DIKTATOR

Macam – Macam Tipe dan Perilaku Para Diktator
Seperti yang telah kita kenal, kediktatoran pada abad ke-20 dipisahkan antara seorang figure militer yang memperoleh kekuasaan melalui kekuatan militer, dan tokoh politik yang menyusun kekuatan melalui jalan tersendiri menuju pada kekuasaan mutlak di negaranya.
Jenderal Franco dari Spanyol, seorang serdadu sepanjang hidupnya, adalah contoh klasik dadu sepanjang hidupnya, adalah contoh klasik kediktatoran militer. Selama perang sipil Spanyol, tokoh yang pada usia 33 tahun telah menjadi jenderal itu, memimpin tentara pemberontak. Dengan bantuan militer dari Jerman dan Italia, tentaranya menghancurkan Republik Spanyol yang demokratis dan sah dipilih rakyat.
Duvalier dari Haiti merupakan tipe seorang dictator politik. Semula dia menjadi dokter di pedalaman, lalu memenangkan pemilihan umum dengan membangkitkan prasarangka dan rasa dendam, serta mengobral janji-jani muluk. Setelah terpilih, dia menetapkan negara dalam keadaan darurat dan membabat habis semua kekuatan konstitusional. Dia mengangkat dirinya sebagai pemegang kekuasaan pada masa darurat. Akhirnya, dia menetapkan diri sebagai “Presiden Seumur Hidup”.
Di negara-negara Eropa Timur, meskipun hampir sebagian besar penguasanya adalah dictator, tetapi mereka biasanya hanya boneka yang dipasang yang bukan orang kuat sesungguhnya. Karena kekuasaan yang dihadiahkan Uni Sovyet setelah Perang Dunia II, sebagian besar mereka berkuasa hanya menuruti keinginan-keinginan Maskow, setidaknya hingga kematian Stalin pada tahun 1953.
Banyak terdapat perbedaan individual yang besar antara pada dictator dan kediktatoran yang mereka jalankan. Contohnya Juan Peron dari Argentina. Dia merayu massa dan menjanjikan mereka daging dengan harga murah – enam sen setengah kilo. Sedangkan Mussolini bergaya lain. Dictator Italia ini melecehkan massa Italia yang mengerumuninya, “Saya katakan padamu, kamu semua jorok! Kamu harus membersihkan dirimu sendiri! Kamu semua bebal! Kamu semua harus mau belajar!”.
Salazar dari Portugal adalah mahaguru brilian di Universitas Coimbra; Hitler dari Jerman adalah seorang tukang cat rumah yang menciptakan teori rasialis yang ngawur. Duvalier dari Haiti adalah si kikir, yang bersembunyi di istananya dengan senjata selalu tergeletak di meja kerjanya dan kunci-kunci peti uang yang berderet persis tasbih di lehernya. Castro dari Kuba adalah seorang yang membenci kekayaan pribadi, berperilaku bebas dan berani di tengah penduduknya.
Tito adalah seorang ateis. Dan franco seorang penganut Katolik yang teguh. Sukarno dari Indonesia, pada saat kekuasaannya hampir pudar, adalah seorang periang, banyak senyum, seorang berdansa dan cerita-cerita humor. Chiang Kai Shek dar Republik Cina, seorang yang dingin, angkuh dan kaku.
Juga, para diktator yang berhasil dalam satu negara yang sama pun memiliki banyak perbedaan. Lenin dar Rusia adalah seorang ahli hukum yang terdidik,c erdas, yang mengambil inisiatif dan sikap untuk membebaskan para petani dan buruh dari tindasan Tsar selama berabad-abad. Stalin, murid Lenin yang sukses, adalah seseorang yang licik, tiran kejam yang membunuh ribuan petani hanya untuk mempertahankan rencana kolektivitas pertanian Sovyet. Kruschov, pengganti Stalin yang mengecamnya dan berusaha men-“desentralisasi” Sovyet, adalah seorang periang, walaupun kasar. Brezhnev dan Kosygin yang mendepak turun Kruschov adalah tipe business-man yang efisien dan pendiam.
Kediktatatoran juga tumbuh sumbur di negara-negara feudal Amerika Latin. Negara-negara hanya dimiliki segelintir bangsawan kaya, sementara penduduknya sendiri tetap miskin dan tak terdidik. Perbedaan tajam antara kaya dan miskin menimbulkan rasa sakit hati dan pedih bagi si miskin. Satu keadaan yang merangsang perubahan-perubahan dengan cara kekerasan. Perubahan seperti itu biasanya dipimpin oleh seorang tokoh cerdas dan kharismatik seperti Fidel Castro dari Kuba.
Penduduk dengan tradisi kolonialisme sering kali menerima kediktatoran dengan sikap masa bodoh. Karena terbiasa taat dengan penindasan, mereka memilih untuk bersikap bungkam sambil berharap kepada pemerintah yang mengontrol hidup mereka. Mereka terima sebagai hal yang normal jika satu tokoh yang kuat tetap pada kekuasaannya, sampai pada saat ia digulingkan oleh sosok lain yang lebih kuat.
Penduduk Meksiko pertama kali menghadapi pemerintahan demokratis yang stabil baru ketika pada tahun 1934, saat pemilihan Presiden Cardenas. Cardenas sendiri mengajarkan kepada rakyatnya bahwa mereka seharusnya berharap dan menuntut satu pemerintahan yang dipilih secara demokratis daripada dengan kekerasan.
Masa-masa ketidakpuasan dan pertentangan penduduk sipil seringkali merupakan kesempatan baik bagi munculnya seorang dictator. Makin malangnya penduduk membuat mereka semakin mudah terbuai pada ucapan-ucapan seorang tokoh. Setelah Perang Dunia I, penduduk Italia yang lapar, tanpa pekerjaan, dan frustasi, berbaris di bawah bendera fasisme Mussolini yang menjanjikan pekerjaan penuh, upah tinggi, rumah dan sekolah baru, serta kebangkitan kembali Italia kepada masa kejayaan Romawi Kuno.
Keinginan berkuasa dictator fasis seperti Mussolini, Hitler dan Franco didukung penuh kelas penguasa, yaitu kaum bangsawan yang cemas akan kemungkinan pecahnya revolusi. Mereka, kelas penguasa, cenderung mencari seorang dictator yang mampu menjinakkan dan mengendalikan rakyat yang gelisah.
Sebagian besar diktator menyembunyikan nafsu berkuasanya dibalik sikap sebagai pendobrak dengan motif dan alasan-alasan yang luhur. Hitler meyakinkan penduduk Jerman bahwa ia menyelamatkan mereka dari “persekutuan kaum Yahudi sedunia”. Cromwell berkata kepada penduduk Inggris bahwa ia menyelamatkan mereka dari raja yang tiran. Franco bersumpah di hadapan penduduk Spanyol bahwa mereka diselamatkan dari pemerintah yang terpilih, “Yang terjebak oleh kaum Komunis”.
Diktator fasis umumnya memerintah secara pribadi. Dia diagungkan sebagai “Der Fuehrer”, “Il Duce”, “El Jefe Politice”, the “Generatlisimo”, atau “El Caudillo”. Ini berbeda jika dibandingkan dictator komunis yang cenderung memerintah melalui satu birokrasi partai yang secara ketat dikontrolnya. Bagaimanapun, tak seorangpun meragukan bahwa seorang dictator adalah penguasa tunggal. Sekali kekuasaannya telah berurat-akar, seorang dictator terang-terangan menggunakan terror untuk menyurut tunggal. Sekali kekuasaannya telah berurat-akar, seorang dictator terang-terangan menggunakan terror untuk menyurutkan setiap usaha menggulingkannya. Duvalier memiliki tentara pribadi sendiri; Tonton Macoutes (Bogeymen) meneror penduduk Haiti supaya tetap patuh. Mussolini juga mempunyai tentara pribadi; seperti Hitler dengan SS-nya. Sedangkan Stalin memiliki polisi rahasia OGPU yang telah membunuh ribuan penduduk Rusia.
Taktik “memecah-belah dan melumpuhkan” digunakan para dictator agar ia tetap bertahan pada kekuasaannya. Ia selalu memelihara pertentangan golongan dibawah payung nasional sehingga mereka tidak mampu menggabungkan kekuatan dan kemudian menyerangnya. Dengan menguasai taktik-taktik ini, Diaz dari meksiko sanggup bertahan di puncak kekuasaannya selama 30 tahun.
Peluang untuk meyakinkan rakyat dengan berusaha menentang kekuatan-kekuatan besar di dunia, adalah “emas” yang paling dicari dictator-diktator yang lihai untuk dimanfaatkan. Seperti halnya Nasser yang meyakinkan rakyatnya dengan mengusir Inggris ke luar terusan Suez. Sukarno berbuat yang sama ketika ia berkata pada Amerika Serikat agar menarik kembali bantuannya dan keluar dari negara Indonesia.
Menetapkan perang dengan negara lain adalah langkah favorit untuk memelihara popularitas. Rakyat yang demam perang hanya punya sedikit kesempatan untuk mengetahui betapa program-program domestic dari sang dictator itu sesungguhnya sama sekali tidak berharga.
Seorang dictator yang unggul sangat mengerti sejauh mana ia dapat menyetir rakyatnya; sejauh mana pengorbanan yang dapat dituntut dari rakyatnya guna mencapai tujuan-tujuannya sendiri. Pada pemerintahan Castro rakyat Kuba tetap menderita kekurangan rumah, makanan dan pakaian, tetapi, rakyat miskin Kuba tetap mempercayai sang diktator.

Tiran-Tiran Favorit
Sebagian dari para diktator itu adalah tiran yang baik. Seperti Kemal Attaturk, yang walaupun pembaharuan-pembaharuan yang dilakukannya telah membawa negara Turki bergaya abad pertengahan menjadi negara modern, tetap tidak begitu popular di kalangan rakyat Turki.
Beberapa diktator berhasil membuat dirinya begitu popular sehingga jika mereka berani mengambil risiko mengadakan pemilihan umum, ada peluang besar bagi mereka untuk tetap dipilih. Tito dari Yugoslowakia adalah contoh pahlawan sejati bagi sebagian besar rakyatnya. Tetapi, bukan watak asli seorang diktator jika ia mau menyerahkan kekuasaan kepada rakyat; walaupun kekuasaan itu sebenarnya diperolehnya dari sana. Selalu ada kemungkinan, menurut jalan dipikiran diktator, rakyat akan menentangnya.
Mengamati kediktatoran abad modern kini, haruslah selalu dihindari ungkapan klise, stereotip dan penyederhanaan yang berlebih-lebihan. Semua diktator tidak serupa. Komunis dan fasis bukanlah hal yang sama. Tidak sama diktator adalah setan.
“Jika Anda ingin berbicara tentang sikap anti komunis sekarang ini,” kata George F. Kennan, duta besar pertama Amerika Serikat untuk Uni Sovyet,” Anda harus memulai dengan menjawab pertanyaan : Sikap Anti Komunis yang sama? Komunis dari Karl Marx, atau Lenin, atau Stalin, atau Mao, atau Gromulka, atau bahkan Tito?... mereka tidak dengan sendirinya sama. Bahkan tidak juga bagi kaum komunis sendiri yang sejauh ini tetap berpura-pura akan hal itu.”
Tentunya juga ada perbedaan tajam di antara para diktator sayap kanan. Mimpi Hitler untuk menaklukkan seluruh dunia hanya memiliki sedikit persamaan dengan tiran Trujillo yang hanya membatasi diri dengan Republik Dominikanya. Usaha keras Nasser untuk mempersatukan dan memimpin dunia Arab sangat bertentangan dengan diktator yang tenang yang hampir-hampir tidak kentara seperti Salazar dari Portugal.
Diktator sayap kiri menawarkan program keadilan sosial bagi buruh dan tani. Hal yang berbeda sekali dengan diktator sayap kanan yang biasanya berkaitan erat dengan golongan kaya, kaum industrialis, bangsawan dan seringkali borjuis, atau kelas menengah.
“Kenyataan yang sederhana,” menurut para redaksi nation, “bahwa USSR dan Cina – atau Kuba dalam hal ini – kesemuanya adalah rezim revolusioner yang bersifat sosial. Baik atau buruk mereka tetaplah seperti itu. Keseluruhannya muncul dari kenyataan sosial yang parah dan semuanya mencoba untuk memperbaiki keadaan itu. Manusia seperti Marx, Lenin, Mao Tsetung atau bahkan Stalin – tidak bisa dibandingkan dengan Mussolini dan Hitler. Kedua tiran terakhir ini sama sekali tidak pernah memiliki pandangan filsafat sosial, dan secara sederhana mereka dapat dikatakan sebagai orang berbakat terhadap kekuasaan, dan nekat. Bagaimanapun juga walau tujuan ke dua jenis diktator berbeda, mereka sering menggunakan cara yang sama untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Keduanya tidak segan memakai kekerasan dan cara-cara illegal.”
“Ketidaktatoran proleter,” kata Lenin,” Jelas berdasarkan kekuasaan yang bersandar pada kekuatan dan tidak dibatasi oleh apapun – bahkan oleh hukum – secara mutlak tidak ada aturan sama sekali.”
Adolf Hitler menuliskan strategi fasis dalam bukunya Mein Kampf : “Satu cara termudah mencapai kemenangan melawan akal budi adalah kekuatan dan terror.”
“Perbuatan kekuasaan dengan kekerasan oleh partai militer yang terorganisir,” tulis sejarawan politik Max Eastman,” Apakah ia mengatasnamakan Kediktatoran Proletar, Kejayaan Romawi. Biasanya akan membawa pada negara totaliter… satu istilah modern untuk kata Tirani”.
Pada buku ini pembaca akan melihat bagaimana kediktatoran kiri maupun kanan timbul dan berkuasa di empat belas negara. Tokoh kuat seperti Nkrumah atau Tshombe tidak dimasukkan karena mereka lebih mirip kepala suku yang liar daripada diktator, dan hanya berkuasa dalam waktu singkat. Daftar panjang diktator berumur pendek di Vietnam Selatan sejak dari Bao Dai hingga Ky (Nguyenkoolky) juga tidak dimasukkan dalam buku ini.
Mengingat pentingnya daerah Amerika Latin, perhatian khusus diberikan pada kediktatoran daerah itu seorang pengamat politik, Walter Lipman, yang banyak pandangannya sering mempengaruhi Presiden AS, menyatakan bahwa di depan hidung kita (Amerika Serikat) sedang terjadi pendidikan revolusi dan perang sipil. Benturan-benturan yang terjadi antara kekuatan-kekuatan sayap kanan dan kiri, yang masing-masing akan memunculkan kediktatoran akan dapat menyebabkan krisis besar pada kebijaksanaan luar negeri Amerika Serikat.
Semakin kita mengerti tentang diktator dan keadaan yang memungkinkan munculnya, semuakin baik kita berbuat untuk melindungi dunia demokratis tetap aman dengan kebebasannya dan untuk mempengaruhi rakyat negara lain agar memilih jalan yang kita buat.

Uni Soviet
Lenin, Stalin, Kruschev
Abad-abad gelap berlalu ketika rakyat Rusia terpaksa hidup di bawah sistem feudal yang buas. Tirani Tsar yang berkuasa membungkam seluruh perlawanan dengan mencambuki petani yang tidak puas, menginterogasi dengan siksaan, memecat dan memenjarakan buruh-buruh yang berontak, menghancurkan setiap buku yang ide-idenya dianggap berbahaya.
Pada akhir abad XIX, kaum intelektual Rusia mulai menyusun rancangan untuk menghancurkan tiran Tsar. Kitab suci pegangan mereka adalah Manifesto Komunis (communist Manifesto) karangan Marx dan Engels, yang salah satu tulisannya berbunyi : “Buatlah kelas penguasa gemetar dengan revolusi kaum Komunis. Kaum proletar tidak akan kehilangan apa-apa kecuali rantai yang membelenggunya. Mereka memiliki dunia ini, mereka akan menang. Wahai buruh seluruh dunia, bersatulah”.
Tahun 1905, peserta demonstrasi damai di luar istana Musim Dingin dibunuhi secara missal dan kejam oleh pasukan pengawal istana Tsar. Walau Tsar menghancurkan mereka dengan cara biadab, “Minggu berdarah” di St. Pertersburg itu mengawali kebangkitan revolusi di seluruh dunia.
Ketika Tsar Nicholas menyeret negaranya ke dalan kancah Perang Dunia I, ketidakpuasan sekali lagi berkobar. Bahkan kaum bangsawan sendiri merasa sakit hati melihat Tsar dan Tsarina jatuh ke dalam pengaruh seorang pendeta sinting Rasputin. Sementara di istana pesta mewah terus berlangsung, rakyat Rusia kedinginan dan kelaparan. Pemuda-pemuda Rusia dikirim ke Front Timur, untuk berperang atas nama Tsar, tanpa dibekali senjata. Tentara-tentara muda yang sial itu diperintahkan menepuk-nepuk tangannya supaya musuh mengira itu bunyi senjata.
Pada tahun pertama perang itu, separuh dari tentara muda itu terbunuh sia-sia. Jumlahnya tak kurang dari empat juta orang. Terjadi desersi besar-besaran, angkatan lautnya mulai erontak. “Revolusi bukan saja merupakan kemungkinan”, perdana Menteri Inggris ketika itu mengamati, “Tapi telah menjadikeharusan.” Untuk menyelamatkan Rusia yang merupakan sekutu perangnya, dengan setengah berputus asa ia mengirimkan duta besarnya dan berpesan : “Yang Mulia, Tuan harus menghancurkan penghalang yang memisahkan Tuan dengan rakyat Tuan dan mendapatkan kembali kepercayaan mereka.”
Tapi, pesan itu dijawab Tsar dengan angkuh, “Tuan maksudkan, saya harus mendapat kepercayaan dari rakyat saya atau mereka yang harus mendapat kepercayaan saya?” Pertanyaan Tsar ini dijawab rakyatnya dengan revolusi kedua di bulan Februari 1917 yang berhasil menjungkirkan Tsar dari tahta.
Selama sembilan bulan yang singkat, Rusia dikuasia oleh pemerintah sementara, dengan pimpinan Alexander Kerensky. Tokoh ini dengan perlahan akan membawa pembaharuan tidak hanya bagi kelas pekerja, tapi juga bagi rakyat Rusia seluruhnya. Sikap ini ditolak kaum Bolsyewik, yang tetap bersikeras meyakini kebenaran kaum Marx. “Perjuangan kelas harus diarahkan kepada kediktatoran proletar. Satu masa peralihtan untuk menghilangkan perbedaan kelas. Dan menuju satu masyarakat tanpa kelas. “Pemerintah Kerensky berakhir, digilas kaum Bolsyewik, yang kemudian menyusun kekuatannya sendiri.
Kediktatoran proletar mulai menggeliat bangun.

