PERUBAHAN SOSIAL DAN KULTURAL

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan masyarakat manusia senantiasa mengalami suatu perubahan. Perubahan-perubahan pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena sosial yang wajar, oleh karena setiap manusia mempunyai kepentingan yang tak terbatas. Perubahan-perubaha akan nampak setelah tatanan sosial dan kehidupan masyarakat yang lama dapat dibandingkan dengan tatanan dan kehidupan masyarakat yang baru.

Kehidupan masyarakat desa, dapat dibandingkan antara sebelum dan sesudah mengenal surat kabar, listrik dan televisi. Menurut Selo Soemardjan dan soelaiman Soemardi, baahwa perubahan-perubahan di luar bidang ekonomi tidak dapat dihindarkan oleh karena setiap perubahan dalam suatu lembaga kemasyarakatan akan mengakibatkan pula perubahan-perubahan di dalam lembaga-lembaga kemasyarakat lainnya, oleh karena antara lembaga – lembaga kemasyarakatan tersebut selalu ada proses saling mempengaruhi secara timbal balik. Perubahan-perubahan pada dewasa ini nampak sangat cepat, sehingga semakin sulit untuk mengetahui bidang-bidang manakah yang akan berubah terlebih dahulu dalam kehidupan masyarakat.

Perubahan sosial itu adalah perubahan fungsi kebudayaan dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan yang lain para sosiolog pernah mengadakan klasifikasi antara masyarakat-masyarakat statis dan dinamis. Masyarakat yang statis di maksudkan masyarakat yang sedikit sekali mengalami perubahan dan berjalan lambat. Masyarakat yang dinamis adalah masyarakat-masyarakat yang mengalami berbagai perubahan yang cepat.

Jadi setiap masyarakat, pada suatu masa dapat dianggap sebagai masyarakat yang statis.

2. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui perubahan nilai-nilai sosial

b. Untuk mengetahui pola-pola perilaku

c. Untuk mengetahui organisasi

d. Untuk mengetahui lembaga kemasyarakatan

e. Untuk mengetahui lapisan dalam masyarakat

f. Untuk mengetahui kekuasaan dan wewenang.


BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian

Pada sosiolog maupun antropolog telah banyak mempersoalkan mengenai pembatasan pengertian perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan. Supaya tidak timbul kekaburan, pembicaraan akan dibatasi lebih dahulu pada perubahan-perubahan sosial.

Maciver lebih juka membedakan antara utilitarian elements dengan culturalelements yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan manusia yang primer dan sekunder. Ultilitarian elements disebutnya civilization – artinya, semua mekanisme dan organisasi yang dibuat manusia dalam upaya menguasai kondisi-kondisi kehidupannya, termasuk di dalamnya sistem – sistem organisasi sosial, teknik, dan alat-alat material.pesawat telepon, jalan kereta api, sekolah, hukum, dan seterusnya dimasukkan ke dalam golongan tersebut.

Cultural menurut maciver adalah jiwa yang terwujud dalam cara-cara hidup dan berpikir, pergaulan hidup, seni kesustraan, permainan, filsafat dan sebagainya, termasuk culture, karena hal – hal itu secara langsung memenuhi kebutuhan manusia. Dengan pernyataannya itu, maciver mengeluarkan unsur materil dari ruang lingkup culture.

· Teori-Teori Perubahan Sosial

Para ahli filsfat, sejarah, ekonomi, dan sosiologi telah mencoba untuk merumuskan prinsip-prinsip atau hukum-hukum perubahan-perubahan sosial.

Ahli lain berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat, seperti misalnya perubahan dalam unsur-unsur geografis, bioogis, ekonomis, atau kebudayaan. Pitirim A. Sorokin berpendapat bahwa segenap usaha untuk mengemukakan adanya suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam perubahan-perubahan sosial tidak akan berhasil baik. Beberapa sosiolog berpendapat bahwa ada kondisi-kondisi sosial primer yang menyebabkan terjadinya perubahan. Misalnya kondisi-kondisi ekonomis, teknologis, geografis, atau biologis menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial lainnya (William F. Ogburn menekankan pada kondisi teknologis) sebaliknya ada pula yang mengatakan bahwa semua kondisi tersebut sama pentingnya, satu atau semua aan menalarkan perubahan-perubahan sosial.

