austronesia di Indonesia dimulai sekitar 400-2500 tahun yang lalu, yaitu dimulai ketika suatu kelompok masyarakat dari wilayah lain datang dan menetap di Indonesia.
Akar bahasa Austro-nesia kemungkinan berasal dari Pantai Cina Selatan, na-mun sejarah bahasa Austro-nesia sendiri dimulai di Taiwan. Penduduk dari Taiwan inilah yang diasumsi-kan melakukan migrasi ke wilayah Indonesia dan memperkenalkan bahasa tersebut pada penduduk setempat.
1.Kehidupan masyarakat Yunan yang Migrasi ke Indonesia
Dari uraian sebelumnya, telah kita ketahui bahwa manusia – manusia purba di Indonesia, seperti pithecanthropus, hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan ke kehidupan bercocok tanaman merupakan suatu perubahan yang amat besar. Perubahan ini tentu saja tidak mungkin dilakukan sendiri oleh penduduk yang sudah berdian di Indonesia. Alasannya karena mereka sudah sangat terbiasa dengan kehidupan mereka sebelumnya, yaitu berburu dan mengumpulkan makanan. Hal ini berarti perubahan tata cara kehidupan mereka didapat dari adanya pengaruh luar.
Para pakar sejarah menyimpulkan bahwa kebudayaan baru ini, yakni bercocok tanam, dibawa dan diperkenalkan oleh masyarakat pendatang, masyarakat pendatang ini melakukan kehidupan bercocok tanam, seperti yang mereka lakukan didaerah asalnya. Dari masyarakat pendatang ini dengan masyarakat setempat, aktivitas bercocok tanam maupun dikenal secara luas.
2.Proses kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia
Nenek moyang bangsa Indonesia telah menetap di daerah daratan Indo – Cina yang sekarang bernama Vietnam selama berabad – abad. Komunitas mereka kita sebut sebagai komunitas ini menggunakan bahasa Austronesia sebagai bahasa komunikasi antar mereka.
Kegiatan ekonomi utama kelompok masyarakat ini adalah bercocok tanam dan beternak. Laju pertumbuhan penduduk yang demikian cepat dan kondisi alam yang tidak menguntungkan, membuat mereka merasa tidak lagi nyaman tinggal di wilayah itu. Timbullah keinginan untuk mencari daerah yang lebih luas. Sejak itu, mereka mencari tahu jalan untuk sampai di wilayah yang diinginkan. Mereka mempelajari berbagai hal tentang arus laut, arah angin, rasi bintang, ketika informasi itu telah mereka dapatkan, kelompok – kelompok migran mulai mengarungi lautan hanya dengan menggunakan perahu cadik.
Kelompok pertama melakukan migrasi menuju ke selatan melalui Filipina, yang akhirnya memasuki wilayah Indonesia dan Oceania. Di wilayah Indonesia, populasi Austronesia ini menempati daerah-daerah dataran rendah di pinggir aliran sungai atau pantai. Mereka mengawali hidup mereka dengan bertani, mencari hasil laut, dan memelihara ternak sebagaimana telah mereka jalani sebelumnya di daerah asalnya. Ada juga yang mulai belajar membuat perahu, rumah dan tembikar.
3.Kedatangan Proto Melayu
Perpindahan bangsa Proto Melayu atau melayu Tua yang pertama diperkirakan pada tahun 2000 SM, yakni pada zaman neolitikum atau zaman batu muda. Orang Proto Melayu telah pandai membuat alat bercocok tanam, membuat barang pecah dan alat perhiasan.
Kedatangan mereka men-desak penduduk ras Austromela-nosoid ke wilayah pedalaman, terutama ke wilayah Indonesia bagian timur. Ras Austromelasoid inilah yang menjadi nenek moyang penduduk Papua.
Proto Melayu memasuki kepulauan Indonesia melalui dua jalur, sesuai dengan jenis kebudayaan yang dibawa.
1.Jalur pertama menyebar ke Sulawesi dan Papua dengan membawa kebudayaan neolithikum berupa kapak lonjok. Oleh karena itu, dibagian timur Indonesia banyak ditemukan alat-alat kebudayaan neolithikum berupa kapak lonjong. Keturunan Proto Melayu yang menempuh jalur ini, antara lain masyarakat Toraja.
2.Jeluar kedua menyebar ke sumatera, kalimantan, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara dengan membawa kebudayaan neolithikum berupa beliung persegi. Keturunan Proto Melayu yang menempuh jalur ini antara lain masyarakat Nias, Batak, Dayak dan Sasak.
4.Kedatangan Deutro Melayu
Sekitar 500 SM, datang lagi gelombang migrasi penduduk dari ras Melayu Austronesia dari Teluk Tonkin ke Kepulauan Indonesia. Mereka biasa disebut Deutro Melayu atau Melayu Muda. Kedatangan mereka tentu saja mendesak penduduk Proto Melayu yang telah lebih dahulu menetap.
Masyarakat Deutro Melayu hidup secara berkelompok dan tinggal menetap di satu tempat. Di wilayah kepulauan Indonesia mereka menyebar di sepanjang pesisir, meskipun ada juga yang ke daerah pedalaman. Keturunan Deutro Melayu adalah masyarakat Jawa, Minang dan Bugis. Masyarakat Deutro Melayu membawa kebudayaan perunggu yang dikenal dengan kebudayaan Dong Son. Dong Son adalah suatu tempat di Teluk Tonkin tempat asal kebudayaan perunggu di Asia Tenggara.
Sebagai kuli ngetik,,, nyaris tiap hari rie mijitin ne keyboard,,, **bahkan kata nyaris bisa dihilangkan** makanya @rie ^bergiat^ buat blog biar apa yg @den kerjakan setiap hari bisa bermanfaat juga u/ org laen... tapi g' semua yg kita ketik kita postingin disini,,, harus melalui tahap seleksi dulu donk... ^g' mungkin kale surat cere d publicasikan^ he_3 *moga artikelnya bermanfaat* (cozy) enjoy to my blog,,,,
0 komentar:
Posting Komentar