I. VLADIMIR ILYICH LENIN
Di London – kota tempat Lenin dalam pembuangan – Lenin seringkali dimintai pendapat pemimpin-pemimpin serikat dagang Inggris. Seorang pemimpin serikat pelayan took satu kali bertanya kepada Lenin, yang waktu itu telah menjadi figure berwibawa kaum sosialis, apa yang harus dilakukan kalau tuntutan-tuntutan para pekerja tidak disetujui.
“ya… mengapa tidak diputuskan mogok saja?” Lenin balik bertanya. Pelayan took itu menggeratakkan gerahamnya, “Saya kira apa yang harus kita perbuat adalah menciptakan revolusi dunia dan kakus yang lebih bersih.”
Itulah juga tujuan Lenin ia menginginkan kehidupan yang lebih baik bagi buruh. Dan ia juga yakin mereka tidak akan mendapatkannya kecuali dengan merebut kekuasaan.
Vladiamir Ilyich Lenin dilahirkan di Simbirak, tepi Danau Volga, 10 April 1870. ia, enam bersaudara dengan ayah seorang direktur sekolah, dan ibu seorang dokter anak-anak. Ia benar-benar menikmati kehidupan ideal masa kanak-kanak. Memancing di Danau Volga, main ski, berselancar di lereng bukit, berkelana ke bukit-bukit. Lenin tumbuh sebagai anak yang cerdas dan merasa superior dari teman-temannya sekelas. Ia biasanya meloncat keluar dari jendela jika ingin meninggalkan saudara-saudaranya atau sepupunya yang ingin ikut bermain dengannya. “Kalian harus mematuhi saya dengan tidak usah ikut bermain,” katanya dengan menyeringai kecil.
Hobinya ketika muda, seperti orang Rusia yang lain, adalah bermain catur. Dan biasanya ia sengaja memberikan keuntungan kepada lawannya satu atau dua buah catur; “Tidak asyik jika aku tidak sungguh-sungguh ditantang melepaskan buah caturku,” katanya.
Tahun 1887, setahun setelah kematian ayahnya, kakaknya, Alexander, seorang pemuda revolusioner sosial ditangkap karena percobaan pembunuhan Tsar Alexander III yang gagal. Lenin terkejut mendengar berita itu. Bagi Lenin muda, sang kakak adalah tokoh idolanya. Tampaknya dari sini kebencian Lenin kepada kaum borjuis mulai tumbuh. Ketika ibunya menengok kakaknya di penjara, tak seorangpun dari keluarga teman-temannya yang liberal mau menemani ibunya. Sikap pengecut ini menimbulkan kebencian Lenin. Hanya kelas pekerja yang bisa dipercaya.
Mendengar pengadilan Tsar memutuskan hukuman gantung bagi kakaknya, Lenin dengan penuh rasa sakit hati bersumpah untukmemberikan hidupnya bagi kehanuran kekaisaran Tsar. Sewaktu dipenjarakan, suatu saat dia berkata pada temannya satu komplotan, “Jalan hidupku disinari oleh kakakku”. Tetapi pikiran tajamnya, mengingatkannya untuk tidak mengulangi kesalahan kakaknya itu. Pembunuhan hanya akan mengubah tirai menjadi anarki.
Sebaliknya, komunisme Karl Marx menawarkan cetak biru cara merebut kekuasaan. Di tuntut oleh “dewa” komunis itu, kaum revolusioner tidak hanya mengerti bagaimana merebut kekuasaan pemerintahan, tetapi juga bagaimana menggunakannya. Seperti halnya dalam bidang hukum, revolusi Marxis adalah satu profesi.
Tahun 1887, Lenin menjadi mahasiswa hukum Universitas Kazan. Waktunya habis digunakan untuk menyusun rencana melaksanakan demonstrasi anti-Tsar yang menyebabkan ia dipecat dan dikurung selaka tiga bulan.
“Hey, anak muda, mengapa kau selalu ingin berontak?” Tanya seorang mata-mata polisi pada satu kesempatan, “Tidakkah kau melihat bahwa kau akan menabrak tembok batu?”
“Tembok batu itu sedang ambruk,” jawab Lenin Kalem, yang kelak terbukti.
Hanya empat tahun dibutuhkan Lenin untuk menjadi sarjana. Tapi, mudah diduga, ia memandang hina bekerja di kantor pengadilan Tsar. Ia memilih pergi ke luar negeri untuk mengadakan kontak dengan kaum revolusioner bangunan. Kelompok itu terkesan dengan anakmuda berusia 25 tahun, intelektual dengan bacaan yang kaya, berdahi lebar dan dengan tatapan mata yang selalu tajam. Ia biasanya bicara dengan penuh rasa percaya diri, tangannya angkuh tergenggam di kantong mantel musim dinginnya.
Kembali ke St. Petersbug, ia menerbitkan surat kabar illegal. Tetapi dengan cepat ia ditangkap, empat belas bulan waktunya habis di penjara. Sambil menunggu pengadilan, ia melewatkan waktu dengan menulis buku,pesan rahasia, dan bermain catur melawan teman sepenjaranya dengan jalan memakai kode ketukan sebagai tanda jalannya permainan. Keputusan pengadilan akhirnya membuangnya ke Siberia selama tiga tahun ia dikirim naik kereta, menunggu kuda dan motor sungai ke Siberia. Ia ditemani kekasihnya, Nadya Krupskaya, seorang teman wanita revolusionernya. Mereka berdua menikah tanggal 22 Juli 1898.
Untuk mendapatkan tambahan makanan, Lenin diperbolehkan berburu rubah. Tetapi, ia tidak tampak bergairah dengan perannya sebagai pemburu. Pada suatu hari, ketika sedang berburu, seekor rubah dengan cepat melewatinya, Lenin terkejut dan ia sempat mengejarnya, namun sama sekali tidak mengangkat senjata yang dipegangnya.
“Oh Tuhan, mengapa kau tak menembaknya?” tuntut Nadya dengan perasaan malu, Lenin menjawab, “Rubah itu terlalu cantik”.
Tahun 1900, ia dibuang dari tanah Rusia. Selama 17 tahun berikutnya, pasangan ini mengembara di sepanjang Eropa, membangun partai buruh Sosialis Demokrat Rusia, membangun partai buruh Sosialis Demokrat Rusia, dan mengedit majalah berbahasa Rusia, Iskra (cetusan). Tinggal di kamar tanpa perabotan, membeku di musim ingin, naik sepeda dengan sepatu botnya yang berat, mereka begitu miskinnya sehingga mantel musim dinginpun tak mereka punyai. Ketika satu kali Lenin ambruk karena penderitaan yang berat akibat sakit panasnya, Nadya berjaga sepanjang malam, mengobati hanya dengan yodium, karena mereka sama sekali tidak mampu berobat ke dokter.
Tahun 1903, saat Kongres Partai di Brussel, Belgia, Lenin mendesak agar partai dikendalikan oleh komite pusat pejuang-pejuang revolusioner. Tantangan terhadap pendapat ini demikian keras dan kuat sehingga polisi Belgia ikut campur tangan dan memerintahkan para delegasi kongres untuk meninggalkan negeri itu. Dengna segala macam cara, debat panas itu berlanjut terus di kepal yang membawa mereka ke London. Pengikut moderat partai enurut satu kepemimpinan yang demokratis. Mereka merasa bahwa jalan untuk mencapai nasionalisme adalah bekerja sama dengan pemimpin-pemimpin borjuis.
Di London, partai itu akhirnya terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama, kelompok mayoritas, adalah kelompok Lenin. Kelompok ini, kaum Bolsyewik, adalah kelompok garis keras yang berpikir perubahan harus dimenangkan dengan senjata. Dalam sejarah terbukti bahwa kelompok ini adalah nucleus (inti perkembangan) dari Partai Komunis Rusia sedangkan kelompok kedua, kaum mensyewik, merupakan kelompok minoritas yang kemudian menjadi kaum sosialis moderat yang membentuk sikap bahwa perubahan harus dilakukan dengan damai.
Pada tahun 1912, perpecahan itu makin menajam. Dan kedua kelompok itu menjadi sadar sekali bahwa mereka tidak bisa lagi bekerja sama. Kaum Mensyewik memang terkejut dengan sikap bajingan Lenin yang kadang-kadang tidak segan membunuh demi untuk mendapatkan dana partai. Lenin jelas-jelas mengabdikan dirinya pada Bolsyewikisme.
Lenin tidak merasa heran ketika PD I peah di tahun 1914. “Negara-negara kapitalis tidak mungkin hidup tanpa peperangan,” katanya. Tetapi, timbul perasaan jengkelnya ketika menengar para delegasi partai sosialis mendadak pulang ari pertemuan kaum Sosialis Internasional kembali ke negerinya guna membantu tujuan-tujuan perang pemerintahannya masing-masing.
“Kelas pekerja jangan ikut-ikutan bertempur di perang kapitalis,” serunya. “bagaimana kaum Marxis bisa tertipu dengan sikap patriotic semacam itu? Tidaklah mereka tahu bahwa perang yang paling tepat bagi mereka adalah perang sipil – perang melawan kaum borjuis negaranya sendiri?”
Tetapi, walau revolusi itu tidak terjadi di Benua Eropa, revolusi itu pecah di negerinya sendiri, Rusia. Ia menengar berita itu etika sedang berada di Zurih, Swiss. Revolusi itu, Revolusi Februari tahun 1917 yang membawa rezim moderat Alexander karensky ke jenjang kekuasaan. Lenin sadar ia harus secepatnya kembali ke negerinya, tapi tentara-tentara Jerman menjadi pikirannya.
Lenin mengetuk-ngetuk dahinya, “Mereka tahu bahwa karensky akan tetap membiarkan Rusia terseret dalam perang ini. Dan mereka tahu bahwa aku tidak. Kukira mereka akan sungguh-sungguh menolong kita pulang ke Rusia.”
Ia benar, Pemerintah jerman menyediakan kereta dan uang dolar. “Jika kapitalis Jerman cukup tolol membawa kita ke Rusia,” ucap Lenin pada seorang pembantunya, “Inilah saat mereka mulai menggali liang kuburnya”.
Kembali ke St. Petersbug (yang kemudian berubah menjadi Petrogard dan Leningrad pada masa kekuasaan komunis Uni Sovyet), ia merasa cemas dan gelisah ketika melihat bahwa kaum Bolsewik di sana bekerja sama dengan Kerensky. “Harus kita tanggalkan pakaian kotor ini,” tukasnya, dang anti dengan yang bersih”. Melihat ia memaw kaum Bolsyewik bertentangan dengan pemerintahan Mensyewik, Kerensky lantas memerintahkan penangkapannya.
Muridnya, Jospeh Stalin menukur janggut dan kumisnya, dan menolongnya bersembunyi. Rezim Kerensky memang sangat tidak senang dengan semboyan Lenin “Roti, Tanah dan Damai” yang ketika itu telah demikian bergelora di sanubari rakyat Rusia. Dari Finlandia, bukan Oktober, Lenin menulis surat ke pimpinan partai, “Krisis itu ada di sini (Rusia, maksudnya). Kita berdosa kalau kita tangguhkan. Kaum Bolsyewik mampu dan harus merebut kekuasaan ke tangan mereka sendiri”.
Mereka (kaum Bolsyewik) ragu-ragu. Kemunculannya yang tiba-tiba di Petrogard mematuk picu kebangkitan rakyat Rusia. Tanggal 26 Oktober 1917, pertempuran berkobar di tengah-tengah kota Petrogard. Istana musim dingin Tsar jatuh ke tentara merah Lenin. Kerensky melarikan diri. Dokumen-dokumen Tsar jatuh ke tangan Lenin, termasuk dokumen penting perjanjian Sekutu untuk mengatur peta dunia setelah mereka berhasil menaklukkan Jerman. Rezim moderat kaum sosialis yang singkat tumbang dan diganti dengan rezim kaum Bolsyewik yang keras.
Penguasa baru Rusia minta kepada para serdadu, petani, buruh, untuk mengadakan gencatan senjata. Seluruh pemerintah yang berperang harus mengusahakan perdamaian tanpa berpikir tentang daerah taklukkan, rampasan perang. Ia berjanji akan tetap memelihara semboyan “Roti, Tanah dan Damai”. Dengan sederhana di simpulkannya, “kita harus bersiap-siap membangun cita-cita kaum Sosialis”.
Lenin yang tidak senang dengan diplomasi rahasia menganam akan menyebarluaskan perjanjian-perjanjian rahasia yang diketemukannya. Di Washington, Woodrow Wilson. Presiden Amerika Serikat cemas dengan ancaman Lenin. Wilson sendiri pernah berkata kepada rakyat Amerika bahwa perang adalah “untuk menyelematkan dunia bagi kepentingan demokratsi”. Tetapi, jika Lenin menyebarluaskan perjanjian rahasia itu, rakyat Amerika akan tahu bahwa perang itu sebenarnya tidak lebih dari perselisihan jorok kaum kapitalis imperialis untuk memperebutkan daerah pasaran barang-barangnya, keuntungan ekonomis dan ambisi-ambisi mendapatkan daerah baru. Peran akan “ternoda”.
Wilson menyusun angan-angannya dalam Empat Belas pasal dan memohon Perancis dan Inggris agar menandatanganinya sebagai pernyataan pihak Sekutu Barat bahwa perang yang dilancarkan bertujuan hanya untuk perdamaian.
Lenin sendiri percaya bahwa rezimnya hanya merupakan peralihan. “tentu saja,” katanya di tahun 1918, “kemenangan terakhir sosialisme di satu negara tidak mungkin. Kesatuan pekerjaan dan petani Sovyet hanya merupakan satu satuan dair kekuatan dunia yang besar”. Ia dengan penuh harap menunggu revolusi yang lain.
Sementara itu, meneteri luar negerinya, Leon Trotsky, berunding dengan pihak jerman di Brest Litovsk. Syarat-syarat yang diberikan Jerman agar membiarkan Rusia tetap terhindar dari perang begitu beratnya hingga Trotsky menolaknya. “Tandatangani saja,” desak Lenin, “tentara Rusia selalu siap memilih perdamaian di atas kaki mereka sendiri; dengan melarikan diri.” Di samping itu juga tidak ada yang lebih penting dari menjaga dan mempertahankan negara Sovyet yang baru.
Perjanjian itu sendiri akan memberi peluang sementara, dan Lenin sama sekali tidak ada niat untuk menghormatinya. Jika Jerman kalah dalam perang itu, ia akan hapus dari peta dunia. Lenin kemudian terbukti benar.
Winston Chruchill, perdana menteri Inggris yang terkenal, terkesan akan kecemerlangan Lenin, memandang Lenin sebagai setan itu sendiri; senjata logikanya, perasaannya yang dingin dan luas seperti lautan Artik, rasa dendamnya seperti algojo, keinginannya untuk menyelematkan dunia dan metoda untuk menghancurkannya.
Bulan September 1918, Churchill menyokong kekuasaan Rusia Putih dalam pertempuran melawan tentara Merah, menggiring tentaranya lewat Pegunungan Alpen ke Siberia. Untuk menolong mereka. Tiga tahun lamanya Lenin menghantam usaha-usaha yang ingin menghancurkan rezim Sovyet yang baru itu. Dan berhasil.
Pada waktu yang sama ia mulai mentransformasikan Rusia menjadi negara sosialis pertama di dunia. Pekerja-pekerja Sovyet mengambil alih kembali pabrik-pabrik. Transportasi kereta dan Bank dinasionalisir. “Pengadilan Rakyat” memimpin semua gedung pengadilan. Diskriminasi kepada wanita adalah melanggar hukum. Di dunia militer, calon tentara yang mendaftarkan diri diperbolehkan memilih komandannya sendiri.
Bagaimanapun juga, banyak aturan-aturan baru hanya tinggal di atas kertas. Lenin sendiri menilai itu semua sebagai satu propaganda dari kenyataan bahwa sebenarnya pemerintahan tidak bersandar pada aturan tetapi terutama pada manusianya. Ketika sikap-sikap sinis yang mulai terbawa pada kebiasaan sikap keras kepada seorang diktator, “Saya tidak berkata bohong kepadamu, saya sedang meyakinkanmu.
Lenin bukan seorang haus darah, tanpa perasaan seperti Stalin. Ia membenci korban yang tidak perlu dan sungguh-sungguh mencoba melindungi keluarga Tsar dari pembantaian kaum Bolsyewik. Walaupun ia tetap memperbolehkan hukuman mati yang dipandangnya sangat perlu. “Situasi kehidupan kita yang menjadi penyebab mengapa kekejaman diperlukan,” katanya satu kali pada rekannya novelis Maxim Gorky, “hanya bisa dimengerti dan dimaafkan di masa yang akan datang”.
Malangnya, jika ia sendiri tidak percaya pada pembunuh politik, kaum revolusioner justru melakukannya. Seorang gadis bernama Fanny Kaplan, pada tanggal 30 Agustus 1918, menembaknya tepat ketika ia baru saja meninggalkan pertemuan kaum buruh. Ia sendiri selamat, tetapi sejak itu kesehatannya tak pernah lagi pulih seperti semula.
Persoalan terbesar bagi negara muda itu adalah kaum petani. Mereka (kaum petani) tidak pernah tertarik dengan teori-teori Marx. Hanya janji tanah yang akan diberikan kepada merekalah yang memikatnya. Sekali mereka telah membagi-bagikan dan mendapatkan tanah-tanah dari tuan tanah, mereka sendiri menjadi tuan tanah baru.
“Kenyatakan memang sesuatu yang keras kepala”, demikian pengakuan Lenin pada pemimpinan-pemimpinan Bolsyewik yang lain. “Daerah kota sedang menderita kelaparan, para petani menolak menghasilkan pangan lebih dari yang mereka butuhkan tanpa keuntungan yang mereka peroleh. Kali ini mereka telah memukul kita.”
Pada thaun 1921 di dalam kebijaksanaan ekonomi barunya, ia terpaksa memperolehkan petani menjual surplus produksinya pada pasar bebas.
Ia bahkan manawarkan kepada Bernard Baruch, seorang pengusaha Amerika kelas kakap, satu miliar setahun untuk dating ke Moskow dan mengindustrialisasikan ekonomi Rusia yang primitive.
“Saya tahu bahwa Anda tidak tertarik dengan uang ini,” katanya kepada Baruch, “Tetapi tidaklah tantangan ini juga merangsang Anda?”
Tanpa sama sekali mengambil uang itu Baruch langsung setuju, dengan syarat bahwa Sovyet harus pertama-tama memberi prioritas pada sandang, pangan dan pemukiman sebelum membangun pusat irigasi dan pengecoran logam, “Tidakkah ini apa yang dimaksud oleh revolusi Tuan?” desaknya. Tetapi, di dalam jalan pikiran Sovyet industrialisasi harus dibangun dahulu sebelum mencapai standar hidup yang lebih tinggi, walau betapapun buruknya keadaan hidup rakyat Rusia.
Sewaktu diminta mendefinsiikan Komunisme, Lenin menjawab, “Republik Sovyet ditambah dengan elektrifikasi”.
Ia mempekerjakan penasihat-penasihat teknis dari negara kapitalis Jerman dan Perancis. “Satu orang ahli teknik (entah dari negara manapun) sama nilainya dengan sepuluh orang komunis,” katanya pahit kepada Trotsky.
Ketika ia mendatangkan modal asing ke negerinya, Lenin berkilah dengan alasanya sendiri. “Mengapa kita harus menutup mata dari hal itu? Secara sederhana, kita harus berjalan di garis dunia kapitalisme”. Bagi Lenin tujuan selalu menghalalkan cara.
Ia sendiri tidak mencoba menyembunyikan kegagalan-kegagalan komunisme. “Kita membuat kesalahan-kesalahan tolol,” katanya jujur pada sidang Komunis Internasional Ketiga.”
Tidak ada yang tahu lebih baik dari saya. Karena Rusia negara terbelakang, karena tidak ada bantuan dari dunia luar, kita telah menjadi negara birokrasi”. Ia mengakui, setelah empat tahun mencoba mengurangi jumlah penerima gaji pemerintah, ia malah mengakhirinya engan menambah 20 ribu orang birokrat lagi.
Kecurigaan Lenin terhadap pemerintah lain tidak pernah hilang. “Jika kita tetap toleran dengan bajingan-bajingan seperti kapitalis-kapitalis itu,” ungkapnya pada thaun 1930, “Masing-masing dari mereka siap menusukkan pisaunya ke tubuh kita. Adalah tugas utama kita untuk membuat mereka saling menusuk antara mereka sendiri.”
Untuk itu dicobanya menggerakkan revolusi di negara-negara Eropa lainnya melalui Komitmen (Komunis Internasional), persekutuan Partai Komunis Sedunia. Tetapi, ia tertawa ketika mendengar rencana Trotsky untuk menggerakkan revolusi itu di Amerika.
“Hanya dengan banyak omong dan membuat rencana-rencana kelas teri,” diledeknya Trotsky, “tangan lemah partai komunis kita di Amerika dapat membuat bngung pemerintah Amerika?”
Kecemerlangan Lenia terletak pada kepekaan terhadap dinamika massanya dan keluwesan yang cukup untuk memberi apa yang mereka inginkan, bahkan seandainya ia harus mengorbankan prinsip. Hanya tampak ada kekurangan persepsinya pada penilaian terhadap seseorang. Ia tidak belajar tentang nafsu berkuasa Stalin, sampai pada saat yang begitu terlambat. Ketika pemimpin tentara Merah Bella Kun terbang ke Hongaria, Lenin menerimanya sebagai pahlawan. Dan mengirimnya ke Crimea untuk menerima penyerahan tentara putih yang telah dijanjikan Amnesti oleh Lenia. Tetapi, Bella Kun menggantung tiga puluh ribu tentara putih malang itu dan meletakkan “dosa” itu dipunggung Lenin.
Satu hal yang jelas, apapun kegagalan yang dialaminya, Lenin tetap tidak tertarik pada kekayaan pribadi. Sebagai penguasa tunggal dan mutlak Uni Sovyet, ia dan istrinya tetap hidup sederhana seperti saat mereka masih dalam pembuangan dahulu. dengan pemakaian jenis murahan, santapan sehari-hari dengan menu sederhana, Lenin tampaknya hanya tertarik kepada kekayaan pikiran.
Pada musim semi tahun 1922, ia menderita tiga kali serangan kelumpuhan syaraf. Saat-saat menjelang kematiannya di daerah peristirahatan di Gorky, ia menjadi sadar akan bahayanya ambisi-ambisi Stalin. Dan ia berusaha memperingatkan partainya akan bahayanya hal itu sebelum tepat di tanggal 21 Januari 1921, tanggal kematiannya. Dan dengan setengah sinis Stalin mengangkat penguburan Lenin ke panggung drama sebagai usahanya untuk menunjukkan kepada rakyat Rusia bahwa ia adalah pewarisnya. Jutaan rakyat Rusia berderet di Lapangan merah guna memberikan penghormatan terakhir bagi pahlawan pujaannya itu.
Di London, seorang wartawan Inggris mewawancarai seorang tua pengunjung perpustakaan Museum Inggris tempat Lenin menghabiskan tahun-tahun pengasingannya, belajar bagaimana memimpin negara yang besar.
“Orang kurus bejanggut? Berpakaian kumal? Orang asing?” orang tua itu berpikir sejenak,” Ya… ya saya masih ingat benar ia. Saya heran apa saja yang terjadi pada dirinya.