· Hubungan antara Perubahan Sosial dan Perubahan Kebudayaan

Teori-teori mengenai perubahan-perubahan masyarakat sering mempersoalkan perbedaan antara perubahan-perubahan sosial dengan perubahan-perubahan kebudayaan.

Masyarakat, menurut kingsley davis adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antara organisasi-organisasi, dan bukan hubungan antara sel-sel. Apabila diambil definisi kebudayaan dari taylor yang mengatakan bahwa kebudayaan adalah suatu kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat, dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, perubahan-perubahan kebudayaan merupakan setiap perubahan dari unsur-unsur tersebut.

Pada dewasa ini proses-proses pada perubahan-perubahan sosial dapat diketahui dari adanya ciri-ciri tertentu, yaitu sebagai berikut :

1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara cepat

2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan diikuti dengan perubahan-perubahan pada lembaga sosial lainnya.

3. Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan di organisasi yang bersifat sementara karena berada di dalam proses penyesuaian diri.

4. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual saja karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang sangat kuat

5. Secara tipologis, perubahan-perubahan sosial dapat dikategorikan sebagai berikut :

· Social proces

· Segmentation

· Structural change

· Changes in group structure

2. Faktor – faktor penyebab perubahan sosial

Pada dasarnya perubahan-perubahan sosial terjadi, oleh karena anggota masyarakat pada waktu tertentu merasa tidak puas lagi terhadap keadaan kehidupannya yang lama. Ada tiga faktor penyebab utama dalam perubahan sosial, yaitu penimbunan (akumulasi) kebudayaan, pertambahan penduduk dan penemuan-penemuan baru :

A. Timbunan Kebudayaan dan Penemuan Baru

Timbunan kebudayaan, merupakan faktor penyebab perubahan sosial yang penting kebudayaan dalam kehidupan masyarakat senantiasa terjadi penimbunan, yaitu suatu kebudayaan semakin lama semakin beragam dan bertambah secara akumulatif. Bertimbunnya kebudayaan ini oleh karena adanya penemuan baru dari anggota masyarakat pada umumnya.

Menurut Koentjaraningrat, faktor-faktor yang mendorong individu untuk mencari penemuan baru adalah sebagai berikut :

· Kesadaran dari orang perorangan akan kekurangan dalam kebudayaannya.

· Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan

· Perangsang bagi aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat.

Terjadi juga pada situasi masyarakat yang tergolong fanatik terhadap kebudayaan-kebudayaan lama; tidak mudah dihilangkan. Tetapi dengan adanya kebudayaan baru, maka terjadi benturan-benturan kebudayaan; jika kebudayaan baru dianggap lebih besar fungsinya oleh sebagian besar anggota masyarakat, maka kebudayaan lama akan ditinggalkan atau lebur menjadi satu dengan kebudayaan yang baru.

Oqburn dan Nimkoff menyebut penemuan baru sebagai sosial invention : yaitu penciptaan pengelompokan dari individu-individu yang baru, atau penciptaan adat istiadat yang baru, maupun suatu perikelakuan sosial yang baru.

Yang terpenting adalah, akibatnya terhadap lembaga-lembaga kemasyarakatan, yang kemudian berpengaruh pada bidang-bidang kehdiupan lainnya.

B. Perubahan Jumlah Penduduk

Perubahan jumlah penduduk juga merupakan penyebab terjadinya perubahan sosial seperti pertambahan atau berkurangnya penduduk pada suatu daerah tertentu. Di tinjau dari sudut pertambahan penduduk misalnya transmigrasi, jika berjalan secara ideal dengan memperhatikan aspek-aspek sosial ekonomi, politik, budaya, dan keamanan, mungkin akan terjadi perubahan yang positif. Artinya dengan adanya pendatang baru yang terampil dan siap bekerja di tempat yang baru, maka besar kemungkinan justru tidak hanya sekedar menguntungkan bagi pihak transmigran belaka, konflik budaya, mores, dan ideologi selalu menghasilkan ketidaksesuaian dan juga keresahan sosial, dan memudahkan terjadinya perubahan sosial.

C. Pertentangan (Conflict)

Pertentangan antara anggota-anggota masyarakat dapat terjadi karena perubahan masyarakat yang pesat, sebagaimana dijelaskan oleh Roucek dan warren.