II. JOSEPH STALIN
George Kennan, duta besar Amerika di Uni Sovyet yang pertama berhasil menemukan bhawa paspor yang digunakan oleh Stalin untuk menghadiri Kongres Partai di Stockholm 1906 dikeluarkan oleh Okhrana, dinas polisi rahasia Tsar. Penemuannya itu berhasil menyingkap tabir teka – teki yang menyelubungi figure misterius Stalin. Menurut cerita – cerita yang beredar ketika itu, Stalin satu saat pernah jadi agen polisi rahasia Tsar demi keselamatan dirinya. Kejadian yang terjadi sekitar tahun 1906-1912 itu pernah diakui Stalin ditahun 1920. Majalah – majalah Sovyet memuat pernyataannya tentang hal itu. Tetapi beberapa minggu kemudian majalah – majalah itu, yang memuat penyataannya, lenyap dari peredaran dan dari setiap perpustakaan yang ada di negara komunis itu.
Kennan, yang yakin dengan cerita itu ada penemuannya tentang paspor Stalin, kemudian berusaha melacaknya pada anggota – anggota partai yang hadir pada saat kongres tersebut. Ternyata Kennan menjumpai bahwa tidak satupun anggota itu luput dari pembunuhan Stalin.
Joseph Vissarionovich Jugashvili, dikenal dengan nama Stalin atau manusia baja, lahir di kampong kecil, Georgia, di utara Rusia. Ia lahir tanggal 21 Desember 1879, dari seorang ibu petani yang saleh yang setiap saat berdoa agar Stalin menjadi pendeta. Ayahnya sendiri seorang pembuat sepatu, pemabuk, yang seringkali memukul. Ayahnya meninggal di usia muda.
Dengan harapan Stalin dapat masuk sekolah agama, ibu Stalin menghabiskan waktunya berjam-jam mejahit dengan hanya berpenerangan lilin. Di sekolah, teman-temannya menghina pakaian murah yang dikenakannya. Tapi itu dibalasnya dengan menjadi murid terpandai di kelasnya. Ia juga melatih kemampuan berbicara dengan gaya sarkastis agar dapat menguasai lingkungan pergaulannya.
Akibat bacaan-bacaan propaganda terlarang kaum revolusioner sosial, stalin menjadi hilang kepercayaannya terhadap agama. “Tahu tidak kamu, mereka menipu kita,” katanya satu kali pada rekan sebayanya,” sebenarnya Tuhan itu tidak ada.” Temannya yang lain mendengar ucapan Stalin ketautan dan berkata, “Engkau pasti terbakar di api neraka.”
Sikap ateisnya tidak menghalanginya melamar dan kemudian berhasil memenangkan beasiswa di Tfflis Theological Seminary, satu-satunya kesempatan baginya untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. Tetapi, ketimbang belajar menjadi pendeta, ia diam-diam belajar pikiran-pikiran kaum Marxis melalui hubungannya dengan kelompok revolusioner di tempat belajarnya itu. Setelah tak kurang dari tiga belas kali dihukum, ia akhirnya dipecat.
Bergabung dengan Partai Sosialis Demokrat, ia dengan cepat menjadi pimpinan dan langsung memimpin demonstrasi untuk pertama kalinya pada hari buruh, 1 Mei. Tindakannya ini kemudian dipuji setinggi langit oleh Iskra, surat kabar partai yang diterbitkan Lenin diserang lautan.
Stalin selalu berhasil menghindari penangkapan, hingga akhirnya di tahun 1902 ia ditangkap oleh Okhrana, lalu dibuang ke Siberia. Tetapi berhasil melarikan diri engan keadaan hampir mati di badai salju di padang Siberia. Kembali ke Tfflis, ia menganggap karirnya adalah bajingan revolusioner, peran yang dilakukannya dengan sejumlah nama palsu. Ia memimpin pemogokan umum buruh tambang minyak di tahun 1904. Dan ketika polisi-polisi rahasia melarang pemogok-pemogok itu bernyanyi lagu-lagu yang revolusion “bagaimanapun setiap orang telah tahu syairnya,” katanya.
Tahun 1905 menghantamnya dengan dua pukulan : gagalnya revolusi sosial Rusia dan kematian seorang gadis petani yang dinikahinya, Khaterine Svanide. Di kuburan isteri tercintanya itu, ia menangis, “Saya kenal ia. Tetapi, ia kini telah tiada. Inilah perasaan hangat saya yang terakhir pada seluruh manusia.”
Ia berubah makin dingin, sarkastis, penuh curiga, dendam dan kejam. Untuk mendapatkan dana dan senjata untuk kaum Bolsyemwik, ia memimpin kelompok-kelompok gerilya, melemparkan bom, menyerang polisi, merampok bank, kantor pos, dan gudang-gudang senjata. Ia dituduh membunuh ribuan korban pada teror-teror itu, ketika dnyatakan hal itu satu kali tetapi Stalin hanya mengangkat bahunya, “ Katau tidak bisa menciptakan revolusi dengan bersikap lemah lembut.”
Satukali peristiwa, saat ia dipenjara, Stalin memberi isyarat kepada kawan Bolsyewiknya, Mitka bahw ada pekerja muda yang mengetahuinya menjadi polisi rahasia mata-mata. Stalin minta ia dilenyapkan. Dan Mitka lalu menusuk mati pemuda itu.
Seorang teman sepenjaranya menggambarkan Stalin sebagai, “Tidak memiliki prinsip yang teguh, licik dan benar-benar kejam.” Di tahun 1913 Stalin bertemu dengan Trotsky, seorang pemimpin partai terbesar setelah Lenin, ketika kongres Bolsyewik sedang berlangsung. Trotsky yang melihat gaya tertawa Stalin dan aksen petaninya yang kasar lantas menghinanya. Bagi Stalin kejadian itu tak akan pernah dilupakannya.
Selama revolusi Oktober, Lenin dan Trotsky menguasai panggung sedangkan Stalin berada di pinggir dengan peran yang kecil. Ketika revolusi berhasil, Trotsky menjadi menteri luar negeri dan Stalin menjadi komisaris nasional. Mereka selalu berselisih. Terutama ketika pada perdebatan apakah revolusi dunia adalah mendasar bagi tegaknya sosialisme di Rusia. Trotsky memandangnya benar, sedangkan Stalin setuju dengan Lenin yang memandang hal itu benar bahwa Uni Sovyet sebagai negara sosialis dapat tegak berdiri tanpa revolusi dunia.
Trotsky terus menerus mencemoohkan Stalin. Stalin dengan sabar menunggu kesempatan membalas. “Tidak ada yang lebih nikmat,” katanya geram, “daripada menunggu kesempatan yang tepat untuk menusukkan pisau, menggoyang-goyangkan, kemudian pulang kerumah lantas tidur nyenyak.” Ia dan Trotsky selalu bersaing satu sama lain agar dikenal sebagai orang kedua di bawah Lenin.
Selama perang sipil yang berlangsung sepanjang tahun 1918 hingga 1921, Trostky memimpin tentara merah memukul tentara putih. Ia sangat marah ketika Stalin menolak kepemimpinannya dengan tidak mematuhi perintah Trotsky pergi ke daerah-daerah. Trotsky langsung mengirim telegram “lupakan saja”.
Selama perang ia menikahi isteri keduanya Nadya Alliluyep. Dengan Nadya ia memiliki dia anak. Hidupnya sederhana, mirip kehidupan Spartan. Kemewahan dan kenyamanan tidak memiliki arti apa-apa; kekuasaan adalah segalanya memperdayai kawan-kawan Bolsyewiknya dengan selalu mendengar mereka dengan tenang tampak meragukan dan pemalu, tokoh ini dengan mahir membangun organisasi partai menjadi loyal secara pribadi pada dirinya.
Sesaat perang sipil menang, ia menjadi Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai. Trotsky melecehkannya,” Sang koki ini hanya mampu membuat sambal.” Satin, tanpa kenal ampun, menekan setiap opsisi yang menentang partai dan dirinya sendiri. Ketika rakyat dari Georgiea, daerahnya sendiri melancarkan agitasi untuk menjadi daerah otonomi sendiri, Stalin marah besar dan berkata, “Semua orang Georgia harus dibenamkan di dalam tanah.” Ribuan rakyat Georgia dibunuh, sebagian besar dari mereka adalah pendukung-pendukung Trotsky.
Ketika Lenin jatuh sakit, Triumvirat Stalin, Zinoviev dan Kamenev bergegas dating ke Kremlin. Stalin mendorong birokrat-birokrat partai agar menyingkirkan Trotsky dari pembagian kekuasaan. Ia juga melihat kenyataan bahwa Trotsky, yang sedang menyehatkan tubuhnya dari sakitnya di tempat peristirahatan di Caucasus, sama sekali tidak mempelajari dan bersiap-siap menyambut kematian Lenin, sampai hal itu terlambat. Kegagalan Trotsky bergerak di saat kematian Lenin menyebabkan ia harus membayar mahal dengan kesempatan sukses buat Stalin.
Stalin dengan cepat menyingkirkan Zinoviev dan Kamenev ke pinggir panggung. Keduanya lantas bergabung dengan Trotsky menentang Stalin sebagai oposisi “kiri”. Dengan mudah Trotsky dan menempatkan kedua yang lain pada posisi kecil tak berarti di daerah propinsi. Serangan Trotsky yang terus-menerus kepada Stalin membuat berang Stalin. Dan kemudian Trotsky dibunuh di kota Meksiko, Amerika Latin.
Gambaran pribadi yang sederhana, ramah, putra petani sederhana, besar dan kukuh mulai menghiasi gedung-gedung pertemuan, kantor, pojok-pojok simpang empat di jalan-jalan di kota Uni Sovyet. Kini, tidak ada seorangpun yang dapat meragukan siapa yang telah mengisi peran Kamerad Lenin.
Tahun 1924, Stalin mulai melancarkan rencana lima tahunnya; satu rencana pintas untuk mengindustrialisasikan Sovyet.
“Kita harus mengubah keterbelakangan Rusia dan menjadikannya negara modern,” urainya, Rakyat Rusia mulai bekerja mati-matian dengan upah untuk membangun pabrik dan mesin-mesin yang mereka inginkan. Ketika petani menolak usahanya untuk memaksa mereka ke dalam pertanian kolektif, Stalin tidak segan-segan menghukum mati ribuan orang, mengirim ribuan yang lain sebagai orang buangan ke Siberia.
Kebiadabannya ini mengejutkan isterinya. Pada satu pertemuan kaum Bolsyewik, Nadya tiba-tiba memprotes bahwa hal itu sangat melukai partai. Stalin mendengar itu langsung berbaur ke kerumunan massa yang sedang mendengar pidatonya, sedangkan isterinya pulang sambil menangis. Keesokan harinya surat-surat kabar Sovyet melaporkan bahwa isteri kamerad Stalin tiba-tiba meninggal dunia karena “Sesuatu penyakit”. Sebagian menduga ia telah membunuh isterinya, yang lain menduga ia memaksa sang isteri mebunuh diri.
Bagaimanapun, kejadian itu menyebabkan Stalin sadar bahwa isterinya benar. Ia telah terlalu jauh dengan semangat kolektivisasinya. Untuk itu, ia kemudian mengecam “terlalu bersemangatnya” pejabat-pejabat partai dalam menghukum petani. Ia berjanji juga untuk memperbaiki kehidupan buruh kota yang keras.
Rencana lima tahunnya yang kedua mulai disemarakkan dengan semangat kegembiraan baru; kelompok-kelompok dansa, kelompok-kelompok pemberantasan buta huruf, kesehatan dan etiket pergaulan. Ia mulai membangun kota Moskow sebagai potret kebanggan kaum sosialis.
Tetapi, ketakutan dan kebencian yang diilhami oleh tindakan-tindakannya terlanjur makin dalam. Di awal tahun 1955 ia menengar ada rencana kelompok yang ingin menghancurkannya. Jengkel dan kaget, ia kemudian membunuh 117 orang yang dicurigai tanpa diadili. Ribuan kaum Bolsyewik lama dituduhnya sebagai pengkhianat dalam satu pengadilan rahasia. Trotsky yang sedang dalam pembuangan, dituduhnya bekerjasama dengan Jerman dan Jepang untuk menyerang rezim. Pers luar negeri mengejek berita ini dan mengatakan bahwa tuduhan itu hanya propaganda kosong Stalin.
Dengan sangat marah, Stalin memerintahkan pengadilan umum bagi koresponden-koresponden asing. Banyak tertuduh, dengan bukti-bukti “yang memberatkan”, terpaksa mengaku. Di antara tertuduh kaum Bolsyewik terdapat Kemenev dan Zinoviev, yang melibatkan Trotsky. “Kejadian-kejadian yang terjadi itu jelas sekali membuktikan bahwa memang ada kelompok dan rencana politik yang ingin menghancurkan pemerintahan Stalin,” lapor Joseph E. Davis, yang kemudian menjadi duta besar Amerika untuk Sovyet.
Pembersihan besar-besaran berlangsung selama empat tahun. Yagoda, kepala polisi rahasia yang telah mengirim ribuan tertuduh sebelum mereka ditembak, mengalami nasib yang sama. Bisik-bisik beredar di kalangan kaum Bolsyewik lama, mengatakan bahwa mereka harus menutup erat-erat mulut mereka.
Bulan Maret 1939, Stalin melegakan sedikit ketakutan di kalangan kaum Bolsyewik. Di hadapan kongres partai, ia berkata, “Sudah jelas bahwa kita tidak perlu lagi mempertahankan “motode” pembersihan besar-besaran.” Walaupun begitu, ia tetap mengancam setiap pejabat partai dengan tuduhan subversif.
Stalin mengalihkan pandangannya ke luar negeri. dengan Tentara Merah yang lemah akibat pembersihan besar-besaran itu, Stalin memandang cemas Nazi Jerman dan Fasis Italia. Ia menduga bahwa kedua musuhnya itu diam-diam didorong oleh Inggris, Perancis dan Amerika untuk menyerang Sovyet. Ketiga negara itu sama sekali tidak menghentikan Hitler yang terus menusuk maju menaklukkan Spanyol dan kemudian menelan Cekoslowakia. Panah nazi kini tepat di timur kota Moskow.
Stalin mendesak negara-negara demokrasi untuk bergabung dengannya ke dalam satu perjanjian saling membantu. Ketika London dan Perancis dengan dingin menolak usul itu, ia memperingatkan mereka dengan geram, “Rakyat Rusia tidak akan membiarkan diri mereka dijadikan mariam kanon kekuatan-kekuatan kapitalis.”
Ia melempat “bom” ke kubu barat dengan menandatangani perjanjian tiba-tiba untuk “tidak saling menyerang” dengan Hitler. Keduanya setuju membagi sendiri Polandia menjadi dua bagian. Kaum Liberal di seluruh dunia terkejut dan muak dengna tindakan Stalin yang bersedia bekerjasama dengan Nazi Jerman. Tetapi buat Bos Kremlin, seorang diktator sejati, tujuan sekali lagi selalu menghalalkan cara.
Dengan mengambil bagian timur Polandia, ia tetap menahan tentara Nazi di perbatasan Sovyet. Jika peperangan pecah, biarlah itu terjadi di tanah Polandia dan bukan di Rusia. Sementara ia sendiri mendapat waktu yang berharga untuk menyusun pertahanan Rusia yang ketika itu telah demikian lemah.
Melihat tentara Nazi mulai menyerbu Polandia, Perancis dan Inggris harus mengumumkan perang. Jika Hitler telah berjanji bahwa ia tidak akan menyerang Rusia, hal ini berarti tombak perangnya ditujukan ke daerah Barat untuk mencari daerah taklukan baru. Tetapi, tahun 1942, Hitler tiba-tiba merobek-robek perjanjiannya dengan Stalin dan mengirim tentara-tentara Nazi melintasi Polandia dan menuju Sovyet.
Stalin menyusun barisan rakyat Rusia, tidak atas nama komunisme tetap atas nama sang “ibu Rusia”.
Ia memerintahkan politik bumi hangus, membakar segalanya dalam pengunduran diri dan meninggalkan sang penakluk tempat yang sudah kosong dan hangus. Kesempatan itu digunakannya untuk membakar semangat rakyatnya. Mereka, setelah sebelumnya merasa takut dan benci kepada Stalin, kini mempercayainya dan mematuhinya dengan patriotisme besar dan tinggi.
Ia melibatkan seluruh industri-industri perang; mengatur kembali industri itu di Pegunungan Ural di belakang Moskow. Ia mengukur-ukur, menumpulkan dan menjebak kekuatan-kekuatan tentara Hitler. Dna mengorbankan dua puluh ribu rakyat Rusia untuk mempertahankan Leningrad dan Moskow. Ia berdamai dengan Gereja Ortodoks Rusia guna mendapatkan dukungan mereka terhadap usaha perang Sovyet.
Kedudukan Rusia di Eropa Timur setelah perang mencemaskan Presiden Amerika Serikat, Harry Truman, yang sangat tidak senang dan tidak setuju dengan tuntutan Rusia bahwa hanya pemerintah pro-Sovyet yang diperbolehkan tegak antara Berlin dan Moskow. Stalin sangat marah ketika Doktrin Truman itu mulai berhasil mempengaruhi dunia internasional. Dan uni Sovyet kemudian memulai perang dingin.
Stalin mencapai kemenangan simbolis dengan memblokade Berlin, satu pulau asing Sekutu di tengah-tengah kekuatan Blok Timur yang terletak di dalam Jerman Timur. Stalin berusaha menekan ke luar kekuatan-kekuatan Barat yang terdapat di dalamnya. Truman membalasnya dengan menjatuhkan dari udara empat ribu ton lebih suplai ke penduduk kota Berlin setiap hari pergulatan politik itu menyatukan kekuatan-kekuatan Barat ke dalam persekutuan anti Sovyet, NATO (North Atlantic Treaty Organization).
Marah melihat hal itu, Stalin kembali mendorong pemerintahan komunis Korea di dalam gerakan agresif menyerang pemerintahan yang di sokong Amerika, Korea Selatan, Truman berhasil mempecundangi Stalin melalui kemenangannya mendapatkan dukungan militer PBB bagi Korea Selatan. Perang Korea kembali menjadi ajang baru pertarungan perang dingin Timur dan Barat.
Di tahun 1953, Stalin tiba-tiba mendapat serangan otak. Ketika ia meninggal dunia pada tanggal 5 Maret tahun itu, sambutan rakyat Rusia tetap menunjukkan bahwa ia dihormati dan dipandang besar walaupun hanya beberapa yang mencintainya. “Ia seorang yang besar”, komentar pemimpin Partai Buruh Inggris, Herbert Morrison, “tetapi bukan manusia yang baik”.




III. NIKITA KRUSCHEV
“Saya akan bakar kamu!” teriak Nikita Kruschev satu kali pada seorang wakil Amerika Serikat di PBB yang sangat dibencinya. Krucshev lahir di gubuk reot dan becek, tanggal 17 April 1894 di Ukraina. Kampong itu begitu miskinnya dan setiap orang hanya memiliki sepasang sepatu bot selama hidupnya kakeknya seorang budak, yang hanya mandi dua kali sepanjang umurnya. Sekali ketika dibaptis dan yang kedua ketika dikuburkan. Ayahnya seorang petani dengan sesekali lembur sebagai buruh tambang.
“Orangtuaku adalah muzhiks, paling miskin dari yang miskin,” kenangnya, “Seringkali kami tidur dalam keadaan lapar sepanjang malam.”
Masa kanak-kanak Kruschev dijalaninya sebagai penggembala sapi milik tuan tanah. Satu saat, karena begitu ingin makan dengan lauk ikan, Kruschev memancing di kolom milik seornag tuan tanah. Ia ditangkap penjaga kolam itu dan dicambuk dengan cemeti. Setelah itu baru dibawa ke kantor polisi, yang kemudian dengan senang hati menambahi cambuknya.
Usia lima belas tahun, ia pergi ke Yusovka (kota anjing), sebuah kota kecil penuh tenda dan gubuk tempat penampungan buruh-buruh tambang. Pernah ia satu saat hampir mati terbakar di bara panas tempat pengecoran logam. Mengenang saat-saat itu, “Disana saya menemukan sesuatu tentang kapitalis. Semua yang mereka inginkan dari saya adalah kerja yang terbaik dan upah kecil sebatas kemampuan hidup.”
Tukang berontak, agresif, kasar dan tidak sabaran, ia juga memiliki kelebihan lain yang menyenangkan; selera humornya yang baik, blak-blakan, dan kesenangannya pada suasana pergaulan yang riuh terutama yang membuatnya bisa popular.
Ia terbakar oleh protes-protes yang dilancarkan para pemimpin buruh-buruh tambang. Tulisan-tulisannya kemudian selalu diberi tanda rahasia buat peringatan bagi mandor-mandor lain bahwa ia – Kruschev – adalah agitator yang berbahaya. Pada satu kesempatan minum-minum di hari Buruh dengan seorang temannya, ia tiba-tiba menjadi sadar bahwa teman minumnya itu seorang mata-mata yang mengintainya. Ia tetap tenang dan selalu mengucapkan selamat pada Tsar dan mendesak temannya itu agar bergabung dengan kelompoknya. Ketika kemudian mata-mata itu mati kebanyakan minum, yang lain cepat-cepat berlari ke cerobong pabrik yang paling tinggi dan mengibarkan bendera merah di sana dan merayakan hari buruh.
Seorang penyair Marxis mengilhami Kruschev melalui tulisannya yang menyebutkan bahwa Revolusi Rusia akan mendidik petani-petani yang paling merana dan tak terdidik untuk menjadi orang yang berbudaya, mampu menikmati karya seni yang terbesar di dunia, musik, buku-buku, dan dengan mimpi seperti itulah ia bergabung dengan tentara merah pada Revolusi Oktober 1917.
“Hari-hari buruk telah berlalu,” teriaknya. “Kini tidak ada lagi pemimpin-pemimpin semua anggota.” Partai komunis mengirimnya ke sekolah Yukovza selama tiga tahun; dididik dalam pendidikan Marxis. Di sini ia bertemu dengan wanita kekasihnya, salah seorang pengajarnya, Nina Petrovna, kemudian menjadi isterinya dan berbuah tiga anak. Dengan kemampuan memimpin yang cerdas, keras hati dan pemberani, ia berhasil menjadi pemimpin partai daerah Ukrania. Tugas utamanya menggerakkan dan meningkatkan produksi petani dan buruh-buruh tambang.
Waktu panen, ia membawa para buruhke pertanian kolektif untuk membantu panenan di sana. Dan ketika petani sedang tak sibuk mengurus ladangnya, mereka dibawanya ke pertambangan. Beberapa petani yang percaya takhayul satukali pernah ketakutan dengan apa yang mereka sebut “setan bumi”. Dalam satu pertemuan, Kruschev menyemangati petani yang ketakutan itu, “Bumi adalah ibu kita. Dan di pertambangan engkau dengan jantungnya.”
Pernah seorang penentangnya berusaha menjatuhkannya di dalam satu pertemuan partai daerah. “angkat tanganmu,” ejek Kruschev pada orang itu. “LIhat Kamerad-kamerad, inilah tangan seorang penjaga toko, bukan tangan buruh tambang seperti kita. Siapa yang Tuan lebih percayai?”
Ia mahir sekali menghilangkan ketidakpuasan dengan gaya-gaya humor petani yang memaksa buruh-buruh tambng yang sedang marah itu tertawa; dan jika inipun gagal ia akan menggertak mereka dengan ancaman. “Jika engkau gagal mengajak mereka menggunakan otaknya; cobalah yang lain,” nasihatnya pada pemimpin local partai yang lain. “Jika tidak ada pikiran di sana, mungkin yang ada hanyalah perasaan.
Keberhasilannya menggerakkan orang demikian meyakinkan dan mengesankan. Hal ini membawanya ke jenjang kedudukan yang lebih tinggi. Ia diserahi memimpin pembangunan kereta bawah tanah, kota Moskow, kota kebanggaan Stalin. Engan menggunakan satu “Brigade kejutan”, Kruschev berhasil menyelesaikan dalam waktu yang terbilang rekor tertinggi. Ia berusaha menyeret dirinya lebih dekat lagi ke Stalin engan menyerang “tikus-tikus busuk” dan “boneka-boneka fasis” di dalam pengadilan Moskow. Di surat kabar Pravda (surat kabar resmi Partai Komunis Rusia) ia menulis, “Mereka semua menudingkan tangannya menentangke manusia terbesar. Sahabat kita, pemimpin kita yang bijaksana, kamerad Stalin!” Bulan maret 1929, ia menjadi salah satu dari delapan pimpinan tertinggi Politbiro dan pemimpin utama daerah Ukrania. Selama perang Dunia II ia mengawasi pemindahan besar-besaran pabrik-pabrik Ukrania ke daerah timur, memimpin gerilya perang di garis belakang Nazi dan membantu mempertahankan Leningrad.
Setelah Stalin meninggal di tahun 1953, Rusia dipimpin oleh kepemimpinan kolektif. Pertama dipimpin oleh Malenov, kemudian diganti Bulkanin. Nikita Kruschev dengan cerdik dan tenang mengatur waktu penampilan yang tepat di panggung kekuasaan hingga pada saat yang tepat ia dapat mengangkangi kekuasaan sepenuhnya. Bulan September di tahun yang sama, ia menjabat Sekretaris Pertama Partai.
Tiga tahun waktu dibutuhkan untuk menyerang ‘iman’ kaum Stalin yang diwariskan kepda pemimpin-pemimpin Kremlin. Ketika itu. Bulan Februari 1956, pada pertemuan rahasia Kongres Partai yang ke-20, pemimpin-pemimpin baru kremlin berpidato dengan penuh berapi-api mengecam Tiran almarhum Stalin, yang pernah oleh Kruschev sendiri disebut sebagai “yang terbesar dari seluruh manusia”.
Semangat kejam dan dingin warisan stalinisme mulai mencair di seluruh Uni Sovyet, mengalirkan angina baru yang lebih liberal, dengan barang-barang konsumsi, kebebasan yang lebih besar, suasana riang yang makin semarak, Kruschev sendiri bahkan mengunjungi Yugoslawakia untuk memberi pengakuan bahwa Tito (pemimpin utama Yugoslavia) bertindak benar ketika ia menentang Stalin. Dengan semangat tinggi selama kunjungan itu, Kruschev tampak gembira, riang dan bermain-main dengan menantang Mikoyan adu gulat dalam satu pertunjukan gulat di Yugoslavia. Dia sepanjang jalan, disaksikan rakyat Yugoslavia, kedua pemimpin Uni Sovyet itu bersendau-gurau.
Kelompok anti komunis di Hongaria, yang terluka akibat kendali ketat Sovyet setelah Perang Dunia, menyimpulkan bahwa Tito dapat lolos dari cengkeramanan beruang merah Uni Sovyet sambil mencium hidung Moskow. Mereka juga pasti dapat. Mulailah diatur kebangkitan itu di Bucharest, ibukota Hongaria. Dan kemudian menuntut kemerdekaan polis. Tetapi, senyuman Kruschev hilang berganti seringai sinis. Tank-tank Sovyet mengalir lewat perbatasan dan menyerbu Hongaria; menghancurkan para pemberontak. “Jika saatnya kita menentang imperialis,” katanya dengan marah, “Kita semua adalah Stalinis.”
Melihat itu, opini dunia terbakar. Bulkanin (menggunakan kesempatan itu) memaksanya mundur dari kedudukan sebagai Sekretaris Pertama Partai.
“Kami punya tujuh suara,” desak Bulkanin, “Kau hanya empat.”
Kruschev hanya menjawab sinis, “Dalam matematika dua kali dua memang empat, tetapi politik adalah soal lain.”
Dengan mengatur dukungan dari pendukungnya, ia mencampakkan saingannya itu. Dan di tahun 1958, ia menjadi diktator tunggal Uni Sovyet.
Prestasi ahli-ahli ruang angkasa Sovyet, terutama ketika mereka berhasil pertama kali meluncurkan satelit ke ruang angkasa, sangat menyenangkan hatinya. Ia luar biasa gembira. Ia, seorang anak petani miskin, berhasil memukul kekuatan Amerika Serikat di dalam perlombaan ruang angkasa. Ia, seorang bekas buruh tambang, berhasil membawa negaranya ke puncak keunggulan teknologi, Kruschev meluncur maju. Ia terbang ke Eropa dan Asia guna mencari kawan baru bagi rezimnya.
Cerdik, norak, keras seperti paku, ia menggunakan tipuan licik gaya petani kampungan untuk membujuk dan meyakinkan negara-negara lain bahwa mereka tidak perlu bergabung dalam persekutuan anti soviet. Ia menjajakan Komunisme sebagai “gelombang di masa depan”. Ia bisa berbuat, bersikap hangat yang mengesankan dunia diplomasi, mengancam Negara-negara Satelit Barat yang lemah, terus-menerus meningkatkan pemimpin-pemimpin komunis di dunia lainnya kepada ajaran Marx dengan maksud agar mereka tetap pro-Sovyet dan anti-Mao.
Satu daya tarik dari Kruschev ialah kemampuannya untuk membuat tuan rumah menebak-nebak dan tidak tahu apa yang bisa diharapkan darinya. Di Denmark, saat ia dibawa tur ke daerah pertanian di sana, ia berkomentar dan memandang rendah kompleks pertanian yang dilihatnya. “terlalu kecil,” katanya.
Lain ucapannya ketika di Swedia. Diktator itu berbicara di hadapan kelompok pengusaha kapal, “Meskipun saya komunis dan atheis, dan memang tidak percaya pada hal-hal semacam itu, saya harap Anda meminta kepada Tuhan agar menolong Anda menurunkan harga hingga kami dapat terus membeli kapal-kapal Anda!”
Ia memberi isyarat kepada Presiden Eisenhower bahwa ia mau meletakkan perbedaan-perbedaan Timur dan Barat tentang masalah Jerman sedemikian rupa, hingga mereka melaksanakan kebijaksanaan koeksistensi : membagi dunia ini dengan damai. Dengan persaingan bebas dari perasaan, pikiran, dan pasar negara-negara netral.
Tahun 1959, Kruschev menjadi diktator Sovyet pertama yang menginjakkan kakinya di tanah mengalir lewat perbatasan dan menyerbu Hongaria : Menghancurkan para pemberontak. “Jika saatnya kita menentang imperialis,” katanya dengan marah, “Kita semua adalah Stalinis.”
Melihat itu, opini dunia terbakar. Bulkanin (menggunakan kesempatan itu) memaksanya mundur dari kedudukan sebagai Sekretaris Pertama Partai.
“Kami punya tujuh suara,” desak Bulkanin, “Kau hanya empat”.
Kruschev hanya menjawab sinis, “Dalam matematika dua kali dua memang empat, tetapi politik adalah soal lain.”
Dengan mengatur dukungan dari pendukungnya, ia mencampakkan saingannya itu. Dan di tahun 1958, ia menjadi diktator tunggal Uni Sovyet.
Prestasi ahli-ahli ruang angkasa Sovyet, terutama ketika mereka berhasil pertama kali meluncurkan satelit ke ruang angkasa, sangat menyenangkan hatinya. Ia luar biasa gembira. Ia seorang anak petani miskin, berhasil memukul kekuatan Amerika Serikat di dalam perlombaan ruang angkasa. Ia, seorang bekas buruh tambang, berhasil membawa negaranya ke puncak keunggulan teknologi. Kruschev meluncur maju. Ia terbang ke Eropa dan Asia guna mencari kawan baru bagi rezimnya.
Cerdik, norak, keras seperti paku, ia menggunakan tipuan licik gaya petani kampungan untuk membujuk dan meyakinkan negara-negara lain bahwa mereka tidak perlu bergabung dalam persekutuan anti Sovyet. Ia menjajakan Komunisme sebagai “gelombang di masa depan”. Ia biasa berbuat, bersikap hangat yang mengesankan dunia diplomasi, mengancam Negara-negara Satelit Barat yang lemah, terus-menerus meningkatkan pemimpin-pemimpin komunis di dunia lainnya kepada ajaran Marx dengan maksud agar mereka tetap pro-Sovyet dan anti-Mao.
Satu daya tarik dari kruschev ialah kemampuannya untuk membuat tuan rumah menebak-nebak dan tidak tahu apa yang bisa diharapkan darinya. Di Denmark, saat ia dibawa tur ke daerah pertanian di sana, ia berkomentar dan memandang rendah kompleks pertanian yang dilihatnya. “Terlalu kecil,” katanya.
Lain ucapannya ketika di Swedia. Diktator itu berbicara di hadapan kelompok pengusaha kapal, “Meskipun saya komunis dan atheis, dan memang tidak percaya pada hal-hal semacam itu, saya Anda meminta kepada Tuhan agar menolong
Anda menurunkan harga hingga kami dapat terus membeli kapal-kapal Anda!”
Ia memberi isyarat kepada Presiden Eisen hower bahwa ia mau meletakkan perbedaan-perbedaan Timur dan Barat tentang masalah Jerman sedemikian rupa, hingga mereka dapat melaksanakan kebijaksanaan koeksistensi : membagi dunia ini dengan damai. Dengan persaingan bebs dari perasaan, pikiran, dan pasar negara-negara netral.
Tahun 1959, Kruschev menjadi diktator Sovyet pertama yang menginjakkan kakinya di tanah Amerika. Pada kunjungannya itu, ia merasa terpesona dengan kenyataan yang dilihatnya : kekuatan industri, ragamnya pertanian, majunya teknologi. Juga, kenikmatna hidup kaum buruh Amerika. Serta, betapa berjubelnya mobil-mobil Amerika.
Merasa jengkel dan terpojok, ia mengkritik Eisenhower, “Tokoh sekali membiarkan begitu banyak mobil mengisi jalan raya dengan hanya satu penumpang di dalamnya suatu hal yang sia-sia. Tampak jelas rakyat tuan kelihatan tidak senang dengan tempat di mana mereka hidup. Mereka selalu harus bepergian ke mana-mana! Kami tidak butuh begitu banyak mobil karena kami menyukai tetangga… ya tentu saja kritik ini tidak akan dilaporkan oleh pers Tuan!”
Ketika Eisenhower memanggil para wartawan untuk mendengar kritik-kritik dari Kruschev, pemimpin Sovyet itu terkejut dan heran. Apalagi setelah membaca kritikannya itu di surat kabar keesokan harinya.
Membanggakan asalnya sebagai petani, Kruschev menolak berpakaian resmi ketika hadir di perjamuan makan malam di Gedung Putih. Ditawari naik helikopter menuju Washington ia merasa curiga, yang baru bisa hapus setelah melihat tanda-tanda Eisenhower akan pergi bersama-sama dengannya.
Sebagai peragaan tunggal dari seorang tokoh puncak komunis, perjalanannya ke Amerika menarik sekaligus menimbulkan rasa marah rakyat Amerika. Ketika ditunjukkan keberhasilan kaum kapitalis, ia hanya merendahkannya. Komentarnya, “Hanya kuburan yang dapat meluruskan si Bongkok.”
Cemas terhadap kemungkinan penyerbuan mendadak orang sinting di tengah suasana ramai di Disneyland (pusat hiburan terkenal Amerika), pemerintah mencegah keinginan diktator itu yang sangat ingin pergi berkunjung ke sana. Mendengar itu, Kruschev kntan meledak marah, “Apa! Anda punya tempat peluncuran peluru kendali di sana?” Senator Lyndon Johnson (yang kelak menjadi Presiden Amerika) pernah ditegurnya dalam satu pertemuan, “Saya tahu semua tentang Tuan. Saya telah membaca semua pidato-pidato Tuan. Dan tidak satupun yang saya sukai!”
Pertemuannya dengan pemimpin-pemimpin Komunis Amerika menimbulkan rasa jengkelnya. Pemimpin-pemimpin itu justru menyerangnya lebih pahit dari kaum kapitalis Amerika sendiri. Dua hasil produksi yang paling mengesankannya adalah kripik kentang dan serpih jagung (pop corn) “Makanan ini lezat dan bergizi,” katanya kepada pembantunya.” Dan lagi harganya murah. Lihatlah baik-baik, kita punya panen kentang dan jagung yang berlebih!”
Perjalanan tokoh itu ke Amerika diakhiri dengan percakapan pribadi yang hangat dengan Eisenhower, di Camp David, Maryland, mereka setuju dengan pertemuan puncak di Paris untuk memecahkan masalah-masalah Jerman.
Kembali ke negerinya, Kruschev dengan bersemangat bercerita pada rakyatnya. Dan menghadapi kolega-koleganya yang meragukan manfaat kunjungannya itu, Kruschev dengan sungguh-sungguh meyakinkan mereka bahwa apa yang dilakukannya adalah satu langkah kemenangan komunis.
“Selama berdiri di Pangkalan Udara Washington mengucapkan selamat tinggal kepada rakyat Amerika Serikat, korps musik menyanyikan lagu kebangsaan Uni Sovyet, dan meriam berdentum dua puluh satu kali,” kenangnya puas, “Lantas saya berkata pad diri sendiri, penghargaan petama untuk Karl Marx, penghargaan kedua untuk Engels, ketiga untuk Lenin, dan yang keempat untuk yang terhormat kelas Buruh.” Dilanjutkannya, “Tuan-tuan harus mengakui bahwa hal itu tidak jelek, tidak jelek sama sekali!”
Bagaimanapun, tepat sebelum konferensi paris, ia demikian terkejut ketika pesawat mata-mata U-2 Amerika tertembak jatuh di Rusia tanggal 1 Mei 1960. “Inilah Eisenhower yang Tuan percayai?” Tanya Suslov, tokoh ideolog partai, dengan sarkastis. Terheran-heran, Kruschev tetap mencoba memaafkan Eisenhower, dengan keyakinan bahwa presiden Amerika itu tidak tahu sama sekali terhadap penerbangan pesawat itu. Tetapi keyakinannya buyar ketika mendengar pernyataan Eisenhower yang mengaku memerintahkan dan bertanggung jawab dengan penerbangan itu.
Peristiwa itu menyebabkan kruschev tidak punya alternative. Pada pertemuan puncak Paris ia mengecam baik Eisenhower maupun Amerika Serikat. Yang berakibat suasana pertemuan itu menjadi tegang. Kegagalan kedua tokoh pemimpin superpower itu mencapai persetujuannya tentang pengaturan Berlin, Washington hanya menunggu apa yang akan diperbuat oleh Kruschev. Sejak itu hubungan Amerika dan Unisovyet jatuh pada titik-titik terendah.
Tahun 1960, ia menjual tampang di PBB dengan mengecam Dag hamersjkold – Sekretaris Jenderal PBB, sebagai sosok yang condong ke Barat. Lgaknya makin menjadi-jadi. Dengan gaya konyal ia menanggalkan sepatu dan memukul-mukulkannya ke meja mendengar jawaban Dag Hamersjkold yang berlarut-larut. Anggota delegasi yang lain tentu saja terkejut melihat tingkahnya itu.
Ketika John F. Kennedy, pengganti Eisenhower, menjadi Presiden Amerika Serikat yang baru, Kruschev mencoba memaksanya kenal dengan Sovyet melalui bonekanya, Jerman Timur. Upaya ini gagal. Dengan marah diperintahakannya membangun tembok Berlin. Lantas di bulan Oktober 1962, ia diam-diam mencari jalan untuk menghambat peningkatan peluru kendali jarak jauh Amerika dengan membangun pangkalan peluru kendali jarak pendeknya di Kuba. Ketika kennedy tahu hal itu, Kruschev yang terdesak berusaha membela tindakan itu dengan menunjuk basis-basis peluru kendali Amerika yang dibangun di Turki, yang tepat menuju ke Uni Sovyet.
Tak bergeming dengan alsan Kruschev, Kennedy mengajak Amerika berhadapan dengan Sovyet “mata dengan laut” lewat blockade kapal-kapal Sovyet oleh Angkatan Laut Amerika. Akhirnya, dengan perasaan murung dan malu, Kruschev setuju untuk membatalkan pembangunan pangkalan itu.
Tahun berikutnya, ia didesak oleh Menteri Pertanian Amerika yang mengatakan bahwa menteri itu lebih tertarik dengan emakmuran soviet daripada perlombaan senjatanya dengan Amerika. Kruschev mengakui hal itu. Tapi, dengan gerakan tangan yang mencekek lehernya sendiri, ia berkilah, “Saya menelan roket itu di sini!”
Makin kuat ia mencoba mendekatkan diri ke Amerika Serikat, makin berapi-api Cina merah mengecam sebagai pengkhianat revolusi proletar. Merah dengan tuduhan itu, Kruschev coba mengatur satu pertemuan puncak negara-negara komunis untuk mengasingkan Cina dari pergaulan negara-negara sosialis dan mengangganya menyimpang dari garis-garis Marx.
Mengamati itu semua, Mao Tsetung marah besar. “hari ketika saat kongres itu berlangsung,” teriaknya, “adalah hari-hari engkau mulai melangkah ke liang kuburmu!”
Tahun 1964, saat Kruschev berumur 70 tahun, tiba-tiba ia dihadapkan dengan pemberontakan di dalam kepemimpinannya sendiri. Muak dengan tingkah gaya petani dan sifat impulsive Kruschev, suatu gabungan kekuatan pimpinan Bolsyewik menuduhnya “makin gila hormat”, satu tuduhan yang sama dengan ketika Kruschev menuduh Stalin. Tidak kurang dari dua puluh sembilan kesalahan yang didaftar oleh kelompok itu, ini pun tidak termasuk dengan tingkahnya di PBB yang merusak citra Sovyet di mata dunia.
Merasa terancam, Kruschev dengan gigih mempertahankan kebijaksanaannya. Melihat itu, Suslov hanya berkata kepada teman-temannya, “Lihatlah kamerad-Kamerad, sangat mustahil bericara dengannya”. Merasa sangat jengkel Kruschev berteriak, “Menteri-menteri saya adalah seumpulan orang-orang yang keras kepala!”
Tetapi, kejatuhan Kruschev memang tidak bisa dicegah lagi. Komite Sentral Partai menggeser Kruschev – melalui satu pemungutan suara menggantinya dengan duet kepemimpinan, Leonid Bruzhnev dan Alexej Kosygin.
Setelah jatuh dari puncak, Kruschev mengundurkan diri. Tinggal di apartemen dengan empat kamar di dekat Kremlin, bertetangga dengan Molotov dan Zukov; dua tokoh komunis yang dulu pernah ditendangnya.
Lebih menyedihkan lagi, tanggal lahir Kruschev dicopot dari kalender resmi partai, serentak dipasangnya kembali tanggal kelahiran Joseph Stalin. Brezhnev dan Kosygin juga memerintakan sejarawan Sovyet mempersiapkan penilaian yang seimbang dari peranan Stalin dalam pembangunan negara sosialis Uni Sovyet. Hanya satu yang tidak berubah-kediktatoran Uni Sovyet meniadakan hak rakyat Rusia untuk memiliki suara yang bebas dalam memilih pemimpinnya.
“Kediktatoran,” tulis Mikhail Bulkanin, tokok anarkis abad sembilan belas, hanya punya satu tujuan : mengabdikan diri sendiri.”
Ia belum terbukti salah.






