Pada saat masyarakat dalam keadaan konflik, dapat timbul kekecewaan dan keresahan sosial, maka pada saat itu pula individu-individu pada umumnya sangat mudah terpengaruh terhadap hal-hal yang baru. Contooh konkret, tentang pengangguran sebagai akibat dari kurang tersedianya lapangan kerja, di samping karena rendahnya mutu pendidikan; pada saat demikian para penganggur resah dan kecewa, padahall proses kehidupan tetap menuntut keras agar mereka tetap dapat hidup wajar.

3. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial

Perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat dibedakan atas beberapa bentuk, yaitu perubahan evolusi dan perubahan revolusi, perubahan tak berencana dan perubahan berencana.

A. Perubahan Evolusi dan perubahan revolusi

Yang dimaksud dengan perubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses yang lambat, dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang bersangkutan.

Menurut Petirim A. Jorokin, bahwa masyarakat berkembang melalui tahap-tahap yang masing-masing didasarkan pada suatu sistem kebenaran dalam tahap pertama dasarnya kepercayaan, tahap kedua dasarnya adalah indera manusia, dan pada tahap ketiga dasarnya adalah kebenaran.

Berbeda halnya dengan perubahan yang bersifat revolusi, dimana perubahan berlangusng secara cepat dan tidak ada kehendak atau perencanaan sebelumnya. Revolusi dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat.

Menurut soerjono, Syarat-syarat terjadinya suatu revolusi adalah sebagai berikut :

a. Ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan di dalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan dan harus ada suatu keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut.

b. Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin masyarakat tersebut.

c. Pemimpin tersebut dapat menamung keinginan-keinginan tersebut.

d. Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat

e. Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat dimana segala keadaan dan faktor adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan revolusi.

B. Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan dan perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan.

Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga kemasyarakatan.

Perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan merupakan perubahan-perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung diluar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat.

Konsep perubahan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki tidak mencakup paham apakah perubahan-perubahan tadi diharapkan atua tidak diharapkan oleh masyarakat.

4. Pola Perubahan Sosial

· Pola Linear

Etzioni – Halevy dan Etzioni (1973 : 3-8) mengemukakan bahwa pemikiran para tokoh sosiologi klasik mengenai perubahan sosial dapat digolongkan ke dalam beberapa pola. Pola pertama adalah pola linear, menurut pemikiran ini perkembangan masyarakat mengikuti suatu pola yang pasti. Contoh yang diberikan ET zioni – Halevy dan Etzioni mengenai pemikiran linear ini ialah karya Comte dan Spencer.

Dalam teorinya yang dikenal dengan nama “hukum tiga tahap,” Comte mengemukakan bahwa sejarah memperlihatkan adanya tiga tahap yang dilalui peradaban. Pada tahap pertama yang diberinya nama tahap teologis dan militer, Comte melihat bahwa semua hubungan sosial bersifat militer; masyarakat senantiasa bertujuan menundukkan masyarakat lain.

Tahap kedua, tahap metafisik dan yuridis, merupakan tahap antara yang menjembatani masyarakat militer dengan masyarakat industri.

Pada tahap ketiga dan terakhir, tahap ilmu pengetahuan dan industri, industri mendominasi hubungan sosial dan produksi menjadi tujuan utama masyarakat.

· Pola Siklus

Menurut pola kedua, pola siklus, masyarakat berkembang laksana suatu roda : kadang kala naik ke atas, kadangkala turun ke bawah contoh yang dikemukakan etzioni halevy dan etzioni ialah karya oswald spengler dan vilfredo pareto.

Dalam tulisannya mengenai sirkulasi kaum elite (the circulation of elites) pareto mengemukakan bahwa dalam setiap masyarakat terhadap dua lapisan bawah atau nonelite dan lapisan atas, elite yang terdiri atas kaum aristokrat dan terbagi lagi dalam dua kelas, elite yang berkuasa dan elite yang tidak berkuasa.

· Gabungan Beberapa Pola

Halevy Atzioni dan Etzioni memberikan dua contoh : salah satu di antaranya ialah teori konflik Karl Marx. Pandangan Marx bahwa sejarah manusia merupakan sejarah perjuangan terus menerus antara kelas-kelas dalam masyarakat sebenarnya mengandung enih pandang siklus karena setelah suatu kelas berhasil menguasai kelas lain menurutnya siklus serupa akan berulang lagi.