KARIBIA

Tragedy Kepulauan Karibia, seperti sebagian besar negara-negara Amerika Latin, adalah tetap tinggal sebagai masyarakat feudal dengan kekuasaan di tangan sikaya yang memperbudak kaum miskin selama berabad-abad. Tidak adanya kelas menengah yang berusaha menegakkan demokrasi dan berjuang bagi pembaharuan masyarakat melalui satu pemilihan umum yang jujur, mengakibatkan negara-negara itu menjadi tungku masak revolusi dan sarang kediktatoran.
Tragedy lain berasal dari kenyataan negara yan telah kering terkuras oleh diktator – diktator yang bersekongkol dengan kepentingan-kepentingan dagang pengusaha Amerika. Wilson, Franklin Roosevelt, cukup banyak mengkritik kecenderungan diplomasi dolar ini. Diplomasi dilaksanakan demi menunjang kediktatoran Amerika Latin.
Presiden Einsenhower pernah mengakui bahwa ia engan menarik dukungan terhadap Diktator Trujillo dari Republik Dominika, karena takut pemerintahan komunis yang akan menggantikannya. Ketika Santo Domingo menggelegak karena perang sipil di bulan April 1965, Presiden Johnson mengirim lebih dari 2.000 tentara ke pulau itu demi “melindungi kepentingan nasional Amerika”. Tetapi, lalu diakuinya sendiri bahwa alas an yang sebenarnya adalah ketakutan akan kudeta kaum komunis.
Ketakutan yang sama juga dialami oleh diktator sayap kanan Amerika Latin.

REPUBLIK DOMINIKA
RAFAEL TRUJILLO (1891-1961)
Dalam usianya yang menginjak tiga puluh satu tahun, Rafael Trujillo telah menjadi seorang diktator, Seorangdiktator di satu negeri yang dijadikannya satu negara feudal milik pribadi, dengan rakyat yang diperbudak. Negara dengan penguasa kelas elite terdiri dari keluarga dan teman-temannya. Ia melindungi diri dengan membayar jutaan dolar untuk memelihara citranya di dunia internasional maupun domestic, serta untuk para pelobi di Washington.
Seorang peranakan kulit putih dan India yang bangga dengan latar belakang kulit putihnya dan sangat membenci warna gelap kulitnya, warisan dari Haiti. Setelah cukup lama bekerja sebagai penggembala sapi, Trujillo kemudian berbangga dengan geng kecil para gali yang mengajarnya cara-cara sempurna merampok, memeras dan melakukan kekerasan. Pada umur 24 tahun, merinis Amerika merampas republic Dominika yang sedang merosot, demi kepentingan penaman modal Amerika.
Setelah enam bulan mendekam di penjara, tahun 1918 Trujillo lepas dan langsung bekerja sebagai mata-mata tentara Marinir, berkhianat terhadap rakyat Dominika yang menentang penjajahan Amerika. Pekerjaan itu tampaknya demikian baik. Dan ketika Marinir melatih dan membentuk tentara baru Dominika, Trujillo diangkat menjadi Jenderal.
Akhirnya tentara Marinir meninggalkan negeri itu, setelah mengatur Jenderal Horacio Vasquez menjadi Presiden. Rafael Trujillo mulai menunggu saat-saat takdirnya dating. Itu terjadi di tahun 1929; sebelas tahun dari terakhir kali ia menjadi gali.
Ketika Vasquez mulai mencari kemungkinan tetap duduk sebagai presiden dengan rencana empat tahunnya, Trujillo naik darah dan berteriak, “Di atas segalanya, saya menentang diktator.” Dengan menembaki terang-terangan para pengikut Vasquez, ia menghancurkan kedudukan presiden itu. Dan dalam pemilihan umum yang kemudian diadakan, tentara-tentara mabuk itu “mengawal” kotak suara. Hasilnya – bisa diduga – Trujillo terpilih menjadi presiden “tanpa oposisi yang berarti”.
Ribuan musuh dan lawan politik dengan cepat dibunuhnya. Ketika mayat-mayat mulai bertumpuk lebih cepat dari kemampuan tentaranya untuk melenyapkan. Perasaan malu mulai menyesak di dada sang diktator. Ia mulai mencari dalih an menuduh mayat-mayat yang bertumpuk itu sebagai penyebab timbulnya wabah yang telah menimbulkan kematian hampir 3.000 rakyat Dominika. Lantas mayat-mayat itu disuruhnya ditumpuk di perempatan jalan di kota, kemudian dibakar. “Tindakan yang kilat ini,” dalihnya, “Telah menyelamatkan negeri ini dari wabah mengerikan.”
Tanpa membuang waktu, Trujillo mulai menumpuk kekayaan buat diri dan keluarganya; keberuntungan yang jelas-jelas berkembang menjadi 30 juta dolar setahun. Harga garam dinaikkannya sepuluh kali lipat untuk setiap ponnya, yang memungkinkan ia mengantongi keuntungan jutaan dollar. Pajak gelap juga dipungutnya dari semua usaha dagang. “Demi melancaran roda pemerintahan Dominika” para karyawan diwajibkan menyumbang 10% gaji untuk partai Dominika. Tentara-tentara terpaksa menyerahkan separuh dari gaji mereka : yakni sebesar 15 dolar sebulan, untuk membayar biaya cuci pakaian di tempat pencucian pakaian milik saudar aperempuan Trujillo.
Anaknya, Famfis, diangkat menjadi Kolonel dengan gaji penuh dan fasilitas lengkap saat si bocah berumur tiga tahun. Walaupun ia harus menunggu hari ulang tahunnya yang kesepuluh untuk naik pangkat satu jenjang menjadi Brigadir Jendral. Jika Trujillo tidak dapat mengontrol suatu tempat, maka kawan-kawannya didudukkan di tempat itu. Perbedaan antara keuangan negara dan perusahaan keluarga sangatlah kabur. Sehingga satu kali ia pernah “berbaik hati membayar hutang pemerintah Dominika yang segunung dengan cek pribadi”. Kalkulasi terakhir keuntungannya, yang didapat setelah menjadi diktator, mencapai kisaran angka ratusan juta dolar.
Propaganda-propaganda yang menyatakan dirinya adalah “administrator yang sangat efisien”, rupanya lupa menambahkan bahwa efisiennya hanya berkaitan dengan kantungnya sendiri. Satu kali dengan menggebu-gebu propaganda itu mengatakan bahwa Trujillo memberikan susu gratis kepada rakyatnya ketika harga susu sedang naik. Pernyataan indah ini menyembunyikan kenyataan yang sebenarnya, bahwa susu itu berasal dari perusahaan-perusahaan susu yang terpaksa menjual kepada Trujillo sebesar tiga sen dolar yang kemudian dijual kepada Partai Dominika sebesar lima belas sen dolar. Berapa keuntungan yang diperoleh administrator ini jika kita tahu bahwa penyaluran susu tersebut hanya melalui tangannya.
Mengangkat dirinya sebagai Generalismo, Trujillo sekaligus menjadi Pimpinan Agung, Penyelamat Republik Dominika, Dermawan Agung, Penyelamat Keuangan negara. Gedung-gedung umum dan dua ribu patung beringas ditegakkannya demi keagungan rezimnya. Satu rangkaian tulisan dengan lampu neon bersinar dengan kalimat : TUHAN DAN TRUJILLO. Media – media massa penjilat malah menunjukkan sikap yang lebih memuja lagi dengan menulis TRUJILLO DAN TUHAN.
“Ia adalah lagu pujaan keagungan,” tulisan seorang redaktur Koran Dominiko, “yang jatuh ke tengah-tengah kita bagai daun surga dan bagai sayap kupu-kupu putih.” Beberapa orang agak tercengang ketika ia mengunjungi ayahnya yang uzur di rumah kelahirannya. Ketika ia mendekati ayahnya itu, ucapannya yang pertama, “Ayah, tekukkan kakimu jika Presiden Republik ini dating.”
Trujillo tidak pernah percaya pada siapapun. Para pegawai diangkatnya sendiri dan diberi surat pengunduran yang belum bertanggal. Semua orang di sekelilingnya dikendalikan dengan ancaman atau sogokan. Seseorang yang dipandannya cerdas, akan dibelinya. Atau kalau tidak mau, dibunuhnya. Dan kemudian mayatnya dibuang ke laut dan menjadi santapan ikan hiu. Satu kali di curiga dengan sambutan persahabatan seorang colonel. Colonel itu diperintahkannya agar dipenjara. Lelaki yang malang itu protes dan mendebat hebat. Langsung di muka sang diktator. “Ya, Trujillo,” katanya, “Aku memang pembunuh – tapi dengan keberanian. Kau juga pembunuh – dengan sikap pengecut.”Esok harinya, colonel itu didapati menggantung dirinya di sel.
Cambuk-cambuk kawat menunggu setiap penduduk Dominika yang gegabah berani protes terhadap setiap tindakan Trujillo. “Saya sendirian di sel yang panjangnya tidak sampai enam meter dan lebar kurang dari dua meter,” cerita seorang korban tentang penderitaannya. “Saya tidak bisa melihat keluar dan sangat kekurangan udara segar. Tergeletak di sana selama berhari-hari dengan tubuh penuh luka yang menyakitkan. Hanya sejumput roti dan seteguk air. Mereka sering kali membawa saya keluar sel untuk menjadi sasaran pukulan.”
Tahun 1933, Revolusi Kuba membuagn diktatornya, Gerrardo Machado ke Pulau Trujillo. Satu saat, diktator yang terbuang itu memberinasihat baik kepada diktator yang masih dalam puncak kekuasaannya itu. “Rafael, belajarlah dari kemalangan saya,” katanya sambil tersenyum pahit, “Apapun yang kau lakukan, yang penting hindari publikasi yang buruk dari pers-pers Amerika. Engkau hanya selamat selama Yankee mendukungmu.” Nasihat ini dituruti dengna baik oleh Trujillo. Dengan cepat dikeluarkan undang-undang yang melarang setiap pembicaraan dan tulisan yang menentangnya. Pelanggaran terhadap hal itu ditetapkannya sebagai satu kejahatan criminal.
Seminggu setelah undang-undang itu ditetapkan, seorang pemuda Puerto Rico, negara tetangga Republik Donimika, berumur 18 tahun yang berbicara menjelek-jelekan dirinya ditangkap dan kemudian ditembak mati. Tetapi ketika Washington meneliti kasus tersebut, Trujillo menjadi gugup. Terutma setelah Washington menuntut agar ia menerangkan masalah itu secara terbuka kepda warga Amerika. Trujillo lantas mencari kambing hitam dengan mengutuk ketololan prajuritnya. Prajurit-prajurit yang malang itu ditahan dan “tertembak ketika berusaha melarikan diri”.
Maka, lebih dari 12.000 orang dibunuh dengan kejam; banyak yang disayat-sayat dengan pisau. Sebagian mayatnya dinaikkan ke atas truk kemudian dibuang ke jurang, atua – yang lebih kejam – ditumpuk di kapal penangkap ikan, di bawa ke tengah laut. Di sana dilempar ke tengah-tengah sekumpulan ikan hiu. Untuk mencegah agar berita-berita itu tidak bocor di luar, Trujillo memperketat sensor pada setiap surat kabar dan saluran berita.
Seorang Missionaris Amerika yang merasa terkejut, menulis cerita pembunuhan itu kepada saudaranya di Amerika. Surat itu tidak pernah sampai. Ia sendiri kemudian ditemukan terbunuh secara brutal di rumahnya. Malangnya, berita itu lolos sensor di Trujillo, yang kemudian menggerakkan keputusan Amerika, meksiko dan Kuba untuk mengadakan penyelidikan bersama.
Merasa terancam, Trujillo menulis nota protes ke tiga negara itu. “Beberapa orang Haiti terbunuh oleh penduduk Donimika karena kehilangan ondok dan hasil panenan yang dicuri mereka. Kami telah menangkap sepuluh dari seluruh petani yang terlibat dalam kejadian yang memalukan ini.” Ia membayar ganti rugi sebesar 100 ribu dolar kepada Presiden Haiti, Vincent. Dan memasang iklan satu halaman penuh di surat kabar surat kabar Amerika yang isinya berusaha meyakinkan setiap pembaca Amerika bahwa penyelidikan tidak perlu lagi, karna Trujilo telah menyelesaikan masalah itu dengan pihak Haiti.
Tetapi, Jenderal Hugh Johnson, seorang pejabat penting program New Deal, mengejutkan rakyat Amerika dengan menguraikan kejahatan itu di radio. Bagaimana wanita-wanita Haiti ditikam dan dukurung, bayi-bayi dibayonet dan laki-laki diikat lantas ditenggelamkan di luat. Hamilton Fish, anggota Kongres yang dihormati, dari komite masalah-masalah Luar Negeri, berteriak di Senat Amerika. “Kejahatan yang paling memalukan yang pernah terjadi di dalam lingkungan Amerika.” Dan ia menuntut agar hubungan dengan Trujillo diputuskan.
Berharap dapat mendinginkan suasana, diktator yang semakin cemas itu mengumumkan bahwa ia tidak mencalonkan diri pada pemilihan kembali tahun 1918. seorang pemimpin boneka didudukkannya di kursi presiden, sementara ia sendiri tetap mengendalikan negerinya dengan tangan besi dari balik layer. Makin khawatir terhadap citirnya yang tambah buruk di Amerika Serikat, ia memutuskan untuk menghabiskan biaya berapa saja guna merehabilitasi dirinya. Keterangan-keterangan yang ditulis dalam New York Times, Koran terkemuka Amerika Serikat, menyebutkan Trujillo telah menghabiskan lima juta dolar dari pundit uangnya, untuk menyuap beberapa anggota Senat Amerika dan pejabat Pemerintah, dan lima juta dolar lainnya untuk agen-agen pers Amerika. Semuanya dikeluarkan guna mempertahankan citra baiknya di pers dan masyarakat Amerika.
Penasihat-penasihat publikasi menasihatinya agar menawarkan tempat penampungan bagi pengungsikaum loyalitas Spanyol dan kaum pengungsi Yahudi Jerman. Tindakan ini dimaksudkan untuk meninggikan publikasi pribadi Trujillo sebagai tokoh yang manusiawi. Saudaranya mencoba melarangnya dengan menyatakan bahwa pengungsi itu berbahaya – mereka semua membenci kediktatoran. “Mata-mata kita akan selalu mengawasi,” bantah Trujillo, “Aku butuh publisitas. Di samping itu kaum imigran keturunan kulit putih yang cerdas akan memperkokoh kedudukan kita.”
Mesin publisitas Amerika mulai bekerja keras dengan menerbitkan buku-buku dan tulisan-tulisan yang memujinya sebagai seorang negarawan yang besar. Lebih jauh lagi, mereka bahkan mengusulkan sang diktator agar mendapat hadiah Nobel. Tetapi ketika Presiden Roosevelt mengundang pemimpin-pemimpin Amerika Latin berkunjung ke Gedung Putih, Trujillo tidak termasuk dalam daftar.
Trujillo sendiri tidak kekurangan akal. Dengan membeli yacht pribadi untuk perlajanannya ke Amerika, ia bersiap-siap dengan acaranya sendiri. Para agen yang dibayar mengatur penyambutan resmi untuknya. Barisan kehormatan dan korps musik disipakan di Miami. Pembicara resmi dalam resespi kehormatan adalah anggota Kongres Hamilton – setengah rikuh, membantahnya dan mengatakan bahwa itu didapat dari hasil trasaksi bisnis biasa. Di luar hotel tempat Trujillo menginap, satu spanduk besar bertuliskan huruf – hurus sebesar gajah, “Kami menolak kunjungan diktator erdarah yang pernah dikenal di dunia.”
Setelah merasa aman lagi, di tahun 1942, Trujillo kembali menduduki kursi kepresidenan, secara resmi ia mengizinkan dua partai berkampanye sebelumnya. Calon presiden partai pertama adalah Rafael Trujillo. Trujillo menang.
Ia terus merayu tokoh-tokoh Amerika yang berpengaruh, agar Amerika tetap membeli gula Donimika dengan harga yang tinggi. Ia membiarkan sebagian pabrik gula di tangan pengusaha-pengusaha Amerika. Pajak gula yang dipungutnya menghasilkan uang lebih dari cukup dari yang dibutuhkan isteri dan gundik-gundiknya untuk memelihara istananya. Ia menjamu pejabat pemerintah Amerika beserta keluarganya dengan penuh gaya Romawi. Tamu-tamu dilayaninya selama tiga bulan bersantai di Dominika dan pulang dengan segudang hadiah. Pemimpin Komite pertanian Senat Amerika – setelah menikmati layanan Trujillo, memuji dengan mengatakan, “tipe pemimpin yang dibutuhkan lebih banyak lagi di Amerika Latin”.
Agen persnya dengan konsekuen terus menjajakan diri Trujillo kepada rakyat Amerika sebagai “Tulang punggung dunia barat dalam menentang komunis”. Ia mengizinkan Amerika Serikat membangun bisnis peluru kendali di sana. Dan Duta Besar Amerika Serikat memujinya setinggi langit, meyakinkan rakyat Dominika, “tidak seorangpun yang dapat membantah kesuksesan – kesuksessan yang dihasilkannya.” Walaupun, para petani yang dipaksa bekerja membngun jalan-jalan dengan perut lapar, karena upah yang kecil, mungkin tidak akan setuju.
Lawan-lawan politik Trujillo yang melarikan diri keluar negeri yang bekerja keras untuk menggulingkannya, tidak luput dari ancamannya. Pembunuh-pembunuh bayaran berhasil membuat seorang redaktur surat kabar Dominika menjadi mayat yang tergeletak di tengah kota New York. Dr. Jesus Amria de Gelindez, seorang maha guru Universitas Columbia yang anti – Trujillo, diculik di tahun 1952. setelah dibius dan diterbangkan ke Dominika, akhirnya maha guru itu dibunuh.
Ketika majalah Life dan Time serta jaringan teve swasta Columbia Broadcasting System (CBS) membongkar kisah itu, Trujillo terpaksa merogoh kantongnya lagi untuk membayar agen-agen persnya. Agen yang setia dan rakus ini dimintanya untuk mengisukan bahwa Gelindez sedang merencanakan rancangan komunis untuk menjelek-jelekkanya. Bukan saja usaha itu gagal, anaknya sendiri, Ramfis, muncul di halaman pertama surat kabar-surat kabar, sedang terbang dengan pesawat pribadi menuju ke Paris. Dan membanjiri rumah seorang artis Hollywood dengan pakaian mewah danmobil-mobil balap. Apakah begitu, pertanyaan yang muncul di pers Amerika, cara uang bantuan Amerika dihabiskan?
Tahun 1960, oposisi terhadap rezim Trujillo makin berkembang luas, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. merasa terancam, ia membeli perlengkapan militer seharga lima puluh miliar dan menambah barisan miliernya dengan 6.000 orang laig. Ia juga menangkap ribuan rakyat Dominika yang dituduh berkhianat, serta menuduh Gerakan Katolik sebagai pemimpin kelompok yang menentangnya.
“Taktik-taktik penyerangan seperti itu,” kata Presiden Einsenhower jengkal, “biasanya merupakan cara terakhir dari sang diktator yang putus asa.”
Einsenhower mencoba menahan tambahan jatah pembelian gula Dominika yang uangnya biasanya digunakan untuk menyuap agen-agen pers dan para anggota Senat Amerika. Organisasi negara-negara Amerika Latin (OAS) – yang merasa mendapat isyarat dari Washington – mulai mengambil inisiatif. Dipimpin oleh Presiden Romula Betancourt dari Venezuela. OAS menuduh Trujillo melakukan “Penyebarluasan kekerasan dan penumpasan yang keji terhadap hak asasi manusia”.
Trujillo marah dan merencanakan penggulingan pemerintahan Venezuela, serta berusaha membunuh presiden Betancourt. Kedua-duanya gagal. Organisasi OAS akhirnya mendesak semua negara Amerika Latin memutuskan hubungan dengan Republik Dominika. Dalam keputusasaan dan usaha menyelematkan dirinya yang terakhir, ia berpaling ke Kuba dan Rusia; meminta bantuan ke negara-negara komunis yang semula di bencinya.
Delapan jenderal yang tidak dapat lagi menahan rasa muaknya, dipimpin Jenderal Antonio Imbert Barreras, mengambil kesimpulan bahwa mereka telah cukup mampu. Pada tanggal 30 Mei 1961, 31 tahun kediktatoran Trujillo telah sampai pada titik kulminasi kekejamannya. Sebutir peluru menghabisi riwayat penuh darah sang diktator peranakan kulit putih itu. Kembali Dominika berada dalam suasana kekacauan yang meluas berada dalam suasana kekacauan yang meluas karena perebutan kekuasan di atas kelompo-kelompok yang pengaruh.
Duta besar Amerika Serikat yang baru melaporkan hasil penyelidikannya ke Washington : “Disini tidak ada sama sekali yang tegak tidak ada pemerintahan tanpa serikat buruh tidak ada uang yang beredar, tidak ada pekerjaan, tidak ada ekonomi yang berjalan, tidak ada pelayanan umum, tidak ada demokrasi. Tidak ada apa-apa sama sekali.”
Itulah warisan megah seorang diktator yang pernah satu kali dipuji setinggi langit oleh seorang anggota Komite Luar Negeri Senat Amerika dalam kalimat-kalimatnya, “Jenderal, anda telah menciptakan “jenderal, Anda telah menciptakan abad keemasan bagi negeri Anda. Saya bangga dan bahagia mengulangi lagi waktu ini untuk didengar oleh rakyat Amerika, bahwa Anda akan tercatat dalam sejarah negeri Anda sebagai pembangun yang lebih besar dibandingkan dengan semua penakluk Spanyol.

KUBA
I. FULGECIO BATISTA
Menjadi yatim ketika berumur delapan tahun, Batista tumbuh dan besar di kalangan jelata, di satu kampong terdampar, Propinsi Orrinte. Kampung yang kontrol oleh United Fruit Company, dengan pejabat yang hidup mewah, yang menimbulkan rasa iri pada diri Batista. Kakak yang paling dicintainya meninggal akibat TBC, disebabkan minimnya fasilitas kesehatan bagi petani Kuba.
Sebagai seorang pemuda yang ambisius, Batista pernah bekerja sebagai pembantu tukang jahit, penebas tebu, kerani di perusahaan kecil, tukang cukur dan buruh jalan KA. Kerja serabutan ini ditempuhnya sebelum dia sadar dan memutuskan bahwa dia butuh pendidikan sekolah agar bisa lebih maju. Pada umur 21 tahun ia bergabung dengan militer sambil malamnya belajar di sekolah. Saat menjadi stenografis resmi militer, ia menjadi sadar akan meluasnya oposisi terhadap kediktatoran Gerrardo Machado, seorang politikus korup yang mendapatkan kekuasaannya di Kuba tahun 1924. jaringan hubungan dibinanya dengan orang – orang yang dikenalnya ketika bekerja pada mereka di seluruh pusat-pusat militer Kuba.
Setelah 12 tahun sebagai tenaga sipil, ia kemudian dipromosikan menjadi sersan. Saat itu ia telah menjadi tokoh pusat jaringan revolusioner. Tahun 1933, disulut oleh kerusuhan-kerusuhan buruh-buruh AS, pekerja-pekerja Kuba berani menentang Machdo dengan menghimbau satu serangan umum. Batista mulai sadar dan menetapkan bahwa detik-detik jam nasibnya mulai bekerja. Ia memberi isyarat agar diadakan satu revolusi kaum serdadu. Pada setiap pos militer, di waktu subuh ketika sang perwira sedang tidur nyenyak, sersan-sersan yang memegang kunci penting mengambil alih seluruh komando militer.
Batista kegirangan dan dengan cepat menaikan pangkatnya sendiri menjadi colonel. Seluruh komando militer kini dipegangnya. Ia mengirim telegram kepada seorang sersan, “Secepatnya bergerak. Engkau diangkat menjadi Kapten. Perhatikan!”
Jawaban telegram dari sersan itu kembali dengan isi, “Telegram Anda terlambat. Saya telah mengangkat diri saya sendiri menjadi colonel.” Namun, terheran-heran dan terpesona, akhrnya Batsta menarik baik.
Selama tujuh tahun berikutnya, ia mengendalikan Kuba dari balik layer dengan memasang seorang boneka Presiden. Pernah salah seorang dari mereka itu menolak perintahnya, Batista hanya sederhana ‘mengangkat jarinya’. Lantas, parlemen Kuba menjadi sibuk dan menggulingkan presiden tersebut. Benteng kekuasaannya dibangun melalui tangan-tangan polisi dan tentara yang membungkam setiap surat kabar oposisi, memenjarakan dan menyiksa wartawan, mengancam politikus saingannya dengan membuangnya ke Miami.
Ia menikah dua kali dan menjadi ayah dari lima orang anak. Menunjuk pada putranya yang dikenakannya pakaian seragam militer dan dipanggilnya “sersan kecil”, ia berkata bahwa, “Saya tidak tahu siapa ayah saya, tetapi anak saya dapat berkata dengan penuh rasa bangga “Papaku adalah Batista!”
Seperti setiap diktator, ia membayar demi keharuman namanya. Tahun 1988, ia mendapat undangan ke Washington dari Jenderal Malvin Carig, Kastaf AB Amerika SErikat. Merasa enam baris mendali yang pernah dihadiahkan kepadanya akan kalah semarak, ia bertanya kepada bawahannya berapa banyak baris medali Jenderal Malvin Craig.
“Satu,” jawab bawahannya.
Batista terheran-teran, “Nombre de Dios! Saya tidak akan pergi ke Washington seperti seekor monyet yang memakai tongkat. Tanggalkan semua medaliku ini, kecuali dua baris yang diatas!”
Perasaan hausnya dapat pendidikan tidak pernah hilang. Ia menutupi kekurangannya ini dengan belajar membahas Marx dan Ploto. Darwin dan Spengler dibacanya penuh minat. Marx membuka matanya akan kebutuhan pemerintahan yang menolong kaum miskin. Plato mengajarnya bagaimana bersikap persuasive dan berorganisasi. Darwin membuatnya sinis terhadap ajaran-ajaran Gereja, kecuali sejauh ia dapat dimanfaatkan untuk memadamkan revolusi. Spengler membuatnya waspada terhadap komunisme dan sosialisme.
Saat rakyat Kuba memandangnya sebagai contoh terdekat di hari mereka; manusia bersahabat. Seorang tokoh perkasa berambut hitam. Kecuali kekejamannya sebagai diktator, rakyat Kuba merasa bahwa ia tetap salah seorang dari mereka seoranganak miskin yang membenci kemewahan dan berkeinginan menolong mereka.
Batista berketetapan hati untuk mengambil risiko dengan menanggalkan baju militernya dan terjun secara resmi menjadi presiden, “Kini,” kampanyenya pada rakyat Kuba, “Saya mampu yakin bahwa saya adalah salah seorang dari kamu semua.” Ia menangkan dengan mulus pemilihan umum. Bahkan kaum komunis menyokongnya. Dan Batista menghargai mereka lewat suara kecil yang diberikannya dalam pemerintahan yang baru.”
Mereka jauh kurang berbahaya jika berkoalisi dengan pemerintahan di mana saya dapat mengendalikannya,” katanya diam-diam, “daripada melepaskannya mengorganisir satu revolusi!”
Para pemimpin militer yang tadinya terlibat dengan jaringan revolusionernya, tidak satupun dipercayainya. Dan dianggapnya bakal menjadi bibit revolusi. Hampir seluruh waktu tidur malamnya, dari matahari mulai terbenam hingga fajar mulai dating, digunakannya untuk meminta dukungan mereka. Mereka menolak. Sejam kemudian, tanpa membuang-buang waktu, mereka ditangkap, dibuang keluar dengan kapal. Sebagian lagi dipersilakan melrikan diri keluar negeri, Miami, Florida, Amerika Serikat. Setiap pejabat militer yang lain diperingatkan agar tidak berusaha mencampuri era baru kaum sipil di Kuba.
Dalam peran barunya sebagai presiden, ia melancarkan program kesehatan, pendidikan dan pelayanan – pelayanan umum. Untuk mengingat kakaknya yang meninggal terkena serangan TBC, dibangunnya sebuah sanatorium seharga jutaan dolar.
Havana kini tampak bergairah dengan tempat bermain anak-anak yang indah, hasil rencananya. Ia membangun ratusan sekolah, mengeluarkan undang-undang perlindungan buruh, memecah pabrik-pabrik gula yang besar menjadi pabrik-pabrik yang diserahkannya pada si petani lemah. Sarana transportasi mulai dibangun.
Meskipun program-programnya popular, Batista sendiri tidak. Rakyat Kuba tahu bahwa dia mengeruk kekayaan secara gelap. Setengah dari keuntungan perjudian di kasino-kasino diserahkan kepada isterinya. Satu kesempatan emas pertama pernah didapat pimpinan militer itu. Batista digulingkan dari kursi kepresidenan dan terpaksa melarikan diri ke Florida. Di pantai indah di tepi barat Amerika itu, ia menikmati kekayaannya dengan santai. Bagaimanapun, diktator yang sangat menikmati kekuasaannya itu – setelah empat tahun menjadi turis kaya – mulai bosan. Kekayaan pribadinya sebesar 40 miliar rupiah ternyata harus dinikmati bersama-sama dengan candu kekuasaan. Tahun 1948, ia mendapat izin pulang ke Havana. Di negerinya itu ia mulai menapaki karir politik melalui kursi senat yang berhasil diraihnya.
Empat tahun kemudian, d tahun 1952, keinginannya meraih kursi kepresidenan timbul lagi. Tetapi ia merasa terhina ketika hanya mendapat ranking ketiga dalam pencalonan. Nalurinya bergerak dan mengumpulkan pejabat-pejabat muda yang berambisi, bergabung menjadi komplotan yang siap kudeta. Dua bulan sebelum hari pemilihan, ia mengenakan kembali seragam militernya yang lama dan memimpin kudeta yang untungnya tak berdarah. Presiden Carlos Prio dilemparkan dari kursinya. Mulailah babak kedua kekuasaan Batista. Kekuasaan Batista. Kekuasaan dictatorial kini kembali dicengkeramnya erat-erat.
Seorang pengacara muda bernama Fidel Castro yang mencalonkan diri menjadi anggota parlemen Havana bersumpah dan bersedia mati bila perlu – untuk menghancurkan Batsta, pengambil-alih kekuasaan dan penghancur demokrasi Kuba. Tokoh baru yang mulai menaiki tangga panggung sejarah, lari ke pedalaman Propinsi oriente untuk membangkitkan pemberontakan.
Kerakusan Batista terhadpa uang suap tetap bertahan perjanjian gelap dengan bandit-bandit kakap Amerika dibuatnya. Mereka diperbolehkan membuka perjudian dan perlindungan pribadi di Havana sebagai imbalannya. Pembagian keuntungan juga didapatnya dari perdagangan dan dunia pariwisata.
Cemas dengan gerilya Castro yang makin meluas, Batista menghapus semua hak-hak sipil. “undang-undang peraturan umum” melarang semua media massa mengkritik pemerintah. ketika Castro tertangkap dan diadili, ia berpestapora.
“Kuranglah saya!” teriak pemberontak muda itu dengan berani di pengadilan, “Tidak soal. Sejarah akan membebaskanku!”
Castro dihukum lima belas tahun penjara. Hukuman yang dijalaninya dengan tabah berbekal keyakinan dari dictum Victor Hugo : ketika kediktatoran menjadi kenyataan, maka revolusi menjadi kebenaran. Kecemasan Bastita bertambah setelah melihat massa – ketika ia tampil di depan umum – lebih bersorak kepada Castro daripada dirinya.
Amnesty diberikannya kepada sejumlah tahanan politik. Castro beruntung mendapat keringanan itu. Sementara Batista menyelenggarakan pemilihan umum untuk mendapatkan keabsahan bagu lagi kursi kepresidenannya. Tetapi, dalam waktu enam bulan, Castro kembali dari luar negeri, dan menetap di Pegunungan Propinsi Oriente sebagai basis perjuangannya. Hasil nyata yang pertama dari gerakannya adalah ketidakpuasan yang menyeluruh di seluruh pelosok pulau itu.
Para pengusaha telah bosan dengan kerakusannya. Petani pun marah karena kegagalannya memenuhi janji meluaskan land-reform. Cendekiawan tidak senang dengan kebiasaannya mengubah peraturan yang tidak disenangninya dengan seenaknya. Serdadu yang terhimpit dengan gaji rendah, kini mulai sadar akan miliaran rupiah yang dicuri pemimpinnya dari kas negara.
Mencium akan datangnya topan, Washington menarik pulang duta besarnya di Kuba, Arithur Gardner, yang telah mengidentifikasikan dirinya dengan tiran Batista. “Tuan Arthur Gardner bertindak lebih mirip seorang pengusaha dari pada seorang duta besar,” seorang redaktur Havana menulis, “Dan membuat kekliruan besar”.
Duta esar yang baru, Karl Smith, disambut di Havana oleh kaum demonstran wanita yang mendesaknya agar membantu memperbaiki kebebasan di Kuta.
Begitu oposisi mulai memuncak, Batista dengan cepat menyebarkan wabah teror. Teror yang diharapkannya dapat memusnahkan penentang-penentangnya. Mereka dicambuki, disayat mukanya dengan pisau. Tulang punggungnya dalam arti harfiah – dipatahkan. Lebih dari 21.000 rakyat Kuba dihukum mati. Banyak dari mereka di buldoser dipekuburan umum, yang lain digantung sebagai peringatan bagi penentang yang lain.
Batista memainkan kartu kuat ketakutan Washington terhadap revolusi Castro. Bukti nyata bantuan Amerika dituntutnya agar terbuka hingga ia dapat mempublikasikan uluran tangan pemerintah kapitalis itu di media massa Kuba. Seorang Mayor Jenderal Amerika terbang ke Havana untuk menghadiahkan medali Logion of Merit kepadanya, medali yang diberikan kepada tokoh militer yang sangat berjasa terhadap Amerika Serikat. Jenderla lain berbicara di depan umum memuji Batista sebagai pemimpin Amerika Latin yang besar. Menteri Luar Negeri AS, John Foster Dulles, mengunjungi acara makan malam di kedutaan besar Kuba di Washington dan memberi ucapan selamat buat Batista.
Akhirnya suasana penuh persahabatan itu menyurut di bulan maret 1958, setelah Presiden Einsenhower menghentikan kapal perang Batista. “Jelas sekali Castro telah mendapatkan dukungan emosional dari rakyat Kuba,” ia menjelaskannya kemudian. Sejumlah besar pemelot lari dari kekuatan pemerintah menyebarang ke kekuatan gerilya Castro.
Dalam keputusasaan, Batista menerjunkan ribuan poster dari uara ke pedalam Propinsi Oriente, menawarkan hadiah uang yang besar bagi siapa saja yang berhasil menyerahkan kepala Castro. Ia mengancam akan membunuh 10 penduduk sipil jika seorang serdadu pemerintah terbunuh. Ketika batista yang makin panic yang menyuruh membom setiap kota yang diduduki Castro, banyak dari pilotnya merasa muak dan kemudian membelok ke pihak Castro.
Melihat malapetaka mulai mendekati dirinya, Batista dengan kebijaksanaan menyembunyikan kekayaannya di luar negeri. pemberontakan Castro mulai menyebar dan mengitari Havana. Bergabung dengan petani yang merayakan pesta kemenangannya, Castro mengepung Havana. Di pagi buta menjelang tahun baru 1959, Batista melarikan diri menyelamatkan pesta kemenangannya, Castro mengepung Havana. Di Pagi buta menjelang tahun baru 1959, Bastista melarikan diri menyelamatkan hidupnya ke Republik Dominika. Mencari perlindungan ke diktator lain, Trujillo. Ketika dua tahun kemudian Trujillo jatuh, Batista pergi ke Portal. Di sana ia tinggal dengan menyamar.
Demikian akhir riwayat seorang diktator, tepat seperti apa yang diuraikan Plato dalam bukunya republic, lebih dari dua ribu tahun yang lalu. “…ketika muncul pertama kali ia bertindak sebagai pelindung. Di saat-saat awal karirnya ia penuh senyum dan penuh hormat pada setiap orang yang dijumpainya – ia kemudian disebut tiran; mereka yang berjanji di depan umum dan secara pribadi.. berkeinginan menjadi baik dan ramah pada setiap orang! Kemudian ia membuat rakyatnya melarat dengan menarik pajak. Memaksa mereka mengabdikan dirinya kepada kemauan-nya setiap hari, dan mencegah mereka bersekongkol.”
Bagi setiap Batista, seorang Castro yang lain akan menunggu.

II. Fidel Castro
Salah seorang menteri kabinetnya yang pertama mengomentari Castro, “Ia berbicara hingga ia lelah. Ia makan hingga puas. Ia bergerak terus hingga kecapaian. Ia bertempur sampai ia terbunuh. Ia berontak menentang Batista, menentang masyarakat Kuba, menentang Amerika. Ia berontak terhadap Rusia… dengan pemberontakan yang tak henti-hentinya.”
Ketidakpuasan aneh seperti apa yang mendorong pribadinya itu?
Ayah Fidel Castro adalah seorang tuan tanah di Propinsi Oriente, yang cukup mampu membiayai dua perkawinannya serta tujuh orang anaknya dengan kenyamanan yang layak. Tetapi, bagaimanapun keluarga itu adalah keluarga kacau. Fidel Castro tumbuh terasing dari keluarga, kecuali dengan dua orang adik yang disayanginya, Raul dan Y. Juanita.
Fidel Castro dididik dalam pendidikan Katolik di Santiago dan Havana. Ia unggul baik di pelajaran sekolah maupun olahraga. Unggul dalam permainan basket, baseball dan lari cepat. Buku laporan tahunan sekolahnya menulis, “ia tahu betul bagaimana mendapatkan pujian dan sambutan hangat dari semua temannya.”
Semasa menjadi mahasiswa di Universitas Havana, kemauannya bertualang di luar situasi akademi makain menjadi-jadi. Berhasil jadi pimpinan kelompok pecinta alam. Satukali ketika memimpin kelompoknnya berjalan kaki ke Sierra delos Organos, kabut tebal menyelubungi lembah yang harus mereka lalui. Castro melompat terjun ke sungai di dasar lembah. Ia menyeberangi sungai deras itu dengan ujung tali panjang digigt di antara giginya. Merayap menembus sisi lembah yang lain. Ia kemudian mengikat tali itu ke sebatang pohon dan sepenuhnya membantu temannya melintas jalan yang berbahaya itu.
Selama bertualang di daerah pegunungan itu, ia dating ke tempat latihan rahasia pemberonta Dominika yang berniat menghancurkan Trujillo. Cintanya pada petualangan dan kebenciannya pada kediktatoran membawaya bergabung dengan ekspedisi mereka di bulan Agustus 1947. iring-iringan rombongan itu diketahui tentara Trujillo dan kemudian diserbu. Iringan itu bubar, Castro melarikan diri ke luar Dominika dan berenang di laut dengan membawa senjata tommygun-nya.
Sekembalinya ke Universitas, ia berhasil menjadi pimpinan organisasi resmi mahasiswa hukum. Bulan Oktober, ia menikah dengan teman kuliahnya, Mirtha Diaz Balart, yang setelah anaknya lahir, dua tahun kemudian diceraikannya. Idealisme ditempa oleh Eduarto Chiba, seorang pembaharu yang gigih menuntut satu pemerintah bersih, jujur serta memperhatikan kepentingan rakyat miskin Kuba. Setelah lulus ditahun 1950, Castro menghabiskan waktunya dengan menolong rakyat Kuba yang miskin dan tak mampu membayar pengacara.