5. Proses-Proses Perubahan Sosial dan Kebudayaan

· Penyesuaian masyarakat terhadap perubahan

Suatu keadaan dimana lembaga-lembaga kemasyarakatan yang pokok berfungsi saling mengisi.

· Saluran-saluran Perubahan Sosial dan Kebudayaan

Saluran-saluran dalam proses perubahan adalah lembaga-lembaga kemasyarakat dalam bidang pemerintah, ekonomi, pendidikan, agama, rekreasi dan seterusnya. Lembaga kemasyarakatan yang merupakan titik tolak tergantung pada cultural focus masyarakat pada suatu masa yang tertentu.

· Disorganisasi atau Disintegrasi

Proses perpudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat dikarenakan adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan.

· Reorganisasi atau reintegrasi

Proses pembentukan norma-norma dan nilai-nilai yang baru agar sesuai dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mengalami perubahan.

Contoh Kasus :

“Perubahan Kota Pekanbaru Untuk Membangun Wisata Unggulan”

Menjelang hari jadi yang ke 225, Pekanbaru sebagai kota besar yang terkenal dengan perkembangan bisnisnya dapat meningkatkan prestasi dengan menjadi tujuan wisata unggulan dalam menarik minat para wisatawan baik dari dalam negeri maupun dari manca negara,hal ini karena pekanbaru memiliki potensi-potensi yang besar dari segi pariwisata.

Dalam mewujudkan itu tentunya dengan menggunakan ide-ide yang cemerlang, seperti memberikan daya tarik dan daya ungkit pada pelayanan bagi para wisatawan dalam berbagai bidang, baik dari segi hiburan, kesehatan maupun pendidikan.

“Wisatawan itu bukanlah hanya yang berasal dari luar negeri saja, para pengunjung dari dalam negeri dan dari daerah juga bisa dikatakan wisatawan, bisa untuk memperoleh pelayanan kesehatan atau mengembangkan pendidikan.

Karena selain momennya tepat pada waktu liburan, perang diskon juga dapat memancing pada wisatawan untuk berkunjung, yang biasanya ke Malaysia bisa beralih ke Pekanbaru.


BAB III

PENUTUP

· Kesimpulan

Perubahan-perubahan pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena sosial yang wajar. Perubahan yang terjadi bisa merupakan kemajuan atua mungkin justru suatu kemunduran. Unsur-unsur kemasyarakatan yang mengalami perubahan biasanya azuckerbergzuckerbergdalah mengenai nilai-nilai sosial norma sosial, pola perilaku, organisasi sosial, lembaga kemasyarakat dan stratifikasi sosial.

Faktor-faktor yang mendorong individu untuk mencari penemuan baru adalah :

· Kesadaran dari orang perorangan akan kekurangan dalam kebudayaannya.

· Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan

· Perangsang bagi aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat.

Ketegangan-ketegangan itu sulit untuk dihindari, bahkan banyak yang tidak bisa dikendalikan, sehingga kemudian menjelma menjadi tindakan revolusi.

· Saran

- Hindari hubungan dengan masyarakat lain karena kehidupan yang terasing.

- Sikap masyarakat harus biasa mempertahankan tradisi daerahnya masing-masing.

- Harus bisa mewujudkan sistem pendidikan formal yang maju, supaya baangsa ini bisa bersaing dengan negara lain.

DAFTAR PUSTAKA

· Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan; Abdul Syani.

· Pengantar Sosiologi, Kamanto Sunarto

· Sosiologi Suatu Pengantar, Soerjono Soekanto

· Artikel Dumai Pos, 15 Juni 2009



0 komentar:

Jempolnya Dong...!!!

yahooo misengeR

Pengikut


widgeo
Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x



Gratisan Musik

About this blog



Sebagai kuli ngetik,,,
nyaris tiap hari rie mijitin ne keyboard,,,
**bahkan kata nyaris bisa dihilangkan**
makanya @rie ^bergiat^ buat blog biar apa yg @den kerjakan setiap hari bisa bermanfaat juga u/ org laen...
tapi g' semua yg kita ketik kita postingin disini,,,
harus melalui tahap seleksi dulu donk...
^g' mungkin kale surat cere d publicasikan^
he_3
*moga artikelnya bermanfaat* (cozy) enjoy to my blog,,,,

about me,,, ariebae <~ http://ariebae.co.cc