INDONESIA
Soekarno

Pemuda Soekarno tidak melihat ada yang salah ketika menyontek pada ujian sekolah. “Ini masuk ke dalam apa yang kita sebut gotong-royong,” dijelaskannya.
Sebagai pesaing yang sengit, ia tidak akan pernah mengizinkan dirinya dilampaui siapapun. “Di dalam permainan gasing, satu gasing milik teman yang berputar lebih cepat dari punyaku,” kenangnya.” Aku memcahkan situasi ini dengan gaya Soekarno yang berpikir cepat – melempar gasingnya ke sungai”! logikanya ini tidak berubah banyak ketika menjadi penguasa dari jutaan rakyat Indonesia.
Ia lahir di Surabaya, Jawa Timur pada tahun 1901. Ayahnya seorang guru sekolah, ibunya adalah berasal dari bali yang bangga dan yakin bahwa putranya telah memberikan tanda nasibnya sendiri.
“Engkau adalah utra sang fajar,” katanya kepada putranya. “Engkau akan menjadi manusia yang mulia, pemimpin besar dari rakyatmu.”
Soekarno mempercayai itu, tetapi ia merasa dijengkelkan oleh tingkah anak-anak Belanda yang melecehkan kulit gelap pribuminya. Sebagai remaja ia menantang anak-anak itu dan memenangkan simpati gadis Belanda karena ketampanan dan kefasihannya dalam berbicara, “Ini adalah cara yang saya tahu untuk menghancurkan rasa superioritas dari ras kulit putih dan membuat mereka takluk pada kemauanku!”
Ia kemudian berkembang sebagai penakluk wanita, menikah berkali-kali tanpa merasa risih dengan harus menceraikan salah satu di antaranya.
Pada usia 15 tahun ia bergabung dengan partai nasional rahasia yang bersumpah akan mengusir keluar penjajah Belanda dari Indonesia. Di dalam tiga abad penjajahannya, Belanda telah memelorotkan kesejahteraan rakyat dan memeras kekayaan dari tiga ribu pulau yang terbesar di sepanjang daerah seluas Amerika Serikat. Mendaftarkan diri sebagai mahasiswa teknik di Institut Teknologi Bandung, Soekarno mempelajari revolusi melalui pandngna Garibaldi, Dalton, Marx, dan Lenin. Idolanya, bagaimanapun mencerminkan tipologi manusia yang punya pengaruh kuat Hitler, Mussolini, Roosevelt, George Washington, dan Muhammad.
Lulus pada thaun 1926, ia menyisihkan gelar insinyur sipilnya untuk menyalakan pidato-pidato politiknya. Hanya tinggi sekitar 167 cm, ia tampak bagaikan raksasa di para pembicara, mahir dalam bahasa Inggris, Belanda, Jerman dan Perancis. Kerumunan massa terilhami oleh paham “sosialis dmokrat”-nya (satu campuran seimbang antara SEmangat Demokrasi Amerika 1776, Islam, Kristen, dan karl Marx).
Pada bulan Juli 1927, ia membangun organisasi Partai Nasional Indonesia (PNI). Semboyannya, “Merdeka Sepenuhnya – Sekarang Juga” tidak dihargai oleh Belanda, yang memerintahkan organisasi tersebut dibubarkan. Soekarno menolak dan kemudian menghabiskan tiga belas tahun waktunya di penjara. Sebagai pemimpin martir gerakan kemerdekaan, ia diilhami oleh rasa kasih dan penghargaan dari rakyatnya seperti yang dirasakan rakyat India terhadap mahatma Gandhi.
Mereka manggilnya Bung (saudara) Karno. Tetapi bukan dia, tetapi Jepanglah yang mengusir Belanda keluar dari Indonesia. Ketika Jepang menyapu sepanjang Pasifik di tahun 1942, ia didapati sedang dibuang ke Sumatera. Ia diterima oleh Jepang sebagai perantara dan diperbolehkan bertindak sebagai Presiden boneka untuk memperlemah Indonesia untuk tidak menentang Jepang. Ia berdalih kepada rakyatnya bahwa ia bekerja sama dengan Jepang hanya sampai pada saat ia mampu menungganginya.
Ketika telah menjadi jelas bahwa Jepang akan kalah, Soekarno melakukan gerakannya. Di pertengahan Agustus 1945, ia merampas gudang-gudang senjata milik Jepang, memproklamirkan “Republik Indonesi” dengan dirinya sebagai orang Presiden. Tetapi, ketika perang berakhir, kekuatan Sekutu memaksa agar Indonesia kembali kepada kekuasaan Belanda, yang menolak berunding dengan Soekarno. Empat tahun perang gerilya mengakhiri penangkapan dan pembuangannya.
Bagaimanapun juga, di tahun 1949, PBB melakukan desakan pada Belanda untuk mengakhiri kekuasaan kolonialnya. Soekarno dengan cepat naik ke permukaan sekali lagi dan seperti pelampung yang tak tertahan kemudian menjadi Presiden dan sekaligus pemimpin republic yang baru. Selama delapan tahun ia mengendalikan negeri itu melalui bentuk demokrasi parlementer, kekuasaannya dilakukan dengan pengontrolan dari perwakilan tiga ribu pulau. Satu keberhasilannya adalah program pintas pendidikan rakyat, mengurangi kebutahurufan rakyat Indonesia dari 93 persen menjadi 55 persen.
Sedikit demi sedikit ia menggeser republic kea rah Kiri, di bawah pengaruh PKI, suatu organisasi politik beraliran Marxis yang berhubungan erat dengan Cina Merah. Pemimpin revolusionernya adalah Aidit, dengan lihai memainkan sikap ingin dipuja dari Soekarno dengan mengangkatnya sebagai “Pemimpin Besar Agung”. Aidit selalu mengerahkan kekuatannya untuk menyambut hangat pidato-pidato Bung Karno.
“PKI selalu dapat bekerja,” Soekarno membujuk para pemimpin politik yang lain. “anda semua harus menyerupainya!”
Pandangan tentang dirinya tak mengenal batas, “Aku mencintai negeriku dan aku mencintai wanita,” pernyataannya, “tetapi apa yang paling kucintai adalah diriku sendiri!”
Satu kali dia mengadakan jumpa pers dengan menggunakan seragam panglima besar biru yang cemerlang dengan kaki telanjang. Seorang koresponden bertanya mengapa “Badai listrik bergetar,” katanya serius. “Aku ingin membangun enerjiku. Kuserap impuls – impuls listrik dari dalam bumi.”
Pada thaun 1956, ia menarik perhatian dengan mengunjungi Washington, di mana Presiden Eisenhower menerimanya secara formal, tetapi tidak cukup antusias. Karena selalu merasa curiga dengan rasa kulit putih, Soekarno merasa terpukul. Dia kemudian mendapat sambutan hangat di Moskow, di mana masyarakat Rusia memperdalam keyakinannya bahwa hanya Marxisme yang memiliki jawaban bagi ras berwarna dengan kekayaan yang luar biasa, berupa karet, minyak, timah tetapi dengan pendapatan per kapita penduduknya hanya 160 dolar per tahun.
Pulang kembali ke rumah, ia mencap demokrasi parlemen ala Indonesia gagal. “aku tidak dapat dan tidak ingin menunggang kuda berkaki tiga!” kecamnya. Iapun mendekritkan “demokrasi terpimpin”, dengan membubarkan parlemen terpilih dan menyusun kediktatoran pribadi.
Dua kekuatan yang paling berpengaruh di Indonesia adalah tentara dan Partai Komunis. Memainkan pertentangan satu dengan yang lainnya, sehingga ia dapat menjadi penyelamat dair pertempuran itu, ia dengan mahir menyatukan mereka menghadapi musuh bersama. Yaitu Belanda. Ia menyita atau menasosialisasi investasi Belanda di Indonesia, ia menuntut agar Belanda mengembalikan Irian Barat (Papua). Untuk menekankan ancamannya, ia memesan 20 juta dolar persenjataan Amerika Serikat, tetapi Washington menahan untuk tidak menjualnya.
John Foster Duller, Menlu Amerika Serikat, merasa gugup dan khawatir denganmakin bergesernya Soekarno ke Kiri. Apakah setengah miliar dollar investasi Amerika di dalam bentuk perusahaan minyak, karet dan timah kelak akan disita? Apakah Indnesia merah akan menjadi pemimpin di dalam menyebarkan ajaran komunis di seluruh Asia Tenggara? Dulles kemudian sepakat dengan rencana rahasia CIA untuk menggulingkan Soekarno.
Pada bulan Desember 1957, seorang serdadu bayaran Allen Pope disewa untuk menerbangkan pelarian tentara yang dipersenjatai oleh Amerika dari Manila ke Sulawesi Utara, di mana mereka menyusun pemerintah Indonesia tandingan di Sumatera dan mengajak agar tentara melakukan revolusi.
“Tidak ada alasan yang mengharuskan kita cemas,” Soekarno menenangkan pengikutnya. Walaupun begitu, ia secara teratur mengirim tentara ke Sumatera untuk memberantas para pemberontak, yang membuat kesalahan dengan memamerkan senjata buatan Amerika dan meminta persenjataan lagi. Dulles yang merasa malu kemudian menjawab dengan protes umum bahwa Amerika Serikat bertindak netral
Membeli ratusan pesawat terbang dan jenis persenjataan lain dari Eropa Timur Komunis, Soekarno dengan sengit menuduh Washington telah memberikan pasokan senjata otomatis dan amunisi ke para pemberontak. Ketika tuduhan dibantah, satu kartu truf jatuh ke tangannya. Allen Pope kemudian ditembak jatuh ketika sedang terbang membawa misi pemboman di daerah pemberontak. Para pejabat Washington dengan muka merah dengan cepat berganti haluan untuk “meningkatkan hubungan” dengan Soekarno dan dengan tiba-tiba menawarkan kepadanya penjualan beras, senjata ringan dan onderdil pesawat terbang.
Bagaimanapun, para jenderal Indonesia yang kejam mendesak agar Pope diadili di pengadilan militer, di mana ia didapati bersalah dan diancam hukum mati. Presiden Amerika Serikat yang baru bagaimanapun mengundang Soekarno untuk dating ke Washington. Ia kemudian diterima dengan hangat oleh Presiden Kennedy yang berkata kepada para pembantunya di Gedung Putih. “Tidak heran bahwa Soekarno tidak begitu senang dengan kita. Ia kini duduk dengan rakyat yang mencoba menggulingkannya!”
Enam bulan kemudian, dengan selesainya pemberontakan di Sumatera, Soekarno dengan diam-diam melepaskan Pope dari penjara dan mengizinkannya untuk terbang kembali ke Amerika Serikat. Ia kemudian dihadiahi jutaan dolar bantuan dan pinjaman untuk ekonominya yang goyah dari pemerintah Amerika yang mengharapkan agar ia bersikap menjauh dengan pihak komunis.
Tetapi Soekarno bosan dan lesu jika ia tidak berada dalam sorotan. “Revolusi berjalan terus,” adalah imbauannya untuk menarik masa lalu.”Kita harus memutuskan total hubungan dengan dmokrasi Barat,” teriaknya kepada massa “Biarkan Nekolim tenggelam!” untuk membuat slogan yang familiar, ia mempersiapkan kata-kata Nekolim “Neokolonialisme dan imperialisme.”
Sikap flamboyannya yang jumawa dengan seragam putih, memakai kacamatan hitam dan membawa tongkat komando, mengundang cemoohan dari penentang-penentang politiknya. Secara pribadi, mereka menyebutnya Bapak (founding father) kemerdekaan Indonesia itu sebagai seorang demagog (tukang bual). Dengan tegar, hal itu dibantahnya, “Jika aku hanya seorang demagong, mengapa mereka taut dengan bualanku?”
Dia merasa tetap aman sejauh ia dapat mengendalikan 350.000 tentara yang diperlengkapi dengan senjata buatan Rusia tersebut, dan ia tetap mendapat dukungan dari 3 juta kaum komunis.
Sementara hubungannya semakin akrab baik dengan Moskow maupun Washington, Soekarno membelokkan keseimbangan kapal layar Indonesia itu ke dalam cuacana Cina Merah. Menteri Luar Negerinya yang komunis, bernegosiasi dengan Perdana Menteri Chou En-Lai untuk menyulihi pengaruh Rusia ke arah Cina.
Tetapi, kaum Muslim nasionalis mulai merasa tidak nyaman dengan gerak Soekarno kea rah ekstrem kiri. Dalam periode antara 1957 hingga 1962, kelompok Islam fanatic melakukan percobaan pembunuhan dirinya sebanyak lima kali. Soekarno mencoba mengkambinghitamkan Belanda.
Ia mengirim kekuatan kecil tentara ke Irian Barat untuk merebutnya dari Belanda. Hal itu hanya mempunyai nilai kecil bagi setiap orang, tetapi Soekarno membutuhkannya untuk mendorongkrak prestisenya. Seperti sebagian besar diktator yang tidak tahu apa yang harus dibuat untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi, ia berpaling ke luar negeri untuk menenggelamkan kritik di bawha penampilan patriotiknya. Seperti apa yang diamati oleh Plato tentang diktator. “ia selalu melakukan peperangan atau yang lainnya, yang di maksudkan agar rakyatnya memerlukan seorang pemimpin.”
Ia merasa sangat gembira ketika PBB setuju untuk mengembalikan mandate Irian Barat ke pemerintah Indonesia. Agenda berikutnya adalah “pembebasan” Malay, Singapura, dan Kalimantan Utara dari penjajahan Inggris. Ia merasa tidak puas ketika London memberikan miliknya itu kemerdekaan, mempersatukan mreka ke dalam negara baru yang disebut Malaysia. Menuduhnya sebagai boneka Inggris, Soekarno berteriak ke pada rakyatnya, “Ganyang Malaysia!”
Pada Januari 1964, sementara tentaranya menyerang, Malaysia terpilih sebagai anggota Dewan Keamanan PBB – satu tamparan diplomatic di wajah Soekarno. Memainkan sikap angkuh Soenarko yang terluka, Aidit dan Soebandrio menggarapnya hingga ia siap memberikan pertanda untuk membawa Indonesia keluar dari PBB. Ia mengajak bangsa-bangsa anti penjajahan untuk mengikuti langkahnya. Dia bertambah kesal karena tidak satupun yang melakukannya.
Ia berpidato serampangan menyerang program bantuan PBB, Apa itu UNICEF? Hanya susu bubuk. Aku lebih suka makan penyeum (tape) Bandung. FAO mengirim para ahli yang tidak tahu apa-apa tentang pertanian Indnesia. Aku katakana pada mereka, pergilah ke neraka dengan bantuanmu!”
Kemarahan pribadinya di arena diplomasi internasional malah memperburuk situasi ekonomi Indonesia dengan makin terisolasinya ekonomi Indonesia dari sebagian besar ekonomi dunia.
Produksi timah dan karet jatuh secara tajam. Jalan dan rel kereta yang dibangun oleh Belanda tidak bisa diperbaiki, karena tidak ada dana. Nilai inflasi meningkat dua kali lipat dalam waktu enam bulan, menambah ribuan pengemis telanjang dan anak-anak kelaparan di jalan-jalan di Indonesia. Soekarno mendesak untuk menyediakan dua pertiga dari anggaran nasional untuk operasi militer menghadapi Malaysia. Ketika para menterinya dating untuk mencoba membahas masalah terbangnya modal dari Indonesia, ia menggerutu, “Masalah-masalah ekonomi membuatku sakit kepala!”
Dukungan Amerika Serikat terhadap Malaysia memberikan peluang baginya untuk memanfaatkan Washington sebagai kambing hitam bagi kegagalannya. Ia mengancam untuk mengambil alih investasi Amerika disektor minyak dan karet ia memboikot fil-film Amerika dan mengusir ke luar Korps Perdamaian (organisasi relawan Amerika) yang popular. Diperingatkan bahwa Amerika Serikat akan memotong bantuannya, Soekarno berteriak, “pergilah ke neraka dengan bantuanmu!”
Dengan makin langkah beras, ia memerintahkan masyarakat Indonesia untuk menanam jagung dan kentang manis. Aidit menawarkan padanya usulan untuk mendapatkanprotein yang lebih baik dengan mengkombinasikan pembasmian hama, “Jika para pentane mulai berani makan tikus, maka tikus akanhilang, dan bahkan kita akan kekurangan tikus.”
Pada bulan Februari 1965, Soekarno menyita perkebunan karet Amerika Serikat yang bernilai 80 juga dolar di Sumatera “untuk melindunginya dari para pekerja yang marah,” ia menyetop surat-surat kepada warga Amerika Serikat yang hidup di Jakarta dan menasihatkan para pelayannya untuk mengundurkan diri. PKI mengatur protes jalanan para demonstran pro-Peking yang anti Amerika.
Pemimpin militer anti-komunis, yang dipimpin oleh Menteri Pertahanan yang muslim, Nasution, mengadakan pertemuan rahasia dan memutuskan bahwa kini saatnya telah dating untuk menghentikan gerakan Soekarno membawa Indonesia menjadi satelit Cina Merah. Poster-poster bertebaran di seantero Jakarta : “Gantung menlu Soebandrio!” Nasution membuang pejabat yang komunis ke luar dari kementeriannya, dan memaksa penangguhan 57 anggota komunis di Parlemen. Kemudian ia menuduh Soebandrio merencanakan kudeta komunis di Indonesia.
Para pemimpin militer yang loyal kepada Soebandrio dan Aidit tiba-tiba menculik Nasution dan para pimpinan militer puncak. Enam di antaranya dibunuh. Mreka mengabaikan Soeharto yang mengepung Istana dengan satu battalion tentara komandonya. Soekarno pergi terburu-buru bergabung dengan Aidit di pangkalanudara militer Halim Perana Kusuma. “tempat terbaik saya,” katanya kemudian, “adalah dekat dengan pesawat udara.” Aidit mendesaknya untuk membentuk “Dewan Revolusioner”. Tetapi ia ragu-ragu.
Soeharto mengambil-alih komando pemerintahan dan memerintahkan gerakan anti komunis di seluruh Indonesia. Bingung dan putus asa, Soekarno berteriak ke seluruh negeri, “Percayakan itu padaku. Percayakan itu pada bapak!”
Tetapi hal itu sangat terlambat. Aidit ditangkap dan ditembak mati. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur ribuan kaum komunis dan keluarganya di bunuh. Tentara dan kelompok Muslim diperkirakan membantai seratus ribu lebih warga sipil Indonesia.
Soekarno memohon kepada rakyatnya agar menghentikan pertemuan di antara sesamanya, dan ada mereka bersatu kembali “musuh sejati kita – adalah Nekolim!” mereka secara pribadi tetap menyenanginya, tetapi merasa bahwa ia telah dibius oleh komunis dan membutuhkan “Koreksi” dari tentara.
“bagaimana saya dapat memecahkan peristiwa 30 September,” katanya menunjuk pada tanggal dari usaha kudeta komunis di mana Nasution dan jenderalnya diculik, “Jika rakyatku tidak mengindahkan peringatanku?”
Ia berang saat Nasution menuntutnya untuk mengubah politik luar Negerinya, dan berteriak, “aku masih Presiden, masih emnjadi Pemimpin Besar Revolusi, dan tidak akan mundur satu sentipun dari kebijakanku!”
Demonstrasi mahasiswa yang besar bergerak menuntut berakhirnya kekuasaan diktator yang chaos, salah urus, dan korup. Pada 11 Maret 1966, tentara Soeharto menguasai Istana, menangkap Soekarno dan SUbandrio. Soekarno dipaksa untuk menandatangani dekritnya memberikan kekuasaan sepenuhnya pada Soeharto. Setelah itu, Soebandrio diadili dengan tuduhan pengkhianatan dan diancam tembak mati, “karena telah membawa tragedy dan penderitaan pada seluruh lapisan masyarakat Indonesia.” Setiap orang tahu bahwa ia menjadi korban untuk Soekarno.
Soekarno aman untuk beberapa waktu karena, seperti yang dikatakan oleh seorang komandan local, “Rakyat masih merasa bahwa ia adalah ayah mereka, dan setiap anak merasa harus mempertahankan orangtuanya bahkan jika ia membuat kesalahan yang buruk.” Seluruh gelarnya kemudian dicopot kecuali sebutan Bapak, dan diizinkan untuk tetap tinggal di Istana sebagai figus symbol.
Gelembung keangkuhan dari “George Washington dari Indonesia” mengempis. Ia tetap menolak kenyataan bahwa dirinya telah kehilangan kekuasaannya, menampakkan dirinya di depan public, “DIsinilah aku, tetap selelu tersenyum… masih menjadi pemimpin Revolusi!” ketika pers menekannya untuk mengklarifikasikan, ia marah, “Aku akan membisu seribu bahasa!”
Mengeluarkan perintah yang tidak dipatuhi seorang pun, membuat pengumuman yang tidak diacuhkan orang, ia menjadi sedih dan depresi. Ia mulai mohon pengertian.
“Rakyat kadang-kadang membuat kesalahan,” rekngeknya,” dan jika Andan menunjukkan apa kesalahanku, aku akan mengkoreksinya sendiri.”
Pada awal 1967, orang kuat Indonesia yang baru, Soeharto, memberikan sang diktator yang tumbang itu ultimatum – ke luar negeri atau diadili dengan tuduhan pengkhianat. Dan begitulah Soekarno perlahan menghilang dari pandangan public tidak dengan tiba-tiba tetapi dengan perlahan.
“Ia dicintai sekaligus dibenci – satu figure tragis,” amat seorang pengusaha Eropa di Jakarta. “Tetapi untuk setiap kegagalannya, tidak pernah ada seorang seperti Soekarno di Asia, juga tidak akan pernah ada lagi yang menyerupainya.

KEDIKTATORAN MELAWAN DEMOKRASI

Jika Romawi kuno memberikan kepada dunia kediktatorannya yang pertama, Yunani kuno menghasilkan demokrasinya yang pertama – satu kata Yunani yang berarti “Diperintah oleh rakat”. Pikiran-pikiran awal Yunani ini masih mewarnai demokrasi modern. Warga memerintah dirinya sendiri melalui wakil yang dipilih yang membuat hukum-hukum nasional. Pemilihan bebas yang teratur memungkinkan terjadinya perubahan, dengan pilihan jujur terhadap partai dan calonnya.
Individu dijamin kebebasan pribadinya dan haknya untuk tidak setuju secara terbuka dengan pemerintah. pengadilan bebas memutuskan setiap kasus dengan mendasarkan diri pada keadilan. Pemerintah dipaksa untuk menyejahterakan seluruh warganya, dan tidak hanya bagikeuntungan kelas istimeewa. Pada abad ke20 prinsip tersebut telah berkembang dengan sangat maju.
Ketika republic Amerika hadir di tengah 1789, sebagai contoh, ia mengalami cacat yang serius sebagai negara demokrasi. Ia memperbolehkan perbudakan, menolak suara dar si miskin, hanya mengizinkan golongan kaya terdidik untuk menjalankan pemerintahan. Amerika Serikat kini telah demikian memperluas pikiran-pikiran tanggung jawab demokratis pada rakyatnya. Amerika modern menjamin upaha mnimum, santunan bagi pengangguran, jaminan sosial, perawatan kesehatan, pendidikan universal, dan hak-hak sipil.
Pikiran-pikiran tentang demokrasi telah demikian popular di seluruh dunia hinga bahkan para diktator kadang-kadang memaksakan diri untuk berpura-pura bahwa rezimnya adalah demokratis. Soekarno menyebut kediktatorannya dengan “demokrasi terpimpin”. Jerman Timur dari Ullbricht memberikan label pada negaranya sebagai Republik Demokratis Jerman. Stalin menyebut kekuasannya dengan “Demokrasi sentralisme.”
Kekuasaan diktator yang tak terbatas memungkinkannya lebih mudah berubah dari pada di alam demokrasi. Ia dapat mengubah jalan pemerintahannya dengan hanya sederhana mengubah pikirannya. Sebaliknya, negara demokrasi konstitusional dengan sadar bergerak perlahan melalui checkadn balance. Kekuasan dan kewenangan terbagi antara Presiden, Kongres dan Mahkamah Agung; atau Perdana Menteri, Parlemen, dan Pengadilan Tinggi. Pengaturan yang cermat seperti itu akan membuat sulit bagi setiap orang atau kelompok untukmendapatkan kekuasaan yang cukup untuk menjalankan kediktatoran.
Namun, begitu banyaknya pembagian kekuasaan terkadang dapat melumpuhkan demokrasi sampai pada batas bawa ia tidak berfungsi sama sekali. Sebagai contoh, republic perancis ke Empat (1945-1958) adalah gambaran sempurna dari segala bayangan mengenai cita-cita revolusi Perancis. Tetapi pemerintahan terbagi oleh begitu banyak partai sempalan, yang tidak mampu menyepakati kebijakan nasional, sehingga satu administrasi berganti kolaps sampai saat de Gaulle menjadi Presiden.
Dalam kediktatoran muncul pemerintahan terpusat yang kuat yang memperlemah pemerintahan local. Demokrasi, sebaliknya, tergantung secara erat dengan pemerintahan sendiri pada tingkat negara, propinsi, kota dan kabupaten. Berbagai kekuasaan seringkali mempersulit pekerjaan seorang presiden, tetapi ini adalah cara penyelamat yang lain dari kediktatoran.
Hukum-hukum Hak Dasar adalah kunci yang membedakan dua bentuk pemerintahan. Warga Amerika yang mendapat jaminan hak-hak dasarnya mungkin akan bersemangat lagi menjaganya jika ia melihat apa yang akan terjadi di dalam kehidupan di bawah kediktatoran. Seorang editor yang mengkritik pemerintah dapat dilemparkan ke dalam penjara dan disika hingga ia mengaku melakukan pengkhianatan. Seorang pengusaha yang menolak suap pada begundal sang diktator dapat menyebabkan usahanya disita. Para mahsiswa mungkin menemukan kamarnya berantakan karena inteleijen negara mencari buku-buku yang terlarang. Pekerja yang meminpin pemogokan dapat disikat dan dipenjarakan bertahun-tahun tanpa pengadilan.
Bagi diktator seperti Stalin dan Hitler, kehidupan individual tidak penting. Masing-masing telah membunuh jutaan manusia tanpa merasa menyesal, memandang mereka hanya sebagai bidak yang harus dikorbankan bagikemuliaan negara. Sebaliknya, demokrasi memandang setiap kehidupan manusia adalah suci. Setiap warga dilindungi hak-haknya di bawah undang-undang, sebagai perisai legal antara dirinya dan setiap pejabat yang mungkin mencari kesalahannya.
Dalam negara demokrasi selalu ada pendukung atau kelompok yang, dengan mengabaikan undang-undang, berusaha menghilangkan hak-hak kaum minoritas. Kaum minoritas tidak banyak bebas untuk memprotes, dengan segala cara hingga ke Mahkamah Agung, tapi juga memiliki kewajiban untuk memprotes untuk memelihara agar demokrasi tetap kokoh. “Telitilah apa yang diinginkan penduduk,” kata seorang ahli hukum Fredrick Douglas, “dan Anda akan mendapati sejumlah ketidakadilan dan kesalahan yang menyelubungi mereka. Hingga mereka mempertahankannya.”
Bangsa yang dipimpin oleh seorang diktator seringkali terkesan lebih kuat dan bersatu ketimbang negara demokrasi, sebagian besar karena ia membungkam setiap penentang dengan menjadikan satu partai pemerintahan. Ketidakmamapuannya untuk menenggang kritikan atau mengakui kekeliruan adalah secara nyata sebagai pengakuan bagi kelemahannya. Diktator Italia, Mussolini, satu kali terpaksa harus sesumbar, dan mengatakan, “Mussolini selalu benar!” cina Merah di kira akan menjadi raksasa monolitis sehingga ketika kritikan Mao pada tahun 1967 tiba-tiba telah merobek-robek bangsa itu, menampakkan dirinya hanya “macam kertas” dengan kelemahan yang serius.
Demokrasi lebih bersikap luwes dengan kritikan dari pers bebas dan penentang politik. Jika kekeliruan pada kebijakan pemerintahan berada di bawah sorotan, Perdana Menteri atau Presiden yang gagal memperbaikinya akan dipersilahkan keluar dari kantornya. Berbeda dengan diktator, ia harus tanggap terhadap opini public.
Untuk menghilangkan keresahan sosial, diktator menjdikan bngsa sebagai masyarakat tertutup. Ia mengontrol media massa, radio, televise, film, dan menggunakan sarana itu sebagai propaganda; sekaligus untuk menyaring pikiran-pikiran “subversive” tentang demokrasi dan kemerdekaan. Diktator Jepang di masa perang, Hideki Tojo, melarang warga Jepang untuk menyerap setiap “pikiran berbahaya” Pemuda-pemuda Hilter dicuci otaknya oleh pelajaran sekolah yang memuliakan perang, ketaatan buta pada tanah air, dan hak Jerman untuk menguasai dunia.
Takut pada rencana untuk menggulingkannya, diktator tidak akan membiarkan pidato bebas. Rakyatnya diintimidasi oleh polisi rahasia yang memata-matai mereka dan menyensor siapapun yang membaca surat mereka. Warga negara Uni Sovyet yang kedapatan oleh polisi Stalin sedang berbicara dengan orang asing akan ditangkap dengan dakwaan pengkhianat.
Pertukaran ide yang bebas, sebaliknya, adalah hal yang esensial pada cara hidup demokratis. Duduk harus dicerahkan dengan diskusi terbuka mengenai berita atau pandangan-pandangan. Mereka harus bebas untuk menentang, demonstrasi melawan, kebijakan pemerintah yang merugikan, seperti banyak yang dilakukan oleh warga Amerika yang menentang perang Vietnam. Jelas sekali, bahwa tidak ada seorang warga Rusia yang berani melakukan protes ketika Kruschev yang secara brutal menghancurkan revolusi Hongaria. Demonstrasi hanya diperbolehkan di kediktatoran adalah aksi yang diatur untuk menunjang kebijakan pemerintah.
Kebebasan beragama seperti yang dikenal warga Amerika sangatjarang ditoleransi oleh diktator. Lenin, seorang atheis, menghancurkan kekuatan agama di Uni Sovyet. Franco membiarkan satu gereja negara dan menghukum yang lain seluruhnya. Kehidupan para pekerja di bawah kediktatoran kadang-kadang lebih baik bagi sebagian mereka dibandingkan dengan pemerintahan terdahulu. Tetapi serikat mereka dihapuskan atau kalau tidak dikontrol oleh pemerintah. diktator juga memanfaatkan perbudakan kaum buruh, seperti yang dilakukan oleh Hitler dan Stalin. Dalam sistem demkrasi para pekerja bebas untuk tawar – menawar melalui serikat mereka, dan dapat melaukan pemogokan jika tidak merasa puas
Sistem usaha bebas dari demokrasi berhasil mengembangkan standar hidup yang tinggi bagi sebagian besar penduduknya dengan mendorong investasi dan insiatif pribadi di dalam pembangunan eknomi nasional. Diktator sayap kiri tergantung dengan kontrol terencana pemerintah terhadap ekonomi yang seringkali menderita beban salah urus birokrasi. Diktator sayap kanan, seperti Franco, cenderung mengontrol ekonomi di tangan beberapa industiawan yang berkuasa yang berkembang menjadi kaya melalui monopoli, sementara usaha kecil dihancurkan dan penduduk hidup dalam kemelaratan.
Warga negara demokrasi menghargai Presiden atau Perdana Menteri, tapi tidak menganggapnya sebagai dewa. Sebaliknya, keinginan diktator adalah pencucian otak agar mempercayai dirinya sebagai superman yang berada di atas kritik dan kekeliruan. Potretnya diusung pada parade, ditempel di tembok-tembok, tergantung di setiap rumah dan sekolah. Arakan-arakan besar seringkali diadakan untuk memuliakannya. Tetapi permadani kekuasaannya lebih goyah disbanding dengan kedudukan presiden dan perdana menteri di dalam ukuran demokrasi. Seorang diktator terpaksa mencurigai para pembantu utamanya yang melakukan ambisi konspiratif untuk menggulingkannya. Diktator seperti Chiang Kai Shek dan Franco, bahkan ketika masa menjelang sepuh, menolak untuk menunjuk penggantinya, khawatir mereka akan tidak sabar dan menggulingkanya.
Pemerintah yang kestabilannya tergantung pada hidup dan matinya seorang manusia akan membuat penduduknya hidup di dalam kerawanan sosial yang mungkin akan meletus setiap saat, yang penuh dengan tidakpastian, sehingga kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi lima menit kemudian. “amerika adalah tempat,” sekali pernah Presiden Woodrow Wilson berkata, “Di mana Anda tidak dapat menghancurkan pemerintahan dengan hanya membunuh manusia yang memimpinnya.” Pembunuhan tragis John F. Kennedy di tahun 1963 membuktikan kebenaran pengamatan Wilson.
Dalam masalah-masalah luar negeri, penerimaan nilai supremasi hukum pada demokrasi membuat ia lebih baik dibandingkan dengan sikap kediktatoran dalam menghargai perjanjian internasional. Hitler, sebagai contoh, mengingkari pakta Non-Agresi yang ditandanganinya dengan Stalin kurang dari dua tahun sebelumnya. Stalin membatalkan semua persetujuan pasca perang dengan sekutu.
Diktator seringkali memiliki keunggulan militer dibandingkan dengan demokrasi karena ia menggantungkan kekuatannya pada tenatara regular yang besar. Secara wajar, pandangan yang popular di alam demokrasi hanya mengingkan sedikit tentara regular. Diktator merasa lebih bebas untuk menyerang lebih dahulu, sejauh dia dapat membatasi perang pada tingkat tetentu di mana tidak akan mengundang senjata nuklir Amerika.
Karena biasanya negaranya tidak dapat menanggung beban dengan program besar militer dan pelayanan barang-barang konsumsi, diktator seringkali melaksanakankebijakan “peluru ketimbang nasi”. Ia membutuhkan tentara yang besar guna mengontrol penduduknya serta untuk memuaskan nafsu petualangan internasionalnya. Tentara Mao Tse Tung yang besar hanya ditujukan untuk menekan oposisi daripada untuk penaklukan, dan disiakan juga untuk sekadar ancaman tersirat bagi diplomasi internasional.
Peragaan kekuatan militer diktator seringkali mirip rumah kardus yang tiba-tiba berantakan dengan tekanan tertentu. Contoh yang sempurna adalah Mussolini di mana tentaranya hanya sedikit bersemangat untuk berjuang demi kepentingannya sehingga mereka mudah menyerah. Tentara warga demokrasi, sebaliknya, umumnya merasa bahwa mereka berjuang demi mempertahankan kemerekaan yang mereka yakini dan mereka nikmati di rumah.
Demokrasi yang paling sukses di dunia di dapati di Amerika Serikat, Persemakmuran Inggris, dan Eropa Barat. Sebagian diperintah raja dan ratu yang melaksanakan monarki konstitusional. Sekalipun secara tulus dicintai penduduknya, mereka kini hanya berupa symbol nasional, dengan kekuasaan sesungguhnya ada di tangan parlemen terpilih.
Tidak semua demokrasi adalah sempurna,termasuk yang dimiliki Amerika. Dan tidak seluruhnya kediktatoran adalah setan. Beberapa diktator sesungguhnya, mungkin telah memberi kehidupan yang lebih baik pada rakyatnya dari apa yang pernah mereka kenal. Seperti apa yang diamati oleh majalah The Nation, “Biaya yang dipikul demi mewujudkan makna kemerdekaan memungkin terlalu tinggi – sebagian warga Amerika akan sependapat – tetapi penduduk tidak pernah memiliki banyak kemerdekaan.”
Diktator bisa saja mendapatkan kekuasaannya denganmotif-motif atriotik yang suci, seperti yang dilakukan oleh mao Tse Tung ketika ia bertempur melawan bangsawantuan tanah dan tentara nasionalis yang korup. Tetapi jika ia bertahan pad akekuasaannya cukup lama, ia seringkali menghakhirinya adalah korup,” kata sejarawan Inggris, Lord Acton, “dan kekuasaan absolute akan korup dengan mutlak.”
Dapat Amerika Serikat menjadi kediktatoran?
Diktator jarang muncul berkuasa pada bangsa yang distabilkan oleh kelas menengah terdidik, kuat, dan mampu berbuat di mana ada cukup peluang bagi si miskin untuk meningkatkan ekonominya melalui bantuan pemerintah, pendidikan, latihan, perkawinan atau karena keberuntungan. Tetapi mengherankan seperti tampaknya, pada thaun 1934 satu kelompok sayap kanan ekstremis yang kuat benar-benar merencanakan satu persekongkolan untuk menjadi Amerika Seringkat sebagai negara diktator. Mereka menghabiskan jutaan dolar untuk membiayai propaganda yang meyakinkan rakyat Amerika bahwa pemerintahan Roosevelt adlah Komunis. Langkah berikutnya adalah meminta pahlawan militer untuk memimpin tentara pribadi pergi ke Washington “untuk menyelamatkan Amerika”. Memasukkan Roosevelt ke penjara, ia dapat menyiarkan melalui radio ke seluruh bangsa bahwa ia telah “menghancurkan konspirasi kaum Komunis”. Kongres Amerika dibubarkan dan Hak-hak Asasi ditangguhkan “karena keadaan darurat”. Kemudian para pelaku persekongkolan itu akan mengambil alih kekuasaan melalui kediktatorannya.
Pilihan mereka untuk menjadi American II Duce meniru Mussolini ketika memimpin long march ke Roma adalah Jenderal Marinir Smedley Butler, penerima dua medali kehormatan (Congressional Medal of Honor). Jenderal yang terheran-heran itu bermain sesuai dengan apa yang diinginkan oleh persekongkolan tersebut hingga pada saat ia membongkar keseluruhan rencana tersebut. Kemudian ia pergi ke Washington dan melaporkan semuanya ke hadapan Komite McCormack – Dick stein dari Parlemen Amerika. Testimoninya yang didukung oleh saksi-saksi yang meyakinkan dapat dibaca di dalam laporan Kongres, 29 Desember 1934. Para komplotan itu dengan cepat membubarkan organisasi mereka, dan peristiwa tersebut padam dengan sendirinya.
Skema untuk membuat Fasis Amerika, bagaimanapun telah dimanfaatkan oleh novel pemenang hadiah Pulitzer Sinclair Lewis sebagai bahan utama karyanya di tahun 1935, It Can’t Here. Versi yang lain dari konspirasi tersebut telah ditulis versi fiksinya di dalam buku dan film dengan judul : Seven Day n May (Tujuh Hari di Bulan Mei).
Untuk dapat memahami mengapa hal itu dapat terjadi, harus diingat bahwa pada tahun 1930-an adalah situasi yang begitu berbahaya bagi sistem demokrasi di manapun. Telah terjadi begitu hebatnya pengangguran dan kelaparan, dan demokrasi diancam oleh depresi, dan ketidakmampuan mengatasinya. Mussolini, Hitler dan Stalin mendesakkan kediktatoran sebagai satu-satunya jawaban.
“Satu hal yang benar, bahwa demokrasi sudah punah!” kata seorang demagog Amerika yang berpengaruh, Father Charles Coughlin, yang tersiar di radio-radio dan didengar oleh jutaan orang di tahun 1936. “Pilihan terakhir kita adalah Fasisme atau Komunisme. Kita di samping jalan… saya mengambil jalan fasisme!”
Pada tahun 1950 Kongres Amerika mengambil tindakan untuk melindungi dari kemungkinan munculnya untuk melindungi dari kemungkinan munculnya kediktatoran sayap kiri dengan masyarakat Partai Komunis untuk mendaftar pada Departemen Kehadikman sebagai agen dari kekuatan asing. Pimpinan partai menolak dan kemudian dipenjarakan. Partai tersebut kemudian hanya memiliki 10.000 anggota, setengahnya tidak aktif. Kelompok konservatif, seringkali juga menuduh berbagai kelompok protes adalah dipengaruhi Komunis.
Beberapa diplomat Amerika terkenal telah mengingatkan untuk menentang para demagog yang meniru teknik-teknik Fasis dengan menggunakan ancaman Merah pada penduduk guna mendukung undang-undang yang opresif; atau memberikan kepada mereka kambing hitam yang dipersalahkan akibat blunder politik.
“Kelompok yang mengancam kebebasan individu,” kata Adlai Stevenson mengingatkan PBB,” seringkali didapati bersembunyi di dalam jubah anti-Komunisme.”
Mantan Duta Besar Amerika, George F. Kenan berkata kepada Asosiasi mahasiswa Kristen di Princeton ada tahun 1959, “Saya tidak dapat secara berlebih-lebihan mengingatkan kepada Anda bahwa … (bertentangan) usulan bahwa kesulitan pribadi Anda, atau dari masyarakat yang Anda miliki, hanya ditujukan pada penyebab adanya kekuatan-kekuatan konspirasi.. menerima usulan seperti itu adalah jalan seperti kea rah irasional, ilusi dan bencana.”
Dalam debat yang hangat yang berlangsung tahun 1966 mengenai kebijakan politik luar negeri Amerika, khususnya di Vietnam, pendukung pemerintah cenderung percaya bahwa kepentingan – kepentingan demokrasilah yang mendorong Amerika Serikat terlibat di dalam kediktatoran sayap kanan menentang gerakan revolusioner komunis. Pandangan ini ditentang oleh John Gunther, seorang jurnalis andal, yang mengemukakan, “Adalah selalu berbahaya bagi demokrasi seperti Amerika untuk menjadi terlalu dekat dengan diktator atau semi diktator, tidak soal betapapun bagus tampaknya. Ini adalah tugas penduduk terus-menerus, dan tak ada rezim yang berharga untuk didukung jika ia membiarkan warganya merosot, jika hanya karena alasan sederhana ia dapat dilenyapkan.”
Sepanjang warga dapat tidak setuju secara terbuka dengan kebijakan pemerintah, dan sepanjang kita dengankokoh melindungi setiap kebiasaan dan kemerdekaan pribadi seperti yang dijamin di dalam hak asasi, tidak akan ada seorang diktatorpun, baik Kanan atau Kiri, akan mampu menghancurkan keberhasilan eksperimen demokrasi yang dimulai di Philadelphia di tahun 1776.

0 komentar:

Jempolnya Dong...!!!

yahooo misengeR

Pengikut


widgeo
Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x



Gratisan Musik

About this blog



Sebagai kuli ngetik,,,
nyaris tiap hari rie mijitin ne keyboard,,,
**bahkan kata nyaris bisa dihilangkan**
makanya @rie ^bergiat^ buat blog biar apa yg @den kerjakan setiap hari bisa bermanfaat juga u/ org laen...
tapi g' semua yg kita ketik kita postingin disini,,,
harus melalui tahap seleksi dulu donk...
^g' mungkin kale surat cere d publicasikan^
he_3
*moga artikelnya bermanfaat* (cozy) enjoy to my blog,,,,

about me,,, ariebae <~ http://ariebae.co.cc